Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat masa kini dituntut untuk dapat menguasai metode pendekatan
pemecahan masalah di dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Untuk itu, perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mengkaji, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana dan tindakan
keperawatan, serta melakukan evaluasi. Pengkajian adalah suatu tahap dalam
proses keperawatan dimana perawat mengumpulkan data pasien untuk
mengidentifikasi pasien serta temuan-temuan abnormal untuk mengetahui
adanya masalah keperawatan (Hidayat, 2012)
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu komponen dalam melakukan
pengkajian kesehatan menyeluruh setelah anamnese, pengamatan umum dan
pemeriksaan tanda-tanda vital. Tujuannya adalah untuk mengetahui status
kesehatan pasien, yaitu dengan terlebih dahulu mengidentifikasi status normal,
kemudian memvalidasi keluhan dan gejala abnormal pada pasien.
Pemeriksaan fisik sistem imun merupakan bagian dari pemeriksaan head
to toe maupun pemeriksaan fisik dari sistem spesifik, tergantung dari penyebab
masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Penilaian fungsi imun dimulai dari
hasil anamnesis riwayat kesehatan pasien, kemudian pemeriksaan fisik. Riwayat
kesehatan harus mengandung informasi yang detail mengenai faktor-faktor di
masa lalu serta sekarang dan berbagai kejadian yang menunjukkan status
sistem imun, di samping faktor-faktor dan kejadian yang dapat mempengaruhi
fungsi sistem imun, mencakup infeksi, alergi, kelainan autoimun, penyakit
neoplasma, keadaan sakit yang kronis, riwayat pembedahan, imunisasi,
penggunaan obat-obatan, dan transfusi darah (Smeltzer & Bare, 2012).
Pemeriksaan fisik sistem imun hampir mencakup seluruh sistem, yaitu sistem

1
respiratorius, gastrointestinal, urogenital, kardiovaskuler serta neurosensorik.
Tetapi dalam makalah ini, kami hanya akan membahas pemeriksaan fisik pada
nodus limfatikus, pemeriksaan pada limpa dan pemeriksaan kulit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pemeriksaan fisik pada sistem imunologi
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pemeriksaan fisik pada nodus limfatikus
b. Mengetahui pemeriksaan fisik pada limpa
c. Mengetahui pemeriksaan fisik pada kulit

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Fisik pada Nodus Limfatikus


Nodus limfe umumnya tidak teraba, diameter 1 cm, single, bulat, lunak,
mobile (dapat digerakkan). Nodus limfa pada kepala dan leher, klavikula,
epitroklear lebih mudah untuk diiperiksa pada pasien dengan posisi duduk.
Nodus limfe aksilla dapat diperiksa dengan posisi klien duduk ataupun
berbaring, tergantung dari kenyamanan pasien. Nodus limfe pada inguinal dan
popliteal diperiksa pada posisi klien berbaring . Jika nodus limfe teraba keras
mengindikasikan adanya keganasan, dan jika tenderness mengindikasikan
adanya inflamasi.

Gambar 2.1 Nodus limfe di kepala dan leher

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik Nodus Limfatikus

a. Mengucapkan salam terapeutik


b. Melakukan kontrak, meliputi kontrak waktu, tempat, dan topic
c. Menjelaskan tujuan tindakan serta langkah-langkahnya
d. Mencuci tangan
e. Menjaga privasi pasien, tutup sampiran

3
f. Mengoservasi penampilan umum
g. Mempalpasi nodus limfe oksipital
h. Mempalpasi nodus limfe preaurikular
i. Mempalpasi nodus limfe postaurikular
j. Mempalpasi nodus limfe servikal posterior
k. Mempalpasi nodus limfe servikal anterior
l. Mempalpasi nodus limfe tonsilar
m. Mempalpasi nodus limfe submandibular
n. Mempalpasi nodus limfe submental
o. Mempalpasi nodus limfe supraklavikular
p. Mempalpasi nodus limfe inferior anterior servikal
q. Mempalpasi nodus limfe aksilla, sokong tangan dan siku pasien dengan
tangan nondominan perawat
r. Palpasi nodus limfe aksilla dengan 3 jari pada keempat sisi aksilla:
1) Central
2) Lateral
3) Pectoral
4) Infraklavikular
5) Subscapular

Gambar 2.2 Nodus limfe di aksilla

4
s. Palpasi nodus limfe inguinal

Gambar 2.3 Nodus limfe inguinal

t. Palpasi nodus limfe popliteal

Gambar 2.4 Nodus limfe popliteal

u. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam


v. Cuci tangan
w. Dokumentasikan tindakan, catat nama perawat, waktu dan respon
pasien

B. Pemeriksaan Fisik pada limpa


Pemeriksaan fisik pada limpa meliputi palpasi dan perkusi (Andalas,
2012).
1. Palpasi limpa
Dalam keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari lengkung
iga kiri, melewati umbilicus sampai region iliaka kanan. Limpa juga bergerak sesuai
dengan gerakan pernapasan. Langkah-langkah dalam palpasi limpa adalah:

5
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan kontrak, meliputi kontrak waktu, tempat, dan topic
c. Menjelaskan tujuan tindakan serta langkah-langkahnya
d. Mencuci tangan
e. Menjaga privasi pasien, tutup sampiran
f. Mengoservasi penampilan umum
g. Mulai palpasi dari daerah/regio iliaka kanan melewati umbilicus di garis tengah
abdomen menuju ke lengkung iga kiri
h. Pembesaran limpa diukur melalui garis “Schuffner”, yaitu garis yang dimulai
dari titik lengkung iga kiri menuju ke umbilicus dan diteruskan sampai ke spina
iliaka anterior superior (SIAS) kanan
i. Palpasi limpa dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 45◦ kea
rah pemeriksa
j. Setelah tepi bawah limpa teraba, lakukan deskripsi pembesarannya. Untuk
meyakinkan yang diraba adalah limpa, usahakan meraba insisuranya
k. Letakkan kiri di bawah arkus kostarum kiri pasien, dorong dan tekan kea rah
depan
l. Dengan tangan kanan di bawah pinggir kosta, tekan ke arah limpa
m. Suruh pasien napas dalam dan usahakan meraba puncak atau pinggi dari
limpa karena limpa turun mengenai ujung jari
n. Perhatikan respon pasien terhadap adanya nyeri tekan

Gambar 2.5 Palpasi Limpa

6
2. Perkusi Limpa
Dalam keadaan normal limpa terletak pada lengkung diafragma posterior
dari linea mid aksilaris kiri. Perkusi limpa penting apabila limpa membesar
(Splenomegali). Limpa dapat membesar kea rah anterior, ke bawah dan ke medial
yang menutupi daerah gaster dan kolon, yang biasanya adalah timpani dan pekak
karena organ padat.
Langkah-langkah dalam melakukan perkusi yaitu:
Lakukan perkusi pada ruang interkosta terakhir pada linea aksilaris anterior kiri.
Ruangan ini biasanya timpani. Suruh pasien menarik napas dalam dan perkusi lagi.
Bila limpa normal, suaranya tetap timpani. Perubahan suara perkusi dari timpani
ke pekak saat inspirasi menyokong terhadap pembesaran limpa. Kadang-kadang
mungkin terdengar pekak saat inspirasi tapi limpa masih normal. Hal ini
memberikan tanda positif palsu.

C. Pemeriksaan Fisik pada Kulit


Kulit merupakan sistem organ yang dapat dengan mudah dilakukan
pemeriksaan. Kulit memberikan perlindungan antara individu dengan
lingkungan eksternal yaitu dengan bereaksi dengan lingkungan eksternal. Selain
itu, kulit dapat mencerminkan adanya perubahan yang terjadi dalam tubuh
sehingga pemeriksaan seksama pada kulit akan mendapatkan informasi
mengenai status kesehatan umum pasien, dan memberikan informasi spesifik
yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi penyakit sistemik atau masalah pada
kulit.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik pada kulit:
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Melakukan kontrak, meliputi kontrak waktu, tempat, dan topik
3. Menjelaskan tujuan tindakan serta langkah-langkahnya
4. Mencuci tangan
5. Menjaga privasi pasien, tutup sampiran
6. Berikan pencahayaan yang baik

7
7. Mengoservasi penampilan umum
8. Inspeksi
Inspeksi adanya lesi, dermatitis, purpura, urtikaria, oedema dan inflamasi.

Gambar 2.6 Urtikaria Gambar 2.7 Purpura

9. Palpasi :
a. Perhatikan tekstur umum kulit dan lokasi perubahan, seperti
kekasaran.
b. Kaji suhu dengan menggunakan permukaan dorsal jari jari atau
tangan yang paling sensitif terhadap persepsi suhu.
c. Kaji kelembaban dengan permukaan dorsal tangan dan jari jari yang
relatif kering untuk mencegah kelembaban klien dengan perawat.
Kelembaban terbesar terdapat di telapak tangan, telapak kaki, dan
lipatan kulit.
d. Kaji turgor kulit dengan menggenggam dan menarik lipatan kulit
dengn perlahan, dan melepaskannya, observasi berapa cepat kulit
kembali ke bentuk nomal nya.
10. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
11. Cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan, catat nama perawat, waktu, dan respon pasien

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melakukan penilaian fungsi imun, pemeriksaan fisik merupakan
salah satu bagian yang sangat penting dalam menentukan masalah yang
dihadapi oleh pasien. Pemeriksaan fisik sistem imun mencakup berbagai sistem
organ, tergantung bagian mana yang menjadi keluhan pasien. Pemeriksaan fisik
sistem imun yang paling sering dilakukan adalah palpasi nodus limfatikus,
palpasi dan perkusi limpa, dan pemeriksaan kulit. Pemeriksaan nodus limfatikus
dilakukan untuk mengetahui adanya inflamasi atau keganasan pada kelenjar
limfe. Pemeriksaan pada limpa untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran
pada limpa (Splenomegali) sebagai akibat respon imun pada inflamasi, dan
pemeriksaan pada kulit sering dilakukan sehubungan dengan adanya reaksi
alergi, inflamasi, ataupun keganasan.
B. Saran
Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, hendaknya perawat
dapat menguasai konsep dan teori mengenai sistem imun, sehingga
pemeriksaan yang dilakukan dapat diinterpretasikan dengan baik dan hasilnya
benar-benar akurat dalam menggambarkan masalah kesehatan yang dialami
oleh pasien.

Anda mungkin juga menyukai