Anda di halaman 1dari 35

KLASIFIKASI MASSA BATUAN

1. ROCK LOAD (TERZAGHI, 1946)


2. STAND UP TIME
3. ROCK QUALITY DESIGNATION (RQD)
4. KONSEP ROCK STRUCTURE RATING (RSR)
5. KLASIFIKASI ROCK MASS RATING (RMR)
6. SISTEM Q
7. NATM
KLASIFIKASI YANG ADA
TUJUAN DAN MANFAAT KLASIFIKASI MASSA BATUAN

1. Mengindentifikasi parameter yang terpenting yang mempengaruhi


perilaku massa batuan.
2. Membagi formasi massa batuan yang khusus ke dalam group yang
mempunyai perilaku sama, yaitu kelas massa batuan dengan berbagai
kualitas.
3. Memberikan dasar untuk pengertian karakteristik dari tiap kelas
massa batuan.
4. Menghubungkan pengalaman dari kondisi massa batuan di satu lokasi
dengan pengalaman yang ditemui di lokasi lain.
5. Mengambil data kuantitatif dan pedoman untuk rancangan rekayasa
(engineering design).
6. Memberikan dasar umum untuk komunikasi diantara para insinyur
dan geologiwan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sistem klasifikasi
harus :
1. Sederhana, mudah diingat dan mudah dimengerti.
2. Setiap istilah jelas dan terminologi yang digunakan dapat
diterima secara luas oleh enjinir dan geologis.
3. Sifat-sifat massa batuan yang paling signifikansi diikut
sertakan.
4. Berdasarkan parameter yang dapat diukur dengan uji yang
cepat, relevan serta murah di lapangan.
5. Berdasarkan sistem rating yang dapat memberikan bobot yang
penting pada parameter klasifikasi.
6. Dapat berfungsi untuk menyediakan data-data kuantitatif
untuk rancangan penyangga batuan.
Manfaat atau keuntungan yang diperoleh
dari klasifikasi massa batuan adalah :

1. Meningkatkan kualitas dari penyelidikan lapangan (site


invertigation) dengan meminta data masukan yang minimum
sebagai parameter klasifikasi.
2. Memberikan informasi kuantitatif untuk tujuan rancangan
terowongan.
3. Penilaian rekayasa dapat lebih baik dan komunikasi dapat lebih
efektif pada suatu proyek.
PARAMETER - PARAMETER SISTEM
RMR
1. Kuat tekan Uniaksial Batuan
2. Rock Quality Designatioan (RQD).
3. Jarak bidang diskontinuitas (Spacing of discontinuities).
4. Kondisi bidang diskontinuitas (Condition of
discontinuities).
5. Kondisi Airtanah (Groundwater conditions).
6. Orientation bidang diskontinuitas.
PROSEDUR KLASIFIKASI SISTEM RMR
1. Menghitung bobot (rating) total sesuai dengan kondisi
lapangan yang sebenarnya, yakni dengan menjumlahkan
semua rating dari UCS, RQD, jarak diskontinuitas, kondisi
diskontinuitas dan kondisi airtanah.
2. Menilai kedudukan sumbu terowongan terhadap jurus dan
kemiringan bidang diskontinuitas.
3. Setelah menentukan kedudukan sumbu terowongan terhadap
jurus dan kemiringan bidang-bidang diskontinuitas, maka
ratingnya. Langkah ini disebut juga sebagai penyesuaian rating
(rating adjustment).
4. Menjumlahkan rating yang didapat dari langkah pertama
dengan rating yang didapatkan dari langlah tiga, sehingga
diperoleh total rating sesudah pennyesuaian.
5. Setelah kelas massa batuan diperoleh maka dapat diketahui
arti klas massa batuan dengan memperoleh nilai stand-up time
dari massa batuan tersebut dengan span tertentu serta kohesi
dan sudut geser dalam-nya.
Tabel 1. Parameter Klasifikasi dan Pembobotan
Tabel 2. Efek Jurus/kemiringan Diskontinuitas dalam Penerowongan

Tabel 3. Penyesuaian Pembobotan Orientasi Bidang Diskontinuitas


Tabel 4. Kelas Massa Batuan Yang Ditentukan Dari Pembobotan Total

Tabel 5. Arti Kelas Massa Batuan


Tabel 6.Petunjuk Untuk Penggalian dan Penyangga Terowongan Batuan Dengan
Klasifikasi Sistem RMR
SYSTEM - Q
Sistem Q diperkenalkan Barton dan kawan-kawan pada tahun
1974 dengan memperhitungkan enam parameter untuk
menentukan kualitas massa batuan secara numerik yaitu:
 Rock quality designation (RQD)
 Jumlah pasangan kekar (Jn)
 Kekasaran diskontinuitas paling buruk (Jr)
 Tingkat alterasi atau pengisian rekah (Ja)
 Aliran air tanah(Jw)
 Kondisi tegangan (SRF)
SISTEM - Q
SISTEM - Q
SISTEM - Q
Cara penentuan klasifikasi
sistem – Q adalah :
 Klasifikasikan kualitas massa batuan melalui peta topografi,
core bor anality atau trial adit. Klasifikasi ditujukan untuk
menentukan pemerian nilai RQD, jumlah pasangan kekar
(Jn), kekasaran kekar (Jr), alterasi kekar (Ja), aliran air tanah
air tanah (Jw) dan pembebanan tegangan-regangan (Tabel
9.16 – 9.21).
 Pilih dimensi optimum penggalian berupa tujuan penggalian
dilakukan yang dinyatakan dengan ESR pada Tabel 9.22.
 Tentukan permanent support untuk digunakan pada lubang
bukaan sesuai dengan harga Q yang disesuaikan dengan Tabel
9.23; 9.24; 9.25 dan 9.26.
Catatan tambahan (Note) untuk kategori penyangga :
I. Untuk kasus batuan yang sangat hancur atau “ popping”, baut yang ditegangkan
dengan alas flat sering digunakan dengan spasi 1 m. Penyanggaan akhir dipasang saat
aktivitas “popping” mulai terjadi.
II. Beberapa panjang baut yang sering digunakan pada penggalian yang sama yaitu: 3, 5
dan 7 m.
III. Beberapa panjang baut yang sering digunakan pada penggalian yang sama yaitu: 2, 3
dan 4.
IV. Kabel anchor tertegangkan sering digunakan untuk menunjang tekanan baut dengan
spasi 2 – 4 m.
V. Beberapa baut digunakan untuk penggalian yang sama yaitu: 6, 8 dan 10 m.
VI. Kabel anchor tertegangkan sering digunakan untuk mendukung tekanan penyangga
baut batuan dengan spasi 4 – 6 m.
VII. Pada pemakaian sebelumnya, untuk stasiun pembangkit tenaga pemakaian sistematik
dan spot bolting dengan chainlink mesh dan free-span roof concrete(25 – 40 cm)
digunakan sebagai penyangga permanen.
VIII. Untuk kasus Swelling seperti monmorilonite clay. Pada swelling kuat, ruang
pengembangan material harus diperkirakan diantara penyangga.
Catatan tambahan (Note) untuk kategori penyangga :
(Lanjutan)
IX. Kasus ini tidak mengandung swelling clay atau batuan sisipan.
X. Kasus ini mengandung batuan sisipan. Untuk penyangga permanen dipakai material
kuat dan kaku.
XI. Catatan Barton, untuk kasus swelling dan squeezing, penyangga temporer perlu
dipasang sebelum pemasangan concrete atau shotcrete. Bila harga RQD/Jn > 1.5,
digunakan bolting atau dikombinasikan dengan shotcrete. Tetapi bila harga RQD/Jn <
1,5 maka sistemais bolting perlu ditambahkan setelah concrete arching untuk mengurangi
tingginya pembebanan batuan. Bila swelling clay dan squeezing sangat berat pemasangan
temporary support di face harus segera dilakukan.
XII. Dengan pertimbangan faktor keamanan, multiple drift sering digunakan selama
penggalian dan penyanggaan di roof arch kategori 16, 20, 24, 28, 32, 35 (hanya untuk
span/ESR > 15 m).
XIII. Dengan pertimbangan faktor keamanan, multiple drift sering digunakan selama
penggalian dan penyanggaan arching, dinding dan lantai untuk squeezing kuat.
Kategori penyangga no 38 (hanya untuk span/ ESR > 10 m)

Anda mungkin juga menyukai