Oleh :
5A2
2019
PERKEMBANGAN KURIKULUM TAHUN 1984
Kurikulum 1984 atau yang disebut juga dengan CBSA menunjuk pada keaktifan
mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dalam hal di persyaratkan keterlibatan langsung
dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Salah satu cara untuk meninjau derajat ke CSBSA-an
di dalam peristiwa belajar mengajar adalah dengan menkonsepsikan rentangan antara dua
kutub gaya mengajar. Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud adalah :
sebagai pengalaman siswa karena dalam kurikulum ini siswa ditutut untuk berperan aktif dalam
1. Berorientasi pada tujuan instruksional. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa pemberian
pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar-benar fungsional dan efektif.
2. Pendekatan pengajaran berpusat pada peserta didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). CBSA merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
3. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Sebagai penunjang
pengertian, alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep
yang dipelajari.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang
sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak
dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan
belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan,
memperoleh pengetahuan, dan mengomunikasikan perolehannya.
C. Komponen dan Tujuan Kurikulum 1984
Tujuan Kurikulum 1984 mengacu pada Tujuan Pendidikan Nasional seperti digariskan
dalam GBHN 1983, yaitu meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Depdikbud, 1984).
1. Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984 memiliki 16
mata pelajaran inti, yakni:
a. Agama;
b. Pendidikan Moral Pancasila;
c. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa;
d. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia;
e. Geografi Indonesia;
f. Geografi dunia;
g. Ekonomi;
h. Kimia;
i. Fisika;
j. Biologi;
k. Matematika;
l. Bahasa Inggris;
m. Kesenian;
n. Keterampilan;
o. Pendidikan Jasmani dan Olahraga;
p. Sejarah Dunia dan Nasional.
Kurikulum SD 1984 memiliki struktur sama dengan kurikulum SD 1975. Semua mata
pelajaran tidak dibagi dalam kelompok-kelompok. Jumlah mata pelajaran bertambah menjadi
11 dengan adanya tambahan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
dan Bahasa Daerah. PSPB untuk SD tidak diberikan di setiap catur wulan tetapi diberikan pada
setiap catur wulan III. Jumlah jam pelajaran per minggu dapat dikatakan sama dengan
kurikulum SD 1975 yaitu :
Struktur kurikulum SMP 1984 sama dengan struktur kurikulum SMP 1975, yaitu
Program Pendidikan Umum, Program Pendidikan Akademis, dan Program Pendidikan
Ketrampilan. Dalam kelompok Program Pendidikan Umum terdapat mata pelajaran
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa sehingga jumlah mata pelajaran di kelompok ini
bertambah satu dari kurikulum SMP 1975. Dalam kelompok Program Pendidikan Akademis,
IPA untuk kurikulum SMP 1984 langsung dibagi atas Biologi dan Fisika dengan alokasi waktu
terpisah masing-masing 3 jam pelajaran per minggu. IPS tidak dipisahkan dan tetap memiliki
jam pelajaran per minggu 4 jam sama dengan kurikulum sebelumnya. Di sini tampak adanya
pergeseran konsep dan filosofis dimana para pengembang kurikulum SMP 1984 terbagi dalam
kelompok yang berbeda. Pengembang kurikulum SMP 1984 masih tetap mempertahankan
pendidikan IPS sedangkan kelompok pengembang IPA sudah tidak lagi mempertahankan
pikiran semula yang digunakan dalam kurikulum SMP 1975. Mungkin saja kesulitan
mendapatkan guru yang mampu mengajar Biologi dan Fisika dalam satu mata pelajaran IPA
menjadi alasan utama pemisahan tersebut.
Kurikulum 1984 pada dasarnya tidak banyak mengubah posisi belajar peserta didik.
Peserta didik harus memegang peran aktif dalam belajar terus dipertahankan. Bahkan
kurikulum baru menambah peran aktif itu dengan memperkenalkan ketrampilan proses. Pesta
didik harus melaksanakan ketrampilan proses sehingga mereka memiliki kemampuan dalam
mengembangkan masalah berdasarkan apa yang telah dibaca, diamati, dan dibahas.
Dalam Kurikulum Matematika 1984 masalah matematika atau lebih dikenal dengan
soal cerita atau soal aplikasi biasanya diberikan setelah konsep matematika dipahami siswa.
Terlepas dari berbagai pembaharuan yang ditawarkan oleh Kurikulum 1984, terdapat
kelebihan dan kekurangan dari Kurikulum 1984, sebagai berikut:
http://nurmarifa8.blogspot.com/2016/04/telaah-kurikulum-smpmts-tahun-1984.html
http://cakrawalaseribudunia.blogspot.com/2015/12/perkembangan-kurikulum-kurikulum-
1984.html
https://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/07/kurikulum-1984.html
https://agussusilo121.wordpress.com/2015/06/30/kurikulum-1984/
http://haryatikurniawati96.blogspot.com/2015/11/kurikulum-1984-cbsa.html