Anda di halaman 1dari 36

PENGATURAN TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

MATA KULIAH: PENGANTAR HUKUM BISNIS

DOSEN MATA KULIAH: Dr. Dewa Gde Rudy, SH., M. Hum.

OLEH: KELOMPOK 7

1. KADEK VIRGINIAWAN PERMANA PUTRA 1707532064

2. MARCELITHA RISKYLA 1707532065

3. I G. A. P. NADYA AUNDRIA PARAMITA 1707532119

PRODI S1 AKUNTANSI REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020

Kata Pengantar

i
Puji syukur saya ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Mahaesa, atas Berkat dan Rahmat-Nya

saya dapat menyusun makalah yang berjudul “PENGATURAN TENTANG HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA” untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pengantar Hukum Bisnis. Dalam penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari bantuan

serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung mau pun tidak langsung. Saya

menyadari dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan baik dari

segi bahasa maupun isi sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan dan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir

kata saya berharap agar makalah tentang Pengantar Hukum Bisnis ini dapat bermanfaat.

Saya mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang mempergunakan makalah ini

sebagai acuan.

Denpasar, 13 Oktober 2019

Penulis

Daftar Isi

ii
Kata Pengantar…………………………………………………………………………ii

Daftar isi……………………………………………………………………………….iii

Bab I Pembuka……………………………………………….........................................1

Latar Belakang……………………………………………….........................................1

Rumusan Masalah………………………………………………………………………2

Tujuan………………………………………………………...........................................2

Bab II Isi………………………………………………………………………………...4

1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual…………………………………………..4

2. Sejarah Perkembangan Sistem Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Di

Indonesia………………………………………………………………………..8

3. Alasan Perlunya Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual……………………12

4. Ruang Lingkup Kekayaan Intelektual……………………………………........14

5. Sifat Hukum Kekayaan Intelektual……………………………………………16

6. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Kekayaan Intelektual……………………17

7. Jenis- Jenis Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual…………………………...19

8. Bentuk Perlindungan Hukum Yang Diberikan Kepada Pemilik Hak Kekayaan

Intelektual Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Yang Ada…………..20

Bab III Penutup…………………………………………………………………………31

Kesimpulan……………………………………………………………………………..31

Daftar pustaka…………………………………………………………………………..32

iii
BAB I

Pembuka

Latar Belakang

Sistem perekonomian dan kegiatan bisnis yang sehat seringkali bergantung pada

sistem bisnis/usaha yang sehat sehingga masyarakat membutuhkan seperangkat aturan

yang dengan pasti dapat diberlakukan untuk menjamin terjadinya sistem

perdagangan/bisnis tersebut. Aturan-aturan hukum itu dibutuhkan karena :

1. Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan bisnis itu membutuhkan sesuatu yang

lebih daripada sekadar janji serta iktikad baik saja.

2. Adanya kebutuhan untuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat digunakan

seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, tidak memenuhi

janjinya.

Istilah hukum bisnis sebagai terjemahan dari istilah “business law”. Hukum

Bisnis (Business Law) = hukum yang berkenaan dengan suatu bisnis.

Dengan kata lain hukum binis adalah suatu perangkat kaidah hukum

(termasuk enforcement-nya) yang mengatur tentang tatacara pelaksanaan urusan atau

kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau

pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para entrepreneur dalam

risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif (dari entrepreneur tersebut) adalah

untuk mendapatkan keuntungan.

Menurut DR. Johannes Ibrahim, SH, M.Hum, dkk, “hukum bisnis adalah

seperangkat kaidah-kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta menyelesaikan

1
pesoalan-pesoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia khususnya dalam bidang

perdagangan”

Dari penjelasan-penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa hukum bisnis

penting/perlu diketahui/dipelajari oleh pelaku ekonomi/bisnis karena setiap

aktivitas/kegiatan bisnis selalu diatur oleh hukum. Untuk itu para pelaku bisnis/ekonomi

perlu mengetahui/mempelajarinya agar bisnisnya bisa berjalan dengan lancar sehingga

tidak melanggar hukum atau melakukan bisnis yang illegal yang menyebabkan kerugian

baik pelaku bisnis itu sendiri (produsen) maupun masyarakat (konsumen). Sebab

bagaimanapun juga hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur pergaulan hidup

masyarakat agar tertib, aman, tentram dan damai.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kekayaan hak intelektual?

2. Bagaimana Sejarah perkembangan sistem perlindungan hak kekayaan intelektual

di Indonesia?

3. Apa saja Alasan Dari Adanya Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual?

4. Apa Saja Ruang Lingkup Kekayaan Intelektual?

5. Bagaimana Sifat Hukum Kekayaan Intelektual?

6. Mengapa hak kekayaan intelektual perlu diberikan perlindungan?

7. Apa saja Jenis- Jenis Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual?

8. Apa bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada pemilik hak kekayaan

intelektual berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada?

Tujuan

1. Agar dapat mengetahui pengertian atau definisi dari hak kekayaan intelektual.

2
2. Agar dapat mengetahui sejarah system perlindungan hak kekayaan intelektual di

Indonesia.

