Anda di halaman 1dari 35

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

FRAKTUR FEMUR

OLEH :
SITI RAHMA
K1A1 15 138

SUPERVISOR
dr. Asriani Anwar, Sp. Rad, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
FRAKTUR FEMUR
Siti Rahma, Asriani Anwar

A. PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur dibagi
atas dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup
(simple) yaitu bila kulit yang tersisa diatasnya masih intak (tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar), sedangkan
fraktur terbuka (compound) yaitu bila kulit yang melapisinya tidak intak
dimana sebagian besar fraktur jenis ini sangat rentan terhadap
kontaminasi dan infeksi.1,2
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang,
kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara
sekunder akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan
fraktur-fraktur yang patologis.3
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma
langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung
yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda
keras (jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan
fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma
ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu
sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis.3
Menurut Black dan Matasarin (1997), fraktur dibagi berdasarkan
dengan kontak dunia luar, yaitu meliput fraktur tertutup dan terbuka.
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih
utuh, tulang tidak keluar melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur
yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan
lingkungan luar, maka fraktur terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi.
Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi tiga grade, yaitu Grade I, II, dan III.
Grade I adalah robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. Grade II

1
seperti grade 1 dengan memar kulit dan otot. Grade III luka sebesar 6-8
cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, kulit dan otot.3
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur
tulang femur (Mansjoer, 2000) yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan otot,
kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Femur
merupakan tulang terkeras dan terpanjang pada tubuh, oleh karena itu
butuh kekuatan benturan yang besar untuk menyebabkan fraktur pada
femur. Insiden fraktur femur sebesar 1-2 kejadian pada per 10.000 jiwa
penduduk setiap tahunnya. Kebanyakan penderita berusia produktif
antara 25 – 65 tahun, laki-laki lebih banyak menderita terutama pada
usia 30 tahun. Penyebab fraktur sangat bervariasi, baik akibat
kecelakaan ketika mengendarai mobil, sepeda motor, dan kecelakaan
ketika rekreasi.4

B. EPIDEMIOLOGI
Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang
disebabkan oleh trauma atau keadaan patologis. Fraktur adalah terputus
kontinuitas jaringan tulang dan atau rawan yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa.5
Menurut WHO telah menetapkan decade (2000-2009) menjadi
decade tulang dan persendian. penyebab fraktur terbanyak adaah karena
kecelakaan lalulintas seperti kecelakaan motor dan mobil serta
kecelakaan pejalan kaki sewaktu menyebrang.5
Di Amerika Serikat, 5,6 juta kejadian patah tulang terjadi setiap
tahunnya dan merupakan 2% dari kejadian trauma. Patah tulang yang
terisolasi menyebabkan angka morbiditas yang tinggi seperti
penderitaan fisik, kehilangan waktu produktif dan tekanan mental. Patah
tulang ekstremitas dengan energy tinggi juga menyebabkan angka
mortalitas tinggi apabila terjadi multi trauma dan perdarahan hebat.

2
Kematian paling sering terjadi pada 1-4 jam pertama setelah trauma
apabila tidak ditangani dengan baik.6
Berdasarkan data Depkes RI pada tahun 2011 sebanyak 45.987
orang mengalami fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629
orang diantaranya mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang
mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 9.702
orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang
mengalami fraktur fibula.1,2
Kasus fraktur femur merupakan yang paling sering yaitu sebesar
(39%) diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%),
dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas
yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau kendaraan
rekreasi (62,6%) dan jatuh dari ketinggian (37,3%) dan mayoritas adalah
pria (63,8%). Insiden fraktur femur pada wanita adalah fraktur
terbanyak kedua (17,0% per 10.000 orang per tahun) dan nomer tujuh
pada pria (5,3 per orang per tahun). Puncak distribusi usia pada fraktur
femur adalah pada usia dewasa (15-34 tahun) dan orang tua (diatas 70
tahun).7

C. ETIOLOGI
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh
dari ketinggian, kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi
secara langsung dan tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi
benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan
secara tidak langsung apabila titik tumpu benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada
orang laki-laki daripada orang perempuan dengan umur dibawah 45

3
tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka
yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada
orang tua, wanita lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang
berhubungan dengan meningkatnya insidensi osteoporosis yang terkait
dengan perubahan hormon pada menopause.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya.8
Jadi penyebab fraktur adalah:
a. Trauma tulang dikenai tekanan/ stress yang lebih besar
b. Kecelakaan kendaraan bermotor
c. Kecelakaan karena pekerjaan olahraga
d. Osteoporosis
e. Pukulan langsung
f. Gaya meremuk
g. Gerakan puntir mendadak
h. Kontraksi otot ekstrem
i. Keadaan patologis; osteoporosis, neoplasma
j. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit

D. ANATOMI FEMUR
Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh,
meneruskan berat tubuh dari os coxae ke tibia sewaktu kita berdiri.
Caput femoris ke arah craniomedial dan agak ke ventral sewaktu
bersendi dengan acetabulum. Ujung proksimal femur terdiri dari sebuah
caput femoris dan dua trochanter (trochanter mayor dan trochanter
minor).2

4
Anatomi femur.10
Area intertrochanter dari femur adalah bagian distal dari collum
femur dan proksimal dari batang femur. Area ini terletak di antara
trochanter mayor dan trochanter minor. Caput femoris dan collum
femoris membentuk sudut (11501400) terhadap poros panjang corpus
femoris, sudut ini bervariasi dengan umur dan jenis kelamin. Corpus
femoris berbentuk lengkung, yakni cembung ke arah anterior. Ujung
distal femur, berakhir menjadi dua condylus, epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis yang melengkung bagaikan ulir.2
Caput femoris mendapatkan aliran darah dari tiga sumber, yaitu
pembuluh darah intramedular di leher femur, cabang pembuluh darah
servikal asendens dari anastomosis arteri sirkumfleks media dan lateral
yang melewati retinakulum sebelum memasuki caput femoris, serta
pembuluh darah dari ligamentum teres.2

5
Vaskularisasi Femur.10
Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intramedular dan pembuluh
darah retinakulum mengalami robekan bila terjadi pergeseran fragmen.
Fraktur transervikal adalah fraktur yang bersifat intrakapsuler yang
mempunyai kapasitas yang sangat rendah dalam penyembuhan karena
adanya kerusakan pembuluh darah, periosteum yang rapuh, serta hambatan
dari cairan sinovial.2.10
Sendi panggul dan leher femur ini dibungkus oleh capsula yang di
medial melekat pada labrum acetabuli, di lateral, ke depan melekat pada
linea trochanterika femoris dan ke belakang pada setengah permukaan
posterior collum femur. Capsula ini terdiri dari ligamentum iliofemoral,
pubofemoral, dan ischiofemoral. Ligamentum iliofemoral adalah sebuah
ligamentum yang kuat dan berbentuk seperti huruf Y terbalik. Dasarnya
disebelah atas melekat ada spina iliaca anterior inferior, dibawah kedua
lengan Y melekat pada bagian atas dan bawah linea intertrochanterica.
Ligament ini berfungsi untuk mencegah ekstensi berlebihan selama berdiri.
Ligamentum pubofemoral berbentuk segitiga. Dasar ligamentum melekat
pada ramus superior ossis pubis, dan apex melekat di bawah pada bagian
bawah linea intertrochanterica. Ligament ini berfungsi untuk membatasi
gerak ekstensi dan abduksi. Ligamentum ischifemoral berbentuk spiral dan

6
melekat pada corpus ossis ischia dekat margo acetabuli dan di bagian bawah
melekat pada trochanter mayor. Ligament ini membatasi gerak ekstensi.

Anatomi ligament pada femur.10

E. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma,
tergantung dimana fraktur tersebut mengalami trauma, begitu juga
dengan fraktur femur ada dua faktor penyebab fraktur femur, faktor-
faktor tersebut diantaranya, fraktur patologis merupakan kerusakan
tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dan fraktur fisiologis merupakan suatu kerusakan
jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga,
dan trauma.10
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh
trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan
fisik, gangguan metabolik dan patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP atau curah jantung menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi edema lokal maka terjadi penumpukan didalam

7
tubuh. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara
luar dan kerusakan jaringan lunak yang akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit.10
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup.
Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang
dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
mengenai tulang sehingga akan terjadi masalah neurovaskuler yang akan
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Pada
umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.10

F. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur dapat sangat bervariasi, beberapa dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu:1
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
a) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur
tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

- Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera


jaringan lunak sekitarnya.
- Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit
dan jaringan subkutan.
- Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan
lunak bagian dalam dan pembengkakan.
- Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak
yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.

8
b) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan
antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka terbagi atas 3
derajat (menurut R.Gustilo), yaitu:
Tipe Batasan
I Luka bersih dengan panjang luka < 1 cm
II Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak
yang berat
III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur
segmental terbuka, trauma amputasi, luka tembak
dengan kecepatan tinggi, fraktur terbuka di pertanian,
fraktur yang perlu repair vaskuler dan fraktur yang
lebih dari 8 jam setelah kejadian.

Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson,


1976) oleh Gustillo, Mendoza dan Williams (1984):

Tipe Batasan
IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan
kerusakan jaringan lunak yang luas
IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat,
periosteal striping atau terjadi bone expose
IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa
melihat tingkat kerusakan jaringan lunak.

9
Fraktur tertutup.1 Fraktur terbuka.1

Tipe Fraktur Menurut R. Gustilo.1


2. Berdasarkan komplit atau ketidak-klomplitan fraktur.
a) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang.

Fraktur Komplit.1

10
b) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
 Hair Line Fraktur.
 Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
 Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

Fraktur Inkomplit.1
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma.
a) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi.
d) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.

11
Tipe Fraktur.1
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan
c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang
yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
- Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran
searah sumbu dan overlapping).
- Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
- Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh).

12
6. Berdasarkan posisi fraktur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a) 1/3 proksimal
b) 1/3 media
c) 1/3 distal

1/3 Proksimal

1/3 Media

1/3 Distal

Posisi Fraktur.1
7. Berdasarkan collum atau neck (leher) femur
Fraktur collum femoris merupakan fraktur yang terjadi antara
ujung permukaan articular caput femur dan regio interthrocanter dimana
collum femur merupakan bagian terlemah dari femur.22

Klasifikasi Fraktur Leher Femur Mengikuti Lokasi Anaomi.1

13
Fraktur Intrakapsular dan ekstrakapsular.23
Berdasarkan lokasi anatomisnya fraktur collum femoris dapat dibedakan
menjadi:
1. Fraktur Intrakapsular
Fraktur intrakapsular atau fraktur femur proksimal merupakan suatu
keadaan dimana pembuluh darah pada bagian proksimal femur
terganggu sehingga menyebabkan penyatuan kembali atau union pada
fraktur terhambat. Fraktur intrakapsular sendiri dapat dibagi
berdasarkan daerah collum femur yang dilalui oleh garis fraktur
menjadi:
a. Fraktur Subkapital
Fraktur Subkapital terjadi apabila garis fraktur yang melewati
collum femur berada tepat di bawah caput femur
b. Fraktur Transervikal
Fraktur Transervikal terjadi apabila garis fraktur melewati
setengah atau pertengahan collum femur. Fraktur subkapital dan
transervikal biasanya dapat mengakibatkan terganggunya aliran
darah pada caput femur sehingga biasanya tatalaksana pada
fraktur ini adalah penggantian caput femur.
c. Fraktur Basiliar atau Basiservikal
Fraktur Basiliar terjadi apabila garis fraktur melewati bagian basis
collum femur. Fraktur pada daerah ini tidak mengganggu

14
vaskularisasi caput femur sehingga biasanya tidak perlu dilakukan
penggantian caput femur.
2. Fraktur Ekstrakapsular
Fraktur ekstrakapsular meliputi fraktur yang terjadi pada daerah
intertrochanter dan daerah subtrochanter.
a. Fraktur Intertrochanter
Fraktur Intertrochanter terjadi apabila garis fraktur melintang dari
trochanter mayor ke trochanter minor. Kemungkinan penyatuan
pada fraktur ini lebih besar dibandingkan dengan fraktur jenis
intrakapsular dan kemungkinan komplikasinya juga lebih kecil.
b. Fraktur Subtrochanter
Fraktur Subtrochanter terjadi apabila fraktur terjadi di sebelah
bawah dari trochanter. Perdarahan yang mungkin terjadi pada
fraktur ini cenderung lebih hebat dibandingkan dengan fraktur
collum femur lainnya karena banyaknya anastomosis cabang
arteri femoral medial dan lateral di area subtrochanter.

Klasifikasi Pauwel berdasarkan sudut fraktur dari garis


horizontal:
a. Tipe I : >30 derajat
b. Tipe II: 50 derajat
c. Tipe III: > 70 derajat

Klasifikasi Pauwel.2
Besarnya kekuatan dengan sudut yang besar akan mengarah kepada fraktur
yang tidak stabil.2

15
B. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis umum pada fraktur meliputi.11
a. Luka pada daerah yang terkena membengkak dan disertai rasa sakit
b. nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
c. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
d. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kntraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
e. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
f. pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit

Pada fraktur batang femur, terjadi :11


1. Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan
tanda fungsio lasea, nyeri tekan dan nyeri gerak
2. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior,
endo/eksorotasi
3. Ditemukan adanya pemendekan tungkai bawah
4. Pada fraktur 1/3 femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula
adanya kemungkinan dislokasi sendi panggul dan robeknya
ligamentum di daerah lutut. Setelah itu di periksa juga keadaan
nervus siatika dan arteri dorsalis pedis.
Pada fraktur kolum femur, terjadi:11
1. Pada pasien muda biasanya mempunyai riwayat kecelakaan berat,
sedangkan pasien tua biasanya hanya riwayat trauma ringan,
misalnya terpeleset
2. pasien tak dapat berdiri karena sakit pada panggul
3. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan endorotasi
4. Tungkai yang cedera dalam posisi abduksi, fleksi, dan eksorotasi,
kadang juga terjadi pemendekan
5. Pada palpasi sering ditemukan adanya hematom di daerah panggul

16
6. Pada tipe impaksi biasanya pasien masih bias berjalan disertai rasa
sakit yang tidak begitu hebat, tungkai masih tetap dalam posisi
netral.

C. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Anamnesis adalah sesuatu bentuk pertanyaan yang terusun
direka untuk mengarahkan kepada puncak suatu penyakit.
Anamnesis dimulai dengan identitas pasien seperti nama pasien, dan
tanggal lahir pasien. Tujuannya adalah sebagai tanda pengenalan
pasien. Tanggal lahir dan nantinya dapat membantu mengarahkan
keluhan pasien ke diagnosis penyakitnya.
Selain itu, pasien juga ditanyakan kapan mulainya keluhan,
bagaimana terjadi, dan penanganan non-medikamentosa yang
dilakukan sebelum pasien datang kerumah sakit.
Hal ini penting agar gambaran awal jenis fraktur,
pemeriksaan fisis dan penunjang yang perlu dilakukan, rencana
penatalaksanaan, dan gambaran komplikasi yang mungkin
terjadi dapat dilakukan. Pada kasus fraktur leher femur umur
pasien dapat mengarahkan jenis fraktur yang dialaminya apakah
fraktur fisiologis seperti fraktur yang disebabkan oleh trauma
atau fraktur patologis yang didahului oleh penyakit lain terkait.
Insidens fraktur leher femur meningkat berbanding lurus dengan
peningkatan usia terkait dengan kehilangan densitas tulang.
Insidens bagi pasien yang berusia kurang dari 60 tahun lebih
sering pada pria namun lebih tinggi pada wanita pada usia lebih
60 tahun. Konsumsi obat-obatan juga harus ditanyakan pada
pasien teruma golongan corticosteroid, thyroxine, phenytoin dan
furosemide. Hal ini Karena pasien dengan pengambilan beberapa
jenis obat tertentu lebih rentan untuk terkena fraktur leher
femur.1

17
b. Pemeriksaan Fisis
Diagnosis fraktur femur dapat ditegakkan dengan anamnesis
yang lengkap mengenai kejadian trauma meliputi waktu, tempat,
dan mekanisme trauma; pemeriksaan fisik yang lengkap dan
menyeluruh, serta pencitraan menggunakan foto polos sinar-x.
a) Look (Inspeksi):
 Deformitas: Deformitas dapat timbul dari tulang itu
sendiri atau penarikan dan kekakuan jaringan lunak.
 Sikap anggota gerak: Kebanyakan fraktur terlihat jelas,
namun fraktur satu tulang di lengan atau tungkai atau
fraktur tanpa pergeseran mungkin tidak nampak. Pada
gambar bawah ini merupakan contoh pengamatan sikap
anggota gerak bawah yang terlihat memendek disertai
rotasi eksterna.
b) Feel (Palpasi):
 Nyeri tekan: Tanyakan pada pasien daerah mana yang
terasa paling sakit. Perhatikan ekspresi pasien sambal
melakukan palpasi.
 Spasme otot: Hal ini bisa terlihat dan teraba dari daerah
fraktur dan pada gerakan sederhana
 Krepitasi: Krepitasi tulang dari gerakan pada daerah
fraktur dapat diraba
 Pemeriksaan kulit dan jaringan lunak di atasnya: Pada
fraktur akut, terapi tergantung pada keadaan jaringan
lunak yang menutupinya. Adanya blister atau
pembengkakan merupakan kontraindikasi untuk operasi
implan. Abrasi pada daerah terbuka yang lebih dari 8
jam sejak cedera harus dianggap terinfeksi dan operasi
harus ditunda sampai luka sembuh sepenuhnya. Bebat
dan elevasi menurunkan pembengkakan dan ahli bedah
harus menunggu untuk keadaan kulit yang optimal.

18
 Neurovaskular distal: Kondisi neurovaskular distal
harus diperiksa karena fraktur apapun dapat
menyebabkan gangguan neurovaskular.
c) Move (Gerakan):
Sebagai skrining cepat, gerakan aktif dari seluruh anggota
gerak diuji pada penilaian awal. Pasien dengan fraktur
mungkin merasa sulit untuk bergerak dan fraktur harus
dicurigai jika ada yang nyeri yang menimbulkan
keterbatasan. Manuver yang memprovokasi nyeri
sebaiknya tidak dilakukan. Gerakan sendi yang berdekatan
harus diperiksa pada malunion untuk kasus kekakuan
pascatrauma.
Pengukuran Pada fraktur dengan pergeseran atau dislokasi, hal
ini nampak jelas.Pada kasus malunion atau nonunion, penilaian
pemendekan atau pemanjangan sangat penting. Apparent leg length
discrepancy dapat diukur dari xiphisternum ke maleolus medial
dengan menjaga tubuh dan kaki sejajar dengan alas dan tidak
membuat setiap upaya untuk menyamakan sisi panggul. Hal ini akan
memberikan perbedaan fungsional pada panjang kaki.

Pengukuran Apparent leg length discrepancy. 12

19
True leg length discrepancy. 12

c. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada laboratorium khusus mempelajari bantuan dalam
diagnosis gangguan ini. Namun, diperlukan dari hasil pemeriksaan
sebelum operasi adalah beberapa tes standar laboratorium (misalnya,
kimia darah, hemoglobin dan hematokrit nilai, dan profilkoagulasi).
Hanya ketika patah tulang insufisiensi diduga, hasil pemeriksaan
medis harus mencakup pencarian untuk kelainan metabolik,
termasuk kalsium abnormal, fosfat, dan nilai-nilai alkali fosfatase.
Jika arthritis septik pinggul yang dicurigai, tingkat protein C-reaktif,
tingkat sedimentasi eritrosit, dan jumlah WBC dengan diferensial
harus membantu menyingkirkan proses infeksi.13
d. Pemeriksaan Radiologi
Pada kasus-kasus fraktur, selain anamnesis dan pemeriksaan fisik,
diperlukan juga pemeriksaan penunjang lainnya, termasuk
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi khususnya
untuk lebih memastikan diagnosis terhadap penyakit tersebut.
Adapun pemeriksaan penunjang radiologi yang dibutuhkan:
a. FotoKonvensional / X-Ray Imaging
Patah tulang femur dapat disebabkan oleh kerusakan
yang signifikan tetapi juga dapat terjadi secara spontan dan

20
dalam trauma minor di wanita tua karena osteoporosis. Fraktur
ini mungkin berada baik di bawah kepala femoral (subcapital;
yang paling umum), melalui leher (transervikal), atau di dasar
(basicervical). Fraktur seperti ini bisa digolongkan kedalam
complete fracture atau incomplete fracture serta displaced,
nondisplacedatau impacted. Untuk fraktur dari femur umumnya,
filem dari posisi AP (anteroposterior) dan lateral yang
diperlukan. Filem dari posisi AP digunakan sebagai
perbandingan sisi yang terlibat dengan sisi lainnya, yang bisa
membantu dalam mendiagnosis fraktur displaced atau
undisplaced. Filem dari posisi lateral diperlukan untuk mencari
komminusi posterior di leher femur dan proximal femur.14
Filem AP diambil dengan posisi pasien supine dan kedua
ekstremitas bawah diposisikan sejajar dengan garis tengah tubuh
dalam 10-20 derajat rotasi internal. Dengan ini, trochanter minor
akan diprojeksi di atas diaphysis. Titik tengah kaset haruslah 3
cm di bawah tengah garis antara symfisis dan spinailiaca antero
superior. Titik ini berkorespon dengan titik tengah dari kepala
femur. Sinar x-ray harus diletakkan di tengah-tengah kaset
filem.13
Untuk foto lateral, ekstremitas tetap di posisi sama
seperti untuk filem AP, tetapi sedikit abduksi. Tiub x-ray yang
diposisikan horizontal diibaharahnya ke arah leher femur supaya
sinar tengah membentuk sudut 40 derajat dengan aksis
longitudinal dari paha. Ini menunjukkan titik tengah dari leher
femur. Jika sinar tidak diarahkan secara 90 derajat dengan leher
femur, trochanter major akan diprojeksi di atas kepala femur dan
leher femur akan tidak tervisualisasi. Dari filem AP, antara
kesan yang akan dilihat adalah diskontinuitas dari Shenton’s
line. Seringkali, klasifikasi Garden dipakai untuk menetukan

21
derajat fraktur intrakapsular sama ada complete atau incomplete
fracture.15

Foto X-Ray Femur.15


 Gambaran radiologi klasifikasi fraktur berdasarkan sifatnya
(luka yang ditimbulkan)

Fraktur terbuka.15 Fraktur tertutup.15

22
 Gambaran radiologi klasifikasi fraktur berdasarkan komplit
dan dan ketidak-komplitan fraktur

Fraktur Komplit.1

Hair Line Fraktur.1 Buckle atau Torus Faktur .1 Green Stick Fraktur.1
Fraktur Inkomplit.1
 Gambaran radiologi klasifikasi fraktur berdasarkan bentuk
garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

Fraktur Transversal.1 Fraktur Oblique.1 Fraktur Spiral.1

23
 Gambaran radiologi klasifikasi fraktur berdasarkan jumlah
garis patah

Fraktur Kominutif /Multiple.1 Fraktur Segmental.1


 Gambaran radiologi klasifikasi fraktur berdasarkan collum
atau neck (leher) femur

Fraktur Collum Femur.23

24
a. Fraktur Intrakapsular

Fraktur Subkapital.23 Fraktur Basiliar/Basiservikal.23


b. Fraktur Ekstrakapsuler

Fraktur Intertrochanter .23 Fraktur Subtrochanter.23


 Gambaran radiologi klasifikasi fraktur berdasarkan posisi fraktur

Fraktur 1/3 Proksimal.21 Fraktur 1/3 Medial.21 Fraktur 1/3 Distal.21

25
e. MRI / CT-Scan Imaging, MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat
juga menunjukkan fraktur yang lain jika ada seperti frakturcincin
pelvis, kontusio jaringan lunak sekitarnya dan sebagainya. Namun,
bagi pasien yang terkontraindikasi dengan pemeriksaan MRI
contohnya pasien yang menggunakan pacemaker, ataupun apabila
modalitas MRI tidak terjangkau, radio nuclide bone scanning adalah
berguna.Namun, pemeriksaan ini insensitive pada pasein yang sudah
berumur untuk mendeteksi fraktur yang masih dalam 72 jam
pertama. Setelah 72 jam pertama, sensitivitas MRI untuk deteksi
fraktur pada pasien golongan ini adalah 90%. CT scan juga bisa
digunakan pada deteksi akut atau terlambat, namun modalitas ini
kurang sensitive dibandingkan dengan MRI.16

Foto MRI Femur.16

Foto MRI Fraktur Femur Distal.16

26
Foto CT-Scan Fraktur Femur.16

D. PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip umum:
Optimasi pra operasi medis yang cepat : Mortalitas dikurangkan dengan
operasi dalam waktu 48 jam fiksasi yang stabil dan mobilisasi dini.17
Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa:
1. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas
Non-operatif: Indikasi: Fraktur nondisplaced pada pasien mampu
memenuhi pembatasan weight bearing.18
2. Terapi operatif: Indikasi: displaced fraktur dan nondisplaced Fiksasi
internal diindikasikan untuk Garden Tipe I, II, III pada pasien
muda,patah tulang yang tidak jelas, dan fraktur displaced pada
pasien muda.19 Bentuk pengobatan bedah yang dipilih ditentukan
terutama oleh lokasi fraktur (femoralis leher vs intertrochanteric),
displacement, dan tingkat aktivitas pasien. Kemungkinan untuk tidak
reduksi adalah pada pasien dengan stress fracture dengan kompresi
pada leher femur dan fraktur leher femur pada pasien yang tidak bisa
berjalan atau komplikasi yang tinggi.Terapi operatif hampir sering
dilakukan pada orang tua karena:19
 Perlu reduksi yang akurat dan stabil
 Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk
mencegah komplikasi

27
Jenis-jenis operasi:
a. Pemasangan pin
Pemasangan pin haruslah dengan akurasi yang baik karena
pemasangan pin yang tidak akurat ( percobaan pemasangan pin
secara multiple atau di bawah trokanter) telah diasosiasi dengan
fraktur femoral sukbtrokanter.
b. Pemasangan plate dan screw
Fraktur leher femur sering dipasang dengan konfigurasi apex distal
screw atau apex proximal screw.Pemasangan screw secara distal
sering gagal berbanding dengan distal.fiksasi dengan cannulated
screw hanya bisa dilakukan jika reduksi yang baik telah dilakukan.
Setelah fraktur direduksi, fraktur ditahan dengan menggunakan
screw atau sliding screw dan side plate yang menempel pada shaft
femoralis.Sliding hip screw (fixed-angle device) ditambah
derotation screw diindikasikan untuk fraktur cervical basal dan
patah tulang berorientasi vertikal.1,19
c. Artroplasti; dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun,
berupa:
- Eksisi artroplasti
- Hemiartroplasti
Diindikasikan untuk pasien usia lanjut dengan fraktur
displaced risiko yang lebih rendah untuk dislokasi berbanding
artroplasti pinggul total, terutama pada pasien tidak dapat
memenuhi tindakan pencegahan dislokasi (demensia, penyakit
Parkinson). Prostesis disemen memiliki mobilitas yang lebih
baik dan kurang nyeri paha; prostesis tidak disemen harus
disediakan untuk pasien yang sangat lemah di mana status pra
cedera menunjukkan bahwa mobilitas tidak mungkin dicapai
setelah operasi.1,18
- Artroplasti total
Indikasi:1,18

28
a. Untuk pasien usia lanjut yang aktif dengan fraktur
displaced.
b. Pilihan untuk pasien dengan pra hip arthropathy (OA dan
RA).
c. Jika pengobatan telah terlambat untuk beberapa minggu
dan curiga kerusakan acetabulum.
d. Pasien dengan metastatic bone disease seperti Paget’s
Disease
e. Hasil fungsional lebih baik daripada hemiarthroplasty
f. Tingkat dislokasi lebih tinggi dari hemiarthroplasty.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur
femur antara lain:20
a. Fraktur leher femur
Komplikasi yang bersifat umum adalah trombosis vena,
emboli paru, pneumonias, dan dekubitus. Nekrosis avaskular
terjadi pada 30% klien fraktur femur yang disertai pergeseran dan
10% fraktur tanpa pergeseran. Avaskular nekrosis adalah kondisi
jaringan tulang yang mati karena kekurangan pasokan darah.
Apabila lokasi fraktur lebih ke proksimal, kemungkinan terjadi
nekrosis avaskular lebih besar. Fraktur pada daerah ini termasuk
fraktur intrakapsular, yang terjadi subkapital, trans-servikal atau
basiservikal. Tidak terjadinya penyatuan tulang (non-union)
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada cedera tersebut,
yang dapat menyebabkan osteonekrosis.

29
Fraktur Dengan Pergeseran Collum Femoris Kiri.20
b. Fraktur diafisis femur
Komplikasi dini yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur
adalah sebagai berikut:
- Syok terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur
bersifat tertutup.
- Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan
fraktur femur.
- Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang
menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga
menmyebakan kontusi dan oklusi atau terpotong sama sekali.
- Trauma saraf pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen
dapat disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari neuropraksia
sampai ke aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi pada
nervus iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus tibialis dan
nervus peroneus komunis.
- Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama,
misalnya distraksi di tempat tidur dapat mengalami komplikasi
trombo-emboli.
- Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang
terkontaminasi. Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan
operasi.
3. Osteomielitis

30
Osteomielitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang
mencakup sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen
(infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen (infeksi yang
berasal dari dalam tubuh). Osteomielitis akut adalah infeksi tulang
panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma
tulang, biasanya disebabkan oleh escherichia coli, staphylococcus
aureus, atau streptococcus pyogenes. Umumnya infeksi pada tulang
panjang dimulai pada metafisis. Tulang yang sering terkena ialah
femur bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus dan
distal,serta vertebra.21
Penyebab paling sering staphylococcus, penyebab lain
streptococcus, pneumococcus, salmonella, jamur dan virus.
Infeksi dapat terjadi secara.21
a. Hematogen, dari focus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
b. Kontaminasi dari luar, misalnya fraktur terbuka dan tindakan
operasi pada tulang
c. Perluasan infeksi jaringan ke tulang didekatnya.
Osteomielitis kronis akan menyebabkan nekrosis tulang dan
pembentukan pus,dimana kadang-kadang terdapat cairan yang
melewati kulit untuk membentuk hubungan sinus dengan tulang.
Tulang yang nekrotik dapat terpisah dengan jaringan yang masih
hidup untuk membentuk sequestrum sinus.21
Fraktur femur dengan osteomielitis kronis memberikan
gambaran hilangnya kontinuitas tulang femur tanpa disertai
kerusakan jaringan kulit,namun dapat disertai oleh kerusakan otot,
jaringan saraf, pembuluh darah yang dapat disebabkan kondisi
patologis, dan infeksi tulang yang kronis.21

31
Fraktur Femur Tertutup Dengan Osteomielitis.21
4. Komplikasi lanjut pada fraktur diafisis femur yang sering terjadi
pada klien dengan fraktur diafisis femur adalah sebagai berikut:
- Delayed Union, yaitu fraktur femur pada orang dewasa
mengalami union dalam empat bulan.
- Non union apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan
sklerotik.
- Mal union apabila terjadi pergeseran kembali kedua ujung
fragmen. Mal union juga menyebabkan pemendekan tungkai
sehingga dipelukan koreksi berupa osteotomi.
- Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi
kesulitan pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari
apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih
awal.
- Refraktur terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang
solid.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Solomon, L. Fractures of the Femoral Neck; Apley’s System of Orthopaedic


and Fractures, 8th Ed. Arnold, 2001. Hal: 847-52.
2. Egol, K. Femoral Neck Fractures; Handbook of Fractures, 3rd Ed.
Lippincott Williams & Wilkins, 2002. Hal: 319-28.
3. Asrizal, R.A. 2014. Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Medical
Faculty Of Lampung University. Vol 2:3.
4. Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Medica
Aesculpalus, FKUI, Jakarta.
5. Sagaran, V.C. 2017. Distribusi Fraktur Femur Yang Di Rawat Di Rumah
Sakit Dt. M. Djamil, Padang (2010-2012). Jurnal Kesehatan Andalas; 6(3).
6. Parahita, P.S., Kurniyanta, P. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada
Cedera Fraktur Ekstremitas.
7. Desiartama, A. Aryana, I. W. 2017. Gambaran Karakteristik Pasien
Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal
Medika, Vol.6(5).
8. Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
9. Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT.Yarsif
Watampone.
10. Thompson, J. 2010. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed.
Elsevier Saunders. Hal: 251-7.
11. Dewi, D.K. 2014. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Fraktur Femur Dengan
Hemiarthroplasty Di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto. Fakultas Ilmu
Keperawatan, Depok.
12. Rex, C. 2012. Examination of Patient withBone and Joint Injuries; Clinical
Assessment and Examination in Orthopedics, 2nd Ed. Jaypee Brothers
Medical, Hal: 17-21.

33
13. Wildstein M, Schutte H, F.T. 2013. Femoral Neck Stress and Insufficiency,
Fractures Workup. Medcsape.
14. Babhulkar Sudhir DDT. 2013. Proximal Femoral Fractures.
15. Chowdhury, R. Wilson, I. Rofe, C. Lloyd-Jones G. 2013. Radiology at a
Glance.
16. Manaster, B. J. David, A. May, Disler, D.G. 2013.Musculoskeletal Imaging,
The Requisites (Expert Consult-Online Consult-Online and Print).
17. Frassica, F. 2007. Femoral Neck Fractures. 5-Minute Orthopaedic Consult,
2nd Ed. Lippincott Williams & Wilkins,.Hal: 127.
18. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. 2012. Review of Orthopaedics. 6th
Edition. Philadelphia; Saunder Elsevier. p. 315-6.
19. Skinner, H. 2008. Femoral Neck Fractures. Current Essentials
Orthopedics.McGraw-Hill, Hal: 37.
20. Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:EGC.
21. Rasad, S. 2006. Radiologi Diagnostik. FKUI. Jakarta.
22. Apley, Solomon, L., & Graham, A. 2010. Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur
Sistem Apley. Widya Medika. Jakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai