Anda di halaman 1dari 18

TUGAS IB

ASKEP PSIKOSOSIAL (KECEMASAN)

OLEH :

NAMA : PARLAN BAMBANG K

KELAS : A2

PRODI : S1- KEPERAWATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MATARAM

2019
A. Asuhan Keperawatan

Diagnosa Utama : Kecemasan tingkat Berat

DO/DS : ada adegan dimana tokoh utama terlihat panik, gemetar, mudah marah,
berperilaku menghindar, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan.

Tujuan Jangka Pendek Intervensi Rasional

Pasien akan terlindung  Berikan umpan balik pada pasien  Ansietas berat/panik dapat
dari bahaya tentang perilaku, stresor, penilaian dikurangi dengan
stresor, dan sumber koping membiarkan pasien
menentukan jumlah stres
yang dapat ditangani
 Sekarang ini pasien tidak
mempunyai alternatif untuk
 Perkuat idea bahwa kesehatan fisik mekanisme koping
berhubungan dengan kesehatan
emosional dan bahwa area ini akan
membutuhkan penggalian di masa
depan

Pasien akan mengalami  Batasi interaksi pasien dengan  Meminimalkan asper


situasi yang pasien lain menularnya ansietas
membangkitkan  Identifikasi atau modifikasi  Agar tidak timbul lagi
lingkungan yang dapat ansietas yang berlebih
ansietas lebih sedikit
membangkitkan ansietas

Pasien akan terlibat  Berikan beberapa jenis latihan fisik Dengan memberikan dorongan
dalam aktivitas yang  Rencanakan jadwal atau aktivitas aktivitas ke luar rumah,
dijadwalkan sehari-hari yang dapat dilakukan setiap hari perawat membatasi waktu
 Libatkan keluarga dan sistem
pasien yang tersedia untuk
pendukung lainnya sebanyak
mungkin mekanisme koping yang
destruktif sambil berpartisipasi
dan menikmati aspek
kehidupan lainnya

Pasien akan mengalami  Berikan medikasi yang dapat Hubungan efek terapeutik
penyembuhan dari membantu mengurangi rasa tak dapat ditingkatkan jika kendali
gejala-gejala ansietas nyaman pasien terhadap gejala kimiawi
 Amati efek samping medikasi dan
memungkinkan pasien untuk
lakukan penyuluhan kesehatan
berat yang relevan mengarahkan perhatian pada
konflik yang mendasari.

A. Kecemasan
1. Definisi
 Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental
yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi
suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu
tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur
Rochman, 2010).
 Kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri
keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan
kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. (Nevid Jeffrey S, Rathus
Spencer A, & Greene Beverly, 2005)

2. Gejala
a. Gejala fisik : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit
bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah
atau tersinggung
b. Gejala behavioral : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen
c. Gejala kognitif : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan
terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang
menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.
(Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly, 2005)

3. Faktor Penyebab
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula
menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam
bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan
ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun
yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian penderitanya.
(Kholil Lur Rochman, 2010)

Menururt (Mary C Towserd, 1998) penyebab kecemasan antara lain:


a. Teori Biologi
 Biokimia dan neurofisiologis perpengaruh pada etiologi dan kelainan-
kelainan.
 Genetika penyelidikan akhir-akhir ini mengidentifikasi bahwa kelainan
kecemasan paling sering ditemukan pada populasi umum.
b. Teori Psikososial
 Psikodinamik : teori ini menganggap prediposisi untuk kelainan
kecemasan saat tugas diberikan untuk tahap perkembangan awal belum
terpecahkan.
 Interpersonal : respon kecemasan untuk kesuksesan dalam hubungan
interpersonal berhasal dari hubungan awal orang tua dalam perawatan
anak.
 Sosiokultural : bahwa kelainan kecemasan dipengaruhi oleh suatu
kontraindikasi yang banyak terjadi dalam masyarakat yang
mengkonstribusikan perasaan tidak aman.

4. Tingkat Kecemasan
a. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
d. Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan
teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,
orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walau dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung
terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan
kematian.

Rentang Respon Kecemasan

B. Harga diri rendah situasional


1. Pengertian
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai keinginan (Dalami
dkk., 2009)
Rentang respon konsep diri
Adapun rentang respon konsep diri: harga diri rendah adalah transisi antara
respon konsep diri adaptif dan maladaptif. Penjabarannya adalah sebagai berikut:
 Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman yang sukses
 Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalamanyang positif
dalam perwujudan dirinya.
 Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau
berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri.
 Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa anak-anak ke dalam kematangan kepribadian pada
remaja yang harmonis.
 Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing
dengan diri sendir, yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, dan
kegagalan dalam ujian realitas. Individu mengalami kesulitan
membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak
nyata dan asik baginya.
2. Faktor penyebab
 Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
memiliki tangguang jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yang tidak realistis.
 Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah steriotif peran gender,
tuntunan peran kerja, dan harapan peran budaya, nilai-nilai budaya yang
tidsk dapat diikuti oleh individu.
 Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi, meliputi ketidakpercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.

3. Stresor pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal, yaitu sebagai
berikut:
 Trauma seperti penganiyayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
 Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran pengembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, ni8lai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh:
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk penampilan
atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan
bervariasi antara individu satu dengan yang lainnya, tetapi biasanya
dimanifestasikan sebagai berikut:
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit/tindakan, misalnya:
malu karena alopesia setelah dilakukan tindakan kemoterapi.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik, mengejek
diri sendiri.
 Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu apa-
apa, saya tidak mampu.
 Gangguan hubungan sosial.
 Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan.
 Mencederai diri.
 Mudah marah, mudah tersinggung.
 Apatis, bosan, jenuh dan putus asa.
 Kegagalan menjalankan peran, proyeksi ( menyalahkan orang lain)

5. Pohon diagnosis

Keputusasaan

Ketidakberdayaan

Harga diri rendah situasional

Ketidakefektifan koping Gangguan citra tubuh Gangguan identitas


personal

C. Ketidakberdayaan
1. Definisi
 Ketidakberdayaan merupakan suatu kondisi ketika individu atau kelompok
merasakan kurangnya control personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi yang
mempengaruhi pandangan, tujuan, dan gaya hidup. (Carpenido )
 Ketidakberdayaan adalah persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan
memperngaruhi hasil secara bermakna; suatu kurang control terhadap situasi tertentu
atau kejadian baru yang dirasakan. (Townsend)
 Ketidakberdayaan merupakan persepsi bahwa tindakan individu tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; persepsi kurang dapat mengendalikan situasi
saat ini atau yang akan terjadi. (Nanda)

2. Etiologi
 Gaya hidup ketidakberdayaan ditandai dengan ekspresi verbal dari tidak adanya
kontrol atau pengaruh atau situasi, hasil atau perawatan diri.
 Lingkungan perawatan kesehatan ditandai dengan tidak berpartisipasinya dalam
perawatan atau pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan.
 Disfungsi proses berduka.
 Kurangnya unpan balik positif ditandai oleh keseganan mengekspresikan perasaan
yang sebenarnya.
 Umpan balik negatif yang konsisten, seperti apatis.
 Penyakit kronis atau terminal, dan penyakit yang mengancam kehamilan.(Townsend,
Nanda )

3. Karakteristik
 Berat
a. Subjektif : mengungkapkan secara verbal jika tidak memiliki kendali, seperti
dalam keadaan situasi tertentu, perawatan diri, atau pada suatu hasil.
b. Objektif : apatis, dan depresi terhadap penurunan fisik.
 Sedang
a. Subjektif :
- Marah
- mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas
- mengungkapkan keragu-raguan terhadap performa peran
- takut terhadap pengasingan oleh pemberi asuhan
- rasa bersalah
- enggan untuk mengungkapkan perasaan
b. Objektif :
- ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah
- ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
- tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika ditantang
- tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan keputusan pada saat
diberikan kesempatan
- kepasifan
- kebencian

 Ringan
a. Subjektif : Mengungkapkan ketidakpastian tentang tingkat energy yang
berfluktuasi.
b. Objektif : kepasifan.
(Nanda )

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Anamnesa: Nama/Jenis Kelamin, umur, tanggal masuk RS, no CM, alamat, pendidikan,
status perkawinan, pekerjaan, sumber data, suku, bentuk tubuh

b. Fisik: Ukur dan observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan),Ukur tinggi badan dan berat badan klien.

c. Faktor predisposisi

d. Faktor presipitasi

e. Konsep Diri
i. Citra Tubuh/Gambaran Diri
 Tanyakan persepsi klien tentang keadaan tubuhnya
 Tanyakan persepsi klien terhadap tubuh yang disukai dan tidak disukai
ii. Identitas diri, tanyakan tentang
 Status dan posisi klien sebelum dirawat
 Kepuasan klien terhadap status dan posisinya ( sekolah, tempat kerja,
kelompok)
 Kepuasan klien sebagai laki-laki /perempuan
iii. Peran, tanyakan tentang
 Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/masyarakat
 Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut
 Kaji bagaimana perasaan klien terhadap perannya, apakah ada konflik peran
iv. Ideal diri
 Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran
 Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja,
masyarakat)
 Harapan klien terhadap penyakitnya
v. Harga diri
 Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no.2a, b, c, dan d
 Penilaian / penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya
vi. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data

f. Hubungan Sosial
i. Tanyakan pada klien siapa orang berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu,
tempat bicara, minta bantuan atau dukungan
ii. Tanyakan pada klien, kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat
iii. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok di masyarakat
iv. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data

g. Pendidikan dan pekerjaan


i. Gaya hidup: Tanyakan bagaimana kebiasaan hidup klien sebelum dan sesudah sakit
ii. Budaya: Tanyakan latar belakang budaya klien, apakah ada konflik dalam dirinya
sehubungan dengan budayanya itu dalam menghadapi masalah atau tantangan di
lingkungannya

h. Spiritual
i. Nilai dan keyakinan, tanyakan tentang :
 Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya
dan agama yang di anut
 Pandangan masyarakat setempat secara individu tentang gangguan jiwa
ii. Kegiatan ibadah, tanyakan
 Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok
 Pendapat klien, keluarga tentang kegiatan ibadah

B. Diagnosa yang Mungkin Muncul


 Ansietas/Kecemasan
 Gangguan Citra Tubuh
 Harga Diri Rendah Situasional
 Koping Individu Tidak Efektif
 Keputusasaan
 Duka Cita
 Ketidakberdayaan

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1) Diagnosa Keperawatan : Kecemasan
Kriteria Hasil : Klien akan menunjukkan cara adaptif dalam mengatasi stres
Data Objektif : HR meningkat, anggota tubuh bergetar, mengeluarkan banyak keringat
Data Subjektif : Pasien merasa ketakutan terhadap sesuatu yang tidak pasti

Intervensi Keperawatan
Tujuan Jangka Intervensi Rasional
Pendek

Pasien akan terlindung  Berikan umpan balik pada  Ansietas berat/panik dapat
dari bahaya pasien tentang perilaku, dikurangi dengan
stresor, penilaian stresor, dan membiarkan pasien
sumber koping menentukan jumlah stres
yang dapat ditangani
 Sekarang ini pasien tidak
mempunyai alternatif untuk
 Perkuat idea bahwa kesehatan mekanisme koping
fisik berhubungan dengan
kesehatan emosional dan
bahwa area ini akan
membutuhkan penggalian di
masa depan

Pasien akan  Batasi interaksi pasien dengan  Meminimalkan resiko


mengalami situasi pasien lain menularnya ansietas
yang membangkitkan  Identifikasi atau modifikasi  Agar tidak timbul lagi
ansietas lebih sedikit lingkungan yang dapat ansietas yang berlebih
membangkitkan ansietas

Pasien akan terlibat  Berikan beberapa jenis latihan Dengan memberikan


dalam aktivitas yang fisik dorongan aktivitas ke luar
dijadwalkan sehari-  Rencanakan jadwal atau rumah, perawat membatasi
hari aktivitas yang dapat dilakukan waktu pasien yang tersedia
setiap hari untuk mekanisme koping
 Libatkan keluarga dan sistem yang destruktif sambil
pendukung lainnya sebanyak berpartisipasi dan
mungkin menikmati aspek
kehidupan lainnya

Pasien akan  Berikan medikasi yang dapat Hubungan efek terapeutik


mengalami membantu mengurangi rasa tak dapat ditingkatkan jika
penyembuhan dari nyaman pasien kendali terhadap gejala
gejala-gejala ansietas  Amati efek samping medikasi kimiawi memungkinkan
berat dan lakukan penyuluhan pasien untuk mengarahkan
kesehatan yang relevan perhatian pada konflik yang
mendasari.

2) Diagnosa Keperawatan : Gangguan Citra Tubuh dan Harga Diri Rendah Situasional
Kriteria Hasil : Klien akan mencapai tingkat aktualisasi diri yang maksimal
Data Objektif :
 Penurunan produktivitas
 Gangguan dalam berhubungan
 Menarik diri secara sosial
 Menarik diri secara realitas
 Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
 Pandangan hidup pesimis
Data Subjektif :
 Klien mengkritik diri sendiri
 Klien merasa tidak mampu melakukan peran
 Klien merasa tidak berguna lagi untuk orang lain
 Klien sering mengeluhkan tentang fisiknya yang berubah

Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

Meluaskan kesadaran  Tawarkan penerimaan tanpa Mengurangi ancaman yang


diri pasien syarat terlihat dalam sikap perawat
 Dengarkan pasien terhadap pasien, membantu
 Dukung pembahasan tentang pasien untuk meluaskan dan
pikiran dan perasaan pasien menerima semua aspek
 Berespons tanpa mendakwa kepribadian
 Sampaikan bahwa pasien
adalah seseorang yang berharga
Mendukung eksplorasi  Gunakan respons empati dan Simpati dapat menimbulkan
diri pasien pantau diri anda terhadap rasa kasihan pasien;
perasaan simpati atau kasihan sebaliknya perawat harus
 Tegaskan bahwa pasien bukan mengkomunikasikan bahwa
tidak berdaya atau tak kuasa siatuasi kehidupan pasien
dalam menghadapi masalah memerlukan kendali diri
 Tunjukkan pada pasien baik
secara verbal maupun perilaku
bahwa pasien bertanggung
jawab terhadap perilakunya
sendiri
 Gunakan sistem pendukung dari
keluarga dan kelompok untuk
memfasilitasi eksplorasi diri
pasien
 Bantu pasien dalam mengenali
sifat konflikdan respon koping
maladaptif

Membantu evaluasi  Uraikan pada pasien bahwa Penggalian koping tersebut


diri pasien semua respons koping dapat penting untuk memeriksa
dipilih dan mempunyai akibat pilihan koping klien dan
baik positif maupun negatif mengevaluasi akibat positif
 Bandingkan respons adaptif dan dan negatif
maladaptif
 Identifikasi bersama kerugian
respons koping yang maladaptif
 Identifikasi bersama
keuntungan atau hasil respons
koping adaptif
 Bahas bagaimana hasil tersebut
mendukung penggunaan
respons koping adaptif
selanjutnya

3) Diagnosa Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif


Kriteria Hasil : Klien dapat mengidentifikasi koping individu yang efektif
Data Objektif :
Data Subjektif :

Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional

 Menginformasikan pasien  Pemberian solusi tersebut


alternatif atau solusi lain membantu klien dalam
penanganan mencari solusi bagi
dirinya
 Memfasilitasi pasien untuk
 Pengambilan keputusan
membuat keputusan oleh pasien membuat
 Bantu pasien mengidentifikasi dirinya dapat
keuntungan, kerugian dari mengidentifikasi
keadaan mengenai masalahnya
 Bantu pasien untuk identifikasi serta nilai-nilai lain dan
bermacam-macam nilai dapat menentukan pilihan
jalan keluar dari masalah
kehidupan
tersebut
 Bantu pasien identifikasi
strategi positif untuk mengatur
pola nilai yang dimiliki

4) Diagnosa Keperawatan : Duka Cita dan Keputusasaan


Kriteria Hasil : Klien dapat memberi respon yang adaptif terhadap kehilangan
Data Objektif :
 Menangis
 Mengingkari kehilangan
 Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
 Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
 Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
Data Subjektif : klien merasa putus asa dan kesepian

Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

 Jangka Pendek : 1. Tentukan pada tahap 9. Pengkajian data


Klien dapat berduka mana pasian dasar yang akurat adalah
mengekspresikan terfiksasi.Identifikasi perilaku- penting untuk perencanaan
kemarahan terhadap perilaku yang berhubungan keperawatan yang efektif
konsep kehilangan dengan tahap ini. bagi pasien yang berduka.
dalam 1 minggu.
2. Kembangkan hubungan 10. Rasa percaya
 Jangka Panjang : saling percaya dengan pasien. merupakan dasar untuk
Klien mampu Perlihatkan empati dan suatu kebutuhan yang
menyatakan secara perhatian. Jujur dan tepati terapeutik.
verbal perilaku- semua janji
perilaku yang
berhubungan dengan
tahap-tahap berduka 3. Perlihatkan sikap
11. Sikap menerima
yang normal. Klien menerima dan membolehkan
pasien untuk mengekspresikan menunjukkan kepada
mampu mengakui pasien bahwa anda yakin
posisinya sendiri perasaannya secara terbuka
bahwa ia merupakan
dalam proses seseorang pribadi yang
berduka sehingga ia bermakna. Rasa percaya
mampu memecahkan meningkat.
masalah

4. Dorong pasien untuk 12. Pengungkapan


mengekspresikan rasa marah. secara verbal perasaan
Jangan menjadi defensif jika dalam suatu lingkungan
permulaan ekspresi kemarahan yang tidak mengancam
dipindahkan kepada perawat dapat membantu pasien
atau terapis. Bantu pasien sampai kepada hubungan
untuk mengeksplorasikan dengan persoalan-persoalan
perasaan marah sehingga yang belum terpecahkan.
pasien dapat mengungkapkan
secara langsung kepada objek
atau orang/pribadi yang
dimaksud.

5. Bantu pasien untuk


mengeluarkan kemarahan yang
terpendam dengan 13. Latihan fisik
berpartisipasi dalam aktivitas- memberikan suatu metode
aktivitas motorik kasar (mis, yang aman dan efektif
joging, bola voli,dll) untuk mengeluarkan
kemarahan yang
terpendam.
6. Ajarkan tentang tahap-
tahap berduka yang normal dan
perilaku yang berhubungan
dengan setiap tahap. Bantu 14. Pengetahuan tentang
pasien untuk mengerti bahwa perasaan-perasaan yang
perasaan seperti rasa bersalah wajar yang berhubungan
dan marah terhadap konsep dengan berduka yang
kehilangan adalah perasaan normal dapat menolong
yang wajar dan dapat diterima mengurangi beberapa
selama proses berduka. perasaan bersalah
7. Dorong pasien untuk menyebabkan timbulnya
meninjau hubungan dengan respon-respon ini.
konsep kehilangan. Dengan
dukungan dan sensitivitas,
menunjukkan realita situasi 15. Pasien harus
dalam area-area dimana menghentikan persepsi
kesalahan presentasi idealisnya dan mampu
diekspresikan. menerima baik aspek
positif maupun negatif dari
8. Bantu pasien dalam konsep kehilangan sebelum
memecahkan masalahnya proses berduka selesai
sebagai usaha untuk seluruhnya.
menentukan metoda-metoda
koping yang lebih adaptif 16. Umpan balik positif
terhadap pengalaman meningkatkan harga diri
kehilangan. Berikan umpan dan mendorong
balik positif untuk identifikasi pengulangan perilaku yang
strategi dan membuat diharapkan.
keputusan.

5) Diagnosa Keperawatan : Ketidakberdayaan


Kriteria Hasil : Klien mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang efektif untuk
mengontrol situasi kehidupannya dengan menurunkan perasaan ketidakberdayaannya
Data Objektif :
 Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan.
 Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
 Apatis, pasif.
 Ekspresi muka murung.
 Bicara dengan lambat.
 Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
 Tidur berlebihan.
 Menghindari orang lain.
Data Subjektif : Klien mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.

Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional

Biarkan pasien mengambil Memberikan pasien pilihan akan


sebanyak mungkin tanggung meningkatkan perasaan mampu
jawab untuk praktik-praktik mengontrol pada pasien.
perawatan dirinya sendiri.

Bantu pasien untuk menetapkan Sasaran atau tujuan yang tidak


tujuan-tujuan yang realistis. realistis menyebabkan pasien
gagal dalam menguatkan perasaan
ketidakberdayaan.

Bantu pasien mengidentifikasi Kondisi emosi pasien


area-area situasi kehidupan yang mempengaruhi kemampuannya
dapat dikontrolnya. dalam menyelesaikan masalah.

Identifikasi cara-cara yang dapat Penguatan positif meningkatkan


dicapai oleh pasien. Dorong harga diri dan mendorong
untuk berpartisipasi dalam segala pengulang perilaku yang
aktivitas dan berikan penguatan diharapkan.
positif untuk partisipasi dan
pencapaiannya.

Daftar Pustaka

Carpenito, L.J. 1995. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Daulima, Novi Helena dkk. 1995. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Edisi:3. Jakarta: EGC.
Depkes. 2002. Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana
pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hamid, Prof. Achir Yani. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.

Hawari, D. 2000. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol dan zat adiktif).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Nanda.2012-2014.Aplikasi Asuhan Keperawatan.Yogyakarta: Media Hardy

Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. 1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Townsend, Marry. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Videbeck. Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda dan Nic Noc. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai