Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh Aktivitas Fisik Olahraga terhadap Sistem Kardiovaskular Tubuh

Manusia

Reza Jonathan Hutapea


1810015071
Kedokteran

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Fisiologi adalah cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan
kehidupan atau zat hidup: organ, jaringan, atau sel (Ganong, 2001). Guyton dan Hall
(2014:3) Tujuan fisiologi adalah menjelaskan berbagai faktor fisik dan kimiawi yang
bertanggung jawab atas asal usul, perkembangan dan kemajuan hidup. Setiap jenis
kehidupan, mulai dari virus yang sederhana sampai pohon yang terbesar atau manusia
yang paling rumit, mempunyai karakteristik fungsional sendiri-sendiri. Oleh karena itu,
bidang fisiologi yang sangat luas ini dapat dibagi menjadi fisiologi virus, fisiologi bakteri,
fisiologi sel, fisiologi tumbuhan, fisiologi manusia dan banyak lagi cabang yang lain.

Fisiologi manusia secara spesifik adalah ilmu yang mempelajari tentang


bagaimana cara sistem tubuh manusia bekerja yang tersusun dari tingkat sel hingga
membentuk organ kemudian sistem organ dapat bekerja sama untuk mempertahankan
homeostasis kehidupan. Ilmu fisiologi manusia dipelajari oleh semua tenaga kesehatan
seperti dokter dan perawat sebagai dasar untuk mengerti bagaimana cara kerja normal
tubuh sehingga ilmu fisiologi menjadi fondasi untuk memahami patofisiologi penyakit

fisiologi olahraga merupakan suatu pembahasan mengenai seberapa jauh


berbagai mekanisme tubuh dapat menerima stres. Suatu contoh yang mudah: Pada
seseorang dengan demam yang sangat tinggi, mendekati tingkat yang mematikan,
metabolisme tubuh meningkat sampai kira-kira 100 persen di atas normal. Sebagai
pembanding, metabolisme tubuh selama lari maraton dapat meningkat sampai 2.000
persen di atas normal (Guyton & Hall, 2014). Secara singkat fisiologi olahraga adalah
bagaimana tubuh memberi kompensasi terhadap keadaan olahraga yang mengubah

1
cara sistem tubuh bekerja secara keseluruhan tetapi tubuh tetap bisa menjaga
homeostasis tubuh selama olahraga tersebut. KTI ini akan membicarakan secara
spesifik bagaimana pengaruh olahraga terhadap sistem kardiovaskular tubuh.

Sistem kardiovaskular adalah sistem untuk mempertahankan homeostasis,


materi esensial seperti O2 dan nutrien harus diangkut secara terus-menerus dari
lingkungan luar dan dihantarkan ke sel, dan sisa-sisa metabolit harus dibuang terus-
menerus. Selain itu, panas berlebih yang dihasilkan otot harus diangkut ke kulit tempat
panas dilepaskan tubuh untuk membantu mempertahankan suhu tubuh. Homeostasis
juga tergantung pada transfer hormon, yang merupakan pengatur caraka kimia yang
penting, dari tempat produksinya ke tempat kerjanya. Sistem sirkulasi, yang berperan
terhadap homeostasis dengan berperan sebagai sistem pengangkut di tubuh, terdiri dari
jantung, pembuluh darah, dan darah. Seluruh jaringan tubuh terus-menerus bergantung
pada aliran darah penyokong yang disediakan oleh jantung dengan berkontraksi, atau
memompa darah. Jantung menyediakan darah melalui pembuluh darah untuk dialirkan
ke jaringan dalam jumlah yang mencukupi, baik tubuh dalam keadaan istirahat maupun
melakukan suatu latihan berat (Sherwood, 2016:480). Sistem ini terdiri dari 3 komponen
yaitu: jantung, pembuluh darah dan darah.

2. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang yang ditulis, identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan
penulisan sebagai berikut:
a. Fisiologi normal sistem Kardiovaskular
b. Adaptasi sistem kardiovaskular terhadap olahraga

3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam laporan karya
tulis ilmiah ini adalah
a. Bagaimana struktur sistem kardiovaskular
b. Bagaimana fisiologi normal sistem kardiovaskular
c. Bagaimana adaptasi sistem kardiovaskular

4. TUJUAN PENULISAN
Berdasakan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan karya ini
mengungkapkan tentang:

2
a. Struktur dan fisiologi normal sistem kardiovaskular manusia
b. Adaptasi sistem kardiovaskular terhadap aktivitas olahraga

B. PEMBAHASAN
1. Struktur dan Fisiologi Normal Sistem Kardiovaskular Manusia
Sistem kardiovaskular adalah salah satu sistem vital dalam tubuh. Sistem ini
berfungsi untuk menghantarkan oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dalam
darah, dihantarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan menggunakan jantung
sebagai pompanya. Sistem ini bekerja tidak sendirian melainkan terintegrasi bersama
sistem-sistem tubuh lainnya seperti sistem respirasi dan sistem saraf pusat. Tanpa
adanya sistem kardiovaskular ini, nutrisi-nutrisi tidak akan bisa diedarkan ke seluruh
tubuh. Sherwood (2013:321) berpendapat bahwa sistem kardiovaskular memiliki 3
komponen yaitu:
i. Jantung berfungsi sebagai pompa yang
memberi tekanan pada darah untuk menghasilkan gradien
tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke
jaringan. Seperti semua cairan, darah mengalir menuruni
gradien tekanan dari daerah dengan tekanan tinggi ke
daerah dengan tekanan rendah. Bab ini berfokus pada
fisiologi jantung.
ii. Pembuluh darah merupakan saluran
untuk mengarahkan dan menyebarkan darah dari jantung
ke semua bagian tubuh dan kemudian dikembalikan ke
jantung. Pembuluh darah terkecil dirancang otot untuk
pertukaran cepat bahan-bahan antara sel sekitar dengan
darah di dalam pembuluh(lihat Bab 10).
iii. Darah adalah medium pengangkut tempat
larutnya atau tersuspensinya bahan-bahan (misalnya, O2,
CO2, nutrien, zat sisa, elektrolit, dan hormon) yang akan
diangkut jarak-jauh di dalam tubuh.

Darah mengalir terus menerus melalui pembuluh darah untuk membawa nutrisi
di tubuh melalui 2 sirkulasi, yaitu sirkulasi paru dan sistemik, dimana sirkulasi paru
adalah darah yang dipompa dari ventrikel kanan jantung, sampai ke paru-paru untuk

3
pertukaran gas O2 yang kita hirup yang dibutuhkan tubuh kita dan CO2 yang kita
hembuskan yang merupakan O2 yang sudah kita pakai

a. Struktur Anatomi Sistem Kardiovaskular


Jantung ialah sebuah organ berongga dan berotot yang berukuran berkisar
ukuran tangan yang dikepalkan. Ia berada di daerah thorax manusia, didaerah anterior
dari vertebra dan posterior dari sternum. Jantung terdiri dari 4 ruangan,

Gambar 1.1 Cavitas Thorax


(sumber: Yokochi Color Atlas of Anatomy)

Gambar 1.2 Anatomi jantung


(sumber: Sherwood, 2016)

4
yaitu atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Atrium berguna sebagai
tempat pengumpulan darah, sementara ventrikel sebagai pemompa darah. Atrium kiri
dan Ventrikel kiri jantung berhubungan dengan darah berkarbon dioksida, dengan atrium
menerima darah kotor dari seluruh tubuh melalui superior dan inferior vena cavae dan
mengirimkannya ke ventirkel kiri untuk dipompa ke pulmo melalui pulmonary artery.
Jantung kiri dan kanan berhubungan dengan darah bersih, dengan atrium kanan
menerima darah bersih dari pulmo melalui pulmonary vein, dan ventrikel kanan
mengirimkannya ke seluruh tubuh. Diantara atrium, ventrikel, arteri pulmonalis, dan
aorta ada katup yang membatasi daerah tersebut sehingga tak terjadi regurgitasi dan
backflow darah Diantara atrium kiri dan ventrikel kiri, serta atrium kanan dan ventrikel
kanan, ada katup yang bernama atrioventricular valve. Diantara arteri pulmonalis dan
aorta ada semilunar valve. Pada katup kiri, hanya ada dua kusp sementara di katup
kanan ada 3 kusp. Pada katup semilunar ada 3 kusp namun bentuknya mirip dengan
bulan, sehingga dinamakan katup semilunar (Ganong, 2001).

Pada gambar 1.1 dan gambar 1.3 kita bisa melihat bahwa secara anatomis
jantung terletak di rongga thoraks, diantara 2 paru sekitar garis tengah antara sternum
dan vertebra. Jantung memiliki dasar lebar di atas dan meruncing membentuk titik
diujungnya (apeks) dibagian bawah. 1/3 jantung terletak disebelah kanan midline
sternum, dan 2/3 jantung terletak di sebelah kiri garis tengah tubuh. Batas atas jantung
di ICS II dan batas bawah jantung di ICS V.

5
Gambar 1.3 Posisi Anatomis jantung
(sumber: Sobotta, 2006)

b. Mekanisme Jantung Memompa Darah


Seperti yang sudah dijelaskan diatas jantung terdiri atas dua pompa yang
dipisahkan oleh septum intraventrikular. Jantung kanan memompakan darah ke paru,
dan jantung kiri yang memompakan darah ke organ-organ perifer.Setiap bagian jantung
yang terpisah merupakan dua ruang pompa yang dapat berdenyut, yaitu terdiri atas satu
atrium dan satu ventrikel (Gambar 1.2) . melalui ventrikel kanan atau ke sirkulasi perifer
melalui ventrikel kiri. Pertama, darah masuk melalui atrium kanan Setiap atrium adalah
suatu pompa pendahulu yang lemah bagi ventrikel, yang membantu mengalirkan darah
masuk ke dalam ventrikel. kemudian darah masuk ke ventrikel kanan. Ventrikel lalu
menyediakan tenaga pemompa utama yang mendorong darah ke sirkulasi paru melalui
arteri pulmonaris. Setelah melewati paru-paru dengan membawa O2 segar darah akan
kembali menuju jantung melalui vena pulmonaris dan masuk ke atrium kiri, kemudian
masuk ke ventrikel kiri dan akan dipompa menuju pembuluh aorta yang nantinya darah
akan beredar ke seluruh tubuh.

6
c. Curah Jantung
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa ke aorta setiap menitnya.
Guyton dan Hall (2011:159) berpendapat bahwa normalnya curah jantung berkisar
sekitar lima liter per menit dan dipengaruhi oleh beberapa hal:
I. Usia
II. Posisi tubuh
III. Olahraga
IV. Obat-obatan
Faktor yang berpengaruh pada curah jantung, yaitu :
I. Denyut Jantung (heart rate) dan isi sekuncup (stroke volume)
II. Aliran balik vena (venous return)
Isi sekuncup banyak dipengaruhi oleh :
I. Kontraktilitas myocardium
II. Ventricular filling
III. Ventricular distensibility
IV. Tekanan darah
Stroke Volume ialah jumlah darah yang keluar dari jantung setiap detakan
jantung. Denyut jantung dikendalikan oleh saraf parasimpatis dan saraf simpatis. Jadi,
Rumus dari curah jantung dalam tubuh ialah Denyut Jantung (heart rate) dikalikan
dengan isi sekuncup (stroke volume). Dalam keadaan normal, heart rate seseorang ialah
70 detak per menit, dan rata rata volume stroke saat istirahat ialah 70 ml per detak, jadi
cardiac output normal saat keadaan istirahat ialah 4900 ml per menit, atau kurang lebih
5 liter. Hasil ini dapat meningkat menjadi 20-25 liter saat berolahraga, dan lebih untuk
atlet terlatih. Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompa jantung sama dengan
jumlah darah yang kembali ke jantung.
d. Siklus Jantung
Siklus jantung merupakan kontraksi-kontraksi jantung yang terdiri dari periode
sistolik, pengeluaran darah oleh jantung dan relaksasi otot jantung dan diastolik yaitu
periode pengisian jantung dengan darah. Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot
jantung adalah hal yang membuat jantung menimbulkan denyut. Menurut Guyton dan
Hall (2011:106) terdapat 4 susunan mekanisme siklus jantung:
i. Pengisian ventrikel saat diastolic, sejumlah besar
darah berkumpul di atrium kiri dan kanan, karena katup A-V
tertutup.

