Fenilpropanoid Makalah
Fenilpropanoid Makalah
FENILPROPANOID
Di susun Oleh:
1. Rulif Ali Winarto (170105060)
2. Shaza Nurin Shamsi (170105061)
3. Triana Nur Safitri (170105063)
KELAS 4B
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemudahan kepada kami selaku penyusun, sehingga tugas ini dapat selesai
sesuai dengan tenggal waktu yang telah ditentukan. Makalah ini merupakan tugas dari
mata kuliah Fitokimia yang mana dengan tugas ini, kami sebagai mahasiswa, mampu
mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai materi ajar yang diberikan oleh dosen
pengampu. Semoga, makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi
mengenai fenilpropanoid. Dalam pembuatan makalah ini, kami bekerja sebagai tim
penyusun sehingga tentunya hasil penulisan ini bukan merupakan klaim perorangan saja.
Selain itu, pertolongan dari berbagai pihak juga sangat membantu dalam proses
penyusunannya. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Lepas dari semua, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dari banyak sisi. Untuk itu, kritik dan saran, serta tinjauan langsung mengenai
kelengkapan data, sangat kami perlukan demi perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata, kami selaku tim penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan ………….................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi dan struktur fenilpropanoid.…............................................... 4
B. Klasifikasi dari senyawa fenilpropanoid.………….......................... 5
C. Sifat Fisika Kimia……………………………………………………. 8
D. Isolasi fenilpropanoid…………………………………….................... 8
E. Biosintesis fenilpropanoid.................................................................... 11
F. Reaksi - reaksi pada fenilpropanoid........................................................... 13
G. Penentuan struktur…………………………………………………… 16
H. Kegunaan fenilpropanoid……………………………………………. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Isolasi bahan alam berbeda dengan cara isolasi makromolekul biologi
yang umum karena lebih kecil dan secara kimia lebih beragam daripada
protein, asam nukleat, dan polisakarida yang relatif homogen. Sehingga teknik
isolasi harus benar- benar diperhatikan. Senyawa-senyawa metabolit sekunder
tersebut diantaranya yaitu steroid, fenil propanoid alkaloid, terpenoid,
flavoinoid, saponin, dan sebagainya (Harbone, 1996).
Akhir-akhir ini senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder pada
berbagai jenis tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat warna, racun,
aroma makanan, obat-obatan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mengingat
betapa bermanfaatnya senyawa-senyawa hasil metabolit sekunder tersebut bagi
umat manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, maka dirasa
perlu untuk mempelajari lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa metabolit
sekunder tersebut. Dimana pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai senyawa golongan fenil propanoid (Harbone, 1996).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apakah Definisi dan Struktur dasar Fenil Propanoid ?
2. Bagaimana klasifikasi Fenil Propanoid?
3. Apa saja sifat fisika dan kimia Fenil Praponoid?
4. Bagaimana cara isolasi dari Fenil Propanoid?
5. Bagaimana proses biosintesis senyawa Fenil Propanoid?
6. Bagaimana reaksi-reaksi yang terjadi pada Fenil Propanoid?
7. Bagaimana penentuan struktur pada Fenil Propanoid?
8. Apa kegunaan dari Fenil Propanoid?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Fenil Propanoid dan bagaimana struktur
dasarnya
2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Fenil Propanoid
3. Untuk mengetahui apa saja sifat fisika dan kimia Fenil Propanoid
4. Untuk mengetahui tentang bagaimana cara isolasi dari Fenil Propanoid
2
5. Untuk mengetahui tentang bagaimana proses biosintesis senyawa Fenil
Propanoid
6. Untuk mengetahui tentang bagaimana reaksi-reaksi yang terjadi pada Fenil
Propanoid
7. Untuk mengetahui tentang bagaimana penentuan struktur pada Fenil
Propanoid
8. Untuk mengetahui tentang apa kegunaan dari Fenil Propanoid
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
1. Kelompok Sinamat
Asam sinamat memiliki rumus kimia C6H5CHCHCOOH atau
C9H8O2, berwujud kristal putih, sedikit larut dalam air, dan mempunyai
titik leleh 133°C serta titik didih 300°C. Asam sinamat termasuk senyawa
fenol yang dihasilkan dari lintasan asam sikimat dan reaksi berikutnya.
Bahan dasarnya adalah fenilalanin dan tirosin sama seperti asam kafeat,
asam p-kumarat, dan asam ferulat. Keempat senyawa tersebut penting
bukan karena terdapat melimpah dalam bentuk tak terikat (bebas),
melainkan karena mereka diubah menjadi beberapa turunan di samping
protein. Turunannya termasuk fitoaleksin, kumarin, lignin, dan berbagai
flavonoid seperti antosianin. Diklasifikasi sebagai asam karboksilat tak
jenuh, ia terjadi secara alami pada sejumlah tanaman. Senyawa ini secara
bebas larut dalam pelarut-pelarut organik. Ia berada baik sebagai isomer
cis maupun trans, meskipun kemudian lebih umum (Lenny, 2006).
Asam sinamat juga merupakan sejenis inhibitor-sendiri yang
diproduksi oleh spora jamur untuk mencegah germinasi. Berikut adalah
beberapa struktur senyawa turunan sinamat (Lenny, 2006).
5
Nama kumarin berasal dari bahasa Karibia “Coumarou” yang berarti
pohontonka (Coumarouna adorata Abl), yaitu tumbuhan pertama yang
diketahui mengandung kumarin. Barulah pada tahun 1868, kumarin
dikenal dengan rumus C9H6O2. Senyawa yang mengandung kumarin
(2H-1-benzopyran-2-one) merupakan sebuah kelompok yang penting dari
heterosiklis dan banyak contoh yang ditemukan di alam. Kumarin sendiri
pertama kali diisolasi tahun 1822 dari kacang tonka. Kumarin dan
turunannya juga telah diisolasi dari semanggi, rumput banteng dan
woodruff. Kumarin yang terkandung dalam suatu tumbuhan dapat dikenal
dari baunya. Bila tumbuhan tersebut dikeringkan, maka akan memberikan
bau yang khas. Untuk pembuktian secara kualitatif dilakukan uji
berdasarkan pada sifat fluoresensinya dengan sinar ultraviolet (Lenny,
2006).
6
serangan elektrofilik, misalnya sulfonasi atau reaksi asilasi Friedel-Craft.
Sebuah substituen metil pada inti kumarin bereaksi secara berbeda,
tergantung pada posisi serangan. Sebagai contoh, sebuah gugus metil yang
terikat pada C6 atau C4 lebih reaktif dari gugus metil di posisi C3 atau C5
(Lenny, 2006).
7
Fenilpropanoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia
senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dank arena
merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifa polar
sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti methanol, etanol aseton, air,
butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. (Lenny, 2006)
Residu disuspensikan dalam H2O dan di gojok dengan eter dan n-BuOH
Aplikasikan lapisan eter pada silica gel dengan bensin ± EtOAc (20:1 ± 1:10)
Fraksi V di aplikasikan pada silica gel CHCl3 ± MeOH (20:1) dan PTLC
(sikloheksana ± aseton 1:1) untuk mendapatkan 1 (42 mg), 2 (11 mg), dan 3
(23 mg)
Fraksi EtOH 40% dikenakan CC pada silika gel dengan CHCl3 ± MeOH ±
H2O (9: 1: 0,1 ± 7: 3: 0,3) untuk mendapatkan empat fraksi (I ± IV).
Fraksi I menjadi sasaran CC pada silika gel dengan EtOAc ± MeOH ± H2O
(10: 2: 0,1) untuk mendapatkan 4 (63 mg). Fraksi II menjadi sasaran CC pada
silika gel dengan CHCl3 ± MeOH ± H2O (4: 1: 0,1) untuk mendapatkan 5
(57 mg). Fraksi IV dikenai CC pada Sephadex LH-20 (30% EtOH) untuk
menghasilkan dua fraksi (a dan b).
Fraksi a menjadi sasaran CC pada silika gel dengan CHCl3 ± MeOH ± H2O (7: 3:
0,3) untuk mendapatkan 6 (15,4 g). Fraksi b menjadi sasaran CC pada silika gel
dengan EtOAc ± MeOH ± H2O (9: 1: 0,1 ± 7: 3: 0,3) dan kolom ODS (30%
MeOH) untuk mendapatkan 7 (97 mg).
8
Bagian 20% EtOH menjadi sasaran CC pada silika gel dengan EtOAc ± MeOH ±
H2O (9: 2: 0,5) untuk menghasilkan dua bagian (1 dan 2). Bagian 1 menjadi
sasaran CC pada gel silika dengan EtOAc ± MeOH ± H2O (200: 15: 15) dan
CHCl3 ± MeOH ± H2O (9: 3: 0,3) untuk mendapatkan 8 (32 mg). Bagian 2
menjadi sasaran CC pada silika gel dengan EtOAc ± MeOH ± H2O (9: 1.8: 0.4)
dan CHCl3 ± MeOH ± H2O (7: 3: 0.3) untuk mendapatkan 9 (46 mg).
Solusi ini disaring dengan filter jarum suntik Gelman GHP acrodisc 0,45mm
sebelum memfraksinasi solusi menjadi tiga bagian dengan sistem Waters
2690 Alliance HPLC menggunakan Waters Symmetry300 C18 3,9 150 mm
kolom dengan ukuran partikel 5mm
Fraksi dikumpulkan dari 150 HPLC berjalan dengan injeksi 100 m l dengan
kolektor fraksi Isco Foxy 200.
Fraksi pertama dikumpulkan pada waktu retensi 6-9 menit, kedua pada 15-18
menit dan ketiga pada 25-29 menit.
9
terdiri dari 13% asetonitril dalam air digunakan, menghasilkan senyawa 3-5
dan 7-9.
Laju aliran yang digunakan untuk semua sistem eluen dalam pemurnian
adalah 0,85 ml / menit pada 35 ° C. Senyawa yang dimurnikan dikeringkan di
bawah atmosfer nitrogen pada suhu 80 ° C.
E. BIOSINTESIS FENILPROPANOID
Senyawa perintis awal fenil propanoid yaitu asam sinamat dan asam p-
hidroksinamat, yang dikenal dengan nama asam p-kumarat. Pada tumbuhan,
senyawa ini dibuat dari asam aromatis amino fenilalanin dan tirosin secara
bergantian, dan tersintesis melalui jalur asam sikimat.Biosintesis senyawa fenil
propanoid dari jalur shikimat pertama kali ditemukan dalam mikroorganisme
seperti bakteri, kapang dan ragi.Sedangkan asam shikimat ditemukan pertama kali
pada tahun 1885 dari tumbuhan lillicium religiosum dan kemudian ditemukan
pada banyak tumbuhan. Pokok reaki biosintesis dari jalur shikimat sebagai
berikut:
10
Pembentukan asam shikimate dimulai dengan kondensasi aldol antara
eritrosa dan asam fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini, gugus metilen
(C=CH2) dari asam fosfoenolpiruvat berlaku sebagai nukleofil dan akan
mengadisi gugus karbonil C=O eritrosa, menghasilkan gula dengan 7 unit
atom karbon. Kemudian reaksi yang analog (intramolekuler) menghasilkan
asam 5-dehidrokuinat yang mempunyai lingkar sikloheksana, yang selanjtnya
diubah menjadi asam shikimat (Zhao,dkk., 2013)
11
Asam sikimat melalui reaksi terfosforilasi, menghasilkan asam korismat yang
merupakan titik percabangan penting dalam biosintesis.Satu cabang
menghasilkan asam anthranilat yang kemudian menjadi triptofan. Sedangkan
pada cabang yang lain menimbulkan asam prefenat, senyawa non aromatis
terakhir dalam rangkaian tersebut. Asam prefenat terbentuk dari adisi asam
fosfoenolpiruvat terhadap asam shikimat. Asam prevenat dapat diaromatisasi
melalui dua cara. Pertama diproses dengan dehidrasi dan dekarboksilasi
simultan maka akan menghasilkan asam fenilpiruvat, yang bisa menghasilkan
fenilalanin. Kedua muncul dengan dehidrogenasi dan dekarboksilasi
menghasilkan asam phidroski fenilpiruvat, asal mula tirosin. Asam sinamat,
asal mula fenilpropanoid, dibentuk dengan deaminasi enzimatis langsung
fenilalanin, dan asam p-kumarat dapat dibiosintesisdalam cara yang serupa
dari tirosin atau hidroksilasi asam sinamat pada posisi para. Asam pkumarat
juga dikenal sebagai asam p-hidroksisinamant merupakan pusat perantara
pada biosintesis beberapa fenilpropanoid (Zhao,dkk., 2013)
13
3. Reaksi reduksi gugus karboksil dengan reduktor LiAlH4
LiAlH4 dapat mereduksi asam karboksilat menjadi alkohol primer.
Contoh:
14
5. Reaksi-reaksi pada Kumarin dapat mengalami 3 reaksi yaitu:
1) Reaksi reduksi
2) Reaksi brominasi
3) Reaksi Diels elder
6. Reaksi hidrolisis
Bila eter didihkan dalam air yang mengandung asam terjadi hidrolisis yang
menghasilkan alkohol
Hidrolisis ester dalam suasana asam menghasilkan asam karboksilat dan alkohol
sedangkan dalam suasana basa menghasilkan garam karboksilat dan alkohol.
15
G. PENENTUAN STRUKTUR
Menurut Saifudin, 2014 penentuan strukur dibagi menjadi :
1. Turunan Sinamat
3. Turunan Alilfenol
16
Chavicol Eugenol Safrol Miristisin
4. Turunan Propenilfenol
17
obat pereda rasa sakit serta dapat meningkatkan daya ingat dan konsentrasi.
Fenilpropanoid juga dapat dijadikan sebagai obat penyakit Parkinson, dan
skizofrenia, tapi beberapa orang dengan kondisi kesehatan yang serius
seharusnya tidak mengkonsumsi Fenilalanin dalam bentuk suplemen tanpa
terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter mereka tentang dosis yang tepat
(Atun,2010).
Mengkonsumsi Fenilalanin terutama bagi seseorang yang memiliki
penyakit atau kondisi tertentu diharuskan mengikuti saran dokter atau ahli
kesehatan untuk mengetahui dosis yang tepat untuk mengkonsumsinya. Akan
tetapi secara umum dosis yang aman adalah 25 mg per 1 kg berat badan
seseorang dalam setiap harinya (Atun,2010).
Semenara itu, fenelalanin sebagai mana jenis asam amino lainnya
terkadang juga memberikan efek samping terutama jika dikonsumsi secara
berlebihan dan dikonsumsi dengan obat-obatan tertentu, atau seseorang
dalam keadaan tertentu seperti sedang dalam keadaan hamil atau menyusui.
Beberapa efek samping yang bisa timbul diantaranya adalah kecemasan,
reaksi alergi, dan tekanan darah tinggi. Sementara itu, bagi wanita yang
sedang hamil efek yang bisa terjadi diantranya adalah keterlambatan dan
perubuhan, atau bahkan terjadi cacat lahir pada bayi (Atun,2010).
BAB III
PENUTUP
18
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah , maka dapat diambil kesimpulan :
1. Fenil propanoid merupakan senyawa fenol di alam yang mempunyai cincin
aromatik dengan rantai samping terdiri dari 3 atom karbon.
2. Senyawa fenil propanoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenol
utama yang berasal dari jalur shikimat.
3. Klasifikasi senyawa fenil propanoid terdiri dari kelompok sinamat,
kelompok kumarin, alil fenol,dan propenil fenol.
4. Biosintesis senyawa fenil propanoid mengikuti jalur asam shikimat yakni
melalui serangkaian reaksi terfosforilasi, menghasilkan asam korismat.
DAFTAR PUSTAKA
Atun. 2010. Pemanfaatan Bahan Alam Bumi Indonesia Menuju Riset yang
Berkualitas Internasional, Prosiding Seminar Nasional Kimia.
Yogyakarta: UNY
19
Harbone, J. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung: ITB
Saifudin, A. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori Konsep, dan Teknik
Pemurnian, Edisi 1, Cetakan 1. Yogyakarta: Deepublih
20