Anda di halaman 1dari 3

Kasus : Kanker Serviks

Seorang pasien datang ke puskesmas untuk kunjungan kedua dengan keluhan terdahulu
perdarahan tidak teratur dari jalan lahir disertai nyeri saat berhubungan seksual. Pengobatan
tidak menunjukkan perbaikan. Pasien datang bersama anaknya dengan membawa hasil pap
smear
Identitas pasien:
Nama : Ny. Lilik
Usia : 38 th
Alamat : Jl. Ikan Gurami No.30
Pekerjaan : Guru SD
Riwayat lain : Menikah diusia muda (18 th)
Hasil pap smear menunjukkan kelas V atau adanya tanda-tanda kanker serviks invasive.
Skenario :
Pasien mengetuk pintu, dokter mempersilahkan pasien untuk masuk, berjabat tangan dengan
ramah dan mempersilahkan duduk.
Dokter : Silahkan duduk Bu Lilik dan anaknya, monggo… monggo…
Lalu kondisinya sekarang bagaimana, Bu?
Pasien : Ya, masih lemas, dok (pasien tersenyum tampak tabah) tetapi saya paksakan kerja,
tidak enak kalau banyak izin, dok.
Dokter : Oh, masih lemas ya… (sambil mengangguk dan wajah menunjukkan perhatian)
tetapi yang penting masih semangat kerja, nggih.. (dokter memberikan isyarat
pujian)
Bagaimana ini, ada yang bias saya bantu? Kalau tidak salah kemarin saya minta ikut
pemeriksaan pap smear ya, Bu
Pasien : Oh.. Iya, dok. Ini hasilnya baru saja saya ambil (sambil memberikan hasil pap
smear)
Dokter : Coba saya lihat hasilnya dulu ya, Bu…..
(Setelah melihat hasil pap smear dan disimpulkan kelas V atau tanda-tanda kanker
serviks invasive, dokter kemudian bersiap untuk menyampaikan hasilnya kepada
pasien)
Bu Lilik datang ke sini bersama anaknya saja atau bersama suami juga?
Pasien : Kebetulan bersama anak saya, suami sedang nggojek di pasar Blimbing.
Dokter : Ini anaknya namanya siapa? Terus sekarang kelas berapa ?
Anak : Ehe.. (sambil malu-malu) Nama saya Luluk, dokter. Sekarang saya kelas 3 SMP
Dokter : O.. berarti mau ujian nasional ya? Rencana mau masuk SMA dimana?
Anak : Iya, dok hehehe. Rencana saya mau masuk SMA 9 Malang dikarenakan dekat rumah
saya, dok.
Dokter : Oh ya bagus kalau begitu, semoga sukses
Lalu, untuk Ibu Lilik saya akan menjelaskan hasil pap smear ini, tetapi, sebelumnya
Bu Lilik tahu kenapa harus diperiksa pap smear atau barangkali sudah pernah tanya-
tanya ke orang lain mengenai gejala yang Ibu alami?
Pasien : Sebenarnya saya tidak tahu, dok.. hanya mengira-ngira saja. Tetapi kata teman di
sekolah pap smear itu untuk tahu apa saya ada tanda-tanda kanker atau tidak. Teman
saya dulu juga pernah pap smear tetapi hasilnya hanya radang saja.
Dokter : O gitu ya.. (sambil mengangguk) Kalau saya jelaskan saat ini apa Ibu bersedia?
Pasien : Silahkan, dok.. justru saya ingin tahu. Memang semalam sempar stress, sulit tidur
tetapi saya siap, dok.. apapun hasilnya
Dokter : Jadi begini, Bu… memang hasil pap smear Ibu ini menunjukkan adanya kondisi
yang kurang baik, hasilnya memang mengarah ke penyakit keganasan atau kanker
seperti yanag Ibu bilang tadi… Tetapi ini masih harus dipastikan lebih lanjut.
Pasien : (menghela napas panjang) Oh… kanker ya, dok.
Dokter : Iya, Bu.
Pasien : Astaghfirullah… YaAllah… sebenarnya sejak semalam saya sudah menduga, dok,
kalau penyakit saya ini parah. Apalagi waktu teman bilang pap smear itu untuk tahu
kanker, rasanya hati saya langsung campur aduk.
Dokter : Iya, Bu. Saya juga berharap tidak seperti ini hasil tesnya namun sebagai manusia kita
hanya bisa ikhlas dan menerima
Pasien : InshaAllah saya ikhlas, dokter, hanya saya berpikir keluarga saya…. (khawatir)
Anak : (sedih mendengar penjelasan dokter) Dokter… apa Ibu saya bisa sembuh, dok?
Dokter : Jadi gini… untuk penanganan penyakit ini tidak bisa dilakukan di puskesmas harus
dilakukan di Rumah Sakit yang memiliki dokter spesialis dan peralatan yang lebih
lengkap. Beberapa pasien dengan penyakit ini bisa sembuh tentu dengan kesabaran
dalam pengobatan. Semua itu nanti tergantung pemeriksaan lanjutan yang dilakukan
oleh dokter spesialis kandungan. Jadi nanti saya berikan rujukan untuk dibawa ke
Rumah sakit. Tetapi meski begitu, Bu Lilik boleh tetap datang ke saya untuk
bertanya-tanya atau sekedar bercerita. Saya terbuka untuk membantu sebatas
kemampuan dan kewenangan saya sebagai dokter umum.
Pasien : Oh begitu ya, dokter… jadi saya harus ke rumah sakit ya?
Dokter : Iya, Bu. InshaAllah di rumah sakit UMM bisa, Bu. Ini saya tuliskan surat rujukan ya,
Bu.
Apa yang paling dikhawatirkan sekarang, Bu?
Pasien : Ya… saya bingung bagaimana nanti hubungan saya dengan suami saya dokter…
saya takut suami saya tidak bisa menerima saya lagi…
Dokter : Inggih inggih saya paham perasaan Ibu… Ibu khawatir kalau sikap suami berubah.
Begini Bu… InshaAllah besok Ibu ajak suami Ibu ke sini nanti biar saya membantu
menjelaskan.
Pasien : Begitu ya, dok… terima kasih banyak dokter. Besok saya ajak suami saya ke sini
Dokter : Iya, Bu. Sama-sama. Sebaiknya kita berpikir positif dulu… penanganan dan akibat
kanker serviks itu nanti sangat tergaantung stadiumnya.
Ini ya Bu surat rujukannya (menyerahkan surat rujukan).
Pasien : Oh nggih dokter.. sekali lagi terima kasih banyak..
Dokter : Sudah kewajiban saya, Bu. Ada yang perlu saya jelaskan lagi Bu Lilik atau ada yang
ingin ditanyakan?
Pasien : Sementara sudah cukup, dokter (berjabat tangan)
Dokter : Yasudah, besok saya tunggu ke sini dengan suami ya, Bu baru setelah itu ke rumah
sakit…
Pasien : Baik, dokter. Saya mohon pamit. Assalamualaikum
Dokter : Iyaya, Bu. Waalaikumsalam.

Anda mungkin juga menyukai