BAB 2
KINETIKA KIMIA
Deskripsi Singkat
Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda, ada reaksi yang
berlangsung sangat cepat misalnya reaksi penetralan antara larutan asam klorida (HCl)
dan larutan natrium hidroksida (NaOH) dan ada juga reaksi yang berlangsung lambat
misalnya perkaratan besi. Laju reaksi dipelajari karena pentingnya kemampuan untuk
meramalkan kecepatan campuran reaksi mendekati kesetimbangan. Laju itu dapat
bergantung pada variabel yang dikontrol seperti tekanan, temperatur, dan keberadaan
katalis. Alasan lain untuk mempelajari laju reaksi, karena menghasilkan pemahaman
tentang mekanisme reaksi. Bab ini membuktikan asas kinetika dengan memperlihatkan cara
pengukuran laju reaksi dan menafsirkannya dalam kasus sederhana.
Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari Bab 2 mahasiswa dapat memahami konsep-konsep yang
mendasari kinetika suatu reaksi kimia.
Indikator
1. Menjelaskan definisi hukum laju reaksi
2. Mengukur kecepatan reaksi
3. Menentukan hukum laju dan orde reaksi
4. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap laju reaksi
5. Menjelaskan teori tumbukan
6. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
7. Menuliskan persamaan laju dan mekanisme reaksi
8. Menjelaskan hubungan konsentrasi dan waktu paruh
9. Menjelaskan teori keadaan transisi
Untuk menentukan kecepatan reaksi, harus diukur perubahan konsentrasi pereaksi atau
hasil reaksi. Dalam praktek, konsentrasi zat yang bereaksi ditentukan pada berbagai interval
waktu. Contoh reaksi paling sederhana adalah suatu pereaksi yang hanya terdiri dari satu
pereaksi yang melakukan perubahan, pembentukan hasil reaksi, misalnya perubahan
siklopropana.
siklopropana propena
Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa kecepatan reaksi berubah dengan waktu. Misalnya di dekat
titik awal reaksi, konsentrasi A berkurang dengan cepat dan konsentrasi B bertambah pula
dengan cepat. Proses selanjutnya hanya terjadi perubahan konsentrasi yang lebih kecil,
sehinga kecepatan akan berkurang lebih banyak. Pada umumnya hal ini hampir terjadi pada
setiap reaksi kimia, begitu reaksi terpakai kecepatan reaksi berkurang secara bertahap.
Pada reaksi yang lebih kompleks, kecepatan pembentukan dari berbagai hasil dan
kecepatan hilangnya pereaksi tidak sama, tetapi berhubungan dengan koefisien reaksinya.
Misalnya pada reaksi berikut:
18
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Dari setiap molekul N2 yang bereaksi, tiga molekul H2 hilang. Hal ini berarti bahwa kecepatan
hilangnya gas hidrogen adalah tiga kali dari hilangnya gas nitrogen. Koefisien reaksi tersebut
juga menyatakan bahwa dua molekul NH 3 terbentuk dari tiap molekul N2, sehingga kecepatan
pembentukan NH3 adalah dua kali dari kecepatan hilangnya gas N 2.
Di mana A, B, C, dan D adalah komponen dari reaktan dan produk yang mengalami perubahan
selama reaksi. Jika laju reaksi tidak bergantung pada salah satu komponen yang dipakai
dalam penentu laju reaksi maka stoikiometri reaksi tidak sepenuhnya menentukan laju
reaksi, tetapi penentu laju reaksi sangat bergantung dengan data hasil percobaan.
Sedangkan bila kecepatan itu dipengaruhi oleh stoikiometri reaksi maka dapat ditulis :
[ ] [ ] [ ] [ ]
Gambar 2.2 Berkurangnya konsentrasi bromin dalam satu satuan waktu ditandai dengan
hilangnya warna dari cokelat kemerahan menjadi tidak berwarna (dari kiri ke
kanan).
19
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Perhatikan Gambar 2.2 reaksi antara bromin dengan asam formiat yang ditunjukkan dengan
persamaan reaksi berikut:
Awal reaksi bromin berwarna coklat kemerahan, lama-kelamaan menjadi tidak berwarna.