3. Agar dapat mengetahui Alasan Dari Adanya Perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual.

4. Agar dapat mengetahui Ruang Lingkup Kekayaan Intelektual.

5. Agar dapat mengetahui Sifat Hukum Kekayaan Intelektual.

6. Agar dapat mengetahui alasan mengapa hak kekayaan intelektual perlu

diberikan suatu perlindungan hukum.

7. Agar dapat mengetahui Jenis- Jenis Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual.

8. Agar dapat mengetahui bantuk- bentuk perlindungan hukum yang diberikan

kepada pemilik kekayaan intelektual berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang ada.

3
BAB II

Isi

1. Pengertian dari hak kekayaan intelektual

Sistem Kekayaan Intelektual merupakan hak privat, yang maksudnya hak eksklusif

yang diberikan negara kepada individu yang tidak lain sebagai suatu penghargaan atas

karyanya atau kreativitasnya dan agar orang lain terangsang untuk lebih lanjut

mengembangkannya lagi. Pengembangan tersebut diharapkan dapat didokumentasikan

sehingga dapat terhindar dari pengambilan yang dilakukan oleh pihak lain. Dengan

pengembangan yang dilakukan tersebut dapat diberikan nilai tambah yang lebih tinggi

lagi.

Menurut A. Zen Purba konsep hak eksklusif atas Kekayaan Intelektual kepada

pemegang hak adalah sebagai penghargaan yang sewajarnya atas kompensasi dan

prestasi kreatifitas, pemikiran, dan upaya yang telah menghasilkan oleh pencipta,

inventor, pendesain. Terakhir Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan hak-hak

(wewenang/kekuasaan) untuk berbuat sesuatu atas Kekayaan Intelektual yang lebih

lanjut diatur dalam norma-norma hukum yang berlaku.

Hak atas Kekayaan Intelektual mengandung segudang pengertian, yang kemudian

memberikan difinisikan sebagai berikut:

a. Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah,

Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan

kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia dalam bidang teknologi, ilmu

pengetahuan maupun seni dan sastra yang diekspresikan kepada khalayak umum

4
dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaatnya serta berguna dalam

menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai hukum ekonomi.

b. Agus Sardjono

Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul dari aktivitas intelektual

manusia dalam bidang industri, ilmu pengetahuan, sastra dan seni.

c. Achmad Ramli

Hak Kekayaan Intelektual merupakan suatu hak yang timbul akibat adanya

tindakan kreatif manusia yang menghasilkan

karyakarya inovatif yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia

Dari berbagai rumusan diatas dapat diambil beberapa unsur antara lain:

1. Merupakan Hasil Kegiatan Manusia;

2. Diungkap Dalam Suatu Bentuk Tertentu;

3. Dapat Dilihat Oleh Masyarakat Umum;

4. Dapat Bermanfaat Bagi Kehidupan Manusia; Dan

5. Mempunyai Nilai Ekonomis.

Perlindungan Kekayaan Intelektual yang berkembang dewasa ini lebih memihak

kepada negara maju yang lebih menekan pada kepentingan individu. Hal ini

bertentangan dengan ”atmosfer pemikiran” masyarakat di negara yang berkembang

yang lebih mengenal perlindungan Kekayaan Intelektual yang selalu diupayakan untuk

tidak mengurangi kepentingan masyarakat. Filosofis perlindungan Kekayaan Intelektual

adalah untuk mendorong kemajuan dan munculnya ide-ide baru dan menciptakan iklim

yang kondusif bagi keuntungan penjabaran ide-ide tersebut. Dengan adanya bentuk

perlindungan maka pencipta dan penemu akan mendapat penghargaan yang berupa

5
keuntungan finansial, sedangkan masyarakat akan menikmati serta mengembangkan

hasil ciptaan yang diperoleh dari pemikiran intelektual tersebut.

Berbagai kekayaan intelektual seperti diatur dalam TRIP’s pada hakekatnya sudah

dikenal semenjak abad ke-19 yang jenis ragamnya. Bagi Indonesia undang-undang

dibidang Kekayaan Intelektual dibagi dua bagian yakni, hak Cipta dan hak kekayaan

Industri.

Kekayaan Intelektual dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Hak Paten
KEKAYAAN Hak
INTELEKTUAL Cipta Hak Merek

Hak Desain Industri

Hak Rahasia Dagang


Hak
Kekayaan Hak Tata Letak Sirkuit Terpadu
Industri
Hak Varietas Tanaman

Gambar 1

Pada bagian ini mengisyaratkan setiap negara hukum bahwa ”setiap orang dianggap

mengetahui anggotanya untuk mengimplementasikan semua hukum”. Namun fiksi

hukum tersebut pada ketentuannya secara penuh dalam peraturan prakteknya tidak

sesuai dengan kenyataan yang perundang-undangan nasionalnya. Perjanjian ada,

mengingat masyarakat Indonesia bersifat ini memungkinkan suatu negara anggota multi

etnik, dimana agama sangat berpengaruh untuk menambah kualitas maupun kuantitas

kuat dalam prakek kehidupan bermasyarakat, perlindungan yang lebih luas terhadap

Kekayaan Intelektual ditambah lagi dengan kondisi masih jauh.