7
- Periode pengisian cepat : tekanan ventrikel turun
sampai nilai diastolnya yang rendah, tetapi tekanan yang cukup
tinggi

Gambar 1.4 Siklus jantung


(sumber: sherwood, 2016)

yang telah terbentuk di dalam atrium selama fase


sistol ventrikel, segera mendorong katup A-V agar terbuka

8
sehingga darah dapat mengalir dengan cepat ke dalam
ventrikel, yang berlangsung kira-kira pada sepertiga pertama
dari diastolik.
- Periode pengisian lambat : Selama sepertiga
kedua dari diastolik, biasanya hanya ada sedikit darah yang
mengalir ke dalam ventrikel; darah ini adalah darah yang terus
mengalir masuk ke dalam atrium dari vena-vena, dan dari atrium
langsung masuk ke ventrikel.
- Peride kontraksi atrium : Selama periode sepertiga
akhir dari diastolik, atrium berkontraksi dan memberikan dorongan
tambahan terhadap aliran darah yang masuk ke dalam ventrikel;
dan merupakan kira-kira 20 persen dari pengisian ventrikel pada
setiap siklus jantung (Guyton & Hall, 2014:106).

ii. Periode Kontraksi Isovolemik (Isometrik)


Sesudah ventrikel mulai berkontraksi, tekanan ventrikel
meningkat dengan tiba-tiba, katup A-V menutup. Dibututuhkan
tambahan waktu sebanyak 0,02 sampai 0,03 detik bagi ventrikel agar
dapat menghimpun tekanan yang cukup untuk mendorong katup
semilunaris (katup aorta dan katup pulmonalis) agar terbuka
melawan tekanan di dalam aorta dan arteri pulmonalis. Oleh karena
itu, selama periode ini, akan terjadi kontraksi di dalam ventrikel,
namun belum ada pengosongan yang berarti tidak terjadi sedikit
pemendekan serat-serat otot (Guyton & Hall, 2014:106).

iii. Periode Ejeksi


Bila tekanan ventrikel kiri meningkat sedikit di atas 80 mm Hg,
(dan tekanan ventrikel kanan meningkat sedikit di atas 8 mm Hg),
maka tekanan ventrikel ini akan men- dorong katup semilunaris
supaya terbuka. Segera setelah itu, darah mulai mengalir keluar dari
ventrikel, sekitar 70 persen dari proses pengosongan darah terjadi
selama sepertiga pertama dari periode ejeksi dan 30 persen sisa
pengosongan terjadi selama dua pertiga berikutnya. Oleh karena itu,
waktu sepertiga yang pertama disebut sebagai periode ejeksi cepat

9
dan waktu duapertiga yang terakhir disebut sebagai periode ejeksi
lambat (Guyton & Hall, 2014:106).

iv. Periode Relaksasi Isovolemik (Isometrik).


