Makalah Hukum Bisnis KLMPK 8 Ih 3B
Makalah Hukum Bisnis KLMPK 8 Ih 3B
Oleh:
Kelompok 8
11210480000004 Izma Jaida
11210480000048 Faisa Ananta
11210480000119 Muhammad Alif Rizky
11210480000054 Khadija Khairunnisa
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hak Kekayaan
Intelektual”. Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas Mata kuliah Hukum
Bisnis. Disamping itu, dengan dibuatnya makalah ini diharapkan bisa memberikan wawasan
dan ilmu khususnya kepada pembaca.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunanan makalah ini terdapat
kekurangan dan ketidaksempurnaan,baik dari segi penulisan maupun dari cara penyajiannya.
Akhir kata dengan senang hati penyusun menerima kritik dan saran demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang.Harapan penyusun,semoga makalah yang sederhana ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB 1 .......................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ..................................................................................... 2
2.2 Hak Kekayaan Intelektual pada umumnya............................................................................. 3
2.3 Pembangunan Indigenous Technological Capabilities ............................................................ 6
2.4 Sosialisasi HKI dan Motivasi untuk dan Motivasi untuk Memperolehnya ........................... 8
2.5 Kesadaran Hukum Masyarakat Umum dan Kampus........................................................... 12
2.6 Paris Convention – TRIPs ....................................................................................................... 13
2.7 Indonesia dan Law Enforcement HKI ................................................................................... 17
2.8 Isu-Isu Penting Dalam Bidang HKI Dewasa ......................................................................... 20
BAB III ....................................................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 21
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 22
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ketiga, sesuatu yang menjadi hak milik dimaksud harus memenuhi syarat “novelty”
atau relatif merupakan sesuatu yang belum pernah ada atau dikenal
sebelumnya.keempat, dilihat dari aspek waktu perlindungan, setiap jenis HKI pada
ummunya dibatasi masa perlindungannnya.
Secara umum hak kekayaan intelektual terdiri dari dua hal yaitu kekayaan
industri dan Hak Cipta. Hak kekayaan industri terdiri dari Paten, Merek, Varietas
Tanaman, Rahasia Dagang, Desain Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Hak Cipta terdiri dari Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Sastra
Hak Kekayaan Intelektual selalu dikaitkan dengan tiga elemen penting berikut ini :
a. Mengandung hak ekslusif yang diberikan oleh hukum.
b. Hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada kemampuan
intelektual.
c. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.
3
4. Sosial Last but not least adalah prinsip sosial, dimana negara bekerja melindungi
hak-hak masyarakat dan menjamin keseimbangan antar kepentingan masyarakat
sebagai warga negara.
Ciri-Ciri Utama HKI Adalah hak-hak tersebut berpindah ketangan lain yaitu
dengan cara:
1. bisa dijual,
2. dilisensikan,
3. diwariskan seperti hak-hak kebendaan lainnya.
Intinya hak-hak tersebut bisa dialihkan kepemilikannya berdasarkan alasan sah dan
dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
4
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Contoh hak cipta yang sering kita jumpai adalah ciptaan yang melekat pada sebuah
lagu.
5. Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk
tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan
dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan
suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Contoh desain
industri adalah desain apel krowak yang kece.
6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga
dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah
elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu
dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan
sirkuit terpadu. Disini Sirkuit Terpadu dimaksudkan sebagai suatu produk dalam
bentuk jadi atau setengah jadi, yang didalamnya terdapat berbagai elemen dan
sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian
atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu didalam sebuah
bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
Contoh desain tata letak sirkuit terpadu adalah Motherboard/Mainboard yaitu papan
rangkaian utama komputer untuk memasang processor, memory dan perangkat
lainnya.
7. Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu
barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor
manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas
tertentu pada barang yang dihasilkan. Misalnya Kopi Toraja, Batik Yogyakarta,
Kain Tapis Lampung, Telor Asin Brebes.
8. Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang, yang
meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi
lain dibidang teknologi dan/ atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak
diketahui oleh masyarakat umum. Contohnya rahasia dagang pada produk KFC
dengan 11 bumbu rahasianya.
9. Perlindungan Varietas Tanaman adalah perlindungan khusus yang diberikan
negara, yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan
oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang
dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Saya kutip
dari web LIPI salah satu contoh varietas yang sudah mendapatkan sertifikasi HKI
untuk varietas tanaman adalah bunga Lipstik Aeschynanthus “SoeKa”. Infonya
keunikan bunga ini terdapat pada tabung mahkota bagian luar bunga yang memiliki
5
corak lurik sehingga berbeda dari bunga lipstik pada umumnya yang bercorak
polos. Bunga lipstik jenis itu merupakan persilangan antara dua spesies yang
berbeda yaitu Aeschynanthus “Radicans” kelopak hijau dengan Aeschynanthus
“Tricolor”.
Jangka Waktu Perlindungan HaKI Jangka waktu perlindungan HKI adalah:
1. Sepanjang hayat pencipta ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia untuk
ciptaan yang asli dan bukan turunan (derevatif).
2. Selama 50 tahun sejak pertama kali ciptaan itu diumumkan. Jenis-jenis ciptaan
yang dimaksud meliputi program komputer, dan karya deveratif seperti karya
sinematografi, rekaman suara, karya pertunjukan dan karya siaran.
3. Selama 25 tahun. Perlindungan yang terpendek ini diberikan untuk karya
fotografi dan karya susunan perwajahan, karya tulis yang diterbitkan.
4. Ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh Badan Hukum, berlaku selama 50 tahun
dan 25 tahun sejak pertama kali diumumkan.
5. Ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan oleh negara berdasarkan Pasal 10 ayat
(2) huruf b, berlaku tanpa batas.
6
hal yang sangat penting, tentu perhatian pada pemanfaatan dan pengembangan
indigenous technology harus makin besar. Bagaimana? Tentu implikasinya
terutama dalam konteks kebijakan dan strateginya merupakan salah satu agenda
kritis pembangunan (yang tak selalu harus sepenuhnya dibebankan kepada
pemerintah). Tulisan singkat ini memuat dua hal pokok. Pertama, diawali dengan
menawarkan pengertian (dan batasan) tentang “apa” yang sebenarnya dimaksud
dengan indigenous technology, bahasan tentang beberapa isu utama mengapa
perhatian terhadap hal ini sangat penting bagi Indonesia diangkat. Hal tersebut
selanjutnya menjadi pangkal tolak bagi hal kedua, yaitu merumuskan agenda
tentang upaya yang sebaiknya segera dilakukan sebagai wacana dalam upaya
mengembangkan, mendayagunakan, dan melindungi teknologi masyarakat.
Definisi, dengan tekanan yang ingin disampaikan di sini, tidak menyangkut soal
salah atau benar (apalagi dalam pengertian mutlak/absolut), melainkan pada
pertimbangan kegunaannya. Namun ini penting karena walaupun tidak disepakati,
setidaknya pengertian tertentu yang dimaksud oleh seseorang/pihak tertentu
dipahami oleh yang lainnya sehingga juga memperjelas perbedaannya atau
ketidaksepakatannya. Sebagai salah satu pangkal tolak bagi interpretasi dan diskusi
lebih lanjut, disampaikan batasan pengertian tentang beberapa terminologi kunci
berikut ini. Yang dimaksud dengan “teknologi” di sini adalah sehimpunan cara,
peralatan, metode, informasi, dan pengorganisasian yang dimanfaatkan untuk
menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) atau secara umum untuk memecahkan
persoalan tertentu (menjawab persoalan pragmatis), berlandaskan kaidah keilmuan.
Dengan demikian, teknologi menunjukkan tekanan pada sisi pragmatis dalam
konteks tujuan tertentu (know-how) atas dasar pengetahuan yang
melatarbelakanginya (know-why)
Secara semantis, pengetahuan tradisional (traditional knowledge) merupakan
pengetahuan yang telah merupakan bagian dari tradisi masyarakat tertentu. Dia
disampaikan secara turun-temurun dari suatu generasi ke generasi berikut dalam
masyarakat. Pengetahuan ini tentunya bisa berasal dari “luar” masyarakat tersebut.