Kekayaan intelektual atau hak kekayaan intelektual (HKI) atau hak milik intelektual

adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk intellectual property rights (IPR),

6
yakni hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses

yang berguna untuk manusia. Pada intinya kekayaan intelektual adalah hak untuk

menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur

dalam kekayaan intelektual berupa karya-karya yang timbul atau lahir karena

kemampuan intelektual manusia.

Teori kekayaan intelektual sangat dipengaruhi oleh pemikiran John Locke tentang

hak milik. Dalam bukunya, Locke mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia

terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda dalam

pengertian tersebut tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang abstrak,

yang disebut dengan hak milik atas benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil

dari intelektualitas manusia.

Istilah atau terminologi hak kekayaan intelektual digunakan untuk pertama kalinya

pada tahun 1790. Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik dari si

pencipta ada pada bukunya. Yang dimaksud dengan hak milik di sini bukan buku

sebagai benda, tetapi buku dalam pengertian isinya. Istilah kekayaan intelektual terdiri

dari tiga kata kunci, yaitu hak, kekayaan, dan intelektual.

Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual.

Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi

kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya

tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia. Objek yang diatur dalam

kekayaan intelektual adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan

intelektual manusia . Sistem kekayaan intelektual merupakan hak privat (private rights).

Seseorang bebas untuk mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya

7
intelektualnya atau tidak. Hak eklusif yang diberikan Negara kepada individu pelaku

kekayaan intelektual (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada lain

dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya atau kreativitasnya dan agar orang

lain terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga dengan

sistem kekayaan intelektual tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui

mekanisme pasar. Disamping itu sistem kekayaan intelektual menunjang diadakannya

sistem dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga

kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari

atau dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan

masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk keperluan hidupnya atau

mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi lagi.

2. Sejarah perkembangan sistem perlindungan hak kekayaan intelektual di

Indonesia.

Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang kekayaan intelektual di

Indonesia telah ada sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan

undang-undang pertama mengenai perlindungan kekayaan intelektual pada tahun 1844.

Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek tahun 1885, Undang-

undang Paten tahun 1910, dan UU Hak Cipta tahun 1912. Indonesia yang pada waktu

itu masih bernama Netherlands East-Indies telah menjadi angota Paris Convention for

the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888, anggota Madrid Convention dari

tahun 1893 sampai dengan 1936, dan anggota Berne Convention for the Protection of

Literaty and Artistic Works sejak tahun 1914. Pada zaman pendudukan Jepang yaitu

tahun 1942 sampai dengan 1945, semua peraturan perundang-undangan di bidang

kekayaan intelektual tersebut tetap berlaku. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa

8
Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam

ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan

Kolonial Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak

Cipta dan UU Merek tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten

yang dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan

dalam UU Paten peninggalan Belanda, permohonan Paten dapat diajukan di Kantor

Paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan

Paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda.

Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang

merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang Paten, yaitu

Pengumuman Menteri Kehakiman no. J.S 5/41/4, yang mengatur tentang pengajuan

sementara permintaan Paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri Kehakiman No.

J.G 1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan paten luar negeri.

Pada tanggal 11 Oktober 1961 Pemerintah RI mengundangkan UU No.21 tahun

1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan untuk mengganti UU Merek

Kolonial Belanda. UU No 21 Tahun 1961 mulai berlaku tanggal 11 November 1961.

Penetapan UU Merek ini untuk melindungi masyarakat dari barang-barang

tiruan/bajakan.

Pada tanggal 10 Mei 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris Paris Convention

for the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967) berdasarkan

keputusan Presiden No. 24 tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat

itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah

ketentuan, yaitu Pasal 1 sampai dengan 12 dan Pasal 28 ayat 1.

9
Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun 1982 tentang

Hak Cipta untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan UU

Hak Cipta tahun 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi penciptaan,

penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni, dan sastra serta

mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.

Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem kekayaan intelektual di

tanah air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di

bidang kekayaan intelektual melalui keputusan No.34/1986 (Tim ini dikenal dengan tim

Keppres 34) Tugas utama Tim Keppres adalah mencakup penyusunan kebijakan

nasional di bidang kekayaan intelektual, perancangan peraturan perundang-undangan di

bidang kekayaan intelektual dan sosialisasi sistem kekayaan intelektual di kalangan

intansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan masyarakat luas.

Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No.7 Tahun 1987

sebagai perubahan atas UU No. 12 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.

Tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden RI No.32 ditetapkan pembentukan

Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek (DJHCPM) untuk mengambil alih

fungsi dan tugas Direktorat paten dan Hak Cipta yang merupakan salah satu unit eselon

II di lingkungan Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan, Departemen

Kehakiman.

Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui RUU tentang

Paten yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 Tahun 1989 oleh Presiden RI pada

tanggal 1 November 1989. UU Paten 1989 mulai berlaku tanggal 1 Agustus 1991.

10
Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 Tahun 1992

tentang Merek, yang mulai berlaku 1 April 1993. UU ini menggantikan UU Merek

tahun 1961.

Pada tanggal 15 April 1994 Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying

the Result of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan

TRIPS).

Tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan perundang-undangan di

bidang kekayaan intelektual, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun 1982, UU

Paten 1989 dan UU Merek 1992.

Akhir tahun 2000, disahkan tiga UU baru dibidang kekayaan intelektual yaitu: (1)

UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain

Industri, dan UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Untuk menyelaraskan dengan Persetujuan TRIPS (Agreement on Trade Related

Aspects of Intellectual Property Rights) pemerintah Indonesia mengesahkan UU No 14

Tahun 2001 tentang Paten, UU No 15 tahun 2001 tentang Merek, Kedua UU ini

menggantikan UU yang lama di bidang terkait. Pada pertengahan tahun 2002, disahkan

UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menggantikan UU yang lama dan

berlaku efektif satu tahun sejak di undangkannya.

Pada tahun 2000 pula disahkan UU No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan

Varietas Tanaman dan mulai berlaku efektif sejak tahun 2004.

11
Pada tahun 2014, untuk menyesuaikan arus globalisasi, perkembangan jaman dan

teknologi internet, menyempurnakan kekurangan dalam UU sebelumnya, DPR dan

Pemerintah mengesahkan UU no. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.[12] Selanjutnya,

Pada tahun 2016, DPR mengesahkan UU no. 13 tahun 2016 tentang Paten[13] dan UU

no. 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

3. Alasan Perlunya Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Ada beberapa alasan mengapa perlindungan Hak Kekayaan Intelektual sangat

diperlukan pada masa sekarang.

 Pertama, perjanjian internasional di bidang HKI yang tertuang dalam Trade

Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs), yang kemudian menjadi

satu paket dalam perjanjian WTO, saat ini telah diratifikasi oleh sekitar 183

negara ( Hozumi, 2006: 65-85). Hal ini berarti sebagian besar negara di dunia

telah terikat, dan karenanya memberlakukan perlindungan HKI di negara

masing-masing. Indonesia sendiri meratifikasi perjanjian TRIPs tersebut sejak

13 tahun yang lalu, yaitu melalui UU No. 7 Tahun 1994. Dengan demikian, tata

pergaulan masyarakat internasional, khususnya dalam bidang perdagangan,

tidaklah bisa lepas dari hukum HKI ini. Negara yang tidak memberlakukan

perlindungan HKI berarti sama saja negara tersebut bermaksud mengasingkan

diri dari pergaulan internasional. Perlindungan HKI dalam konteks pergaulan

internasional ini semakin relevan seiring banyaknya negara yang telah

mensyaratkan adanya perlindungan HKI terhadap ekspor dan impor suatu

produk. Bahkan, dalam investasi usaha, sebagian besar negara juga telah

mensyaratkan perlindungan dan penegakan HKI suatu negara sebagai salah satu

12
indikasi atas baiknya iklim investasi negara tersebut. Karenanya, tidak jarang

investor yang batal menanamkan investasinya dikarenakan alasan iklim

perlindungan dan penegakan HKI yang tidak kondusif tadi.

 Kedua, dalam konteks individu pencipta (kreator) dan penemu (inventor) suatu

produk, maka dapat dikemukakan alasan bahwa penciptaan dan penemuan suatu

produk pada dasarnya memerlukan investasi tenaga, biaya, waktu, dan pikiran.

Perlindungan HKI, pada prinsipnya dimaksudkan sebagai salah satu

penghargaan (reward) atas seseorang yang telah menuangkan ide dan

gagasannya ke dalam sebuah karya, dan tentu mengeluarkan pengorbanan

tersebut. Perlindungan HKI, dengan demikian juga dimaksudkan sebagai upaya

mendorong masyarakat untuk semakin berinovasi dalam penciptaan dan

penemuan suatu produk.

 Ketiga, pada suatu produk sesungguhnya terdapat reputasi yang menunjukkan

kualitas produk dan pencipta atau penemunya, sehinggu perlu diberikan

perlindungan hukum, dalam hal ini perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. Hal

ini, terutama berkaitan dengan nama yang digunakan dalam kegiatan usaha.

Sebagai contoh, tidak sedikit pengusaha yang menghabiskan banyak waktu dan

biaya untuk sekedar membangun sebuah reputasi bagi produk-produk mereka,

semisal promo melalui iklan, pemasangan spanduk, atau juga kegiatan-kegaitan

sosial. Karena itu, pembangunan reputasi melalui promo semacam itu mesti

dilindungi oleh hukum (Hak Kekayaan Intelektual), sehingga mencegah adanya

pemboncengan ketenaran reputasi tersebut oleh pihak-pihak lain.

13
 Keempat, dalam konteks antar individu, seringkali masyarakat yang sebenarnya

menjadi pihak pencipta dan penemu pertama, tetapi dikarenakan tidak

memproses perlindungan HKI-nya, sehingga yang mendapatkan perlindungan

Hak Kekayaan Intelektual itu justru pihak-pihak lain yang melakukan klaim

secara individu dan mau memproses perlindungannya. Kasus klaim individu

merek kopi Toraja dan desain batik serta juga kerajinan di beberapa negara,

merupakan sedikit contoh atas pembajakan terhadap produk-produk potensial di

Indonesia.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

tampak jelas sangat diperlukan, dan karenanya menjadi relevan bagi masyarakat

Indonesia. Berkaitan dengan tingginya biaya pendaftaran dalam perlindungan karya-

karya Hak Kekayaan Intelektual, maka menurut penulis hal ini selayaknya menjadi

strategi individu pengusaha saja, apakah menilai karyanya sebagai karya yang memiliki

potensi pasar tinggi atau tidak. Kalau memang potensinya tinggi, sudah seharusnya

karya tersebut diproses perlindungan Hak Kekayaan Intelektual-nya, daripada kemudian

yang melakukan klaim dan proses perlindungan itu adalah justru dari pihak lain.

Sedangkan karya-karya yang prediksi pasarnya rendah, belum diproduksi secara massal,

dan biaya pendaftaran masih dianggap sebagai beban, maka lebih baik pemilik karya.

4. Ruang Lingkup Kekayaan Intelektual

Secara garis besar kekayaan intelektual dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Hak Cipta (Copyrights) adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk

14
itu dengan tidak mengurangi pembatasan menurut Peraturan Perundang-

undangan yang berlaku.

2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights) yang mencakup:

 Paten (Patent) adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada

inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama

waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut kepada pihak

lain untuk melaksanakannya

 Desain Industri (Industrial Design) adalah suatu kreasi tentang bentuk,

konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau gabungan daripadanya

yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan

estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi

serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas

industri, atau kerajinan tangan.

 Merek (Trademark) adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata,

huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-

unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam

kegiatan perdagangan atau jasa.

 Indikasi Geografis (Geographical Indication) yaitu suatu tanda yang

menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan

geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari

kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang

yang dihasilkan.

15
 Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit)

adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia

kepada Pendesain atau hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu

melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak

lain untuk melaksanakan hak tersebut.

 Rahasia dagang (Trade secret) adalah informasi yang tidak diketahui oleh

umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi

karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh

pemilik Rahasia Dagang.

 Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Protection) adalah

perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili

oleh pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor

Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang

dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

5. Sifat hukum kekayaan intelektual

Hukum yang mengatur kekayaan intelektual bersifat teritorial, pendaftaran ataupun

penegakan kekayaan intelektual harus dilakukan secara terpisah di masing-masing

yurisdiksi bersangkutan. kekayaan intelektual yang dilindungi di Indonesia adalah

kekayaan intelektual yang sudah didaftarkan di Indonesia.

6. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Kekayaan Intelektual

16
Menurut Robert C Sherwood sebagaimana dikutip oleh Ranti Fauza Mayana dalam

buku Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas dalam

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Memahami Prinsip Dasar, Cakupan, dan Undang-

Undang yang Berlaku (Sudaryat dkk, 2010) disebutkan bahwa terdapat 5 teori dasar

perlindungan HKI yaitu :

1. Reward Theory

Memiliki makna yang sangat mendalam, yaitu pengakuan terhadap karya

intelektual yang telah dihasilkan oleh penemu/pencipta/pendesain sehingga ia

harus diberikan penghargaan sebagai imbangan atas upaya kreatifnya dalam

menemukan/menciptakan karya intelektualnya.

2. Recovery Theory

Dinyatakan bahwa penemu/pencipta/pendesain yang telah mengeluarkan

waktu, biaya, serta tenaga untuk menghasilkan karya intelektualnya harus

memperoleh kembali apa yang telah dikeluarkannya.

3. Incentive Theory

Berdasarkan teori ini, insentif perlu diberikan untuk mengupayakan

terpacunya kegiatan-kegiatan penelitian yang berguna.

4. Risk Theory

Dalam Risk Theory dinyatakan bahwa karya mengandung resiko. HKI

yang merupakan hasil penelitian mengandung resiko yang memungkinkan orang

lain yang terlebih dahulu menemukan cara tersebut atau memperbaikinya.

17
Dengan demikian, adalah wajar memberikan bentuk perlindungan hukum

terhadap upaya atau kegiatan yang mengandung resiko tersebut.

5. Economic Growth Stimulus Theory

Perlindungan atas HKI merupakan alat pembangunan ekonomi. Sebuah

Negara yang sistem perlindungan HKI berjalan dengan baik, maka pertumbuhan

ekonominya akan baik pula.

Dikaji dari berbagai teori diatas, Indonesia memerlukan Economic Growth

Theory, dengan teori ini, memungkinkan sistem HKI yang baik akan menjadi alat

pembangunan ekonomi suatu negara. Sistem HKI yang baik itu harus di topang oleh

beberapa hal diantaranya adalah :

1). Pemberian Kemandirian kepada Kantor HKI agar secara mandiri dan

profesional mengelola keuangan dan kebijakan HKInya.

2). Penegakan Hukum di bidang HKI, dinegara berkembang harus dimulai dari

proses edukasi akan pentingnya HKI itu sendiri. Baru setelah edukasi

tentang HKI berjalan penegakan hukum di bidang HKI akan berjalan pula.

3). Sadar dan Faham HKI harus di terapkan di tingkat Universitas,

Perusahaan-perusahaan, lembaga-lembaga penelitian. Para peneliti

merupakan subjek HKI yang memegang peranan yang sangat penting,

peranan mereka sangat vital dalam menghasilkan berbagai produk output

HKI itu sendiri utamanya di bidang Paten (Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi). Begitu juga penghargaan pemerintah terhadap para seniman

(pencipta lagu, penulis buku, artis, aktor, penyanyi) sebagai penghasil

18
Hak Cipta berupa buku, karya musik dll, harus diberikan penghargaan

dan sarana pendukung agar keberadaan mereka bisa berkembang dan

mengharumkan nama bangsa. Oleh karena itu, insentif sangat diperlukan

oleh para seniman, misalkan seorang penulis buku-buku pelajaran

sekolah, maka pemerintah perlu memberikan insentif kepada penulis

buku-buku tersebut dengan beasiswa pendidikan agar mampu

meningkatkan wawasan dan keilmuannya di bidang penulisan buku

kurikulum pendidikan yang berkualitas.

Disinilah peranan Incentive Theory memegang peranan. Oleh karena itu, di

negara berkembang seperti Indonesia ini, langkah awal adalah diperlukan adanya teori

insentif sehingga akan menghasilkan teori pertumbuhan ekonomi suatu negara.

7. Jenis- Jenis Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual

Ada beberapa bentuk kegiatan yang dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, antara

lain mengutip sebagian atau seluruh ciptaan orang lain yang kemudiaan dimasukkan ke

dalam ciptaannya sendiri (tanpa mencantumkan sumber) sehingga membuat kesan

seolah-olah karyaannya sendiri (disebut dengan plagiarisme), mengambil ciptaan orang

lain untuk diperbanyak tanpa mengubah bentuk maupun isi untuk kemudian

diumumkan, dan memperbanyak ciptaan orang lain dengan sengaja tanpa izin dan

dipergunakan untuk kepentingan komesial.

Adapun batasan-batasan penggunaan, pengambilan, penggandaan, atau pengubahan

suatu ciptaan baik sebagian maupun seluruhnya yang tidak termasuk dalam perbuatan

yang melanggar Hak Cipta bila sumbernya disebutkan secara lengkap untuk

kepentingan:

19
1. pendidikan, penelitian, penulisan pendidikan, penelitian, penulisan karya

ilmiah,penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan

tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak

Cipta;

2. keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan, legislatif, dan peradilan;

3. ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau

4. pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan

tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.

Untuk lebih jelasnya, batas-batas mengenai perbuatan yang tidak dianggap sebagai

perilaku pelanggaran Hak Cipta dapat ditinjau pada pasal 43 sampai 53 tentang

Pembatasan Hak Cipta di dalam Undang-Undang Hak Cipta.

8. Bentuk Perlindungan Hukum Yang Diberikan Kepada Pemilik Hak Kekayaan

Intelektual Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Yang Ada

 Hak Cipta

Menurut uu no 28 tahun 2014 pasal 1 ayat (1) Hak Cipta adalah hak eksklusif

pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu

ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai

pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau

pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut

secara sah.

Sanksi yang diberikan pada pelanggaran hak cipta:

20
Pelanggaran terhadap Hak Cipta dapat diproses sebagai pidana sebagaimana

yang tertuang dalam pasal 120 UU Hak Cipta, “Tindak pidana sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang ini merupaan delik aduan.” Adapun sanksi pelanggaran hak

cipta yang diberikan dapat berupa pidana penjara dan/atau denda seperti berikut.

PASAL 112

Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan/atau pasal 52 untuk penggunaan secara komersial,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

PASAL 113

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara

komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana

denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang

Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud

dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan

secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau

pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang

Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam

pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara

21
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana

denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang

dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar

rupiah).

PASAL 114

Setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang

dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang

hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang

dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, dipidana dengan pidana denda

paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

PASAL 115

Setiap orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya

melakukan penggunaan secara komersial, penggandaan, pengumuman, pendistribusian,

atau komunikasi atas potret sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 untuk kepentingan

reklame atau periklanan untuk penggunaan secara komersial baik dalam media

elektronik maupun nonelektronik, dipidana dengan pidana denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Contoh pelanggaran hak cipta:

22
PLAGIARISME MUSIK

Sejumlah musisi besar dunia juga tidak luput dari dugaan pelanggaran hak cipta.