Ada dua pengertian tentang laju reaksi yaitu laju rata-rata dan laju sesaat. Laju rata-rata
menyatakan perubahan konsentrasi dalam selang waktu tertentu.
Contoh 2.1
Data laju reaksi butil klorida dalam air adalah:
C4H9C1(aq) + H2O(1) → C4H9OH(aq) + HCI(1)
Hitunglah laju rata-rata penghilangan C4H9Cl pada selang waktu 50-150 detik!
Jawaban
[C4 H 9Cl ] [C H Cl ] [C H Cl ]
Laju rata-rata = 4 9 2 4 9 1
t t2 t1
(0, 0741 0, 0905)M
=
150 50 det
= 1,64x10-4 M/detik
20
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Kecepatan reaksi tersebut dapat pula dinyatakan dalam konsentrasi pereaksi A, karena
konsentrasi A juga berubah dengan waktu. Kecepatan reaksi yang dinyatakan sebagai
konsentrasi A adalah:
[ ]
Tanda negatif menyatakan bahwa konsentrasi A berkurang dengan waktu, Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Perkiraan kecepatan reaksi yang didasarkan pada perubahan konsentrasi B
dengan waktu
Pada pengukuran kecepatan reaksi kimia, konsentrasi yang diamati dan teknik yang
digunakan untuk mengukur perubahan itu tergantung dari sifat reaksinya. Misalnya untuk
reaksi gas, tekanan diamati. Perubahan tekanan ini disebabkan oleh perubahan mol gas dalam
reaksi. Cara lain juga bisa dilakukan misalnya dengan pengamatan perubahan warna.
Contoh 2.2
Reaksi pembakaran metana adalah sebagai berikut:
Kecepatan pembakaran metana sebesar 0,16 mol-1detik-1. Pada keadaan ini berapa kecepatan
pembentukan CO2 dan H2O?
21
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Jawaban
Contoh 2.3
Pada reaksi 2NO + Cl2 2NOCl, diperoleh data sebagai berikut :
Jawaban
Bentuk persamaan kecepatan reaskinya adalah :
Kecepatan reaksi = k [NO]x[Cl2]y
Untuk menentukan nilai x dan y, maka dilakukan pemilihan data dari hasil percobaan
sebanyak masing-masing sepasang, sehingga akan diperoleh nilai x. Dengan cara yang sama
akan diperoleh nilai y. Dari hasil nilai x dan y yang telah diperoleh dengan data yang ada
dapat ditentukan konstanta kecepatannya.
Misalnya dipilih percobaan 1 dan 2
(1) V1 = k [NO]x[Cl2]y = k (0,10)x(0,10)Y = 2,53 x 10-6
(2) V2 = k [NO]x[Cl2]y = k (0,10)x(0,20)y = 5,06 x 10-6
( )
22
BAB 2 KINETIKA KIMIA
( )
Contoh 2.4
Data berikut dikumpulkan dari reaksi t-butil bromida, (CH3)3CBr, dengan ion hidroksida pada
suhu 55 C.
(CH3)3CBr + OH → (CH3)COH + Br-
Jawaban
Persamaan kecepatan = k [(CH3)3CBr]x[OH]y
Perhatikan percobaan 1, 2, dan 3. Pada ketiga percobaan tersebut konsentrasi OH - sama. Bila
konsentrasi (CH3)3CBr diduakalikan, kecepatan reaksinya juga dua kali. Bila konsentrasi
ditigakalikan, kecepatan reaksinya juga tiga kali. Oleh karena itu, orde parsial untuk
(CH3)3CBr adalah 1. Pada percobaan 1, 4, dan 5 konsentrasi (CH3)3CBr sama. Dengan
mengubah konsentrasi OH-, tidak memberikan pengaruh terhadap kecepatan reaksi, hal ini
berarti orde parsial dari OH- adalah 0, sehingga:
Kecepatan reaksi = k [ (CH3)3CBr ]1 [OH-]0
Kecepatan reaksi = k [ (CH3)3CBr ]
23
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Untuk menghitung konstanta kecepatannya, kita dapat menggunakan salah satu dari hasil
percobaan itu. Dengan menggunakan percobaan 1 dan dengan memasukkan kecepatan dan
konsentrasi pada rumus, diperoleh :
0,001 mol L-1det-1 = k (0,1 mol L-1)
k =
k = 0,01 det-1
24
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Pada suhu di bawah 225 °C, hubungan antara konsentrasi dengan kecepatan adalah:
Kecepatan reaksi ~ [NO2]2
Kecepatan reaksi tersebut tidak tergantung dari konsentrasi CO, tetapi tergantung pada
konsentrasi NO2 kuadrat. Dikatakan bahwa reaksi tersebut adalah reaksi orde kedua terhadap
NO2 dan orde nol terhadap CO. Perhatikan bahwa dalam persamaan kecepatan tersebut tidak
ada hubungan antara koefisien reaksi dengan pangkat.
Tanda ekuivalen pada persamaan kecepatan sebelumnya dapat diubah menjadi
persamaan dengan memasukkan konstanta proporsionalitas (k), yang disebut dengan
konstanta kecepatan. Persamaan akhir yang menyatakan hukum kecepatan adalah :
Kecepatan = k (A)x (B)y
Pada reaksi antara ICl dengan H2,
2 ICl(g) + H2(g) →I2(g) + 2 HCl(g)
Pada suhu 230 °C secara percobaan telah diperoleh persamaan kecepatannya
Kecepatan reaksi = 0,163 l mol-1dtk-1[ICl][H2]
Reaksi ini berorde total 2, orde parsial untuk ICl dan H2 masing-masing sebesar 1. Pada suhu
yang bukan 230 °C, nilai k akan berbeda. Akan kita lihat kemudian bahwa nilai k tergantung
pada suhu. Disebut sebagai persamaan laju atau hukum laju dengan k adalah tetapan laju, x
dan y dapat berupa bilangan bulat, pecahan atau nol. Dari persamaan laju tersebut dapat
dinyatakan reaksi adalah orde ke x terhadap B, dan (x + y) adalah orde reaksi
keseluruhan. Hukum atau persamaan laju diperoleh secara eksperirnen dan tidak bergantung
pada persamaan stoikiometrinya.
Orde reaksi terhadap satu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi komponen itu
dalam hukum laju.
Reaksi:
2A + B → 3C
Laju Reaksi :
[ ] [ ] [ ]
Di mana, v : k [A]x[B] y
x, y : orde reaksi yang tidak selalu lama dengan koefesien reaksi
x : orde reaksi terhadap A
y : orde reaksi terhadap B
x+y : orde reaksi total (dapat sebagai bilangan bulat pecahan)
25
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Di mana k adalah konstanta laju reaksi orde nol. Dari persamaan di atas dapat diintegrasikan dengan
kondisi awal t = 0 dan [A] = [A]0
[ ]
[ ]
Pada saat t = 0 [A] = [A]0
Pada saat t = t [A] = [A] t
∫ { } ∫
[A]t
Arah lereng = -k
Contoh reaksi orde nol adalah proses heterogen yang terjadi pada permukaan zat misalnya
dekomposisi gas NH3 pada kawat tungsten, reaksinya sebagai berikut:
2NH3 → N2 + 3 H2
26
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Bila dibuat grafik ln[A]t versus waktu (t) akan diperoleh garis lurus, maka slope = -k, sehingga
konstanta laju reaksi dapat ditentukan dari perhitungan slope tersebut.
ln [A]t
slope = -k
t
Gambar 2.5 Aluran reaksi orde satu
Waktu paruh (t½ ) untuk reaksi tingkat ke satu adalah sebagai berikut :
pada saat t = t ½ maka [A] = 1/2 [A]o
⁄ [ ]
[ ]
Waktu paruh untuk reaksi orde satu tidak bergantung pada konsentrasi awal, tetapi hanya
bergantung pada konstanta laju reaksi.
Contoh 2.5
Penguraian termal (CH3)2C=O pada 600 °C adalah reaksi orde satu dengan waktu paruh
(t1/2) = 80 detik.
a. Hitunglah konstanta laju (k)!
b. Hitung waktu yang diperlukan agar 25% contoh aseton tersebut terurai!
27
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Jawaban
a. Untuk reaksi orde satu tetapan laju reaksi adalah :
b. Bila 25% konsentrasi molar dari aseton tersebut terurai, konsentrasi molar yang tinggal adalah
75% maka:
[ ]
[ ]
( )
Untuk reaksi orde dua jika dibuat grafik l/[A] t Vs waktu akan diperoleh garis lurus
dengan kemiringan = k
1/[A]t
slope = -k
t
Gambar 2.6 Aluran reaksi orde ke dua
28
BAB 2 KINETIKA KIMIA
( )
[ ] [ ]
[ ]
Contoh 2.6
Pada suhu 1370 K gas NO terurai menjadi N2 dan O2 menurut reaksi orde ke dua:
2NO(g) → N2(g) + O2(g)
Dalam selang waktu 2000 detik gas NO berkurang dari 2,8 x 10 -3 mol/L menjadi
2,0 x 10-3 mol/L. Hitunglah konstanta laju reaksi!
Jawaban
Untuk reaksi orde kedua berlaku
29
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Laju sebagian besar reaksi bertambah besar dengan naiknya suhu. Perubahan harga laju
reaksi terhadap perubahan suhu diberikan oleh Persamaan Arrhenius:
( )
y = b + m x
jadi plot ln k terhadap 1/T akan memberikan persamaan garis lurus dengan kemiringan garis
m yang sama dengan – /R dan intersep b dengan ordinat sebesar ln A. Nilai juga dapat
diperoleh dari nilai k pada dua suhu dengan perhitungan langsung.
Pada suhu T1,
{ }
( ) ( ) ( ) ( )
Dengan persamaan tersebut, bila konstanta kecepatan dari dua suhu diketahui, maka Ea bisa
dihitung. Bila Ea yang diketahui, persamaan ini dapat digunakan untuk menentukan harga k
pada suhu tertentu. Nilai R yang digunakan tergantung dari satuan energinya. Bila Ea dalam
joule, digunakan R = 8,314 J mol-1K-1. bila Ea dalam kalaori, R = 1,987 kal mol-1K-1.
30
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Jika persamaan di atas digunakan untuk dua macam suhu Tl dan T2 maka dapat ditulis k1
pada TI dan k2 pada T2 sebagai berikut :
( )
Baik A atau dapat ditentukan dari grafik (ln k) vs. (1/T). Gradien yang bernilai
negatif dapat dikalikan dengan -R untuk memperoleh nilai Ea (+), dan intersep = ln A
Contoh 2.7
Tentukan A dan Ea dari data berikut!
Jawaban
31
BAB 2 KINETIKA KIMIA
K + CH3I KI + CH3
Gambar 2.8 Tumbukan yang efektif terjadi bila atom K bertumbukan dengan atom I,
karena ukuran atomnya sama
Bertambahnya molekul pereaksi, menghasilkan lebih banyak tumbukan efektif yang terjadi
untuk menghasilkan molekul hasil reaksi. Keadaaan tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.9.
32
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Gambar 2.9 Makin banyak molekul yang bereaksi, makin banyak kemungkinan terjadi
tumbukan untuk menghasilkan molekul hasil reaksi
Katalis adalah zat yang dapat menurunkan energi aktivasi (energi minimum yang
diperlukan agar suatu reaksi kimia dapat berlangsung). Penambahan katalis akan
mempercepat reaksi. Alasan mengapa katalis dapat mempermudah dan mempercepat reaksi
disajikan dalam grafik antara energi potensial terhadap koordinat reaksi dari persamaan
reaksi: A + B C + D
33
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Gambar 2.10 Profil Energi Reaksi dengan katalis dan tanpa katalis
Katalis berperan dengan menurunkan energi aktivasi, sehingga untuk membuat reaksi
terjadi tidak diperlukan energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, reaksi dapat berjalan lebih
cepat. Karena katalis tidak bereaksi dengan reaktan dan juga bukan merupakan produk, maka
katalis tidak ditulis pada sisi reaktan atau produk. Umumnya katalis ditulis di atas panah
reaksi yang membatasi sisi reaktan dan produk. Contohnya pada reaksi pembuatan oksigen
dari dekomposisi termal KClO3, yang menggunakan katalis MnO2.
