Anda di halaman 1dari 12

CONTOH PAPER

Tugas penghayatan profesi dokter hewan.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “PENGHAYATAN PROFESI DOKTER HEWAN”. Sebagai
salah satu tugas akhir semester satu
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa dalam menyelesaikan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kekurangan karena
keterbatasan data dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan rendah
hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua kalangan untuk kesempurnaan makalah ini.

Terima kasih

Makassar 02 Desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………….. 1


Dartar Isi ……………………………………………...….. 2
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ………………………………………… 3
1.2 Tujuan ………………………………………… 3
1.3 Manfaat ………………………………………… 4
Bab 2 Isi
2.1 Kelembagaan Otoritas Veteriner ……………………………. 5
2.2 Sejarah Kata Veteriner ………………....………..... 7
2.3 Lambang Profesi Veteriner ………………………..…... 8
2.4 Layanan Dokter Hewan ……………….…………… 9
2.5 Etika Veteriner ………………….…............ 10
2.6 Sumpah Dokter Hewan ……………………………. 11
2.7 Standar Kompetensi Profesi Dokter Hewan .…….……………... 12
2.8 Tantangan profesi dokter hewan ……………………. 13

Bab 3 Penutup
a. Kesimpulan ……………………………………..… 14
b. Saran dan Kriti ……………………………………….. 14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dokter hewan ialah dokter khusus binatang dan praktikus kedokteran
hewan. Dokter hewan disebut juga veteriner. Dokter hewan, sebenarnya
telah lama dikenal di masyarakat. Kehadirannya juga sudah cukup banyak
membantu kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam hal
pengendalian penyakit hewan termasuk penyakit zoonosis, yaitu penyakit
hewan yang dapat menular dari hewan ke manusia. Namun sampai saat ini
masih sangat banyak orang yang tidak memahami apa itu profesi dokter
hewan. Bahkan teman-teman sejawat dokter hewan sendiri saya yakin juga
masih banyak yang belum memahami dengan baik apa dan siapa profesi
dokter hewan itu. Apalagi bagi mereka yang menjadikan pendidikan profesi
dokter hewan sebagai jalur alternatif atau jalur pelarian
Kembali pada profesi dokter hewan yang berkecimpung dalam bidang
medis veteriner. Dalam kasus-kasus penyakit hewan menular, dokter
hewanlah yang paling bertanggungjawab. Dalam kasus-kasus penyakit
zoonosis, dokterhewan bertanggungjawab pada hewannya, dan dokter
manusia pada manusianya. Dalam kasus flu burung misalnya. Dokter hewan
harus bertanggungjawab terhadap kasus flu burung pada hewan, termasuk
strategi pengendaliannya. Namun ironisnya, di Indonesia dokter hewan tidak
mendapatkan kedudukan yang semestinya dalam menangani kasus-kasus
zoonosis. Wajarlah kalau hingga saat ini kasus flu burung tidak pernah bisa
dikendalikan dengan baik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
 Untuk mengetahui informasi tentang dokter hewan yang bekerja sebagai
praktisi.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
 Agar kita dapat mengetahui seluk beluk tentang profesi kedokteran hewan
secara luas.
 Agar para pembaca mendapat ilmu pengetahuan baru tentang profesi
kedokteran hewan
 Agar para mahasiswa yang belajar di dunia veteriner mengetahui profesi
dokter hewan sebagai praktisi agar mereka tidak buta informasi dengan
masa depan pekerjaanya

