Ica Artikel PDF
Ica Artikel PDF
ABSTRAK
Kondisi geografis pulau Penyengat yang dikelilingi laut dan pulau terpisah
dari daratan menyebabkan beberapa lokasi pesisir pantai pulau Penyengat banyak
dipenuhi sampah. Perubahan musim angin yang membawa sampah, budaya
masyarakat yang membuang sampah di pesisir, keterbatasan lahan Tempat
Penampungan Sementara dalam menampung sampah, serta keterbatasan
kemampuan pemerintah dalam mengelola sampah, yang kemudian menjadikan
pulau Penyengat salah satu wilayah pesisir Kota Tanjungpinang yang memerlukan
pengelolaan sampah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengelolaan sampah di wilayah pesisir Kelurahan Pulau Penyengat
dalam mewujudkan pengelolaan sampah sesuai dengan peraturan daerah nomor 3
tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah
pengelolaan sampah yang dilakukan belum maksimal, karena pengelolaan sampah
tidak dilakukan pengolahan. Kurangnya sosialisasi dan pembinaan kepada
masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga, sehingga sampah dibakar dan
dapat merusak lingkungan. Kurangnya disiplin petugas kebersihan dalam
menjalankan tugasnya. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah masih
pasif, sehingga masih adanya perilaku masyarakat membuang sampah ke pantai.
PENDAHULUAN
yang dikelilingi oleh laut dan terpisah dari pulau lainnya, sehingga menjadi
Perubahan musim angin yang membawa sampah dari pulau lain ke pulau
1
keterbatasan akses pengangkutan laut dan biaya pengangkutan yang tinggi, serta
penanganan oleh petugas laut dan penanganan oleh petugas daratan. Berdasarkan
laporan gotong royong petugas kebersihan seksi kebersihan kawasan pesisir bulan
Januari-Maret 2018, berjumlah 3,5 kantong (0,2 m3 per kantong) per hari.
dibawa oleh petugas ke lokasi TPS berjumlah 1 ton per hari, dengan ritme
kubik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan sampah yang melibatkan
Gambar 1.
Wilayah Pesisir Pulau Penyengat
2
BAHAN DAN METODE
(3) Biaya, (4) Peraturan hukum, dan (5) peran serta masyarakat, serta melihat
dilakukan untuk menunjang penelitian ini, ada dua junis data, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan selama dalam
sekunder data sekunder, adalah data yang didapatkan secara tidak langsung,
seperti, profil Kelurahan Penyengat, peta wilayah, jumlah tenaga harian lepas
wilayah darat dan laut, volume sampah yang ditangani, serta tupoksi kelembagaan
yang dianggap dapat memberikan informasi dan data dalam menunjang penelitian
memiliki jawaban yang sama (jenuh). Informan kunci dalam penelitian ini adalah
Tokoh Masyarakat yang sekaligus pernah menjabat Kepala Desa dan Lurah pulau
3
HASIL
sampah. Kondisi pewadahan yang lebih banyak terbuka, tanpa adanya pemilahan
yang dipindahkan oleh petugas bercampur dalam satu wadah, sehingga sampah
dari 2 kaisar dengan sekali pengangkutan menjadi 2 kaisar dengan dua kali
buah. Namun, kondisi sampah di TPS tidak dilakukan proses pengangkutan dan
sampah yang dilakukan dari zaman ke zaman adalah dengan cara dibakar melalui
4
sampah permukiman darat sampah pesisir
pengangkutan TPA
sampah Organik sampah Anorganik Kota
pengumpulan
pengumpulan
Gambar 2
pemindahan
Skema pengelolaan sampah di pulau Penyengat
TPS 3R
Dibakar petugas
bertanggung jawab terhadap pengolahan sampah, baik dari pihak RT/RW yang
berwenang maupin pihak dinas, meskipun fasilitas gedung yang sudah disediakan.
Sehingga sampah yang menumpuk tanpa dikelola, dan hanya dilakukan proses
pengolahan sampah dengan cara dibakar, menjadi tumpukan bukit sampah yang
mulai meninggi. Sedangkan dalam aspek pembiayaan, belum adanya biaya yang
sampah. Hal ini dikarenakan proses tersebut dilakukan oleh pihak dinas
yaitu peraturan daerah nomor 14 tahun 2009 dan Peraturan daerah nomor 3 tahun
5
pengelolaan sampah. Hal ini dibuktikan dengan masih berlangsungnya
pengolahan sampah dengan cara dibakar. Sedangkan dalam aspek peran serta
dilibatkan secara inisiatif sendiri, masih diperlukan arahan dan himbauan pihak
RT/RW dalam kegiatan gotong royong atau kerja bakti. Belum adanya inisiatif
PEMBAHASAN
atau aspek dalam penanganan sampah di pulau Penyengat, yaitu aspek teknik
opeasional, aspek kelembagaan, aspek biaya, aspek peraturan hukum, dan aspek
Penyengat :
1. Teknik operasional
kebersihan lingkungan kawasan pesisir pulau Penyengat baik dari tingkat Kota
6
dimilki setiap rumah tangga, karena sistem pewadahan yang dikelola dengan
tertutup.
b. Pengumpulan sampah.
dengan melalui petugas kelurahan dimana petugas yang telah ditunjuk untuk
7
melayani kebersihan, mengumpulkan dan membawa sampah ke Tempat
jasa pick up (kaisar) karena kondisi akses jalan yang berbeda dengan wilayah
c. Pemindahan sampah
akan tetapi disediakan lahan kosong atau pesisir pantai (non TPS), yang
sampah yang ada dapat melalui, bak konstruksi, kontainer, atau transfer depo
dikarenakan oleh kondisi akses di pulau Penyengat, efisiensi biaya dan waktu.