Ed Sheeran, seorang penyanyi, penulis lagu, dan produser asal Inggris pernah digugat

oleh musisi lainnya asal Amerika di tahun 2016. Martin Harrington—penulis lagu dan

produser musik—dan Thomas Leonard—penulis lagu di bawah naungan perusahaan

Harrington—menuntut Ed Sheeran sebesar 20 juta dolar atas lagu berjudul Photograph.

Menurut dua musisi yang berbasis di California tersebut, ciptaan Ed Sheeran tersebut

memiliki struktur yang serupa dengan salah satu lagu mereka yang berjudul Amazing.

Gugatan dilayangkan di Pengadilan Federal Central District California. Photograph

diklaim memiliki 29 nada identik dengan lagu Amazing. Sebagai catatan, lagu

Photograph dirilis pada tahun 2015, sementara Amazing sudah lebih dulu menyapa

penikmat musik sejak tahun 2009. Tren lagu-lagu cover di berbagai platform digital

juga berpotensi menimbulkan gugatan serupa. Kasus antara grup musik Payung Teduh

dan penyanyi muda Hanin Dhiya juga sempat meramaikan publik. Lagu Akad milik

Payung Teduh yang laris manis di pasaran dibuat versi cover oleh Hanin. Merasa tidak

ada izin sebelumnya, pihak Payung Teduh lantas membuat pernyataan terbuka yang

menyuarakan kekecewaannya meski tidak menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut.

 Hak kekayaan industry

 Hak Paten

23
Menurut uu no. 13 tahun 2013 pasal 1 ayat (1), Paten adalah hak

eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di

bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi

tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk

melaksanakannya. Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara

bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang

menghasilkan Invensi.

Sanksi yang diberikan pada pelanggaran hak cipta.

Ganti Rugi

Lebih lanjut, Cita menjelaskan pemegang paten dapat menggugat ke

Pengadilan Niaga jika paten diberikan kepada pihak lain selain dari pihak

yang memperoleh paten. Pemegang paten/penerima lisensi berhak

mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga terhadap setiap

orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan yang

merugikan hak pemegang paten. “Gugatan ganti rugi tersebut hanya dapat

diterima jika produk/proses itu terbukti dibuat dengan menggunakan invensi

yang telah diberi paten. Apabila ingin mengajukan tuntutan pidana terhadap

pelanggaran paten atau paten sederhana, maka para pihak harus terlebih

dahulu menempuh jalur mediasi,” jelasnya merujuk Pasal 154 UU Paten.

Cita menambahkan pemegang paten yang merasa dirugikan haknya juga

dapat mengajukan permohonan Penetapan Sementara ke Pengadilan Niaga

dengan tujuan: untuk mencegah masuknya barang yang diduga melanggar

paten dan/atau hak yang berkaitan dengan paten; untuk mengamankan dan

mencegah barang bukti oleh pelanggar; dan/atau untuk menghentikan

24
pelanggaran guna mencegah kerugian yang lebih besar. Terhadap

permohonan Penetapan Sementara tersebut, Pengadilan Niaga dapat

mengabulkan, menguatkan, membatalkan, atau menolak.

Sanksi Pidana

Selain penghapusan paten, aspek hukum dalam UU Paten ini tentu saja

adalah larangan beserta sanksi pidananya. Cita mengingatkan bahwa

berdasarkan UU ini, “Setiap orang tanpa persetujuan pemegang paten produk

dilarang untuk membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,

menyerahkan, dan/atau menyediakan untuk dijual, disewakan, atau

diserahkan produk yang diberi paten.”

Sedangkan, bagi pemegang paten proses, “Setiap orang dilarang untuk

menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang atau

tindakan lainnya.”

Selain itu, lanjut Cita, UU Paten yang baru ini juga mengatur mengenai

ketentuan pidana yang tidak ada dalam UU Paten sebelumnya. Ketentuan

pidana tersebut diatur dalam delik aduan, yakni dalam Pasal 161, Pasal 162,

dan Pasal 164 UU Paten.

Cita menjelaskan bahwa UU ini mengatur bahwa, “Setiap orang yang

dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran terhadap paten,

dipidana penjara paling lama empat tahun dan/atau denda paling banyak Rp

1 miliar. Sedangkan pelanggaran untuk paten sederhana dikenakan setengah

dari ancaman hukuman pelanggaran paten.

Lebih lanjut, Cita menuturkan UU Paten juga mengatur delik aduan terhadap

pembocor rahasia atas seluruh dokumen permohonan paten dari tanggal

25
penerimaan sampai tanggal pengumuman patennya. Setiap orang yang

melanggar ketentuan ini dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2

tahun.

Penambahan pengaturan ketentuan pidana dalam UU Paten juga berlaku

terhadap setiap orang yang mengakibatkan gangguan kesehatan dan/atau

lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun

dan/atau denda paling banyak Rp 2 miliar. Sedangkan bagi setiap orang yang

mengakibatkan kematian manusia, dipidana dengan pidana paling lama 10

tahun dan/atau Rp 3,5 miliar.

 Hak Merk

Menurut uu no 20 th 2016, pasal 1 ayat (1) Merek adalah tanda yang

dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf,

angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)

dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur

tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh

orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau

jasa.

Sanksi yang dapat diberikan pada pelanggar hak merk:

Bagi para pelaku usaha yang meniru merek usaha milik orang lain yang

sudah terdaftar terlebih dahulu. Adapun ancaman yang dapat dijatuhkan

bagi Pelaku Usaha yang meniru Merek dagang orang lain yaitu :

UU Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografi

26
Pasal 100

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama

pada keseluruhannya dengan

Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang

diproduksi dan/atau

diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang

mempunyai persamaan pada pokoknya

dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa

sejenis yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)

tahun dan/atau denda paling

banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

(3) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2), yang jenis

barangnya mengakibatkan gangguan kesehatan, gangguan lingkungan

hidup, dan/atau kematian

manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan/atau denda paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 101

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang

27
mempunyai persamaan pada

keseluruhan dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang

dan/atau produk yang sama atau

sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 4

(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua

miliar rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang

mempunyai persamaan pada pokoknya

dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang dan/atau produk

yang sama atau sejenis dengan

barang dan/atau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 4 (empat) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Pasal 102

Setiap Orang yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dan/atau

produk yang diketahui atau patut diduga

mengetahui bahwa barang dan/atau jasa dan/atau produk tersebut

merupakan hasil tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 100 dan Pasal 101 dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau

denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

28
Pasal 103

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 sampai dengan

Pasal 102 merupakan delik aduan.

 Rahasia Dagang

Menurut UU No. 30 tahun 2000 dalam pasal 1 ayat (1) Rahasia Dagang

adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi

dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam

kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

Sanksi yang diberikan kepada pelanggar:

Pasal 17 ayat (1) dan (2):

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia

Dagang pihak lain atau melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 13 atau Pasal 14 dipidana dengan pidana penjara paling lama

2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan delik

aduan.

 Desain Industry

Menurut UU No. 31 tahun 2000 pasal 1 ayat (1) Desain Industri adalah

suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau

warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk

tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat

diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai

29
untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau

kerajinan tangan. Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang

menghasilkan Desain Industri. Hak Desain Industri adalah hak eksklusif

yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas

hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau

memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak

tersebut.

Sanksi yang diberikan kepada pelanggar:

Menurut pasal 46 ayat (1) dan (2):

(1) Pemegang Hak Desain Industri atau penerima Lisensi dapat

menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, berupa : a. gugatan

ganti rugi; dan/atau b. penghentian semua perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9.

(2) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan ke

Pengadilan Niaga.

Menurut pasal 54 ayat (1) sampai (3) menyatakan:

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara

paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 23 atau Pasal 32 dipidana dengan pidana

30
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

merupakan delik aduan.

BAB III

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaturan atas hak

kekayaan intelektual merupakan suatu proses untuk melakukan pendaftaran Kekayaan

Intelektual oleh masyarakat baik secara pribadi maupun kelompok agar dapat dilindungi

oleh Pemerintah. Dalam hal ini, wewenang implementasi tersebut terdapat pada:

1. Ditjen Kekuassaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI sebagai wakil dari

Pemerintah Pusat yang yang diberi kewenangan untuk membantu memberikan

implementasi kepada masyarakat tentang peran pentingnya Kekayaan Intelektual dalam

pertumbuhan ekonomi rakyat sehingga masyarakat. Dengan demikian, diharapkan

masyarakat memiliki kesadaran untuk melakukan pendaftaran atas Kekayaan Intelektual

yang mereka miliki agar mendapat perlindungan hukum.

2. Pemerintah Daerah seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian dan Dinas UMKM

untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat daerah dalam melindungi Kekayaan

Intelektualnya.

Hal ini telah diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang telah

memberikan pengaturan yang bersifat perlindungan dan promosi terhadap kesejahteraan

rakyat. Peran pemerintah dalam melaksanakan implementasi kepada masyarakat

31
merupakan bentuk perlindungan yang diberikan negara untuk mewujudkan

kesejahteraan bagi masyarakat atas Kekayaan Intelektualnya.

Daftar Pustaka

Achmad. Zen Purba. 2005. KI Pasca TRIP’s, Edisi Pertama. Bandung PT. Alumni.

OK.Saidin, 2004 Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, PT. Radjawali Grafindo.

Sudrajat, SH dkk. 2010. Hak Kekayaan Intelektual ; Memahami Prinsip Dasar,

Cakupan, dan Undang-undang yang berlaku, Bandung: Oase Media.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016

TENTANG PATEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000

TENTANG RAHASIA DAGANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000

TENTANG DESAIN INDUSTRI

https://pusathki.uii.ac.id/mengapa-perlu-melindungi-hki/ diakses pada tanggal

13/10/2019

32
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kekayaan_intelektual diakses pada tanggal 13/10/2019

33

Anda mungkin juga menyukai