TINJAUAN BUKU
PENGUATAN DEMOKRASI: PARTAI POLITIK DAN
(SISTEM) PEMILU SEBAGAI PILAR DEMOKRASI
Muhadam Labodo dan Teguh Ilham, 2015. Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia: Teori, Konsep dan Isu Strategis. Jakarta: Raja Grafindo Persada, xi+ 282 hlm.
Dian Aulia
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
E-mail: dianbinaulia@gmail.com
Diterima: 20-4-2016 Direvisi: 27-4-2016 Disetujui:29-5-2016
PENDAHULUAN bab yang berbeda sehingga membantu pembaca
Buku berjudul Partai Politik dan Sistem Pemilih- lebih fokus terhadap materi. Pada akhir buku ini,
an Umum di Indonesia: Teori, Konsep, dan Isu ditawarkan konsep-konsep yang dapat menjadi
Strategis yang ditulis oleh Muhadam Labodo dan masukan dalam menguatkan partai politik sebagai
Teguh Ilham mengulas dua tema sekaligus, yakni mesin serta salah satu pilar demokrasi sekaligus
partai politik dan sistem pemilihan umum (pemi- perbaikan bagi sistem pemilu.
lu). Menurut penulis, kedua tema ini perlu dikaji Buku Muhadam dan Teguh terdiri atas lima
dan dipahami secara utuh. Apabila partai politik bab, ditambah bagian pengantar penulis dan
mampu menjadi pilar demokrasi yang melahirkan editorial. Pada bagian pengantar, penulis mem-
kader unggul, semestinya sistem pemilu mampu berikan pemahaman bahwa buku menyajikan
menjadi “jembatan” output partai politik untuk teori-teori dari para ahli mengenai partai politik
duduk ke dalam sistem pemerintahan. Melalui dan sistem pemilihan umum serta dinamika
buku ini, penulis menggunakan metode kualitatif, implementasinya yang didasarkan pada praktik
yakni mendeskripsikan dan mengurai teori dan yang terjadi di Indonesia. Teori dan konsep
konsep, yang kemudian dianalisis dan diulas ditujukan penulis agar pembaca mampu memban-
dengan isu ataupun persoalan yang dihadapi oleh dingkan dan menganalisis teori ke dalam tataran
Indonesia. Teguh Ilham dan Muhadam Labodo, praksis dalam konteks keindonesiaan. Namun,
yang juga merupakan senior sekaligus dosen dari penulis “membungkus” teori dan konsep dengan
Teguh, mendedikasikan diri pada almamaternya, menambahkan perspektif sejarah terbentuknya
yaitu Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri. Selain partai politik di dunia hingga konteks Indonesia
itu, Muhadam Labodo aktif sebagai pengajar sebagaimana yang dipaparkan pada bab pertama.
hampir di seluruh DPRD dan pemerintah Beragam konsep dan teori yang berkaitan dengan
daerah di Indonesia. Sebagai akademikus serta partai politik dijabarkan oleh penulis, misalnya
berdasarkan pada pengalaman berkecimpung Neumann (1963, 352), yang mengartikan partai
dalam urusan pemerintahan dan politik, Labodo politik sebagai organisasi dari aktivis-aktivis poli-
merupakan akademikus dari institusi pemerin- tik yang berusaha menguasai pemerintahan serta
tahan yang cukup produktif. Buku hasil kolabo- merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan
rasi antara guru dan murid ini berbeda dengan dengan suatu golongan atau golongan-golongan
buku kebanyakan, yang membahas partai politik lain, mempunyai pandangan yang berbeda. Pada
ataupun sistem pemilu secara makro. Dalam hakikatnya, pembentukan partai politik dilandasi
buku ini, kedua tema dibahas dalam tiap-tiap oleh hak asasi warga negara yang dijamin oleh
115
konstitusi, sebagaimana redaksional Pasal 28 Un- proses dan mekanisme “pemilihan” wakil dari
dang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia rakyat untuk mengambil keputusan-keputusan
Tahun 1945, bahwa kemerdekaan berserikat dan negara—atas nama rakyat. Maka, kemudian,
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan kualitas dari pelaksanaan proses dan mekanisme
dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan pemilihan tersebut dipengaruhi oleh prakondisi
undang-undang. Jika dilihat dari rangkaian pen- tertentu. Setidaknya ada tiga yang dipaparkan
jabaran teori-teori partai politik ataupun pemilu oleh penulis, yaitu Modernitas dan Kesejahteraan,
yang kemudian dikontekskan dengan persoalan Budaya Politik, serta Struktur Sosial Masyarakat.
partai politik dan pemilu di Indonesia, agaknya Selanjutnya, pada bab ketiga, penulis memba-
penulis menjabarkan demokrasi secara prose- has soal perkembangan partai politik di Indonesia
dural. Partai politik dan pemilu hanya digunakan pra dan pasca-reformasi. Dalam pembabakannya,
sebagai alat untuk bergantinya rezim kekuasaan penulis menjelaskan perkembangan partai politik
para elite, sementara rakyat bukanlah “penikmat” berdasarkan tiga masa, yakni masa demokrasi
langsung dari pelaksanaan demokrasi. Namun, liberal dan demokrasi terpimpin (Orde Lama)
penulis kurang mengurai persoalan politik, yang pada rezim Soekarno; masa Orde Baru, yakni
semestinya dapat menguatkan analisis yang pada rezim Soeharto; serta masa orde reformasi
dibangun oleh penulis terkait dengan perkem- setelah runtuhnya rezim Soeharto. Pada masa
bangan demokrasi melalui partai dan pemilu demokrasi liberal, ketika Indonesia menerapkan
dari masa ke masa. Penulis justru berfokus pada sistem pemerintahan parlementer, dominasi partai
rangkaian peristiwa yang dibangun secara histori- politik di DPR sangat memengaruhi kondisi
cal dalam bab tentang partai politik ataupun bab pemerintahan yang justru kerap tidak stabil. Hal
tentang pemilu. ini ditunjukkan oleh pergantian kabinet hingga
Pada bab kedua, berangkat dari konsep tujuh kali akibat sering kali dijatuhkannya mosi
demokrasi, penulis ingin memberikan pemaham- tidak percaya dari DPR. Kondisi demikian dipen-
an kepada pembaca bahwa pemilu merupakan garuhi pula oleh faktor sistem multipartai yang
suatu cara yang dapat mewadahi keinginan kian menunjukkan besarnya kepentingan politik
rakyat sekaligus mengangkat eksistensi rakyat, untuk mendapatkan kekuasaan. Berkebalikan
yakni pemerintahan tertinggi ada pada rakyat. dengan masa demokrasi liberal, masa demokrasi
Sebagaimana penulis mengutip adagium yang terpimpin atau Orde Lama menjadikan peran par-
diungkapkan Abraham Lincoln, “Democracy is tai politik tidak tampak, dan kekuasaan presiden
government of the people, by the people, and yang otoriter mendominasi pemerintahan.
for the people,” demikian kekuasaan negara Adapun bab keempat pada buku ini mem-
berasal dan ditentukan oleh rakyat. Meskipun bahas soal perkembangan pemilihan umum di
pada perkembangannya lahir berbagai model Indonesia. Sebagaimana pembabakan partai
demokrasi, secara mendasar konsep demokrasi politik, penulis membagi pelaksanaan pemilu di
tetap dimaknai bahwa kedaulatan tertinggi negara Indonesia menjadi tiga masa, yakni pada masa
ada pada rakyat. Hal ini sejalan dengan Ni’matul demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin/Orde
Huda (2005, 12), yang mengatakan, apa pun vari- Lama, masa Orde Baru, serta pemilu masa refor-
an model dalam mendesain kreatif demokrasi,
masi. Berdasarkan pada uraian penulis, dari pe-
seluruh bangsa di dunia tetap menggunakan
milu pertama (1955) hingga pemilu kedua sempat
istilah demokrasi di depan variasi itu, yang secara
mengalami hambatan hingga dua kali penundaan,
keseluruhan memiliki kesamaan makna, yaitu
yang akhirnya dapat dilaksanakan pada 1971.
government rule by the people (rakyat berkuasa),
Padahal, semula pemilu diagendakan akan di-
yang berasal dari bahasa Yunani, demos dan
laksanakan lima tahun setelah pemilu pertama,
kratos/kratein.
yakni pada 1960. Namun, ketidaksiapan kondisi
Pada dasarnya, pemilu merupakan suatu politik dan ekonomi pada saat itu menyebabkan
cara dalam melaksanakan demokrasi secara pelaksanaan pemilu diundurkan. Peristiwa yang
tidak langsung, yakni mewakilkan “suara rakyat” terjadi pada saat itu adalah Dekrit Presiden 5
kepada wakilnya yang telah dipilih melalui Juli 1959, yang menyatakan bahwa konstituante