d. Pengangkutan sampah
8
2009). Ada 2 (dua) cara pengangkutan sampah yang dilakukan di kawasan
mesin pencacah kemudian diangkut dengan perahu motor dan dijual. Kedua
dari pesisir pantai yang diangkut ke TPA Kota dengan akses laut, namun
9
akhir teknik operasional tidak dilakukan sehingga sampah yang berada di
2. Aspek kelembagaan
pengelolaan sampah. sehingga sampah tidak terkelola dengan baik baik dari
(2017) dan Riswan (2011), wilayah yang belum memiliki kelompok pengelola
terdapat strategi maupun upaya khusus yang dilakukan dalam pengelolaan sampah
di wilayah pesisir.
3. Aspek Biaya
penerimaan retribusi serta hasil penjualan produ TPS 3R, seperti kompos dan daur
ulang. Dalam aspek biaya di pulau Penyengat tidak terdapat biaya pengangkutan,
10
oleh petugas dinas kebersihan dan masyarakat mengumpulkannya di pewadahan
yang disediakan serta tida terdapatnya hasil penjualan produk daur ulang karena
pedoman dalam pengelolaan sampah, yakni perda nomor 14 tahun 2009 tentang
sistem pengelolaan sampah dan perda nomor 3 tahu 2015 tentang pengelolaan
teknik operasional. Berdasarkan perda nomor 3 tahun 2015 BAB VI pasal 21 ayat
11
pengelolaan sampah, karena peran serta masyarakat secara aktif sangat
nomor 3 tahun 2015 tentang pengelolaan sampah pasal 46 ayat (2), peran
masyarakat dapat dilakukan dengan : (1) pemberian usul, pertimbangan dan saran
Pengelolaan sampah pesisir dan daratan tidaklah jauh berbeda dalam aspek
dalam pengelolaan sampah masih acuh tak acuh dan kurang kepedulian untuk
menjaga kebersihan halaman sekitar ini dikarenakan bahwa kebersihan rumah dan
membersihkan karena risih jika halamannya kotor, karena rumah dan halaman
12
menimbulkan bau. Namun jika wilayah pantai, perilaku membuang sampah
peisisir pantai dikarenakan anggapan bahwa sampah yang dibuang akan hilang
Penyengat adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 33,2 %. (3)
13
seperti membakar sampah di lahan terbuka daratan Pulau Penyengat. Sedangkan
misalnya jika warga yang lain boleh membuang sampah ke pantai, maka warga
yang lain juga mengikuti. (4) Tekanan biaya hidup. Untuk memenuhi kebutuhan
lainnya di pesisir pantai. Hal ini juga menyebabkan perilaku masyarakat dalam
a. Aspek pengetahuan.
Menengah Atas) ada 736 jiwa (28,4%), sedangkan lulusan sarjana 163 jiwa
14
b. Aspek sikap.
secara mandiri.
membakarnya.
TPA.
15
KESIMPULAN
alat-alat berat.
16
Tanjungpinang maupun penanganan sampah oleh Dinas Perumahan
melaksanakan tugasnya.
tidak diadakan, karena tidak ada fasilitas gedung yag digunakan dalam
beberapa titik jalan Kelurahan Pulau Penyengat. Dan perilaku ini juga
17
dilakukan masyarakat yang tinggal di darat. Sehingga beberapa rumah
DAFTAR PUSTAKA
Aboejoewono. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan
Permasalahannya Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus. Jakarta.
Alfiandra. 2013. Kajian Partisipasi Masyarakat yang Melakukan Pengelolaan
Persampahan 3R di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur Kota Semarang.
Semarang. Universitas Diponegoro.
Afoni Wijaya, Rizal Alfansi, Benardin. 2013.Jurnal Ekonomi dan Perencanaan
Pembangunan. Pengelolaan sampah di Kota Bengkulu. 95 :90.
Cicilia Kartika KI, Budi P Samadikun, Dwi Siwi Handayani. 2017. Jurnal Teknik
Lingkungan. Perencanaan Teknis Pengelolaan Sampah Terpadu (Studi
Kasus Kelurahan Jabingan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang).12 :
4-5.
18
Sampah Di Bantaran Sungai Martapura Terhadap Lingkungan Perairan.
126:118
Matasse, Muhammad Wawan. 2017.Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan Wilayah Pesisir Desa Lero Kecamatan Sindue Kab.
Donggala. 10:8
Monica Sitanggang, Ika Bagus Priyambada, Syafrudin. 2017. Jurnal Teknik
Lingkungan. Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu (Studi
Kasus RW 6,7,Dan 8 Kelurahan Bndarharjo, Kec. Semarang Utara. 9: 5-8
Nida Khoirunnisa. 2016. Jurnal skripsi. Analisis Pengelolaan Sampah (Studi
Kasus Di Daerah Perbatasan Kabupaten Cirebon). 13 :3-8
Nur Azizah Affandy, Enik Isnaini, Cicik Helina Yulianti. 2015. Seminar Nasinal
Sains dan Teknologi Terapan. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan
Sampah Komprehensif Menuju Zero Waste. 814:807
Rehito Traro Karo Manik, Indradjaja Makainas, Amanda Sembel. 2015. Sistem
Pengelolaan Sampah di Pulau Bunaken. 24: 21-22.
19