Contoh Paper
Contoh Paper
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “PENGHAYATAN PROFESI DOKTER HEWAN”. Sebagai
salah satu tugas akhir semester satu
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa dalam menyelesaikan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kekurangan karena
keterbatasan data dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan rendah
hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua kalangan untuk kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
Bab 3 Penutup
a. Kesimpulan ……………………………………..… 14
b. Saran dan Kriti ……………………………………….. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dokter hewan ialah dokter khusus binatang dan praktikus kedokteran
hewan. Dokter hewan disebut juga veteriner. Dokter hewan, sebenarnya
telah lama dikenal di masyarakat. Kehadirannya juga sudah cukup banyak
membantu kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam hal
pengendalian penyakit hewan termasuk penyakit zoonosis, yaitu penyakit
hewan yang dapat menular dari hewan ke manusia. Namun sampai saat ini
masih sangat banyak orang yang tidak memahami apa itu profesi dokter
hewan. Bahkan teman-teman sejawat dokter hewan sendiri saya yakin juga
masih banyak yang belum memahami dengan baik apa dan siapa profesi
dokter hewan itu. Apalagi bagi mereka yang menjadikan pendidikan profesi
dokter hewan sebagai jalur alternatif atau jalur pelarian
Kembali pada profesi dokter hewan yang berkecimpung dalam bidang
medis veteriner. Dalam kasus-kasus penyakit hewan menular, dokter
hewanlah yang paling bertanggungjawab. Dalam kasus-kasus penyakit
zoonosis, dokterhewan bertanggungjawab pada hewannya, dan dokter
manusia pada manusianya. Dalam kasus flu burung misalnya. Dokter hewan
harus bertanggungjawab terhadap kasus flu burung pada hewan, termasuk
strategi pengendaliannya. Namun ironisnya, di Indonesia dokter hewan tidak
mendapatkan kedudukan yang semestinya dalam menangani kasus-kasus
zoonosis. Wajarlah kalau hingga saat ini kasus flu burung tidak pernah bisa
dikendalikan dengan baik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
Untuk mengetahui informasi tentang dokter hewan yang bekerja sebagai
praktisi.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
Agar kita dapat mengetahui seluk beluk tentang profesi kedokteran hewan
secara luas.
Agar para pembaca mendapat ilmu pengetahuan baru tentang profesi
kedokteran hewan
Agar para mahasiswa yang belajar di dunia veteriner mengetahui profesi
dokter hewan sebagai praktisi agar mereka tidak buta informasi dengan
masa depan pekerjaanya
BAB II
ISI
2.1 Kelembagaan Otoritas Veteriner
Di era globalisasi, perkembangan dan pertumbuhan banyak negara
ditentukan oleh performans dari kebijakan dan ekonomi pertanian, dan pada
gilirannya berkaitan langsung dengan kualitas kelembagaan veteriner
(veterinary services). Kelembagaan veteriner perlu beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip ilmiah (scientifically-based principles) dan secara teknis tidak
bergantung dan kebal terhadap tekanan politik dari segala pihak. Untuk
mendorong kemajuan perdagangan hewan dan produk hewan baik bilateral
maupun internasional, semua negara harus mematuhi ketentuan-
ketentuan yang tertuang dalam Perjanjian Sanitary and Phytosanitary (SPS
Agreement) dari Organisasi Perdagangan Dunia dan juga standar, pedoman
dan rekomendasi yang dibuat OIE.
UU Veteriner perlu memuat tentang kelembagaan kesehatan hewan,
terutama yang menyangkut kewenangan atau otoritas yang diperlukan untuk
mewujudkan kredibilitas dan mandat yang dimiliki dalam melaksanakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan penentuan kebijakan,
penyelenggaraan kegiatan operasional danevaluasi diri sendiri (self
evaluation). Kredibilitas kelembagaan veteriner harus dimaksudkan hanya
kepada pengguna jasa pelayanan yang diberikan tetapi juga kepada negara
lain. Kerangka legal harus dimiliki oleh otoritas veteriner, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tertinggi menyangkut kebijakan teknis veteriner
tidak bisa diintervensi begitu saja oleh kekuasaan yang lebih tinggi di luar
veteriner. Dalam aturan OIE, pemegang kekuasaan tertinggi veteriner yang
mewakili negaranya dalam Sidang Umum Tahunan OIE yang disebut ‘Chief of
Veterinary Officer’ (CVO).
Untuk menjalankan otoritas tersebut, pada dasarnya harus dipegang
oleh seseorang yang memiliki kompetensi yang dijustifikasi dari kualifikasi
akademik dan profesionalisme. Tingkat kapabilitas dinilai dari kemampuan
untuk menjalankan tugas secara otonom dan bebas dari pengaruh-pengaruh
komersial, finansial,hirarhikal dan politik yang bisa mempengaruhi keputusan
teknis dengan cara-cara yang bertentangan dengan ketentuan OIE dan
Perjanjian SPS. Empat komponen dasar yang saat ini sedang dikembangkan
dan akan diperkenalkan oleh OIE untuk menilai kredibilitas suatu
kelembagaan otoritas veteriner adalah :
1. Sumberdaya manusia dan keuangan.
2. Otoritas teknis dan kapabilitas.
3. Interaksi dengan stakeholders.
4. Akses pasar (access to markets).
Sebagai negara anggota Organisasi Kesehatan Hewan Dunia Office
Internationl des Epizooticae (OIE),Indonesia melalui otoritas veterinernya
mempunyai kewajiban untuk melaporkan penyakit hewan yang hidup di darat
(terresterial animals) dan hewan akuatik (aquatic animals) yang terjadi di
seluruh wilayah Negara. UU Veteriner harus mempunyai kekuatan untuk
mengharuskan setiap Pemerintahan Daerah untuk secara bertingkat
melaporkan penyakit-penyakit yang termasuk dalam daftar OIE. Kapabilitas
teknis kelembagaan otoritas veteriner dalam mengembangkan
dan mengaplikasikan tindakan sanitary dan prosedur berdasarkan ilmiah
(science-based procedure) yang mendukung tindakan tersebut, ditentukan
oleh kompetensi dalamberbagai aspek seperti:
1. Diagnosis penyakit.
2. Knalisa risiko (risk analysis)
3. Karantina.
4. Surveilans epidemiologi
5. Deteksi dini (early detection) dan respons darurat (emergency response)
6. Isu baru muncul (emerging issues)
7. Knovasi teknikal
8. Kedokteran hewan dan biologik veteriner.
Dalam memperkuat akses pasar, maka kapasitas teknis kelembagaan
otoritas veteriner ditentukan sejauh mana dapat melakukan hal-hal seperti:
1. Penyiapan peraturan perundangan
2. Pemenuhan stakeholder terhadap peraturan perundangan
3. Sertifikasi (certification)
4. Penelusuran (traceability)
5. Perwilayahan bebas penyakit (zoning)
6. Kompartementalisasi (compartmentalization).
Versi 2 :
Kemungkinan dari terminologi lain yaitu masih di masa Romawi,
dikenal hewan beban sebagai “veterina” dan suatu kamp penyimpanan
hewan-hewan tersebut disebut “veterinarium”. Term “veterinarii” juga
digunakan pada dukumen kuno sebagai “orang yang memiliki kekebalan
khusus” karena memiliki “kompetensi khusus”.
Dalam jurnal American Veterinary Medical Association 1972, diuraikan
sejarah bagaimana para “ilmuwan kedokteran” jaman dahulu memerlukan
hewan coba untuk pengembangan ilmu kedokteran manusia,namun mereka
memerlukan veterinarius untuk menangani hewan-hewan tersebut dan
bukan Ferrarius.
Untuk itu ternyata diperlukan veterinarius yang berpendidikan agar
memahami apa yang diperlukan. Kemudian timbulah gelar-gelar Ph.D(Doctor
of Philosophy) yang merupakan awal dari para Veterinarius menjadi “medical
doctor” atau “Doctor of Veterinary Medicine”.
.
2.3 Lambang Profesi Veteriner
Lambang profesi dokter hewan umumnya mencantumkan :
1. Huruf “V” Datang dari kata “veterinarius”
2. Bersamaan dengan lambang kedokteran (ular melingkari tongkat) .
3. Menggunakan centaur (manusia berbadan kuda sesuai mitos Yunani
kuno)
pengetahuan lainnya.
a. Layanan medik untuk hewan secara kelompok (herd health), hal ini
umumnya di peternakan peternakan dan oleh dinas-dinas
pemerintah/puskeswan-puskeswan.
1. Food technology
2. Food inspection
3. Food hygiene
4. Consumer protection
5. Laboratories
6. Legislation
7. Artificial breeding
8. Zoos
9. Laboratory animals
10. Animal Welfare
11. Zoonoses
12. Veterinary medicine
13. Clinical health care
14. Disease control
15. Exotic diseases
16. Epidemiology
17. Quarantine
18. Livestock and animal products
19. Aquaculture
20. Wildlife
21. Environmental protection
22. Nutrition
23. Parasitology
24. Teaching
25. Research and development
26. Livestock marketing
27. Publications
28. Economics
29. Import animal production
30. Livestock industry organizations
31. Administration
32. International Cooperation
33. Professional organizations
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam kehidupan masyarakat, ternyata dokter hewan memegang
peranan penting dalam mengembangkan potensi dunia peternakan.
Mengingat bidang peternakan memberikan nilai lebih pada perekonomian
suatu negara. Termasuk didalamnya negara Indonesia, yang kaya akan
Saumber Daya Alam. Oleh karena itu,.dokter hewan sebagai praktisi
merupakan salah satu profesi yang menjanjikan di dunia kerja.
Selain itu peluang kerja yang sangat menjanjikan karena masih
kurangnya dokter hewan yang ada di Indonesia.