BAB II
ISI
2.1 Kelembagaan Otoritas Veteriner
Di era globalisasi, perkembangan dan pertumbuhan banyak negara
ditentukan oleh performans dari kebijakan dan ekonomi pertanian, dan pada
gilirannya berkaitan langsung dengan kualitas kelembagaan veteriner
(veterinary services). Kelembagaan veteriner perlu beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip ilmiah (scientifically-based principles) dan secara teknis tidak
bergantung dan kebal terhadap tekanan politik dari segala pihak. Untuk
mendorong kemajuan perdagangan hewan dan produk hewan baik bilateral
maupun internasional, semua negara harus mematuhi ketentuan-
ketentuan yang tertuang dalam Perjanjian Sanitary and Phytosanitary (SPS
Agreement) dari Organisasi Perdagangan Dunia dan juga standar, pedoman
dan rekomendasi yang dibuat OIE.
UU Veteriner perlu memuat tentang kelembagaan kesehatan hewan,
terutama yang menyangkut kewenangan atau otoritas yang diperlukan untuk
mewujudkan kredibilitas dan mandat yang dimiliki dalam melaksanakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan penentuan kebijakan,
penyelenggaraan kegiatan operasional danevaluasi diri sendiri (self
evaluation). Kredibilitas kelembagaan veteriner harus dimaksudkan hanya
kepada pengguna jasa pelayanan yang diberikan tetapi juga kepada negara
lain. Kerangka legal harus dimiliki oleh otoritas veteriner, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tertinggi menyangkut kebijakan teknis veteriner
tidak bisa diintervensi begitu saja oleh kekuasaan yang lebih tinggi di luar
veteriner. Dalam aturan OIE, pemegang kekuasaan tertinggi veteriner yang
mewakili negaranya dalam Sidang Umum Tahunan OIE yang disebut ‘Chief of
Veterinary Officer’ (CVO).
Untuk menjalankan otoritas tersebut, pada dasarnya harus dipegang
oleh seseorang yang memiliki kompetensi yang dijustifikasi dari kualifikasi
akademik dan profesionalisme. Tingkat kapabilitas dinilai dari kemampuan
untuk menjalankan tugas secara otonom dan bebas dari pengaruh-pengaruh
komersial, finansial,hirarhikal dan politik yang bisa mempengaruhi keputusan
teknis dengan cara-cara yang bertentangan dengan ketentuan OIE dan
Perjanjian SPS. Empat komponen dasar yang saat ini sedang dikembangkan
dan akan diperkenalkan oleh OIE untuk menilai kredibilitas suatu
kelembagaan otoritas veteriner adalah :
1. Sumberdaya manusia dan keuangan.
2. Otoritas teknis dan kapabilitas.
3. Interaksi dengan stakeholders.
4. Akses pasar (access to markets).
Sebagai negara anggota Organisasi Kesehatan Hewan Dunia Office
Internationl des Epizooticae (OIE),Indonesia melalui otoritas veterinernya
mempunyai kewajiban untuk melaporkan penyakit hewan yang hidup di darat
(terresterial animals) dan hewan akuatik (aquatic animals) yang terjadi di
seluruh wilayah Negara. UU Veteriner harus mempunyai kekuatan untuk
mengharuskan setiap Pemerintahan Daerah untuk secara bertingkat
melaporkan penyakit-penyakit yang termasuk dalam daftar OIE. Kapabilitas
teknis kelembagaan otoritas veteriner dalam mengembangkan
dan mengaplikasikan tindakan sanitary dan prosedur berdasarkan ilmiah
(science-based procedure) yang mendukung tindakan tersebut, ditentukan
oleh kompetensi dalamberbagai aspek seperti:
1. Diagnosis penyakit.
2. Knalisa risiko (risk analysis)
3. Karantina.
4. Surveilans epidemiologi
5. Deteksi dini (early detection) dan respons darurat (emergency response)
6. Isu baru muncul (emerging issues)
7. Knovasi teknikal
8. Kedokteran hewan dan biologik veteriner.
Dalam memperkuat akses pasar, maka kapasitas teknis kelembagaan
otoritas veteriner ditentukan sejauh mana dapat melakukan hal-hal seperti:
1. Penyiapan peraturan perundangan
2. Pemenuhan stakeholder terhadap peraturan perundangan
3. Sertifikasi (certification)
4. Penelusuran (traceability)
5. Perwilayahan bebas penyakit (zoning)
6. Kompartementalisasi (compartmentalization).

2.2 Sejarah Kata Veteriner


Versi 1 :
Di zaman Romawi Kuno dikenal bangsa Etruscans yang sangat
menyukai kuda dan sapi. Hal ini tampak dari gambar-gambar yang
merupakan peninggalan kuno. Hewan pada masa itu mempunyai nilai sakral
ataupun nilai martabat dan pada ritual-ritual khusus digunakan sebagai
hewan kurban .
Setiap keberhasilan atau kemenangan,dilakukan perayaan dengan
hewan kurban yang diberi nama-nama khusus. Kumpulan beberapa hewan
kurban yang terdiri dari kombinasi beberapa jenis hewan antara lain babi
(sus) ,biri-biri (ovis) , sapi jantan (bull) disebut “souvetaurilia”. Sedangkan
orang-orang yang mengurus hewan-hewan sakral yang akan dijadikan
kurban tadi disebut “sou-vetaurinarii” yang kemudian diyakini sebagai
lahirnya istilah “veterinarius”

Versi 2 :
Kemungkinan dari terminologi lain yaitu masih di masa Romawi,
dikenal hewan beban sebagai “veterina” dan suatu kamp penyimpanan
hewan-hewan tersebut disebut “veterinarium”. Term “veterinarii” juga
digunakan pada dukumen kuno sebagai “orang yang memiliki kekebalan
khusus” karena memiliki “kompetensi khusus”.
Dalam jurnal American Veterinary Medical Association 1972, diuraikan
sejarah bagaimana para “ilmuwan kedokteran” jaman dahulu memerlukan
hewan coba untuk pengembangan ilmu kedokteran manusia,namun mereka
memerlukan veterinarius untuk menangani hewan-hewan tersebut dan
bukan Ferrarius.
Untuk itu ternyata diperlukan veterinarius yang berpendidikan agar
memahami apa yang diperlukan. Kemudian timbulah gelar-gelar Ph.D(Doctor
of Philosophy) yang merupakan awal dari para Veterinarius menjadi “medical
doctor” atau “Doctor of Veterinary Medicine”.
.
2.3 Lambang Profesi Veteriner
Lambang profesi dokter hewan umumnya mencantumkan :
1. Huruf “V” Datang dari kata “veterinarius”
2. Bersamaan dengan lambang kedokteran (ular melingkari tongkat) .
3. Menggunakan centaur (manusia berbadan kuda sesuai mitos Yunani
kuno)

Profesi kesehatan di zaman dahulu kala dimanapun, berakar dari


Mythologi dan hal-hal gaib (magic). Di zaman Yunani kuno, cerita tentang
dewa-dewa penyakit dan penyembuh antara lain Apollo, Chiron(digambarkan
sebagai manusia berbadan kuda= centaur) dan murid-muridnya antara lain
yang terkenal adalah Asklepios (latin:Aesculapius) seorang manusia biasa
yang berkemampuan menyembuhkan penyakit manusia dan hewan.
Simbol dari Aesculapius adalah Ular (As) dan Melingkar (klepios) di
batang pohon dimana ular tidak beracun ini merupakan lambang sacral cara
penyembuhan zaman kuno. Simbol kedokteran kemudian mengambil dari
simbol Aesculapius , sedangkan profesi kedokteran hewan (veteriner) ada
yang mengambil Centaur atau Aesculapius

2.4 Layanan Dokter Hewan

1. Berdasarkan Keahlian spesies :

1. Menangani hewan pangan/farm animal

2. Menangani hewan hobby/kesayangan/kepentingan khusus

3. Menangani hewan liar/satwa liar termasuk untuk konservasi.

4. Menangani hewan aquatik/air untuk pangan dan konservasi

5. Menangani hewan laboratorium untuk ilmu kedokteran manusia dan ilmu

pengetahuan lainnya.

2. Berdasarkan Keahlian Keilmuan

Dalam bidang praktisi medik veteriner terbagi atas praktisi hewan


ternak dan praktisi spesies individu antara lain : Ahli Bedah, Ahli Mata, Ahli
Reproduksi, Ahli Penyakit Dalam, Ahli Dermatologi, Ahli Pathologi Klinik, Ahli
Nutrisi Klinik, Ahli Akupunktur Veteriner, Dalam bidang veteriner/konsultan
antara lain : Ahli Epidemiologi, Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ahli
Kesehatan Daging, Ahli Kesehatan Susu, Ahli Mikrobiologi, Ahli Virologi.

Kompetensi Layanan Medis Veteriner Terhadap Hewan terdiri atas 2 kategori;

a. Layanan medik untuk hewan secara kelompok (herd health), hal ini
umumnya di peternakan peternakan dan oleh dinas-dinas
pemerintah/puskeswan-puskeswan.

b.Layanan medik untuk hewan secara individual (individual health), hal


ini umumnya pada praktisi hewan kecil, di kebun binatang dan hewan hobi.
Lapangan pekerjaan dokter hewan menurut OIE ada 33 bidang kerja dokter
hewan di 110 negara :

1. Food technology
2. Food inspection
3. Food hygiene
4. Consumer protection
5. Laboratories
6. Legislation
7. Artificial breeding
8. Zoos
9. Laboratory animals
10. Animal Welfare
11. Zoonoses
12. Veterinary medicine
13. Clinical health care
14. Disease control
15. Exotic diseases
16. Epidemiology
17. Quarantine
18. Livestock and animal products
19. Aquaculture
20. Wildlife
21. Environmental protection
22. Nutrition
23. Parasitology
24. Teaching
25. Research and development
26. Livestock marketing
27. Publications
28. Economics
29. Import animal production
30. Livestock industry organizations
31. Administration
32. International Cooperation
33. Professional organizations

2.5 Etika Veteriner


Etika adalah segala nilai yang baik dan yang buruk atau yang benar
dan yang salah yang disepakati oleh sekumpulan orang/masyarakat yang
memiliki kepentingan atau profesi yang sama.

Pada Etika Veteriner (Veterinary Ethics) adalah membahas mengenai


isu moral dalam hubungan ilmu kedokteran dengan hewan.Dalam hal ini ada
dua (2) aspek etika yang dibahas yaitu :

a. Etika mengenai bagaimana dokter hewan / profesi veteriner dan tenaga-


tenaga pendukungnya (paramedis, perawat hewan, dll) memperlakukan
hewan atau dalam praktek kedokteran.

b. Etika mengenai hewan-hewan yang berada di tangan manusia perlu dijaga


hak dan mendapatkan perlindungan dengan kajian/argumentasi ilmiahnya
maupun animal behaviour mengapa spesies hewan tersebut perlu
diperlakukan tertentu serta manfaatnya.

Ada 4 Jenis Etika Veteriner :

a. Etika Veteriner Deskriptif, adalah yang secara umum perilaku sebagai


profesi dan individu yang langsung terlihat baik buruknya oleh masyarakat.
b. Etika Veteriner Profesi (profesional), adalah kesepakatan organisasi
profesinya.
c. Etika Veteriner Administratif, adalah yang diatur pemerintah, berkekuatan
hokum dan dapat diberi sanksi.
d. Etika Veteriner Normatif , adalah norma-norma etika yang benar dan tepat
yang dalam berperilaku sebagai profesi veteriner termasuk terhadap hewan
atau disepakati sebagai norma-norma Kesejahteraan Hewan.

2.6 Sumpah Dokter Hewan.

Sumpah dokter hewan juga mengacu terhadap sumpah profesi medis


kedokteran tetapi ditambahkan tentang kesejahteraan hewan. Berikut
merupakan isi dari sumpah dokter hewan :
Dengan diterimanya diri saya masuk profesi kedokteran hewan, saya
bersumpah
• Akan mengabdikan diri saya, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
saya miliki kepada perbaikan mutu, peringanan penderitaan serta
perlindungan hewan demi kesejahteraan masyarakat
• Akan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya
miliki berlandaskan perikemanusiaan dan kasih sayang kepada hewan
• Akan memberikan pertimbangan utama untuk kesembuhan, kesehatan
dan kesejahteraan pasien saya, kepentingan tertinggi klien dengan
mempertaruhkan kehormatan profesi dan diri saya
• Akan selalu menjunjung tinggi kehormatan dan tradisi luhur profesi
Kedokteran Hewan dengan memegang teguh Kode Etik Profesi saya.Sumpah
ini saya ucapkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa
2.7 Standar Kompetensi Profesi Dokter Hewan
1.Memiliki wawasan di bidang etika veteriner, legislasi veteriner dan
penghayatan profesi veteriner;
2.Mampu menangani penyakit-penyakit pada hewan besar, hewan kecil,
unggas, hewan eksotik, satwa lSiar, satwa aquatik dan hewan laboratorium;

3.Memiliki wawasan di bidang sistem kesehatan nasional;

4.Merniliki ketrampilan dalam melakukan:

o Pendiagnosaan secara fisik, laboratorik (mikrobiologi,


parasitologi, patologi dan patologi klinik) dan epidemiologist
terhadap penyakit serta disfungsi hewan, disamping juga
penanganannya secara medik, operatif dan populatif;
o Penulisan resep dan penyusunan nutrisi hewan;

o Pemeriksaan nekropsi hewan;

o Pemeriksaan kebuntingan, penanganan gangguan reproduksi


dan aplikasi teknologi reproduksi;

 Pengawasan bahan makanan asal hewan dan produk


olahannya, scjak hewan hidup sampai pada konsumen;

 Pengendalian kesehatan hewan, penyakit zoonosis dan


pelestarian lingkungan;

 Pengawasan dan pengendalian mutu, serta pemakaian dan


peredaran obat hewan, bahan-bahan biologis, serta
material genetis.

2.8 Tantangan Profesi Dokter Hewan


A. Tantangan Internal profesi.
Permasalahan terbesar yang menjadi tantangan profsi dokter hewan di
Indonesia adalah kualifikasi etika veteriner dan kompetensi profesi individual
dokter hewan yang harus dijamin dengan rekomendasi organisasi profesi
(PDHI) dan kedudukan hukum profsi dokter hewan untuk memperoleh
otoritas (kewenangan) yang wajar sebagai profesi kedokteran yaitu otoritas
medis veteriner dan otoritas veteriner yang perlu dikukuhkan dengan
Undang-undang dan aturan-aturan hukum lainnya agar dapat efektif dalam
menjalankan profesinya
B. Tantangan Eksternal Profesi
Indonesia turut serta menandatangai perjanjian GATT yang menjadi
dasar kesepakatan-kesepakatan perdagangan internasional memlalui WTO.
Perdagangan ini termasuk pula disektor hewan dan produk hewan yang
menuntut berbagi persyaratan yang perlu dipersiapkan oleh setiap negara
anggota WTO termasuk Indonesia. Kemampuan Indonesia untuk dapat
diperhitungkan dan diperlakukan setara dalam tataran internasional sangat
tergantung kepada berbagi konsep pemikiran yang dituangkan menjadi
aturan dan pedoman yanag meliput pula profesionalisme SDM dokter
hewan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam kehidupan masyarakat, ternyata dokter hewan memegang
peranan penting dalam mengembangkan potensi dunia peternakan.
Mengingat bidang peternakan memberikan nilai lebih pada perekonomian
suatu negara. Termasuk didalamnya negara Indonesia, yang kaya akan
Saumber Daya Alam. Oleh karena itu,.dokter hewan sebagai praktisi
merupakan salah satu profesi yang menjanjikan di dunia kerja.
Selain itu peluang kerja yang sangat menjanjikan karena masih
kurangnya dokter hewan yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai