Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FITOKIMIA

FENILPROPANOID

Di susun Oleh:
1. Rulif Ali Winarto (170105060)
2. Shaza Nurin Shamsi (170105061)
3. Triana Nur Safitri (170105063)
KELAS 4B

PROGRAM STUDI FARMASI S1


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemudahan kepada kami selaku penyusun, sehingga tugas ini dapat selesai
sesuai dengan tenggal waktu yang telah ditentukan. Makalah ini merupakan tugas dari
mata kuliah Fitokimia yang mana dengan tugas ini, kami sebagai mahasiswa, mampu
mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai materi ajar yang diberikan oleh dosen
pengampu. Semoga, makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi
mengenai fenilpropanoid. Dalam pembuatan makalah ini, kami bekerja sebagai tim
penyusun sehingga tentunya hasil penulisan ini bukan merupakan klaim perorangan saja.
Selain itu, pertolongan dari berbagai pihak juga sangat membantu dalam proses
penyusunannya. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Lepas dari semua, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dari banyak sisi. Untuk itu, kritik dan saran, serta tinjauan langsung mengenai
kelengkapan data, sangat kami perlukan demi perbaikan di kemudian hari.

Akhir kata, kami selaku tim penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Purwokerto, 11 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan ………….................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi dan struktur fenilpropanoid.…............................................... 4
B. Klasifikasi dari senyawa fenilpropanoid.………….......................... 5
C. Sifat Fisika Kimia……………………………………………………. 8
D. Isolasi fenilpropanoid…………………………………….................... 8
E. Biosintesis fenilpropanoid.................................................................... 11
F. Reaksi - reaksi pada fenilpropanoid........................................................... 13
G. Penentuan struktur…………………………………………………… 16
H. Kegunaan fenilpropanoid……………………………………………. 17
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Senyawa organik bahan alam adalah senyawa organik yang
merupakan hasil proses metabolisme dalam organisme hidup. Senyawa dari
jenis ini disebut juga metabolit. Senyawa metabolit sekunder merupakan
molekul kecil yang dihasilkan oleh suatu organisme tetapi tidak secara
langsung dibutuhkan dalam mempertahankan hidupnya, tidak seperti protein,
asam nukleat, dan polisakarida yang merupakan komponen dasar untuk proses
kehidupan. Metabolit sekunder merupakan kelompok metabolit yang sangat
luas, dengan perbedaan yang tidak terlalu terlihat, dan dikelompokkan dengan
berbagai macam definisi (Saifudin, 2014).
Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu
cincin aromatik yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen
dan antrasen. Cincin karboaromatik ini biasanya tersebut stitusi oleh satu atau
lebih gugus hidroksil atau gugus lainnya yang ekivalen ditinjau dari segi
biogentiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam aromarik ini sering disebut
sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian diantara bersifat netral
karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas (Saifudin, 2014).
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada
tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi
(OH) dan gugus–gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama
berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan
memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol. Senyawa
fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan yang
mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus OH Salah satu contoh senyawa fenolik alam adalah fenil propanoid
(Saifudin, 2014).

1
Isolasi bahan alam berbeda dengan cara isolasi makromolekul biologi
yang umum karena lebih kecil dan secara kimia lebih beragam daripada
protein, asam nukleat, dan polisakarida yang relatif homogen. Sehingga teknik
isolasi harus benar- benar diperhatikan. Senyawa-senyawa metabolit sekunder
tersebut diantaranya yaitu steroid, fenil propanoid alkaloid, terpenoid,
flavoinoid, saponin, dan sebagainya (Harbone, 1996).
Akhir-akhir ini senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder pada
berbagai jenis tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat warna, racun,
aroma makanan, obat-obatan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mengingat
betapa bermanfaatnya senyawa-senyawa hasil metabolit sekunder tersebut bagi
umat manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, maka dirasa
perlu untuk mempelajari lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa metabolit
sekunder tersebut. Dimana pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai senyawa golongan fenil propanoid (Harbone, 1996).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apakah Definisi dan Struktur dasar Fenil Propanoid ?
2. Bagaimana klasifikasi Fenil Propanoid?
3. Apa saja sifat fisika dan kimia Fenil Praponoid?
4. Bagaimana cara isolasi dari Fenil Propanoid?
5. Bagaimana proses biosintesis senyawa Fenil Propanoid?
6. Bagaimana reaksi-reaksi yang terjadi pada Fenil Propanoid?
7. Bagaimana penentuan struktur pada Fenil Propanoid?
8. Apa kegunaan dari Fenil Propanoid?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Fenil Propanoid dan bagaimana struktur
dasarnya
2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Fenil Propanoid
3. Untuk mengetahui apa saja sifat fisika dan kimia Fenil Propanoid
4. Untuk mengetahui tentang bagaimana cara isolasi dari Fenil Propanoid

2
5. Untuk mengetahui tentang bagaimana proses biosintesis senyawa Fenil
Propanoid
6. Untuk mengetahui tentang bagaimana reaksi-reaksi yang terjadi pada Fenil
Propanoid
7. Untuk mengetahui tentang bagaimana penentuan struktur pada Fenil
Propanoid
8. Untuk mengetahui tentang apa kegunaan dari Fenil Propanoid

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI DAN STRUKTUR FENIL PROPANOID


Fenil propanoid merupakan senyawa fenol di alam yang mempunyai
cincin aromatik dengan rantai samping terdiri dari 3 atom karbon. Golongan
fenil propanoid yang paling tersebar luas adalah asam hidroksi sinamat, yaitu
suatu senyawa yang merupakan bangunan dasar lignin. Empat macam asam
hidroksi sinamat banyak terdapat dalam tumbuhan. Keempat senyawa
tersebut yaitu asam ferulat, sinapat, kafeat dan p-kumarat (Lenny, 2006).
Senyawa fenil propanoid merupakan salah satu kelompok senyawa
fenol utama yang berasal dari jalur shikimat. Senyawa fenol ini mempunyai
kerangka dasar karbon yang terdiri dari cincin benzena (C6) yang terikat pada
ujung rantai karbon propana (C3) (Lenny, 2006).

Kerangka dasar fenil propanoid Fenil propanoid mewakili kelompok


besar produk alamiah yang diturunkan dari asam amino fenilalanin dan tirosin
atau dalam beberapa kasus, di tengah jalur biosintesisnya melalui biosintesis
asam sikimat. Seperti yang terlihat dari namanya, kebanyakan senyawa yang
terkandung dalam strukturnya adalah cincin fenil yang terletak dalam tiga sisi
rantai karbon propana. Karena kebanyakan fenli propanoid di alam
merupakan fenolik dengan satu atau lebih kelompok hidroksil dalam cincin
aromatis, maka sering disebut sebagai tumbuhan fenolik (Lenny, 2006).

B. KLASIFIKASI DARI SENYAWA FENIL PROPANOID.

4
1. Kelompok Sinamat
Asam sinamat memiliki rumus kimia C6H5CHCHCOOH atau
C9H8O2, berwujud kristal putih, sedikit larut dalam air, dan mempunyai
titik leleh 133°C serta titik didih 300°C. Asam sinamat termasuk senyawa
fenol yang dihasilkan dari lintasan asam sikimat dan reaksi berikutnya.
Bahan dasarnya adalah fenilalanin dan tirosin sama seperti asam kafeat,
asam p-kumarat, dan asam ferulat. Keempat senyawa tersebut penting
bukan karena terdapat melimpah dalam bentuk tak terikat (bebas),
melainkan karena mereka diubah menjadi beberapa turunan di samping
protein. Turunannya termasuk fitoaleksin, kumarin, lignin, dan berbagai
flavonoid seperti antosianin. Diklasifikasi sebagai asam karboksilat tak
jenuh, ia terjadi secara alami pada sejumlah tanaman. Senyawa ini secara
bebas larut dalam pelarut-pelarut organik. Ia berada baik sebagai isomer
cis maupun trans, meskipun kemudian lebih umum (Lenny, 2006).
Asam sinamat juga merupakan sejenis inhibitor-sendiri yang
diproduksi oleh spora jamur untuk mencegah germinasi. Berikut adalah
beberapa struktur senyawa turunan sinamat (Lenny, 2006).

Asam sinamat digunakan sebagai penyedap, indigo sintetik, dan


produk farmasi tertentu.Kegunaan utama ialah dalam pembuatan metil, etil
dan benzil ester untuki industri minyak wangi. Asam sinamat merupakan
prekursor, zat pendahulu untuk pemanis aspartam melalui aminasi yang
dikatalisis enzim menjadi fenilalanin (Lenny, 2006).
2. Kelompok Kumarin

5
Nama kumarin berasal dari bahasa Karibia “Coumarou” yang berarti
pohontonka (Coumarouna adorata Abl), yaitu tumbuhan pertama yang
diketahui mengandung kumarin. Barulah pada tahun 1868, kumarin
dikenal dengan rumus C9H6O2. Senyawa yang mengandung kumarin
(2H-1-benzopyran-2-one) merupakan sebuah kelompok yang penting dari
heterosiklis dan banyak contoh yang ditemukan di alam. Kumarin sendiri
pertama kali diisolasi tahun 1822 dari kacang tonka. Kumarin dan
turunannya juga telah diisolasi dari semanggi, rumput banteng dan
woodruff. Kumarin yang terkandung dalam suatu tumbuhan dapat dikenal
dari baunya. Bila tumbuhan tersebut dikeringkan, maka akan memberikan
bau yang khas. Untuk pembuktian secara kualitatif dilakukan uji
berdasarkan pada sifat fluoresensinya dengan sinar ultraviolet (Lenny,
2006).

Kumarin adalah lakton asam o-hidroksisinamat. Kumarin tidak


berwarna, kristal prismatik, dan mempunyai karakteristik bau yang wangi
dan rasa pahit, aromatis, rasa yang panas, larut dalam alkohol. Kumarin
juga dapat disintesis dengan cepat. Beberapa turunan kumarin memiliki
sifat antikoagulan. Kumarin juga mempunyai aktivitas sebagai
antispasmodik (Lenny, 2006).
Berikut adalah beberapa struktur senyawa turunan kumarin:

Kumarin dan turunannya adalah senyawa yang sangat reaktif.


Keberadaan gugus metil di posisi C4 atau C6 membuat inti kumarin lebih
reaktif, dan dapat mengakibatkan inti kumarin menjalani reaksi halogenasi
serta kondensasi dengan aldehida. C6 pada cincin aromatik dapat mengalami

6
serangan elektrofilik, misalnya sulfonasi atau reaksi asilasi Friedel-Craft.
Sebuah substituen metil pada inti kumarin bereaksi secara berbeda,
tergantung pada posisi serangan. Sebagai contoh, sebuah gugus metil yang
terikat pada C6 atau C4 lebih reaktif dari gugus metil di posisi C3 atau C5
(Lenny, 2006).

3. Kelompok Alil Fenol

4. Kelompok Propenil Fenol

C. SIFAT FISIKA KIMIA

7
Fenilpropanoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia
senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dank arena
merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifa polar
sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti methanol, etanol aseton, air,
butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. (Lenny, 2006)

D. ISOLASI FENIL PROPANOID


JURNAL I Phenylpropanoid Glycosides from Scrophularia
Ningpoenensis
8 kg akar tanaman diekstraksi dengan etanol, dan dipekatkan

Residu disuspensikan dalam H2O dan di gojok dengan eter dan n-BuOH

Aplikasikan lapisan eter pada silica gel dengan bensin ± EtOAc (20:1 ± 1:10)

Enam fraksi dikumpulkan (I ± VI)

Fraksi V di aplikasikan pada silica gel CHCl3 ± MeOH (20:1) dan PTLC
(sikloheksana ± aseton 1:1) untuk mendapatkan 1 (42 mg), 2 (11 mg), dan 3
(23 mg)

Sebagian residu lapisan n-BuOH (140 g) menjadi sasaran kolom DA-201


resin berpori makro dielusi dengan H2O dan peningkatan jumlah EtOH.

Fraksi EtOH 40% dikenakan CC pada silika gel dengan CHCl3 ± MeOH ±
H2O (9: 1: 0,1 ± 7: 3: 0,3) untuk mendapatkan empat fraksi (I ± IV).
Fraksi I menjadi sasaran CC pada silika gel dengan EtOAc ± MeOH ± H2O
(10: 2: 0,1) untuk mendapatkan 4 (63 mg). Fraksi II menjadi sasaran CC pada
silika gel dengan CHCl3 ± MeOH ± H2O (4: 1: 0,1) untuk mendapatkan 5
(57 mg). Fraksi IV dikenai CC pada Sephadex LH-20 (30% EtOH) untuk
menghasilkan dua fraksi (a dan b).

Fraksi a menjadi sasaran CC pada silika gel dengan CHCl3 ± MeOH ± H2O (7: 3:
0,3) untuk mendapatkan 6 (15,4 g). Fraksi b menjadi sasaran CC pada silika gel
dengan EtOAc ± MeOH ± H2O (9: 1: 0,1 ± 7: 3: 0,3) dan kolom ODS (30%
MeOH) untuk mendapatkan 7 (97 mg).

8
Bagian 20% EtOH menjadi sasaran CC pada silika gel dengan EtOAc ± MeOH ±
H2O (9: 2: 0,5) untuk menghasilkan dua bagian (1 dan 2). Bagian 1 menjadi
sasaran CC pada gel silika dengan EtOAc ± MeOH ± H2O (200: 15: 15) dan
CHCl3 ± MeOH ± H2O (9: 3: 0,3) untuk mendapatkan 8 (32 mg). Bagian 2
menjadi sasaran CC pada silika gel dengan EtOAc ± MeOH ± H2O (9: 1.8: 0.4)
dan CHCl3 ± MeOH ± H2O (7: 3: 0.3) untuk mendapatkan 9 (46 mg).

JURNAL II Phenylpropanoid Glycosides from Rhodiola rosea


15 gram akar tanaman beku-beku bubuk dan diekstraksi dengan 1 L larutan
metanol : air (3:2) (v/v) selama 60 menit dalam rendaman ultrasonic.
Ekstrak disentrifugasi selama 5 menit dalam 7000 rpm dan supernatan
dikeringkan dan direkonstruksi menjadi 100 ml metanol 10% berair
Endapan yang tidak larut disaring dengan filter Buchner dan larutan
dipekatkan sampai 15 ml dengan rotary evaporator

Solusi ini disaring dengan filter jarum suntik Gelman GHP acrodisc 0,45mm
sebelum memfraksinasi solusi menjadi tiga bagian dengan sistem Waters
2690 Alliance HPLC menggunakan Waters Symmetry300 C18 3,9 150 mm
kolom dengan ukuran partikel 5mm

Fraksi dikumpulkan dari 150 HPLC berjalan dengan injeksi 100 m l dengan
kolektor fraksi Isco Foxy 200.

Fraksi pertama dikumpulkan pada waktu retensi 6-9 menit, kedua pada 15-18
menit dan ketiga pada 25-29 menit.

Fraksi dimurnikan dengan Waters Xterra RP18 4.2 250 mm semipreparatif


dengan ukuran partikel 5mm

Untuk fraksi satu sistem eluen isokratik yang mengandung 3% asetonitril


dalam air digunakan, menghasilkan senyawa 1 - 2 dan 10. Untuk fraksi dua
sistem eluen yang digunakan terdiri dari asetonitril 6% dalam air selama 0-6
menit dan kemudian gradien linier 6-22% asetonitril selama 6-48 menit, yang
menghasilkan senyawa 6 dan 11. Untuk fraksi tiga sistem elu isokratik yang

9
terdiri dari 13% asetonitril dalam air digunakan, menghasilkan senyawa 3-5
dan 7-9.

Laju aliran yang digunakan untuk semua sistem eluen dalam pemurnian
adalah 0,85 ml / menit pada 35 ° C. Senyawa yang dimurnikan dikeringkan di
bawah atmosfer nitrogen pada suhu 80 ° C.

E. BIOSINTESIS FENILPROPANOID
Senyawa perintis awal fenil propanoid yaitu asam sinamat dan asam p-
hidroksinamat, yang dikenal dengan nama asam p-kumarat. Pada tumbuhan,
senyawa ini dibuat dari asam aromatis amino fenilalanin dan tirosin secara
bergantian, dan tersintesis melalui jalur asam sikimat.Biosintesis senyawa fenil
propanoid dari jalur shikimat pertama kali ditemukan dalam mikroorganisme
seperti bakteri, kapang dan ragi.Sedangkan asam shikimat ditemukan pertama kali
pada tahun 1885 dari tumbuhan lillicium religiosum dan kemudian ditemukan
pada banyak tumbuhan. Pokok reaki biosintesis dari jalur shikimat sebagai
berikut:

10
Pembentukan asam shikimate dimulai dengan kondensasi aldol antara
eritrosa dan asam fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini, gugus metilen
(C=CH2) dari asam fosfoenolpiruvat berlaku sebagai nukleofil dan akan
mengadisi gugus karbonil C=O eritrosa, menghasilkan gula dengan 7 unit
atom karbon. Kemudian reaksi yang analog (intramolekuler) menghasilkan
asam 5-dehidrokuinat yang mempunyai lingkar sikloheksana, yang selanjtnya
diubah menjadi asam shikimat (Zhao,dkk., 2013)

11
Asam sikimat melalui reaksi terfosforilasi, menghasilkan asam korismat yang
merupakan titik percabangan penting dalam biosintesis.Satu cabang
menghasilkan asam anthranilat yang kemudian menjadi triptofan. Sedangkan
pada cabang yang lain menimbulkan asam prefenat, senyawa non aromatis
terakhir dalam rangkaian tersebut. Asam prefenat terbentuk dari adisi asam
fosfoenolpiruvat terhadap asam shikimat. Asam prevenat dapat diaromatisasi
melalui dua cara. Pertama diproses dengan dehidrasi dan dekarboksilasi
simultan maka akan menghasilkan asam fenilpiruvat, yang bisa menghasilkan
fenilalanin. Kedua muncul dengan dehidrogenasi dan dekarboksilasi
menghasilkan asam phidroski fenilpiruvat, asal mula tirosin. Asam sinamat,
asal mula fenilpropanoid, dibentuk dengan deaminasi enzimatis langsung
fenilalanin, dan asam p-kumarat dapat dibiosintesisdalam cara yang serupa
dari tirosin atau hidroksilasi asam sinamat pada posisi para. Asam pkumarat
juga dikenal sebagai asam p-hidroksisinamant merupakan pusat perantara
pada biosintesis beberapa fenilpropanoid (Zhao,dkk., 2013)

F. REAKSI - REAKSI PADA FENILPROPANOID


12
Menurut Lenny, 2006 reaksi-reaksi fenilpropanoid adalah :
1. Reaksi esterifikasi
Adanya gugus karboksil menyebabkan terjadinya reaksi esterifikasi.
Reaksi esterifikasi adalah reaksi perubahan dari suatu asam
karboksilat/turunan karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester (Lenny, 2006).
Contoh:

2. Reaksi reduksi ikatan rangkap alifatik asam karboksilatnya


Asam karboksilat yang mengandung gugus karbonil atau ikatan
rangkap karbon-karbon jika direaksikan dengan hidrogen dengan katalis Pt akan
mengalami reduksi selektif, yaitu mengalami reduksi pada gugus karbonil
dan/atau ikatan rangkap karbon-karbon saja (Lenny, 2006).
Contoh:

13
3. Reaksi reduksi gugus karboksil dengan reduktor LiAlH4
LiAlH4 dapat mereduksi asam karboksilat menjadi alkohol primer.

Contoh:

4. Reaksi pembentukan halide asam dengan tionil klorida (SOCl2) Pembentukan


klorida asam adalah dengan mereaksikan asam karboksilat dan tionil klorida
(SOCl2).
Contoh:

14
5. Reaksi-reaksi pada Kumarin dapat mengalami 3 reaksi yaitu:
1) Reaksi reduksi
2) Reaksi brominasi
3) Reaksi Diels elder

6. Reaksi hidrolisis
 Bila eter didihkan dalam air yang mengandung asam terjadi hidrolisis yang
menghasilkan alkohol

 Hidrolisis ester dalam suasana asam menghasilkan asam karboksilat dan alkohol
sedangkan dalam suasana basa menghasilkan garam karboksilat dan alkohol.

15
G. PENENTUAN STRUKTUR
Menurut Saifudin, 2014 penentuan strukur dibagi menjadi :
1. Turunan Sinamat

Asam sinamat asam p hidroksi sinamat Asam kafeat


2. Turunan Kumarat

Kumarat Umbeliferon Eskulenti

3. Turunan Alilfenol

16
Chavicol Eugenol Safrol Miristisin

4. Turunan Propenilfenol

Anetol Isoeugenol Isomyristicin

H. KEGUNAAN FENIL PROPANOID


Fenilpropanoid terdapat hampir di semua protein, ia tidak dapat
diproduksi oleh tubuh manusia, dan hanya bisa diperoleh dengan cara
mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang mengandungnya. Bersama
dengan zat lain, Fenilalanin berkontribusi dalam pembentukan senyawa
neurotransmitter yaitu senyawa kimia otak yang dapat mengirimkan impuls
saraf (Atun, 2010).

Fenilpropanoid merupakan salah satu jenis asam amino esensial yang


memiliki fungsi untuk menjaga fungsi sistem saraf pusat agar tetap normal.
Fenilpropanoid dapat digunakan untuk membantu mengendalikan gejala
depresi dan rasa sakit akibat penyakit kronis, serta beberapa penyakit lain
yang berkaitan dengan rusaknya sistem saraf pusat. Fenilpropanoid
diperlukan oleh tubuh kita untuk memproduksi epinefrin, dopamin, dan
norepinefrin. Senyawa ini merupakan neurotransmitter yang dapat
mengontrol kita dalam berinteraksi dengan lingkungan. Selain itu fenilalanin
dapat membuat kita merasa lebih bahagia, mengurangi rasa lapar serta
meningkatkan kewaspadaan. Fenilpropanoid juga dapat dijadikan sebagai

17
obat pereda rasa sakit serta dapat meningkatkan daya ingat dan konsentrasi.
Fenilpropanoid juga dapat dijadikan sebagai obat penyakit Parkinson, dan
skizofrenia, tapi beberapa orang dengan kondisi kesehatan yang serius
seharusnya tidak mengkonsumsi Fenilalanin dalam bentuk suplemen tanpa
terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter mereka tentang dosis yang tepat
(Atun,2010).
Mengkonsumsi Fenilalanin terutama bagi seseorang yang memiliki
penyakit atau kondisi tertentu diharuskan mengikuti saran dokter atau ahli
kesehatan untuk mengetahui dosis yang tepat untuk mengkonsumsinya. Akan
tetapi secara umum dosis yang aman adalah 25 mg per 1 kg berat badan
seseorang dalam setiap harinya (Atun,2010).
Semenara itu, fenelalanin sebagai mana jenis asam amino lainnya
terkadang juga memberikan efek samping terutama jika dikonsumsi secara
berlebihan dan dikonsumsi dengan obat-obatan tertentu, atau seseorang
dalam keadaan tertentu seperti sedang dalam keadaan hamil atau menyusui.
Beberapa efek samping yang bisa timbul diantaranya adalah kecemasan,
reaksi alergi, dan tekanan darah tinggi. Sementara itu, bagi wanita yang
sedang hamil efek yang bisa terjadi diantranya adalah keterlambatan dan
perubuhan, atau bahkan terjadi cacat lahir pada bayi (Atun,2010).

BAB III
PENUTUP

18
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah , maka dapat diambil kesimpulan :
1. Fenil propanoid merupakan senyawa fenol di alam yang mempunyai cincin
aromatik dengan rantai samping terdiri dari 3 atom karbon.
2. Senyawa fenil propanoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenol
utama yang berasal dari jalur shikimat.
3. Klasifikasi senyawa fenil propanoid terdiri dari kelompok sinamat,
kelompok kumarin, alil fenol,dan propenil fenol.
4. Biosintesis senyawa fenil propanoid mengikuti jalur asam shikimat yakni
melalui serangkaian reaksi terfosforilasi, menghasilkan asam korismat.

DAFTAR PUSTAKA
Atun. 2010. Pemanfaatan Bahan Alam Bumi Indonesia Menuju Riset yang
Berkualitas Internasional, Prosiding Seminar Nasional Kimia.
Yogyakarta: UNY

19
Harbone, J. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung: ITB

Lenny, Sovia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida.


Medan: USU

Ming,li yi,dkk. 2000. Phenylpropanoid Glycosides from Scrophularia


Ningpoenensis. Phytochemistry. Vol. 54: 923-925

Saifudin, A. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori Konsep, dan Teknik
Pemurnian, Edisi 1, Cetakan 1. Yogyakarta: Deepublih

Tolonen, Ari,dkk. 2003. Phenylpropanoid Glycosides from Rhodiola rosea. Chem


Pharm Bull. Vol 51 (4): 467-470.

Zhao,shicheng,dkk. 2013. Identification of Phenylpropanoid Biosynthe


tic Genes and Phenylpropanoid Accumulation by Transcriptome Analysis of
Lycium Chinense. Biomed Central Genomic.Vol 14:802

20

Anda mungkin juga menyukai