Tetapi sebaliknya pengetahuan yang telah mentradisi ini bisa merupakan
pengetahuan yang memang berkembang secara khas pada masyarakat tertentu.
Pengetahuan ini hasil “internal” budaya kelompok masyarakat tertentu. Inilah yang
merupakan pengetahuan “asli” (indigenous knowledge. Dengan pengertian di atas,
maka teknologi masyarakat atau indigenous technology yang dimaksud di sini
adalah teknologi yang dikembangkan atas pengetahuan spesifik asli masyarakat
(indigenous knowledge) tertentu tersebut.
7
2.4 Sosialisasi HKI dan Motivasi untuk dan Motivasi untuk Memperolehnya
Definisi dari Hak Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang ada dari hasil
kemampuan intelektual manusia, bentuknya berupa suatu karya dalam berbagai
bidang, baik dalam bidang teknologi, penemuan, karya sastra, seni, dan lain
sebagainya. Kekayaan Intelektual membutuhkan suatu perlindungan. Secara garis
besarnya HKI (hak kekayaan intelektual) terdiri dari Hak Cipta (copyright), Hak
Kekayaan Industri (industrial property right) yang meliputi hak paten, desain
industri (industrial design), merek (trademark), rahasia dagang (trade
secret),penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair
competition), dan desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated
circuit).
1
KBBI
8
terdapat pelanggaran, akan sulit untuk membuktikan bagi pihak yang tidak
mendaftarkan haknya. 2
Pada pembahasan kali ini akan memaparkan tentang sosialisasi HKI pada bidang
hak Merek. Merek merupakan hal yang penting dalam dunia bisnis yang sangat
identik hubungan nya dengan dunia perdagangan, baik berupa perdagangan barang
maupun jasa. Fungsi Sebuah merek dalam dunia perdagangan adalah tentang
memudahkan konsumen untuk membedakan antara produk dengan produk lainnya.
Fitur merek berkembang sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik dan
internasional. (Mirfa, 2016).
a. Prosedur Pendaftaran
2
Sembiring Sentosa, Prosedur dan tata cara memperoleh hak kekayaan hak kekayaan intelektual
9
memberikan pihak lain hak untuk memakai (dengan sistem lisensi). Tetapi tidak
mungkin pihak lain memakainya.
Tata cara pendaftaran merek di Indonesia diatur pada UU Merek Tahun 2001
dalam Pasal 7 yang menentukan bahwa:
10
9) Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan
Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan
tata cara pengangkatanya diatur dengan Keputusan Presiden3
Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 menyatakan hak atas
merek terdaftar dapat dialihkan karena: a. Pewarisan; b. Hibah; c. Wasiat; d.
Perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan yang tidak bertentangan dengan Undang Undang Merek. Pengalihan hak
atas merek terdaftar wajib dimohonkan pencatatannya pada Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual dengan dokumen yang mendukung. Jika pencatatan tidak
dilakukan, maka pengalihan hak atas merek tidak berakibat hukum kepada pihak
ketiga. Hal ini sesuai dengan prinsip kekuatan berlaku terhadap pihak ketiga pada
umumnya karena pencatatan dalam suatu daftar umum (registrasi)4
Sebuah merek dapat dihapus hak perlindungan nya apabila merek yang telah
didaftarkan tidak dipergunakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
undangundang, akan mengakibatkan pendaftaran merek yang bersangkutan
dihapuskan. Apabila terdapat bukti yang cukup untuk menghapus merek,
penghapusan merek yang dilakukan oleh Direktorat Merek akan dicoret dalam
Daftar Umum Merek bdan akan diumumkan dalam berita Resmi Merek. Karena itu,
berakhir pula perlindungan hukum atas merek tersebut. Sosialisasi HKI pada bidang
merek sangat perlu dilakukan kepada masyarakat maupun pihak yang akan
membuat bisnis Kesadaran masyarakat umum ataupun pengusaha sangat
dibutuhkan untuk menghindari terjadinya praktik kecurangan dibidang merek,
selain itu juga dapat menjamin terlaksananya proses perdagangan barang maupun
jasa yang sehat.
3
Firmansyah, Hery, 2011. Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.
hlm 30
4
Astriani, Dwi Rezki Sri. 2009. Penghapusan Merek Terdaftar, P.T. Alumni, Bandung. hlm 87
11
2.5 Kesadaran Hukum Masyarakat Umum dan Kampus
12
Hal ini tentunya sangat di sayangkan, dan tentunya sangat perlu untuk diberikan
perhatian lebih. Saat ini, untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sudah dilakukan
melalui beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah.Selain melalui
penyuluhan, diskusi, seminar, dan lokakarya, dilakukan juga upaya strategis
melalui perguruan tinggi untuk mengajarkan HAKI sebagai bagian pengetahuan
yang baru dan penting untuk diajarkan untuk mempersiapkan para lulusan
perguruan tinggi yang memililiki bekal pengetahuan tentang HAKI yang nantinya
akan ditularkan kepada masyarakat.
13
• Kongres Wina dan Traktat Paris (Paris Treaty)
Konvensi Paris lahir di latar belakangi oleh keinginan untuk mengakomodasi
intelektualitas manusia dalam bentuk hak yang lebih hakiki dan terstruktur dalam
koridor hukum. Hal tersebut sangat mengemuka di Eropa. Dari situ lah kemudian
lahir Konvensi Paris di mana sejumlah ketentuan yang terkait dengan hak kekayaan
intelektual mulai diatur.5
Sebelum adanya konvensi internasional di bidang properti industri, individu dan
negara belum memperoleh perlindungan hak kekayaan industri di berbagai negara
di dunia karena keragaman hukum antara satu negara dengan negara lain. Masalah-
masalah yang sering terjadi tersebut menciptakan keinginan yang kuat untuk
mengatasi kesulitan tersebut. Selain itu, ada juga Kekhawatiran masyarakat tentang
tidak adanya perlindungan hukum yang memadai. Sehingga saat pemerintahan
Kekaisaran Austria-Hongaria mengundang negara lain untuk berpartisipasi dalam
pameran internasional penemuan yang diadakan pada tahun 1873 di Wina dan
berujung menghasilkan sebuah serikat "internasional" untuk perlindungan aset
industri yang disiapkan di Perancis, dan dikirim oleh pemerintah Perancis ke negara
lain bersama dengan undangan untuk menghadiri Konferensi Internasional tahun
1880 di Paris.
Ketentuan-ketentuan dalam Konvensi Paris dapat dibagi menjadi empat pokok
yakni, 6
1. berisi aturan hukum substantif yang menjamin hak dasar yang dikenal sebagai
hak kesamaan status di setiap negara anggota
2. menetapkan hak dasar lain yang dikenal sebagai hak prioritas
3. mendefinisikan sejumlah aturan umum di bidang hukum substantif
4. adanya kerangka administrasi yang telah dibentuk untuk menerapkan Konvensi,
dan termasuk klausa akhir Konvensi.
Konvensi Paris dicetuskan dan disahkan dengan nama Paris Convention or the
Protecion of Industrial Property. atau yang biasa dikenal dengan The Paris Union
atau Paris Convention (Konvensi Paris), konvensi ini dilaksanakan pada pada
tanggal 20 Maret 1883 di Paris (Perancis). Pada awalnya, konvensi ini
ditandatangani oleh 11 negara, yaitu Belgia, Brasil, Perancis, Guatemala, Italia,
Belanda, Portugal, El Salvador, Serbia, Spanyol, dan Swiss.
5Raditya Adi Nugraha. “Hak Kekayaan Intelektual di Dunia dan Indonesia”. Makalah, Universitas Indonesia,
2010. hlm.48.
6Raditya Adi Nugraha. “Hak Kekayaan Intelektual di Dunia dan Indonesia”. Makalah, Universitas Indonesia,
2010. hlm.49.
14
Secara umum, konvensi Paris mengatur hak kekayaan intelektual dari negara
diakses bagi warga negara pihak negara-negara lain untuk konvensi, yang
memungkinkan tingkat perlindungan yang sama dan solusi hukum yang sama
terhadap pelanggaran. Konvensi ini sangat penting bagi rezim perlindungan hak
cipta/HaKI di dunia, yaitu sebagai dasar legal global pertama yang berfokus pada
perlindungan hak kepemilikan/hak cipta. Rezim hak cipta dalam WTO yang dikenal
dengan nama TRIPs mencakup konsep dasar Konvensi Paris. Perbedaan keduanya
yaitu, TRIPs membahas masalah persengketaan dagang berikut penyelesaiannya,
sementara dalam Konvensi Paris belum dibahas dan bersifat belum mengikat.
• Konvensi Berne
Setelah konvensi Paris, kemudian dilanjutkan dengan munculnya konvensi
Berne yang dibentuk pada tahun 1886. Konvensi ini dibuat dengan latar belakang
karena pada akhir tahun 1900 an, karya-karya hak cipta secara bertahap telah
menjadi hal penting dalam perdagangan internasional. Konvensi Bern mewajibkan
negara-negara yang menandatanganinya melindungi hak cipta dari karya-karya para
pencipta dari negara-negara lain yang ikut serta dalam konvensi ini. Konvensi
Berne pada saat pembentukannya dikenal sebagai Berne Covention for the
Protection of Literary and Artistic Works. Pada awalnya tujuan dari konvensi ini
adalah mengenalkan hak cipta secara nasional. Latar belakang dan tujuan awal
pembentukan konvensi Paris dan Berne, tidak dapat dapat dipungkiri, bahwa kedua
konvensi ini merupakan wujud engaturan hak kekayaan intelektual yang pertama di
dunia, khususnya dalam skala internasional.
15
Adapun tugas-tugas WIPO dalam bidang HaKI, antara lain:
* Mengurus kerja sama administrasi pembentukan perjanjian atau traktat
internasional dalam rangka perlindungan hak kekayaan intelektual
Mengembangkan dan melindungi hak kekayaan intelektual di seluruh dunia
* Mengadakan kerja sama dengan organisasi internasional lainnya, mendorong
dibentuknya perjanjian atau traktat internasional yang baru dan memodernisasi
legislasi nasional, memberikan bantuan teknik kepada negara-negara berkembang
* Mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi, serta mengembangkan kerja
sama administratif di antara negara-negara anggota.
16
2.7 Indonesia dan Law Enforcement HKI
Pada pembahasan kali ini akan difokuskan kepada Penegakan HKI dalam
lingkup hak cipta. Hak cipta adalah hak kekayaan yang sifatnya immaterial dan
merupakan hak kebendaan. Dalam terminology UndangUndang Nomor 28 Tahun
2014, disebutkan dalam Pasal 3 bahwa undang-undang ini mengatur tentang Hak
Cipta dan Hak Terkait, yang selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 4 disebutkan bahwa
hak cipta dan hak moral terdiri dari Hak Moral dan Hak Ekonomi.
7
Carolyn Hotckis, International Law for Bisnis, New York :McGraw-Hill, 1994, hlm. 304
17
maupun penerima hak yang dilakukan oleh pihak lain maupun adanya
wanprestasi sebagai akibat dari pelanggaran klausula-klausula yang termuat
dalam perjanjian lisensi.
18
harta benda atau kejahatan terhadap harta kekayaan karena obyek hak cipta
dapat berupa hak cipta sebagai hak kekayaan immaterial. Terhadap hak cipta,
si pencipta atau pemegang hak dapat mengalihkan untuk seluruhnya atas
sebagian hak cipta kepada pihak lain, dengan jalan pewarisan, hibah atau wasiat
atau dengan cara sah yang lain. Hal ini membuktikan bahwa hak cipta
merupakan hak yang dapat dimiliki, dapat menjadi obyek pemilikan atau hak
milik dan oleh karenanya terhadap hak cipta itu berlaku syarat-syarat
kepemilikan, baik mengenai cara penggunaannya maupun cara pengalihan
haknya. Keseluruhan hak tersebut undang undang hak cipta memberikan
perlindungan hukum
Harapan untuk Law enforcement untuk kedepan nya adalah Kepada pihak yang
berwenang untuk mensosialisasikan Undang-Undang Hak Cipta sehingga
terwujudnya kesamaan pemahaman dan penafsiran terhadap hak cipta, adanya
persamaan pemahaman, penafsiran tersebut dapat menanggulangi terjadinya
pelanggaran terhadap hak cipta. Kepada masyarakat sebagai konsumen harus
menafsirkan dengan baik bahwa hak cipta mempunyai kedudukan yang sama
dengan harta milik, sehingga dapat dijadikan hak untuk mewarisi. Penegakan
hukum dapat bertindak secara lebih tegas terhadap para pelaku pelanggaran hak
cipta sehingga menimbulkan efek unsur jera, dan tidak mengulangi perbuatan di
kemudian hari yang merugikan berbagai pihak.
19
2.8 Isu-Isu Penting Dalam Bidang HKI Dewasa ini
A ) Isu hki tentang sumber genetic, pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya
Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional dalam kaitannya dengan Akses dan
&Benefit Sharing pasal 29 TRIPs mengatur mengenai kewajiban pemohon paten
untuk mengungkapkan invensinya dengan jelas
Dengan demikian, negara anggota boleh mengecualikan paten untuk tanaman
dan hewan kecuali jasad renik , eksploitasi SGD seringkali tertarik dengan
pengetahuan tradisional yang ada di masyarakat, pematenan jasad renik
mendorong invensi di bidang bioteknologi sehingga mendorong eksploitasi
sumber daya genetic (SGD), negara maju memiliki teknologi, negara berkembang
sebagai penyedian SGD.
C ) Isu Bioteknologi
Isu utama paten yang terkait dengan bioteknologi adalah isu :
1. Dampak terhadap lingkungan
2. Eksploitasi terhadap SGD
3. Perlindungan variestas tanaman
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HKI adalah hak kepemilikan atas ide atau infromasi yang bersifat tak benda yang
berasal dari kreativitas intelektual manusia dan mempunyai nilai komersial. Hak
yang diberikan adalah untuk memiliki, menggunakan dan melarang penggunaan ide
atau informasi yang dimaksud. Secara umum hak kekayaan intelektual terdiri dari
dua hal yaitu kekayaan industri dan Hak Cipta. Hak kekayaan industri terdiri dari
Paten, Merek, Varietas Tanaman, Rahasia Dagang, Desain Industri, dan Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu. Hak Cipta terdiri dari Ilmu Pengetahuan, Seni, dan
Sastra. Akan tetapi, kesadaran hukum atas kekayaan intelektual masyarakat akan
HKI masih sangat rendah. HKI memiliki manfaat yang sangat penting. Oleh karena
nya dibutuhkan penyuluhan hukum secara berkesinambungan sehingga
menyadarkan masyarakat akan pentingnya pemahaman terhadap hukum yang
berlaku di Indonesia. Rendahnya kesadaran hukum dapat disebabkan karena
kurangnya sosialisasi hukum, kurangnya akses masyarakat tentang informasi
hukum.
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Nugraha, Raditya Adi. “Hak Kekayaan Intelektual di Dunia dan Indonesia”.
Makalah, Universitas Indonesia, 2010.
Purba, Zen Umar. “ TRIPs dan Negara Negara Berkembang”. Jurnal Hukum
Intrnasional Vol.1 No.2 (2004) : 245-248
Purwaningsih, Endang, Nelly Ulfah Anisa Riza, Nurul Fajri Chikmawati.
“Kesadaran Hukum Terhadap Merek Terdaftar Pada Pengrajin Batik Pekalongan
Jawa Tengah”. Jurnal Hukum Vol. 5 No.2 (2017) : 182-184
Sembiring, Sentosa. Prosedur dan tata cara memperoleh hak kekayaan intelektual
di bidang hak cipta paten dan merek. Yrama Widya, 2002.
23