MnO2
2KClO3 2KCl + 3O2
Katalis terbagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Katalis Homogen
Suatu katalis disebut homogen apabila berada dalam fasa yang sama dengan reaktan
maupun produk reaksi yang dikatalisis. Katalis ini berperan sebagai zat antara dalam reaksi.
Contohnya adalah efek katalis HBr pada dekomposisi termal t-butil alkohol, (CH3)3COH,
yang menghasilkan air dan isobutilen, (CH3)2C=CH2.
(CH3)3COH (CH3)2C=CH2 + H2O
Tanpa penggunaan katalis, reaksi ini berlangsung sangat lambat, bahkan pada suhu
tinggi sekalipun. Hal ini disebabkan karena reaksi ini memiliki energi aktivasi yang sangat
tinggi, yaitu 274 kJ/mol. Dengan menggunakan HBr, energi aktifasi akan turun menjadi 127
kJ/mol, dan reaksi menjadi:
Kelemahan dari katalis homogen ini adalah ketika reaksi selesai, diperlukan perlakuan kimia
selanjutnya untuk memisahkan katalis dari campuran reaksi.
34
BAB 2 KINETIKA KIMIA
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang fasanya tidak sama dengan reaktan atau produk
reaksi yang dikatalisis. Katalis heterogen biasanya berfungsi sebagai permukaan tempat
terjadinya reaksi. Contohnya adalah reaksi antara H 2 dan O2 pada permukaan logam. Logam
berfungsi sebagai permukaan adsorben di mana H2 dan O2 akan menempel dan bereaksi.
35
BAB 2 KINETIKA KIMIA
[ ]
k1 [N2O5] – k2 [N2O5] + k1 [NO2][NO3] – k4[NO][NO3] (2.5)
[ ]
k3[NO2][NO3] – k4[NO][NO3] (2.6)
Konsentrasi dari intermediet NO dan NO3 selama reaksi tidak pernah mempunyai nilai yang
sangat besar maka:
[ ] [ ]
[ ] [ ]
(2.7)
Karena itu pendekatan steady state sangat bermanfaat, sehingga turunan dalam persamaan
(2.5) dan (2.6) dapat disamakan dengan nol. Akibatnya ada persamaan yang dapat
diselesaikan untuk menyatakan konsentrasi NO dan NO 3 pada steady state.
[ ] ( )[ ] (2.8)
[ ] (2.9)
[ ]
[ ]
= - k1[N2O5] + k2 [NO2][NO3] (2.10)
[ ]
[ ]
36
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Bila persamaan tersebut dapat diketahui nilai k, [A]0 dan [A]t maka nilai t bisa dicari.
Nilai menyatakan waktu yang diperlukan untuk reaksi. Persamaan ini akan sangat berguna
bagi penentuan umur benda-benda arkeologi dengan menggunakan isotop radioaktif.
Contoh 2.8
Pada suhu 400 °C konversi orde pertama dari siklopropana menjadi propilena mempunyai
konstanta kecepatan 1,16x10 -6 detik-1. Bila konsentrasi awal siklopropana 1x10 -2 mol/L pada
suhu 400 °C, berapakah konsentrasi zat tersebut setelah 24 jam reaksi berlangsung?
Jawaban
Untuk menyelesaikan soal ini digunakan rumus:
[ ]
( )
[ ]
37
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Persamaan yang menghubungkan konsentrasi dengan waktu berbeda untuk orde reaksi
yang berbeda. Misalnya untuk reaksi orde dua mempunyai persamaan:
kecepatan reaksi = k (A)2
menghasilkan persamaan:
[ ] [ ]
Kuantitas yang penting, terutama yang menyangkut reaksi orde pertama adalah waktu paruh,
t1/2. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan setengah massa semula.
[ ] ⁄ [ ]
Dengan melakukan subtitusi terhadap persamaan:
[ ]
( )
[ ]
diperoleh persamaan sebagai berikut:
[ ]
( )
⁄ [ ]
38
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Gambar 2.12 Grafik reaksi orde satu menurut konsep waktu paruh
Dari rumus t1/2 untuk reaksi orde satu menunjukkan bahwa t hanya tergantung dari nilai k
yang tetap selama berlangsungnya reaksi. Bila waktu paruh suatu reaksi orde satu 1 jam,
maka pada jam pertama konsentrasi zat akan menjadi setengahnya dan setelah 2 jam akan
menjadi seperempatnya, dan seterusnya.
Pada reaksi orde dua, nilai t1/2 tergantung dari konsentrasi awalnya, dengan
mempergunakan cara yang sama dengan reaksi orde satu, akan diperoleh waktu paruhnya.
kecepatan reaksi orde dua = k[A] 2
Pada saat t = t1/2
[ ] ⁄ [ ]
dengan melakukan subtitusi terhadap persamaan:
[ ] [ ]
maka diperoleh,
[ ]
Hal ini berarti bahwa jika konsentrasi [A] 0 menjadi setengahnya, nilai t1/2 menjadi dua kali.
Oleh karena itu, selama reaksi setiap selesai waktu paruh, waktu paruhnya akan menjadi dua
kali dari waktu sebelumnya.
39
BAB 2 KINETIKA KIMIA
energi kinetik molekul secara berangsur berubah menjadi energi potensial, seperti halnya pada
penekanan spiral. Bila molekul-molekul bertumbukan dengan energi kinetik yang rendah,
pergerakannya tidak terlalu cepat. Tumbukan yang lemah mengakibatkan kedua molekul
berhenti dan tidak mengakibatkan perpindahan awan elektron dari satu molekul ke molekul
lainnya. Molekul-molekul tersebut akan berpisah lagi tanpa terjadi perubahan kimia.
Bila dua molekul yang pergerakannya cepat bertumbukan, keduanya memiliki energi
kinetik yang tinggi yang dapat diubah menjadi energi potensial. Hal ini berarti kedua molekul
tersebut dapat mengatasi gaya tolak antara kedua awan elektronnya dan mencapai jarak sangat
dekat satu molekul dengan molekul lainnya. Dari pembicaraan sebelumnya, pada tumbukan
yang efektif, terjadi perubahan-perubahan molekul yang bereaksi menjadi hasil reaksi, hanya
bila molekul-molekul ini saling bertumbukan dengan gaya yang cukup besar. Ada energi
kinetik minimum yang harus dimiliki molekul untuk mengatasai gaya tolak di antara awan
elektronnya bila elektron-elektron tersebut saling bertumbukan. Energi kinetik ini yang
diubah menjadi energi potensial saat terjadi persinggungan disebut energi aktivasi, E a.
Perubahan energi potensial yang berlangsung selama reaksi dinyatakan pada Gambar
2.11. Pada sumbu horizontal menyatakan koordinat reaksi, yang melukiskan jalannya reaksi
molekul-molekul sebagai tumbukan satu dengan lainnya dan molekul hasil reaksi. Posisi
sepanjang koordinat reaksi menyatakan reaksi yang sudah berlangsung dengan sempurna.
Pada bagian kiri diagram energi potensial terdapat dua buah molekul AB. Setelah saling
berdekatan, energi potensialnya naik sampai maksimum. Setelah hasil reaksinya terbentuk, A 2
dan B2 memisahkan diri, energi potensial total turun menjadi nilai yang tetap.
Energi aktivasi untuk penguraian AB menyatakan perbedaan antara energi pereaksi-
pereaksinya dengan titik paling atas pada kurva energi potensial. Molekul AB yang
gerakannya lambat tidak memiliki energi yang cukup untuk mencapai batas atas energi
potensial, sedangkan pada molekul AB yang gerakannya cepat memiliki energi yang cukup
untuk mencapai batas atas tersebut.
40
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Pada Gambar 2.11 energi potensial hasil reaksi lebih rendah dibandingkan dengan
energi potensial pereaksinya. Perbedaan antara energi potensial tersebut sama dengan kalor
reaksi. Dalam kasus ini, mengingat hasil reaksi mempunyai energi potensial yang lebih
rendah dibanding energi potensial pereaksinya, maka reaksi tersebut adalah eksoterm. Dalam
reaksi tersebut akan dilepaskan energi sebagai energi kinetik hasil reaksi. Oleh karena itu,
suhu sistem akan naik selama reaksi berlangsung.
Dalam campuran reaksi tersebut juga terdapat tumbukan antar molekul-molekul A2
dan B2. Dari sekian tumbukan yang ada, bila energi cukup maka akan terbentuk molekul AB.
Pada Gambar 2.11 energi aktivasi dari reaksi: A + B → 2AB
dinyatakan oleh perbedaan energi antara pereaksi dengan puncak energi potensialnya. Karena
pada reaksi ke kanan adalah eksoterm, maka reaksi ke kirinya adalah endoterm.
Zat yang terbentuk pada puncak energi potensial selam terjadi tumbukan yang efektif
disebut zat kompleks teraktifkan. Zat ini terdapat dalam keadaan transisi sepanjang koordinat
reaksi (teori keadaan). Zat kompleks teraktifkan ini tidak stabil, sehingga masih bisa berubah
menjadi pereaksi-pereaksi lagi atau menjadi hasil reaksi. Misalnya pada perubahan sepanjang
koordinat reaksi dapat dinyatakan sebagai:
A A A-------A
+ → → 2AB
B B B--------B
Pereaksi kompleks hasil reaksi
teraktifkan
Garis penuh menyatakan ikatan kovalen biasa, sedangkan garis putus-putus menyatakan
ikatan yang semakin renggang dan ikatan sebagian terbentuk pada keadaan transisi, yang
terdapat dalam tanda kurung. Gambar 2.12 menggambarkan perubahan energi potensial untuk
reaksi tersebut.
Bila energi potensial dari keadaan transisi sangat tinggi, sehingga sejumlah besar
energi harus tersedia dalam tumbukan untuk membentuk kompleks teraktifkan. Bila energi
aktivasi tinggi, maka reaksi berjalan lambat. Bila kita dapat menghasilkan kompleks
teraktifkan yang energinya mendekati pereaksi, akan diperoleh energi aktivasi rendah dan
kecepatan reaksi lebih besar. Katalis dapat menurunkan energi aktivasi.
41
BAB 2 KINETIKA KIMIA
Gambar 2.14 Teori keadaan transisi dan diagram energi potensial suatu reaksi
42
BAB 2 KINETIKA KIMIA
43
BAB 2 KINETIKA KIMIA
44
BAB 2 KINETIKA KIMIA
2. Reaksi X(g) + Y(g) Z(g) pada suhu 700 C diperoleh data sebagai berikut:
Konsentrasi (mol/L)
Kecepatan pembentukkan (mol L-1det-1)
X Y
0,1 0,1 0,04
0,2 0,1 0,16
0,1 0,2 0,08
a. Tentukan hukum laju reaksi tersebut?
b. Hitung orde reaksi dan orde reaksi total?
Jawab:
45
BAB 2 KINETIKA KIMIA
46
BAB 2 KINETIKA KIMIA
1. Gas alam mengandung propana (C3H8), bila propana dibakar dengan reaksi:
C3H8(g) + O2(g) CO2(g) + H2O(g)
Kecepatan pembentukan CO2 sebesar 0,70 mol L-1det-1, berapakah:
a. kecepatan pembakaran propana?
b. kecepatan pembentukan H2O?
c. kecepatan O2 yang digunakan?
3. Suatu reaksi orde pertama A produk mempunyai waktu paruh = 150 detik
a. berapa persen sampel A?
b. berapa kecepatan reaksinya bila konsentrasi A = 0,50 M?
0 3 x 10-3
20 1,5x10-2
5. Reaksi orde satu mempunyai tetapan laju 4,8 x 10 -5det-1. Berapa bagian pereaksi yang
tinggal setelah
a. 30 menit
b. 2 jam
c. 6 jam
47