Pokok Pembahasan:
1. Pengendalian Internal
3. Peristiwa kemudian
4. Kesinambungan Usaha
INTERNAL CONTROL
Sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang agar
manajemen mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa perusahaan mencapai tujuan dan
sasaran perusahaan. Kebijakan dan prosedur yang sering disebut sebagai pengendalian dan
secara kolektif akan membentuk suatu pengendalian internal entitas. (ISA 315 “ Identifying
and assessing the risk of material misstatement through understanding the entity and its
Environment” )
1
Tujuan dari Pengendalian Internal
2) Tujuan pelaporan keuangan agar terbebas dari kegiatan salah saji material, tepat
tujuan operasional,
5) Monitoring (Pemantauan)
ISA 315.5 “Auditor wajib melakukan prosedur penilaian resiko untuk mengidentifikasi
dan menilai risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan dan pada
tingkat asersi”
2
ISA 315.6 Prosedur penilaian Resiko “Perihal pengendalian risiko entitas yang dapat
membantu mengidentifikasi risiko salah saji material oleh kecurangan dan kekeliruan;
ISA 315.11 “Auditor wajib memperoleh pemahaman tentang Industri terkait, sifat entitas,
3. Peristiwa Kemudian
Acuan materi ini ISA 560.4, 560.5,560.6 560.7 560.10 560.11 560.16, 560.17
ISA 560 alinea 4 merinci tentang tujuan auditor dalam mengaudit peristiwa kemudian
1) Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terhadap peristiwa kemudian
mengenai apakah peristiwa antara date of the financial statements dan date of the
2) Menanggapi dengan tepat, fakta yang diketahui auditor sesudah tanggal laporan
laporan auditnya.
Date of the approval of the financial statements (tanggal persetujuan atas laporan
keuangan)
3
Date the financial statements are issued (tanggal diterbitkannya laporan keuangan)
pekerjaan audit tambahan, sehingga akan diterbitkan laporan auditor yang baru.
Laporan baru tidak diberi tanggal lebih awal dari tanggal persetujuan laporan
keuangan;
Untuk peristiwa kemudian tertentu, pekerjaan audit tambahan dapat dibatasi hanya
sesudah tanggal laporan auditor semula terbatas pada perubahan yang dibuat
kemudian
4. Kesinambungan Usaha
3) Reporting (Pelaporan)
4
Menanggapi Risiko
Ketidakpastian Material
Pelaporan (Reporting) “ISA 570.17; ISA 570.18; ISA 570.19; ISA 570.20; ISA
Acuan Materi ini ISA 240.25, 240.26, 240.27 dan 315.25, 315.26
Risiko bawaan adalah risiko yang mungkin timbul akibat karakter bawaan dari suatu
2) Kompleksitas perhitungan;
Risiko Inheren (IR) mengukur penilaian auditor atas kemungkinan salah saji yang
5
Penilaian Risiko oleh Entitas
Dalam entitas yang lebih kecil, proses penilaian risiko bersifat informal dan tidak
terstruktur. Risiko dalam entitas yang lebih kecil seringkali diakui secara implisit dan
pelaporan keuangan melalui keterlibatan langsung pegawai dan pihak-pihak luar. Oleh
saja yang benar-benar diidentifikasi dan dikelola oleh manajemen. Auditor kemudian
Penilaian risiko salah saji material dilakukan pada dua tingkat, yakni ditingkat
laporan keuangan dan ditingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan
disclosures.
Dokumentasi bisa berbentuk memo(narasi) atau tabel daftar resiko yang berisi
sumber resiko dan implikasinya, kolom asersi dan skor penilaian (1 = rendah, 5 =
Terdapat pada ISA 315 alinea 4c, 12, 13, 18, 19, 20, 21, 22, 24.
6
Tidak adanya Pengendalian Internal
Acuan materi ini terdapat pada ISA 260 dan ISA 265
ISA 260 “ tanggung jawab terhadap pengawasan dan arah strategis dan kewajiban
7
9. Menyelesaikan Tahap Penilaian Resiko
4) Dokumentasi
ISA 315.25
Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji material pada:
b) Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, sebagai dasar
ISA 315.26
termasuk pengendalian yang relevan dengan risiko yang bersangkutan dan dengan
keuangan.
8
b) Menilai risiko yang diidentifikasi dan mengevaluasi apakah risiko tersebut
c) Mengaitkan risiko yang diidentifikasi dengan apa yang bisa salah pada tingkat
ISA 315.27