OLEH :
KELAS : A2
MATARAM
2019
A. Asuhan Keperawatan
DO/DS : ada adegan dimana tokoh utama terlihat panik, gemetar, mudah marah,
berperilaku menghindar, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan.
Pasien akan terlindung Berikan umpan balik pada pasien Ansietas berat/panik dapat
dari bahaya tentang perilaku, stresor, penilaian dikurangi dengan
stresor, dan sumber koping membiarkan pasien
menentukan jumlah stres
yang dapat ditangani
Sekarang ini pasien tidak
mempunyai alternatif untuk
Perkuat idea bahwa kesehatan fisik mekanisme koping
berhubungan dengan kesehatan
emosional dan bahwa area ini akan
membutuhkan penggalian di masa
depan
Pasien akan terlibat Berikan beberapa jenis latihan fisik Dengan memberikan dorongan
dalam aktivitas yang Rencanakan jadwal atau aktivitas aktivitas ke luar rumah,
dijadwalkan sehari-hari yang dapat dilakukan setiap hari perawat membatasi waktu
Libatkan keluarga dan sistem
pasien yang tersedia untuk
pendukung lainnya sebanyak
mungkin mekanisme koping yang
destruktif sambil berpartisipasi
dan menikmati aspek
kehidupan lainnya
Pasien akan mengalami Berikan medikasi yang dapat Hubungan efek terapeutik
penyembuhan dari membantu mengurangi rasa tak dapat ditingkatkan jika kendali
gejala-gejala ansietas nyaman pasien terhadap gejala kimiawi
Amati efek samping medikasi dan
memungkinkan pasien untuk
lakukan penyuluhan kesehatan
berat yang relevan mengarahkan perhatian pada
konflik yang mendasari.
A. Kecemasan
1. Definisi
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental
yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi
suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu
tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur
Rochman, 2010).
Kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri
keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan
kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. (Nevid Jeffrey S, Rathus
Spencer A, & Greene Beverly, 2005)
2. Gejala
a. Gejala fisik : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit
bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah
atau tersinggung
b. Gejala behavioral : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen
c. Gejala kognitif : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan
terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang
menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.
(Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly, 2005)
3. Faktor Penyebab
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula
menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam
bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan
ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun
yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian penderitanya.
(Kholil Lur Rochman, 2010)
4. Tingkat Kecemasan
a. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
d. Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan
teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,
orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walau dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung
terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan
kematian.
3. Stresor pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal, yaitu sebagai
berikut:
Trauma seperti penganiyayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran pengembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, ni8lai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh:
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk penampilan
atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.
5. Pohon diagnosis
Keputusasaan
Ketidakberdayaan
C. Ketidakberdayaan
1. Definisi
Ketidakberdayaan merupakan suatu kondisi ketika individu atau kelompok
merasakan kurangnya control personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi yang
mempengaruhi pandangan, tujuan, dan gaya hidup. (Carpenido )
Ketidakberdayaan adalah persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan
memperngaruhi hasil secara bermakna; suatu kurang control terhadap situasi tertentu
atau kejadian baru yang dirasakan. (Townsend)
Ketidakberdayaan merupakan persepsi bahwa tindakan individu tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; persepsi kurang dapat mengendalikan situasi
saat ini atau yang akan terjadi. (Nanda)
2. Etiologi
Gaya hidup ketidakberdayaan ditandai dengan ekspresi verbal dari tidak adanya
kontrol atau pengaruh atau situasi, hasil atau perawatan diri.
Lingkungan perawatan kesehatan ditandai dengan tidak berpartisipasinya dalam
perawatan atau pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan.
Disfungsi proses berduka.
Kurangnya unpan balik positif ditandai oleh keseganan mengekspresikan perasaan
yang sebenarnya.
Umpan balik negatif yang konsisten, seperti apatis.
Penyakit kronis atau terminal, dan penyakit yang mengancam kehamilan.(Townsend,
Nanda )
3. Karakteristik
Berat
a. Subjektif : mengungkapkan secara verbal jika tidak memiliki kendali, seperti
dalam keadaan situasi tertentu, perawatan diri, atau pada suatu hasil.
b. Objektif : apatis, dan depresi terhadap penurunan fisik.
Sedang
a. Subjektif :
- Marah
- mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas
- mengungkapkan keragu-raguan terhadap performa peran
- takut terhadap pengasingan oleh pemberi asuhan
- rasa bersalah
- enggan untuk mengungkapkan perasaan
b. Objektif :
- ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah
- ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
- tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika ditantang
- tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan keputusan pada saat
diberikan kesempatan
- kepasifan
- kebencian
Ringan
a. Subjektif : Mengungkapkan ketidakpastian tentang tingkat energy yang
berfluktuasi.
b. Objektif : kepasifan.
(Nanda )
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Anamnesa: Nama/Jenis Kelamin, umur, tanggal masuk RS, no CM, alamat, pendidikan,
status perkawinan, pekerjaan, sumber data, suku, bentuk tubuh
b. Fisik: Ukur dan observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan),Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Faktor predisposisi
d. Faktor presipitasi
e. Konsep Diri
i. Citra Tubuh/Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien tentang keadaan tubuhnya
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuh yang disukai dan tidak disukai
ii. Identitas diri, tanyakan tentang
Status dan posisi klien sebelum dirawat
Kepuasan klien terhadap status dan posisinya ( sekolah, tempat kerja,
kelompok)
Kepuasan klien sebagai laki-laki /perempuan
iii. Peran, tanyakan tentang
Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/masyarakat
Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut
Kaji bagaimana perasaan klien terhadap perannya, apakah ada konflik peran
iv. Ideal diri
Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran
Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja,
masyarakat)
Harapan klien terhadap penyakitnya
v. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no.2a, b, c, dan d
Penilaian / penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya
vi. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
f. Hubungan Sosial
i. Tanyakan pada klien siapa orang berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu,
tempat bicara, minta bantuan atau dukungan
ii. Tanyakan pada klien, kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat
iii. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok di masyarakat
iv. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
h. Spiritual
i. Nilai dan keyakinan, tanyakan tentang :
Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya
dan agama yang di anut
Pandangan masyarakat setempat secara individu tentang gangguan jiwa
ii. Kegiatan ibadah, tanyakan
Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok
Pendapat klien, keluarga tentang kegiatan ibadah
Intervensi Keperawatan
Tujuan Jangka Intervensi Rasional
Pendek
Pasien akan terlindung Berikan umpan balik pada Ansietas berat/panik dapat
dari bahaya pasien tentang perilaku, dikurangi dengan
stresor, penilaian stresor, dan membiarkan pasien
sumber koping menentukan jumlah stres
yang dapat ditangani
Sekarang ini pasien tidak
mempunyai alternatif untuk
Perkuat idea bahwa kesehatan mekanisme koping
fisik berhubungan dengan
kesehatan emosional dan
bahwa area ini akan
membutuhkan penggalian di
masa depan
2) Diagnosa Keperawatan : Gangguan Citra Tubuh dan Harga Diri Rendah Situasional
Kriteria Hasil : Klien akan mencapai tingkat aktualisasi diri yang maksimal
Data Objektif :
Penurunan produktivitas
Gangguan dalam berhubungan
Menarik diri secara sosial
Menarik diri secara realitas
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
Pandangan hidup pesimis
Data Subjektif :
Klien mengkritik diri sendiri
Klien merasa tidak mampu melakukan peran
Klien merasa tidak berguna lagi untuk orang lain
Klien sering mengeluhkan tentang fisiknya yang berubah
Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Daftar Pustaka
Carpenito, L.J. 1995. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Daulima, Novi Helena dkk. 1995. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Edisi:3. Jakarta: EGC.
Depkes. 2002. Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana
pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hamid, Prof. Achir Yani. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Hawari, D. 2000. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol dan zat adiktif).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. 1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda dan Nic Noc. Jakarta: EGC.