Anda di halaman 1dari 6

Contoh Legal Memorandum

LEGAL MEMORANDUM

Kepada : Fadil Saputra

Dari : Hany Wulandari

Perihal : Hukum Pidana, Kejahatan Terhadap Kesusilaan

Nama Pihak : RT sebagai Korban

Lawan

Ryan sebagai Tersangka

Tanggal : 12 Desember 2010

Kasus Posisi

Ryan, 21 tahun, adalah seorang pemilik salon kecantikan di Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung. Ryan
adalah seorang penyuka sesama jenis (homoseksual). Ryan bertemu dengan RT, 19 tahun, secara tidak
sengaja di salon miliknya dimana RT adalah mantan kekasihnya dimasa sekolah. Selama tiga tahun tidak
bertemu, membuat Ryan menggunakan hal tersebut untuk menahan RT untuk berbagi cerita sejak
berakhirnya hubungan mereka.

Ryan mengajak RT ke rumah teman mereka yang bernama Ito. Setelah Ito menerima kedatangan
mereka, Ito meninggalkan mereka berdua di rumahnya dengan alasan ada pekerjaan penting yang harus
dikerjakan. Sejak saat itu, niat Ryan untuk berhubungan badan dengan RT untuk menguji kejantananya
sebagi laki-laki muncul. Saat RT berada di sofa, Ryan langsung mencengkram RT. RT meronta-ronta,
kemudian Ryan menamparnya dan mencengkram lehernya lalu memperkosa RT. Di hadapan petugas
Ryan mengaku hanya ingin meguji kejantananya karena selama ini dia lebih menyenangi laki-laki.
Kasatreskrim Polresta Bandarlampung Kompol menyatakan perbuatan tersangka (Ryan) melanggar pasal
289 KUHP.

Masalah Hukum

Dapatkah Ryan dipersangkakan telah melakukan tindak pidana kejahatan terhadap kesusilaan?

Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh RT untuk menyelesaikan masalah tersebut?

Apakah kelainan Ryan sebagai penyuka sesama jenis bisa digunakan sebagai alasan peringan?

Apakah tindakan Ito meninggalkan Ryan dan RT berdua di rumahnya merupakan tindakan penyertaan
dalam tindak pidana?

Jawaban Singkat

Ryan dapat dijerat tindak pidana kejahatan terhadap kesusilaan dengan melihat unsur-unsur yang ada
dalam KUHP mengenai kejahatan terhadap kesusilaan. Maka dari itu, RT dapat saja melaporkan tindakan
kejahatan kesusilaan yang dialaminya ke polres setempat dengan memperlihatkan visum dari rumah
sakit dimana ia berobat. Kelainan Ryan sebagai penyuka sesama jenis tidak bisa digunakan sebagai
alasan peringan. Tindakan Ito membiarkan Ryan dan RT hanya berdua dirumahnya juga tidak dapat
dikategorikan sebagai tindakan penyertaan melihat dari ketidak tahuanya terhadap niat Ryan dalam
melakukan perbuatan pidana.

Penelusuran Bahan-Bahan Hukum

Kelainan Ryan sebagai penyuka sesama jenis tidak bisa didasarkan sebagai dasar peringan karena hal
yang dapat meringankan adalah apabila pelaku tindak pidana adalah anak-anak, sedangkan Ryan sudah
dianggap dewasa karena sudah berumur 21 tahun. Bahan yang relevan yaitu KUHP-BUKU PERTAMA:
ATURAN UMUM; BAB III: HAL-HAL YANG MENGHAPUSKAN, MENGURANGI, ATAU MEMBERATKAN
PIDANA

Pasal 47

(1) Jika hakim menjatuhkan pidana, maka maksimum pidana pokok terhadap tindak pidana anak
dikirangi sepertiga.
(2) Jika perbuatan itu adalah kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup, maka anak itu dijatuhi pidana penjara paling lama lima belas tahun

Tindakan Ito tidak dapat dimasukkan dalam tindak pidana penyertaan, dapat dilihat dari KUHP-BUKU
PERTAMA: ATURAN UMUM; BAB V: PENYERTAAN DALAM TINDAK PIDANA

Pasal 56

Dipidana sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan:

Mereka yang dengan sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan itu dilakukan;

Mereka dengan sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan itu.

Tindakan Ryan dapat digolongkan sebagai tindak pidana kesusilaan didasarkan pada KUHP-BUKU
KEDUA; KEJAHATAN BAB XIV: KEJAHATAN TERHADAP KESUSILAAN.

Pasal 285

Barang siapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seorang wanita yang bukan
istrinya bersetubuh dengan dia, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.

Pasal 289

Barang siapa dengan kekerasan atau dengan ancama kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan
atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang
kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Analisis Hukum
Ryan dapat dituntut oleh RT secara pidana berdasarkan Pasal 285 KUHP-BUKU KEDUA; KEJAHATAN BAB
XIV: KEJAHATAN TERHADAP KESUSILAAN. Tindak pidana di dalam Pasal 285 tersebut mempunyai unsur-
unsur sebagai berikut:

Unsur Subjektif

Bersetubuh dengan wanita yang bukan istrinya tanpa dasar suka sama suka.

Unsur Objektif

Barangsiapa (kata barangsiapa menunjukkan orang, yang apabila memenuhi semua unsur pasal 285
KUHP, maka ia dapat disebut sebagai pelaku dari tindak pidana kesusilaan)

Memaksa seorang wanita yang bukan istrinya bersetubuh denganya

Dengan menggunakan upaya:

-Kekerasan atau

-Ancaman kekerasan

Hal ini dapat menjelaskan bahwa apabila seseorang telah memakai salah satu upaya dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita yang bukan istrinya untuk bersetubuh denganya,
maka dapat dikatakan bahwa tindakan pemerkosaan telah terbukti.

Jika antara Ryan dan RT tidak terjadi persetubuhan, namun RT dibawah kekerasan atau ancaman
kekerasan dipaksa untuk melakukan perbuatan cabul (tidak senonoh, keji dan kotor) maka Ryan hanya
diancam melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan. Pasal 289 KUHP-BUKU KEDUA;
KEJAHATAN BAB XIV: KEJAHATAN TERHADAP KESUSILAAN.

Ryan sebagai penderita kelainan penyuka sesama jenis tidak dapat digunakan sebagai alasan peringan
dalam hal tindak pidana. Alasan peringan menurut pasal 47 KUHP-BUKU PERTAMA: ATURAN UMUM;
BAB III: HAL-HAL YANG MENGHAPUSKAN, MENGURANGI, ATAU MEMBERATKAN PIDANA, Hal-hal yang
meringankan hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak pidana yang usianya belum dewasa atau
dibawah enambelas tahun, sedangkan Ryan sudah dianggap dewasa secara hukum karena sudah
berumur dua puluh satu tahun dan sedang tidak dibawah pengampuan. Tindak pidana Ryan juga tidak
bisa dihapuskan karena penyakit yang dideritanya tidak memepengaruhi dirinya untuk tidak
membendung niatnya dalam melakukan tindak pidana. Namun Ryan masih dapat diringankan dengan
alasan, sebelumnya ia belum pernah terjerat masalah hukum, ia mengakui tindak pidananya dan
meminta maaf kepada korban dan keluarga serta Ryan berkelakuan baik selama proses persidangan
berlangsung.

Tindakan Ito tidak dapat dimasukkan dalam tindak pidana penyertaan, dapat dilihat dari Pasal 56 KUHP-
BUKU PERTAMA: ATURAN UMUM; BAB V: PENYERTAAN DALAM TINDAK PIDANA. Ito tidak mengetahui
niat Ryan sebelumnya untuk melakukan tindakan kesusilaan sehingga ia tidak dengan sengaja memberi
bantuan pada saat kejahatan dilakukan. Ito juga tidak dengan sengaja memberi sarana untuk melakukan
kejahatan karena posisi Ito pada saat itu ada pekerjaan yang harus dikerjakan sehingga memaksa dirinya
untuk meninggalkan RT dengan Ryan berduaan di rumahnya.

Opini Hukum

Perbuatan Ryan terhadap RT merupakan tindakan terhadap kesusilaan. Namun apakah tindakan
tersebut termasuk tindakan pemerkosaan atau hanya pencabulan sangat tergantung sekali terhadap
hasil visum yang dilakukan RT di rumah sakit tempat ia berobat. Pengklasifikasian apakah tindak
kesusilaan tersebut termasuk pemerkosaan atau pencabulan akan sangat penting sekali terhadap
ancaman tuntutan pidana yang akan diberkan kepada Ryan. Pengklasifikasian tersebut dapat dilihat dari
memenuhi atau tidaknya unsur-unsur yang ada dalam pasal 285 atau 289 KUHP.

Ryan sebagai penderita kelainan penyuka sesama jenis tidak dapat digunakan sebagai alasan peringan
dalam hal tindak pidana.Mengingat hal peringan yang diatur dalam pasal 47 KUHP adalah hal-hal yang
meringankan hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak pidana yang usianya belum dewasa atau
dibawah enambelas tahun, sedangkan Ryan sudah dianggap dewasa secara hukum karena sudah
berumur dua puluh satu tahun dan sedang tidak dibawah pengampuan. Tindak pidana Ryan juga tidak
bisa dihapuskan karena penyakit yang dideritanya tidak memepengaruhi dirinya untuk tidak
membendung niatnya dalam melakukan tindak pidana. Namun Ryan masih dapat diringankan dengan
alasan, sebelumnya ia belum pernah terjerat masalah hukum, ia mengakui tindak pidananya dan
meminta maaf kepada korban dan keluarga serta Ryan berkelakuan baik selama proses persidangan
berlangsung.

Ito tidak melakukan tindakan penyertaan karena tidak memenuhi unsur pasal 56 KUHP. Ito tidak
mengetahui niat Ryan sebelumnya untuk melakukan tindakan kesusilaan sehingga ia tidak dengan
sengaja memberi bantuan pada saat kejahatan dilakukan. Ito juga tidak dengan sengaja memberi sarana
untuk melakukan kejahatan karena posisi Ito pada saat itu ada pekerjaan yang harus dikerjakan sehingga
memaksa dirinya untuk meninggalkan RT dengan Ryan berduaan di rumahnya.

Penyidik wajib memproses laporan kejahatan terhadap kesusilaan, karena suatu laporan tidak dapat
dihentikan oleh penyidik kecuali apabila yang dilakukan oleh RT adalah delik aduan. Dalam hal ini RT
tidak mungkin melakukan delik aduan, karena tidak ada unsur-unsur atas delik aduan tersebut.

Rekomendasi Hukum
Laporan kejahatan terhadap kesusilaan ini tidak dapat diberhentikan oleh polisi/penyidik, namun hanya
dapat dilakukan pengurangan hukuman kepada Ryan sebagai pelaku tindak pidana dengan
memperhatikan bahwa selama proses persidangan, Ryan berkelakuan baik dan ia mengakui kesalahan
serta meminta maaf kepada korban dan keluarganya

Anda mungkin juga menyukai