PERTEMUAN KE : XI (sebelas)
METODE : PENUGASAN
MATERI : MINERAL
a. Natrium (Na)
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3 hingga 7 gram sehari)
diabsorpsi, terutama di dalam usus halus. Natrium diabsorpsi secara aktif
(membutuhkan energi). Natrium yang diabsorpsi dibawa oleh aliran darah ke ginjal.
Disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup
untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium yang
jumlahnya mencapai 90-99% dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urine.
Pengeluaran natrium ini diatur oleh hormon aldosteron, yang dikeluarkan kelenjar
adrenal bila kadar natrium darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk
mengabsorpsi kembali natrium. Dalam keadaan normal, natrium yang dikeluarkan
melalui urine sejajar dengan jumlah natrium yang dikonsumsi. Jumlah natrium
dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.
b. Klorida (Cl)
Klor hampir seluruhnya diabsorpsi di dalam usus halus dan diekskresi
melalui urin dan keringat. Kehilangan klor mengikuti kehilangan natrium.
Kebanyakan keringat dihalangi oleh aldosteron yang secara langsung berpengaruh
terhadap kelenjar keringat.
c. Kalium (K)
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90 %
kalium yang dimakan diekskresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses
dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung. Taraf kalium normal darah
dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengabsorpsi kembali
dan mengeluarkan kalium dibawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam
bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran
didalam tubula ginjal.
d. Kalsium (Ca)
Dalam keadaan normal sebanyak 30-50 % kalsium yang dikonsumsi
diabsorpsi tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan dan
menurun pada proses menua. Kemampuan absorpsi pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan pada semua golongan usia. Absorpsi kalsium terutama terjadi
di bagian atas usus halus yaitu duodenum. Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat
berada dalam keadaan terlarut. Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif
dengan menggunakan alat angkut protein-pengikat kalsium. Absorpsi pasif terjadi
pada permukaan saluran cerna. Banyak faktor mempengaruhi absorpsi kalsium,
kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut-air dan tidak
mengendap karena unsur makanan lain, seperti oksalat. Kalsium yang tidak
diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang di ekskresi memalui urin
mencerminkan jumlah kalsium yang diabsorpsi. Kehilangan kalsium melalui urin
meningkat pada asidosis dan pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga
terjadi melalui sekresi cairan yang masuk kedalam saluran cerna, dan melalui
keringat.
e. Fosfor (P)
Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus
setelah dihidrolisis dan dilepas dari makanan. Bayi dapat menyerap 85 – 90 % fosfor
berasal dari ASI. Sebanyak 65 – 70 % fosfor berasal dari susu sapi dan 50 – 70 %
berasal dari makanan dapat diabsorpsi oleh anak-anak dan orang dewasa. Bila
konsumsi fosfor rendah, taraf absorpsi dapat mencapai 90% dari konsumsi fosfor.
Fosfor dibebaskan dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase di dalam
mukosa usus halus dan di absorpsi secara aktif dan difusi pasif. Absorpsi aktif
dibantu oleh bentuk aktif vitamin D. Sebagian besar fosfor didalam darah terutama
terdapat sebagai fosfat anorganik atau sebagai fosfolida. Kadar fosfor didalam darah
diatur oleh hormon paratiroid (PTH) yang dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan
oleh hormon kalsitonin. Kedua hormon tersebut berinteraksi dengan Vitamin D
untuk mengontrol jumlah fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan oleh ginjal, serta
jumlah yang dibebaskan dan disimpan didalam tulang. PTH menurunkan reabsorpsi
fosfor oleh ginjal. Kalsitonin meningkatkan ekskresi fosfat oleh ginjal. Konsumsi
fosfor yang relatif tinggi terhadap kalsium sehingga diperoleh perbandingan P : Ca
yang tinggi dalam serum akan merangsang pembentukan PTH yang mendorong
pengeluaran fosfor dari tubuh.
Fosfor sebagai bagian dari asam folat yang terutama terdapat didalam
serealia tidak dapat dihidrolisis, oleh karena itu tidak dapat diabsorpsi. Faktor-faktor
makanan lain yang menghalangi absorpsi fosfor adalah Fe++, Mg++, asam lemak
tidak jenuh dan antasid yang mengandung aluminium, karena membentuk garam
yang tidak larut air.
f. Magnesium (Mg)
Magnesium terutama diabsorpsi di dalam usus halus, kemungkinan dengan
bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Pada konsumsi magnesium yang
tinggi hanya sebanyak 30% magnesium diabsorpsi, sedangkan pada konsumsi
rendah sebanyak 60%. Absorpsi magnesium dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
sama yang mempengaruhi absorpsi kalsium kecuali vitamin D tidak berpengaruh.
Bila kalsium dalam makanan turun, absorpsi magnesium meningkat.
Didalam darah sebagian besar magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas,
atau dalam bentuk molekul kompleks hingga molekul kecil. Keseimbangan
magnesium didalam tubuh terjadi melalui penyesuaian ekskresi magnesium melalui
urin. Seperti halnya fosfor, ekskresi magnesium meningkat oleh hormon tiroid,
asidosis, aldosteron serta kekurangan fosfor dan kalsium. Ekskresi magnesium
menurun karena pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap resorpsi tubula
ginjal. Demikian pula halnya pada hiperkalsemia dan hipermagnesemia. Karena
cairan lambung banyak mengandung magnesium, muntah berlebihan menyebabkan
kekurangan magnesium dalam jumlah besar.
g. Sulfur (S)
Sulfur diabsorpsi sebagai bagian dari asam amino atau sebagai sulfat
anorganik. Selain sebagai bagian dari asam amino metionin dan sistein, sulfur juga
merupakan bagian dari enzim glutation serta berbagai koenzim dan vitamin,
termasuk koenzim A. Dalam bentuk teroksidasi sulfur dihubungkan dengan
mukopolisakarida yang berperan dalam melarutkan sisa metabolisme sehingga bisa
dikeluarkan melalui urin (terutama sisa metabolisme hormon steroid dan obat-obat
tertentu).
Penyerapan Mineral Mikro
a. Besi (Fe)
Sebelum diabsorpsi, didalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik,
seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk
fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam didalam lambung dengan adanya HCl dan
vitamin C yang terdapat didalam makanan. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas
usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut-protein khusus. Ada dua jenis
alat angkut-protein di dalam sel mukosa usus halus yang membantu penyerapan
besi, yaitu transferin dan feritin
Transferin, protein yang disintesis didalam hati, terdapat dua bentuk.
Transferin mukosa mengangkat besi dari saluran cerna ke dalam sel mukosa dan
memindahkannya ke transferin reseptor yang ada didalam sel mukosa. Transferin
mukosa kemudian kembali ke rongga saluran cerna untuk mengikat besi lain,
sedangkan transferin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan
tubuh.
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi-hem seperti terdapat dalam
hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi non-heme dalam makanan
nabati. Absorpsi besi – hem tidak banyak dipengaruhi oleh komposisi makanan dan
sekresi saluran cerna serta oleh status besi seseorang. Besi-hem dapat diabsorpsi
mencapai 25% sedangkan non-hem hanya 5%. Agar dapat diabsorpsi, besi-nonhem
didalam usus halus harus berada dalam bentuk terlarut. Besi-nonhem diionisasi
oleh asam lambung, direduksi menjadi bentuk fero dan dilarutkan dalam cairan
pelarut seperti asam askorbat, gula dan asam amino yang mengandung sulfur.
b. Seng (Zn)
Absorpsi dan metabolisme seng menyerupai absorpsi dan metabolisme
besi. Absorpsi membutuhkan alat angkut dan terjadi di bagian atas usus halus
(duodenum). Seng diangkut oleh albumin dan transferin masuk ke aliran darah dan
dibawa ke hati. Kelebihan seng disimpan didalam hati dalam bentuk metalotionein.
Lainnya dibawa kepankreas dan jaringan tubuh lain. Didalam pankreas seng
digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan
kedalam saluran cerna. Absorpsi seng diatur oleh metalotionein yang disintesis
didalam sel dinding saluran cerna.
c. Iodium (I)
Iodium dengan mudah diabsorpsi dalam bentuk iodida. Konsumsi normal
sehari adalah sebanyak 100-150 ug. Dalam bentuk ikatan organik didalam makanan
hewani hanya separuh dari iodium yang dikonsumsi dapat diabsorpsi.
d. Tembaga (Cu)
Makanan sehari-hari mengandung kurang lebih 1 mg tembaga. Sebanyak
35-70% diabsorpsi. Abbsorpsi sedikit terjadi didalam lambung dan sebagian besar
di bagian atas usus halus secara aktif dan pasif. Absorpsi terjadi dengan alat angkut
protein pengikat-tembaga metalotionein yang juga berfungsi dalam absorpsi seng.
Jumlah tembaga yang diabsorpsi diduga dipengaruhi oleh banyaknya metalotionein
didalam sel mukosa usu halus.
Transport tembaga ke hati terutama menggunakan alat angkut albumin dan
transkuprein. Penyimpanan sementara tembaga adalah dalam bentuk kompleks
albumin-tembaga. Simpanan dalam hati berupa metalitonein atau seruloplasmin.
Tembaga diangkut ke seluruh tubuh oleh seruloplasmin dan transkuprein. Tembaga
juga dikeluarkan dari hati sebagai bagian dari empedu. Didalam saluran cerna,
tembaga dapat diabsorpsi kembali atau dikeluarkan dari tubuh tergantung
kebutuhan tubuh.
e. Mangan (Mn)
Mekanisme absorpsi mangan hingga sekarang belum diketahui dengan
pasti. Seperti halnya dengan mineral mikro lainnya, faktor makanan mempengaruhi
absorpsi mangan. Besi dan kalsium meghambat absorpsi mangan. Mangan
diangkut oleh protein transmanganin dalam plasma. Setelah diabsorpsi, mangan
dalam waktu singkat terlihat dalam empedu dan dikeluarkan dengan feses. Taraf
mangan dalam jaringan diatur oleh sekresi selektif melalui empedu. Pada penyakit
hati, mangan menumpuk dalam hati.
f. Krom (Cr)
Krom dalam bentuk Cr+++ diabsorpsi sebanyak 10% hingga 25%. Bentuk
lain krom hanya diabsorpsi sebanyak 1%. Absorpsi dibantu oleh asam-asam amino
yang mencegah krom mengendap dalam media alkali usus halus. Seperti halnya
besi, krom diangkut oleh transferin.
g. Selenium (Se)
Selenium berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan
selenosistein. Absorpsi selenium terjadi pada bagian atas usus halus secara aktif.
Selenium diangkut oleh albumin dan alfa-2 globulin. Absorpsi lebih efisien, bila
tubuh dalam keadaan kekurangan selenium. Konsumsi tinggi menyebabkan
peningkatan ekskresi melaui urin.
h. Molibden (Mo)
Molibden bekerja sebagai kofaktor berbagai enzim, antara lain xantin
oksidase, sulfat oksidase, dan aldehid oksidase yang mengkatalisis reaksi-reaksi
oksidari-redusi seperti oksidasi aldehid purin dan pirimidin serta xantin dan sulfit.
Absorpsi molibden sangat efektif (kurang lebih 80%). Molibden dalam jumlah
berlebihan menghambat absorpsi tembaga.
i. Fluor (F)
Fluor terdapat didalam tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Hanya
sedikit ada didalam tubuh manusia, namun peranannya penting. Fluor dianggap zat
gizi essensial karena peranannya dalam mineralisasi tulang dan pengerasan email
gigi. Pada saat gigi dan tulang dibentuk, pertama terbentuk kristal hidroksiapatit
yang terdiri atas kalsium dan fosfor. Kemudian flour akan menggantikan gugus
hidroksil (OH) pada kristal tersebut dan membentuk fluoroapatit. Pembentukan
fluoroapatit ini menjadikan gigi dan tulang tahan terhadap kerusakan.
j. Kobal (Co)
Absorpsi kobal terjadi pada bagian atas usus halus mengikuti mekanisme
absorpsi besi. Absorpsi meningkat bila konsumsi besi rendah. Sebanyak 85%
ekskresi kobal dilakukan melalui urin, selebihnya melalui feses dan keringat.
B. FUNGSI MINERAL
1. Mineral Yang Mempunyai Fungsi Penting Sebagai Aktifator Enzim
Magnesium (Mg) berperan untuk kelancaran kerja berbagai enzim.
Magnesium diperlukan tubuh untuk memproduksi 300 jenis enzim, pengiriman
pesan melalui sistem syaraf, membuat otot-otot tetap lentur dan rileks serta
memelihara kekuatan tulang dan gigi. Belerang (S) dibutuhkan tanaman dalam
pembentukan asam amino sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga
merupakan bagian dari biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan
90% S dalam tanaman ditemukan dalam bentuk asam amino, yang salah satu fungsi
utamanya adalah penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan disulfida
antara rantai-rantai peptida. Belerang (S) merupakan bagian (constituent) dari hasil
metabolisme senyawa-senyawa kompleks. Belerang juga berfungsi sebagai
aktivator, kofaktor atau regulator enzim dan berperan dalam proses fisiologi
tanaman.
2. Peranan kalsitonim, paratiroid, dan hormone korteks adrenal terhadap
keseimbangan mineral.
Kelenjar paratiroid mengatur level kalsium dan tidak mempunyai efek pada
metabolisme. Fungsi PTH adalah mempertahankan kadar Ca2+ cairan ekstrasel,
melalui absorpsi Ca2+ melalui saluran cern;, penyimpanan dalam serta
mengaktivasi kerja tulang ; serta ekskresi Ca2+ melalui urin, feses, keringat dan
ASI. Sekresi PTH terutama dipengaruhi oleh kadar Ca2+ darah atau sel kelenjar
paratiroid. Bila kadar Ca2+ rendah, sekresi PTH meningkat, dan bila terjadi
hipokalsemia dalam waktu lama, akan terjadi hipertrofi dan hiperplasi kelenjar
paratiroid. Sebaliknya pada keadaan hiperkalsemia selain dipengaruhi oleh PTH,
keseimbangan Ca2+ tubuh juga dipengaruhi kadar vitamin D, dan kalsitonin;
dipengaruhi berbagai hormon (hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, tiroksin,
glukokortikoid dan hormon pankreas) dan asupan mineral (fosfat anorganik dan
sitrat).