Pada akhir sistolik, relaksasi ventrikel mulai terjadi secara
tiba-tiba, sehingga baik tekanan intraventrikel kiri maupun kanan
menurun dengan cepat. Peninggian tekanan di dalam arteri besar
yang berdilatasi, yang baru saja diisi dengan darah yang berasal dari
ventrikel yang berkontraksi, segera mendorong darah kembali ke
ventrikel sehingga aliran darah ini akan menutup katup aorta dan
katup pulmonalis dengan keras. Selama 0,03 sampai 0,06 detik
berikutnya, otot ventrikel terus berelaksasi, meskipun volume
ventrikel tidak berubah, sehingga menyebabkan periode relaksasi
isovolemik atau isometrik. Selama periode ini, tekanan intraventrikel
menurun dengan cepat sekali ke tekanan diastoliknya yang rendah.
Selanjutnya katup A-V akan terbuka untuk memulai siklus
pemompaan ventrikel yang baru (Guyton & Hall, 2014:106).

Selama fase diastolik, pengisian ventrikel yang normal akan meningkatkan


volume setiap ventrikel sampai kira-kira 110 hingga 120 ml. Volume ini disebut volume
diastolik-akhir. Selanjutnya, sewaktu ventrikel mengosongkan isinya selama fase
sistolik, volume ventrikel akan menurun sampai kira-kira 70 ml, yang disebut sebagai
curah isi sekuncup. Volume yang masih tertinggal dalam setiap ventrikel, yakni kira-kira
40 sampai 50 ml, disebut sebagai volume sistolik-akhir.
e. Mekanisme Induksi Jantung
Jantung tidak berkontraksi tanpa sebab, melainkan memiliki pencetus kontraksi.
Kontraksi sel otot jantung untuk menyemprotkan darah dipicu oleh potensial aksi yang
menyapu ke seluruh membran sel otot. Jantung berkontraksi, atau berdenyut, secara
ritmis akibat potensial aksi yang dihasilkannya sendiri. Terdapat dua jenis khusus sel
otot jantung:
i. Nodus sinoatrium (SA
node), suatu daerah kecil khusus di dinding
atrium kanan dekat pintu masuk vena kava
superior.

10
ii. Serabut penghubung
(junction fiber), berfungsi memperlambat
tibanya potensial aksi di AV node. Dengan
demikian pada periode diastole waktu
pengisian ventrikel bisa optimal.
iii. Nodus atrioventrikel (AV
node), suatu berkas kecil sel-sel otot
jantung khusus yang terletak di dasar
atrium kanan dekat septum, tepat diatas
permukaan atrium dan ventrikel.
iv. Berkas His (His bundle),
suatu jaras sel-sel otot jantung khusus
yang berasal dari nodus AV dan masuk ke
septum antarventrikel. Disini berkas
tersebut terbagi menjadi cabang berkas
kanan dan kiri yang turun menyusuri
septum, melengkung mengelilingi ujung
rongga ventrikel dan berjalan balik ke arah
atrium sepanjang dinding luar.
v. Serat Purkinje, serat-serat halus
terminal yang menjulur dari berkas His dan
menyebar ke seluruh miokardium ventrikel
(Guyton & Hall, 2014:117).

11
Gambar 1.5 Siklus jantung
(sumber: Ganong, 2001)

Sel otoritmik tidak memiliki potensial istirahat malah memiliki


aktivitas pemicu yaitu potensial membran perlahan terdepolarisasi.
Pergeseran lambat membran disebut potensial pemacu. Potensial
pemacu di sel otoritmik ditentukan oleh:
i. Penurunan arus K+ keluar disertai alrus
Na+ masuk yang konstan
ii. Peningkatan arus Ca2+ masuk

12
Gambar 1.6 Aktifitas pemacu sel otoritmik jantung
(sumber: Guyton, 2014)

Pada awal depolarisasi lambat ke ambang disebabkan oleh


penurunan siklik fluks pasif K+ keluar disertai kebocoran Na+ ke dalam
yang berlangsung lambat dan kosntan. Di sel otritmik jantung,
permeabilitas K+ tidak tetap diantara potensial aksi seperti di sel saraf
dan sel rangka. Permeabilitas membrane terhadap K+ menurun diantara
dua potensial aksi karena saluran K+ secara perlahan menutup pada
potensial negative. Penutupan lambat ini secara bertahap mengurangi
aliran keluar ion positif K+ mengikuti penurunan gradien konsentrasinya.
Sel otoritmik jantung tidak memiliki saluran Na+ berpintu voltase.
Sehingga sel-sel ini permeable dan tetap terbuka terhadap Na+ pada
potensial negative. Akibatnya terjadi infulks pasif Na+ dalam jumlah kecil
dan konstan pada sat yang sama ketika kecepatan efulks K+ secara
perlahan berkurang. Karena itu, bagian dalam secara gradual menjadi
kurang negative yaitu membrane secar bertahap mengalami depolarisasi
dn bergeser menuju ambang (Guyton & Hall, 2014: 119).
Pada paruh kedua potensial pacu suatu saluran Ca2+ transien
(saluran Ca2+ tipe T) salah satu dari dua jenis saluran Ca2+ berpintu
voltase, membuka. Sewaktu depolarisasi lambat berlanjut saluran ini
terbuka sebelum mencapai ambang.Infulks singkat Ca2+ yang terjadi

13
semakin mendepolarisasi membawanya ke ambang.Jika ambang telah
tercapai, terbentuk fase naik potensial aksi yang merespon pengktifan
saluran Ca2+ berpintu voltase yang berlangsung lama (saluran Ca2+ tipe
L) dan diikuti oleh infulks Ca2+ dalam jumlah besar . yang mengubah
potensial kearah positif adalah infulks Na+, bukan infulks Ca2+ . Efulks
K+ menyebabkan penurunan akibat permeabilitas K+ meningkat
sehingga terjadi depolarisasi lambat menuju ambang akibat K+ tertutup
perlahan(Guyton & Hall, 2014:119).

Gambar 1.7 Calcium-induced calcium release


(sumber: Guyton, 2014)

Proses ini merujuk pada mekanisme saat potensial aksi


menyebabkan miofibril otot berkontraksi. Potensial aksi menjalar
sepanjang membran otot jantung. Lalu potensial aksi ini akan menyebar
ke bagian dalam serat otot jantung sepanjang membran tubulus
transversus (T). Potensial aksi tubulus T selanjutnya bekerja pada
membran tubulus sarkoplasmik longitudinal yang menyebabkan
pelepasan ion-ion kalsium ke dalam sarkoplasma otot dari retikulum
sarkoplasmik. Dalam seperberapa ribu detik berikutnya, ion kalsium ini
akan berdifusi ke dalam miofibril dan mengatalisasi reaksi kimiawi yang
mempermudah pergeseran (sliding) filamen aktin dan miosin satu sama
lain, hal ini akan menimbulkan kontraksi otot. Di samping ion kalsium yang
dilepaskan ke dalam sarkoplasma dari sisterna retikulum sarkoplasmik,

14
ion kalsium juga berdifusi ke dalam sarkoplasma dari tubulus T sendiri,
yaitu saat berlangsungnya potensial aksi yang membuka kanal kalsium
berpintu listik pada membran tubulus T. Kalsium yang masuk ke dalam
sel selanjutnya mengaktivasi kanal pelepas kalsium, disebut juga
ryanodine receptor channels, pada membran retikulum sarkoplasmik,
memicu pelepasan kalsium ke dalam sarkoplasma. Selanjutnya kalsium
di sarkoplasma berinteraksi dengan troponin untuk mengawali
pembentukan jembatan silang dan kontraksi melalui mekanisme dasar
yang sama terjadi pada otot rangka (Guyton & Hall, 2014:120).
Tanpa kalsium dari tubulus T ini, kekuatan kontraksi otot jantung
akan sangat menurun, karena retikulum sarkoplasmik otot jantung kurang
begitu berkembang dibandingkan retikulum sarkoplasmik otot rangka dan
tidak menymipan kalsium yang cukup untuk menimbulkan kontraksi
penuh. Selain itu, pada tubulus T ditemukan juga cadangan ion kalsium
yang begitu banyak yang berguna untuk menjaga agar ion kalsium selalu
tersedia untuk berdifusi ke dalam serat otot jantung sewaktu terjadi
potensial aksi pada tubulus T.Pada akhir plateau potensial aksi jantung,
pemasukan ion kalsium ke dalam serat otot tiba-tiba berhenti, dan ion
kalsium di dalam sarkoplasma dengan cepat dipompakan keluar dari
serat otot kembali ke dalam retikulum sarkoplasmik dari tubulus T—ruang
cairan ekstraselular. Pengangkutan kalsium kembali ke dalam retikulum
sarkoplasmik dijalankan dengan bantuan pompa kalsium-ATPase. Ion
kalsium juga dikeluarkan dari sel oleh penukar natrium-kalsium (Guyton
& Hall, 2014:120).

f. Respirasi Exercise
i. Bunyi Jantung Pertama yakni ‘Lub’ yang
berfrekuensi rendah dan dalam jangka waktu yang lama
yakni 0,14 detik serta terjadi pada awal sistol. Proses
terjadinya yakni ketika kontraksi ventrikel, tekanan
ventrikel meningkat sehingga mendorong darah ke arah
atrium yang mengenai katup A-V sehingga katup tersebut
menutup dan tegang. Elastisitas dari korda tendinae
mendorong darah kembali ke ventrikel. Hal ini

15
menyebabkan darah, dinding ventrikel dan katup A-V yang
tegang menimbulkan getaran turbulensi darah dan
merambat melalui jaringan ke dinding dada sehingga
bunyi lub dapat terdengar dengan pemeriksaan
menggunakan stetoskop.
ii. Bunyi Jantung Kedua yakni ‘Dub’ yang
berfrekuensi tinggi dan dalam jangka waktu yang singkat
yakni 0,11 detik serta terjadi pada akhir sistol. Proses
terjadinya yakni pada akhir sistol, tekanan arteri
pulmonalis dan aorta lebih tinggi dibandingkan ventrikel
sehingga darah cenderung kembali ke ventrikel dan
mengenai katup semilunaris sehingga katup semilunaris
menutup rapat agar darah tidak kembali ke ventrikel, dan
darah kembali ke arteri yang menimbulkan getaran di
dinding arteri yang apabila mengenai dinding dada maka
akan terdengar sebagai bunyi jantung kedua pada
pemeriksaan menggunakan stetoskop.
iii. Bunyi Jantung Ketiga yakni terjadi saat 2/3
awal diastole. Bunyi jantung ini diumpamakan ketika kita
menyalakan kran air masuk ke dalam kantong kertas.
Getaran yang ditimbulkan saat dinding kantong kertas
dilewati air yang mengucur diibaratkan sebagai getaran
ventrikel yang menimbulkan bunyi jantung ketiga. Bunyi
jantung ini dapat didengar melalui fonokardiogram.
iv. Bunyi Jantung Keempat (Bunyi Atrium)
yang terjadi saat 1/3 akhir diastole karena adanya
kontraksi dari atrium, sehingga menimbulkan getaran
pada dinding ventrikel. Bunyi jantung ini dapat didengar
melalui fonokardiogram (Guyton & Hall, 2014:121).

Alasan yang menyebabkan frekuensi Bunyi Jantung Kedua berfrekuensi lebih


tinggi dan terjadi dalam waktu singkat dibandingkan Bunyi Jantung Pertama yakni karna
ketegangan katup semilunaris yang jauh lebih besar dibandingkan katup A-V serta lebih
besarnya koefisien elastisitas ketegangan dinding arteri dibandingkan dinding ventrikel
yang lebih longgar dan kurang elastik.

16
1. Adaptasi Sistem Kardiovaskular
a. Aliran Darah Otot.
Persyaratan kunci fungsi kardiovaskuler dalam latihan adalah
mengangkut oksigen dan nitrisi lain yang dibutuhkan ke otot yang bekerja.
Untuk keperluan itu, aliran darah otot menignkat secara dramatis selama
latihan.
Jadi, aliran darah otot dapat meningkat maksimum kira-kira 25 kali lipat
selama latihan paling berat. Hampir separuh dari kenaikan aliran ini merupakan
akibat vasodilatasi intramuskular yang disebabkan oleh pengaruh langsung
kenaikan metabolisme otot. Separuh penyebab kenaikan lainnya disebabkan
oleh banyak faktor, yang paling penting mungkin kenaikan tekanan darah arteri
dalam tingkat sedang yang terjadi selama latihan, biasanya naik kira-kira 30%.
Kenaikan tekanan bukan saja memaksa lebih banyak darah malalu pembuluh
darah, tetapi juga meregangkan dinding arteriol dan lebih lanjut menurunkan
tahanan vaskular. Oleh karena itu, kenaikan tekanan darah sebanyak 30%
sering dapat meningkatkan aliran darah. (Guyton & Hall, 2014: 1038)

b. Curah Kerja, Konsumsi Oksigen dan Curah Jantung Selama


Latihan.
Ada hubungan antara curah kerja, konsumsi oksigen dan curah jantung
selama latihan. Curah kerja otot meningkatkan konsumsioksigen dan
selanjutnya konsumsi oksigen akan melebarkan pembuluh darah otot, sehingga
meningkatkan aliran balik vena dan curah jantung. (Guyton & Hall, 2014:1038)
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Sistem kardiovaskular terdiri atas jantung, pembuluh darah dan darah.Jantung
adalah salah satu organ vital tubuh dengan kegunaan memompa darah secara terus
menerus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Darah pertama masuk dari atrium
kanan, masuk ke ventrikel kanan dan dipompa menuju paru-paru untuk difusi pertukaran
oksigen dan akan kembali ke atrium kiri, ventrikel kiri dan akhirnya dipompa ke seluruh
tubuh. pembuluh darah bekerja sebagai sirkuit bagi darah agar darah bisa diedarkan ke
seluruh tubuh secara rata dan bisa kembali ke jantung. Sedangkan darah memiliki
kegunaan mengangkut nutrisi seperti O2, glukosa dan air ke seluruh tubuh.

17
Olahraga pada dasarnya mengganggu homeostasis. Perubahan yang terjadi
sebagai respons terhadap olahraga adalah upaya tubuh untuk memenuhi keharusan
mempertahankan homestasis ketika tuntutan terhadap tubuh meningkat. Olahraga
sering memerlukan koordinasi berkepanjangan di antara berbagai sistem tubuh,
termasuk sistem otot, tulang, saraf, sirkulasi, pernapasan, kemih, integumen (kulit) dan
kardiovaskular. Kecepatan denyut jantung meningkat untuk menyalurkan lebih banyak
darah beroksigen ke otot-otot yang aktif tersebut. Jantung beradaptasi terhadap
olahraga teratur yang intensitas dan durasinya memadai dengan meningkatkan
kekuatan dan efisiensinya sehingga jantung tersebut mampu memompa lebih banyak
darah perdenyutnya. Karena peningkatan kemampuan memompa tersebut, jantung
tidak perlu berdenyut terlalu cepat untuk memompa sejumlah darah seperti yang
dilakukannya sebelum program olahraga teratur.

D. DAFTAR PUSTAKA

Hall, J. E., & Guyton, A. C. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (12th
Edition ed.). Singapore:Saunders Elsevier.

Ganong, W (2001). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (20th Edition ed). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sherwood, L. (2016). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (8th Edition ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Putz, R. (2006). Sobotta Atlas of Human Anatomy (14th ed.). Stuttgart: Elsevier
Urban & Fischer.
Rohen, J. W., Yokochi, C., & Drecoll, E. L. (2011). Color Atlas of Anatomy: A
Photographic Study of The Human Body (7th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, Wolters Kluwer, Schattauer.

18

Anda mungkin juga menyukai