TINJAUAN PUSTAKA
I. KEHAMILAN KEMBAR
1.1.1. Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu kehamilan dengan
dua janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat berupa kehamilan ganda / gemelli
(2 janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya.
Kehamilan multiple terjadi jika dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi
(dizigotik) atau jika satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga
membentuk dua embrio (monozigotik) 2.
Superfetasi adalah fertilisasi dan perkembangan ovum ketika janin telah
berada di dalam uterus. Sedangkan superfekundasi adalah fertilisasi ovum melalui
inseminasi setelah ovum difertilisasi. Superfekundasi mengacu kepada pembuahan
dua ovum dalam jangka waktu pendek, namun bukan pada waktu koitus yang sama
dan tidak harus oleh sperma pria yang sama 1,4.
1.1.2. Epidemologi
Frekuensi kembar monozigotik relative konstan di suluruh dunia,
yaitusekitar 4 per 1000 kelahiran. Sebaliknya, frekuensi kembar dizigotik
1
bervariasi dalam setiap ras di suatu negara dan dipengaruhi oleh usia ibu
(meningkat dari 3 per 1000 kelahiran pada ibu berusia di atas 20 tahun hingga 14
per 1000 kelahiran pada ibu berusia 35 – 40 tahun) serta paritas. Di Indonesia,
terdapat satu kasus kembar siam untuk setiap 200.000 kelahiran 1,3,4.
a. Ras
Angka kelahiran kembar mendekati 1 dari 90 kehamilan di AmerikaUtara.
Insiden lebih tinggi terjadi di Afrika yaitu 1 dari 20 kelahiran. Di Asia gemelli
jarang terjadi.Di Jepang misalnya 1 per 155 kelahiran 5.
b. Hereditas
Wanita kembar non-identik memberikan kemungkinan bayi kembar 1 dari 60
kelahiran. Sebaliknya seorang ayah yang kembar non-identik memiliki
kemungkinan bayi kembar hanya 1 dari 125 kelahiran 4.
c. Usia maternal dan riwayat kehamilan
Wanita berusia 35 – 40 tahun dengan empat anak atau lebih, memiliki
kemungkinan melahirkan anak kembar tiga kali lipat dibanding wanita berusia
20 tahun 4.
d. Tinggi dan berat badan ibu
Kembar non-identik lebih sering terjadi pada wanita bertubuh besar dan tinggi
dibandingkan pada wanita yang bertubuh kecil. Hal ini mungkin lebih terkait
dengan status gizi daripada ukuran tubuh itu sendiri 6..
e. Obat-obat penyubur dan kemajuan teknologi
Kehamilan multipel lebih sering terjadi pada wanita yang mengkonsumsi obat-
obat fertilitas selama menjalani induksi ovulasi. Konsumsi clomiphene citrate
memiliki kemungkinan melahirkan anak kembar 5 – 12% dan kurang dari
1%memperoleh kehamilan triplet atau lebih. Hampir 20% kehamilan akibat
konsumsi gonadotropin merupakan kehamilan kembar ganda dan sekitar 5%
merupakan kembar triplet atau lebih. Risiko kehamilan kembar juga meningkat
pada proses transfer embrio dan superovulasi 6.
2
1.1.3. Fisiologi
Kehamilan kembar atau gemelli memiliki fisiologi sebagai berikut 5:
a. Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari
janin tunggal.
b. Berat badan bayi baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gr, triplet
di bawah 2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr, dan quintuplet dibawah 1000
gr.
c. Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama, umumnya
berselisih antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembagian sirkulasi darah
tidak sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.
d. Pada kehamilan ganda monozigotik
Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang lain,
karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari
perdarahan.
Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
monstrum, seperti akardiakus, dan kelainan lainnya.
Dapat terjadi sindroma transfusi fetal, pada janin yang mendapat darah lebih
banyak terjadi hidramnion, polistemia, edema dan pertumbuhan yang baik.
Sedangkan janin kedua terlihat kecil, anemis, dehidrasi, oligohidrami dan
mikrokardia, karena kurang mendapat darah.
e. Pada kehamilan kembar dizigotik
Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup
bulan.
Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda), atau pada
kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang disebut fetus papyraseus atau
kompresus.
1.1.4. Etiologi
3
Bangsa, hereditas, umur, dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur. Juga obat klomid dan hormon
gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan
menyebabkan kehamilan dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula
faktor lain dengan mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih
folikel de. Graaf atau terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel.
Kemungkinan pertama dibuktikan dengan ditemukannya 21 korpora lutea pada
kehamilan kembar 5.
Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika glut-
telur vang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua embrio
yang kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih
dari satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur
dan paritas tidak atau sedikit sekali mempengaruhi terjadinya kehamilan
kembar itu. Diperkirakan sebabnya ialah: faktor penghambat pada masa
2,3
pertumbuhan dini hasil konsepsi .
4
telapak sama, atau terbalik satu terhadap lainnya. Satu bayi kembar
mungkin kidal dan yang lainnya biasa karena lokasi daerah motorik di
korteks serebri pada kedua bayi berlawanan. Kira-kira satu per tiga
kehamilan kembar monozigotik mempunyai 2 amnion, 2 korion, dan 2
plasenta. Kadang-kadang 2 plasenta tersebut menjadi satu. Keadaan ini
tidak dapat dibedakan dengan kembar dizigotik. Dua pertiga mempunyai
1 plasenta, I korion, dan 2 amnion. Pada kehamilan monoamniotik,
kematian bayi sangat tinggi karena lilitan tali pusat 4.
5
Gambar 3. Korion dan amnion pada gemelli
6
1.1.6. Diagnosis
1.1.6.1. Gejala dan tanda
Hidramnion banyak ditemukan pada kehamilan ganda, sehingga
adanya hidramnion harus menimbulkan kewaspadaan. Gangguan yang
biasanya muncul pada kehamilan akan meningkat pada kehamilan
kembar. Efek kehamilan kembar, yaitu: tekanan pada pelvis yang lebih
berat dan lebih awal, nausea, sakit punggung, varises, konstipasi,
hemoroid, distensi abdominal dan kesulitan bernafas. Aktivitas fetus
lebih banyak dan persisten. Diagnosis kehamilan kembar 75%
ditemukan secara fisik. Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada
kehamilan kembar antara lain 5,6 :
1. Anamnesis
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tua
kehamilan
Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
Uterus terasa lebih cepat membesar
Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar
2. Inspeksi dan palpasi
Uterus lebih besar (>4cm) dibandingkan usia kehamilannya;
Gerakan janin terasa lebih sering
Berat badan ibu bertambah secara signifikan, namun bukan
disebabkan oleh edema atau obesitas;
Polihidramnion;
Ballotement lebih dari satu fetus;
Banyak bagian kecil yang teraba;
Uterus terdiri dari tiga bagian besar janin.
7
3. Auskultasi
Terdengarnya denyut jantung janin yang letaknya berjauhan
dengan perbedaan kecepatan setidaknya 10 dpm;
Palpasi satu atau lebih fetus pada fundus setelah melahirkan
satu bayi.
1.1.6.2. Laboratorium
Nilai hematokrit dan hemoglobin serta jumlah seldarah merah menurun,
berhubungan dengan peningkatan volume darah.Anemia mikrositik hipokrom
sering kali muncul pada kehamilan kembar. Pada trimester kedua, kebutuhan
fetus terhadap besi (Fe) melebihi kemampuan maternal untuk mensuplai Fe 7.
Pada tes toleransi glukosa sering kali didapat gestasional DM dan
gestasional hipoglikemi. Pada kehamilan kembar, chorionic gonadotropin pada
urin, estriol dan pregnanendiol meningkat. Kehamilan kembar juga dapat
didiagnosis dengan pemeriksaan peningkatan serum alfa fetoprotein ibu,
meskipun pemerisaan ini tidak berdiri sendiri 7.
1.1.6.3. Ultrasonografi
Sonografi dapat dilakukanpada awal minggu 6 – 7 postmenstrual
dengan vaginal probe. Dengan pemeriksaan USG yang teliti,kantung
gestasional yang terpisah dapat diidentifikasi pada awal kehamilan kembar.
Identifikasi masing-masing kepala fetus harus dapat dilakukan dalam bidang
tegak lurus sehingga tidak tertukar dengan potongan lintang badan janin dengan
kepala janin yang kedua. Scanning sonograf harus mampu mendeteksi semua
bagian janin 7.
8
Gambar 4.Kembar dizigot pada kehamilan 6 minggu dilihat dengan
ultrasonografi
9
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah,
sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain. Frekuensi
hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar
daripada kehamilan tunggal. Hidramnion menyebabkan uterus regang, sehingga
dapat menyebabkan partus prematurus, inersia uteri, atau perdarahan
postpartum 4.
10
1.1.8.1. Sebelum persalinan 6
Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan lebih
dari 32 minggu)
Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari,
karena akan merangsang partus prematurus.
Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa
lebih ringan.
Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
11
premature, maka pemakaian sedative perlu dibatasi. Episiotomi mediolateral
dikerjakan untuk memperpendek kala II dan mengurangi tekanan pada bayi.
Setelah bayi pertama lahir, segera dilakukan pemeriksaan luar vaginal untuk
mengetahui letak dan keadaan janin kedua. Jika letak janin memanjang, selaput
ketuban dipecahkan dan air ketuban dialirkan perlahan untuk menghindari
prolaps funikuli. Ibu dianjurkan meneran atau dilakukan tekanan terkendali
pada fundus uteri agar bagian bawah janin masuk dalam panggul. Janin kedua
turun dengan cepat sampai ke dasar panggul dan lahir spontan karena jalan lahir
telah dilalui bayi pertama 9.
Jika janin kedua dalam posisi lintang, denyut jantung janin tidak
teratur,terjadi prolaps funikuli, solusio plasenta atau persalinan spontan tidak
terjadi dalam 15 menit, maka janin perludilahirkan dengan tindakan obstetric
karena risiko akan meningkat dengan meningkatnya waktu. Dalam hal letak
lintang dicoba mengadakan versi luar, namun jika tidak berhasil maka segera
dilakukan versi-ekstraksi tanpa narkosis. Pada janin dengan letak memanjang
dapat dilakukan ekstraksi cunam pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada letak
sungsang. Seksio sesaria dapat dilakukan pada kehamilan kembar atas indikasi
janin pertama letak lintang, prolaps funikuli dan plasenta previa.
Masuknya dua bagian besar dari janin ke dalam panggul sangat luas. Kesulitan
ini diatas dengan mendorong kepala atau bokong yang belum masuk benar ke
dalam rongga panggul keatas untuk memungkinkan janin yang lain lahir lebih
dulu 9.
Kesulitan lain yang mungkin terjadi adalah interlocking. Janin pertama
dalam letak sungsang dan janin kedua dalam presentasi kepala. Setelah bokong
lahir, dagu janin pertama tersangkut pada leher janin kedua. Jika keadaan ini
tidakdapat dilepaskan, dilakukan dekapitasi atau seksio sesaria 8.
Segera setelah bayi kedua lahir, ibu disuntikkan oksitosin 10 IU dan
tinggi fundus uteri diawasi. Jika tampak tanda-tanda plasenta lepas, maka
plasenta dilahirkan dan diberi 0,2 mg methergin. Kala IV diawasi secara cermat
12
dan cukup lama agar perdarahan post partum dapat diketahui dini dan dapat
segera ditangani 8,9.
1.1.9. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin pada keadaan hamil kembar lebih besar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Angka kematian parinatal pada
kehamilan kembar cukup tinggi. Kembar monozigotik 2,5 kali lebh tinggi dari
pada angka kematian kembar dizigotik. Risiko terjadinya abortus pada salah satu
fetus atau keduanya tinggi. Pada trimester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin
atau keduanya mungkin terjadi. Anemia sering kali ditemukan pada kehamilan
kembar karena kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan volume plasma
yang tidak sebanding dengan peningkatan sel darah merah mengakibatkan kadar
hemoglobin menjadi turun 8.
Pada tahun 2006 Angka kejadian persalinan prematur di Amerika (umur
kehamilan 37 minggu) pada kehamilan kembar sebesar 61%. Angka ini jauh
melampaui kehamilan tunggal premature yaitu sebesar 11% 10.
Frekuensi terjadinya hipertensi, preklamsia dan eklamsia meningkat pada
kehamilan kembar. Perdarahan antepartum karena permukaan plasenta yang jelek
pada kehamilan kembar sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian yang paling
umum terjadi pada salah satu janin adalah membelitnya tali pusar. Bahaya yang
perlu diperhatikan pada kematian satu janin adalah koagulopati konsumtif berat
yang dapat mengakibatkan disseminated intravascular coaglopathy 10.
13
Berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada kehamilan kembar
dari pada kehamilan tunggal. Sebanyak 59% dari kelahiran kembar memiliki berat
badan lahir rendah (< 2500 g) Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan janin yang
terbatas serta persalinan preterm. Pada kehamilan kembar juga memungkinkan
terjadi hambatan pertumbuhan intra urin. Pada kehamilan dizigotik, perbedaan
ukuran yang mencolok biasanya disebabkan oleh plasentasi yang tidak sama. Satu
tempat plasenta menerimasuplai darah yang lebih baik dibandingkan yang lainnya.
Perbedaan ukuran juga bisa disebabkan oleh abnormalitas umbilicius 3.
1.1.10. Prognosis
Bahaya bagi ibu dengan kehamilan kembar lebih tinggi dari pada
kehamilan tunggal. Hal ini dikarenakan pada kehamilan kembar, ibu lebih sering
mengalami anemia, pre-eklampsia, operasi obstetric dan perdarahan postpasrtum
sehingga prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada kehamilan
tunggal, dimana resiko terjadi toksemia gravidarum, hidramnion, anemia,
pertolongan obstetri operatif dan perdarahan post partum lebih tinggi. Angka
kematian perinatal tinggi terutama karena premature, prolaps tali pusat, solusio
plasenta dan tindakan obstetrik karena kelainan letak janin 6.
Kematian bayi kedua lebih tinggi dari padabayi pertama karena lebih
sering terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah bayi pertama lahir, lebih banyak
terjadi prolapsus funikuli, solusio plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua
6
.
I.2.1 Definisi
Twin to twin transfusion syndrome (TTTS) adalah suatu keadaan dimana terjadi
transfusi darah intrauterin dari janin ke janin yang lain pada kehamilan kembar. TTTS
merupakan komplikasi dari kehamilan kembar monochorionik dimana dari gambaran
sonografi terlihat ditemukan polihidramnion pada satu kantong dan oligohidramnion
14
pada kantong yang lainnya pada suatu kehamilan ganda monochorionik-diamniotik.
TTTS merupakan akibat dari ketidak-seimbangan yang kronis dari transfusi antar janin
kembar yang terjadi melalui anastomosis pembuluh plasenta pada kehamilan kembar
monochorion. Janin donor akan menjadi anemis, oligiri, dan mengalami pertumbuhan
yang terhambat, sedangkan janin penerima (resipien) menjadi polisitemia, poliuria,
hipervolemia, dan potensial menjadi hidropik.9,10,11
I.2.2 Epidemiologi
Angka kejadian TTTS berkisar antara 4% sampai 35% dari seluruh kehamilan
kembar monochorion dan menyebabkan kematian pada lebih dari 17% dari seluruh
kehamilan kembar.5,6,7 Bila tidak diberikan penanganan yang adekuat, > 80% janin dari
kehamilan tersebut akan mati intrauterin atau mati selama masa neonatus. Kematian
dari satu janin intrauterin akan membawa konsekuensi terjadinya disseminated
intravascular coagulation (DIC). Kehamilan kembar monochorion menunjukkan
adanya peningkatan resiko gangguan perkembangan substansia alba dari jaringan otak
pada periode antenatal.8,9,10
I.2.3 Klasifikasi
1. TTTS tipe berat, biasanya terjadi pada awal trimester ke II, luniir kehamilan 16-
18 minggu. Perbedaan ukuran besar janin lebih dari 1,5 minggu kehamilan. Ukuran
tali pusat juga berbeda. Konsentrasi Hb biasanya sama pada kedua janin.
Polihidramnion terjadi pada kembar resipien karena adanya volume overload dan
peningkatan jumlah urin janin. Oligohidramnion terjadi pada kembar donor oleh
karena hipovolemia dan penurunan jumlah urin janin. Oligohidranmion yang berat
15
bisa menyebabkan terjadinya fenomena stuck-twin dimana janin terfiksir pada
dinding uterus.
2. TTTS tipe sedang, terjadi pada akhir trimester II, umur kehamilan 24-30 minggu.
Walaupun terdapat perbedaan ukuran besar janin lebihi dari 1,5 minggu kehamilan,
polihidramnion dan oligohidramnion tidak terjadi. Kembar donor menjadi anemia,
hipovolemia, dan pertumbuhan terhambat. Sedangkan kembar resipien mengalami
plethoric, hipervolemia, dan makrosoinia. Kedua janin bisa berkembang nienjadi
hidrops.
3. TTTS tipe ringan, terjadi secara perlahan pada trimester III. Polihidramnion dan
oligohidramnion biasanya tidak terjadi. Konsentrasi Hb berbeda lebih dari 5 gr%.
Ukuran besar janin berbeda lebih dari 20%.7
Twin-to-twin transfusion syndrome juga dapat diklasifikasi menjadi akut dan
kronik. Patofisiologi yang mendasar penyakit ini, gambaran klinis, niorbiditas dan
mortalitas janin pada kedua tipe ini sangat berbeda. Angka kematian perinatal yang
11
tinggi pada twin-to-twin transfusion syndrome terutama disebabkan tipe kronik .
1. Tipe akut. Jika terjadi transfusi darah secara akut atau tiba-tiba dari satu janin ke
janin yang lain, biasanya pada trimester III atau selama persalinan dari kehamilan
monokorionik yang tidak berkomplikasi, menyebabkan keadaan hipovolemia pada
kembar donor dan hipervolemia pada kembar resipien, dengan berat badan
lahiryang sama. Transfusi dari kembar pertama ke kembar kedua saat kelahiran
kembar pertama. Namun demikian, bila tali pusat kembar pertama terlambat
dijepit, darah dari kembar yang belum dilahirkan dapat tertransfusi ke kembar
pertama. Diagnosis biasanya dibuat pada saat post natal 2,8.
2. Tipe kronik. Biasanya terjadi pada kehamilan dini (umur kehamilan 12-26
minggu). Kasus tipe ini merupakan yang paling bermasalah karena bayinya masih
immatur dan tidak dapat dilahirkan, sehingga dalam pertumbuhannya di uterus,
bisa mengalami kelainan akibat dari twin-to-twin transfusion syndrome seperti
hydrops. Tanpa terapi, sebagian besar bayi tidak dapat bertahan hidup atau bila
16
survival, akan timbul kecacatan.. Walaupun arah transfusi darah menuju kembar
resipien. tetapi trombus dapat secara bebas berpindah arah melalui anastomosis
pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan infark atau kematian pada kedua
janin 9.
I.2.4 Patogenesis
Ada beberapa factor yang mempengaruhi patofisiologi terjadinya TTTS
menurut Bajoria, Rekha(1998), yakni:
1. Tipe dan jumlah dari anstomosis yang ada ( Machin et all, 1996), juga dipengaruhi
letak yang sangat bergantung pada ukuran zona plasenta dan insersi tali pusat (sentral,
eksentrik, marginal, velamentosa)
2. Tekanan yang abnormal pada insersi dari umbilical cord ( Fries et al,1993)
3. Insufisiensi aliran uteroplasenta ( Saunders et al, 1992 )
Teori yang banyak difahami adalaha bahwa transfusi darah dari donor kepada penerima
kembar terjadi melalui anastomosis vaskular plasenta. Dimana koneksi vaskuler antar
janin kembar terdiri dari 2 tipe, yaitu: Pertama tipe superficial dan kedua tipe profunda.
Masing-masing tipe mempunyai karakteristik aliran, pola resistensi tersendiri yang
mempengaruhi pertumbuhan janin kembar monokorionik. Koneksi tipe superficial
17
seperti arterioarteriosa (a↔a); venovenosa (v↔v). Gambaran ini terlihat jelas
pertemuannya di atas lempeng korion, dimana hubungan ini jarang menimbulkan
antenatal TTS. Justru hubungan ini akan melindungi supaya tidak berkembang menjadi
TTS. Koneksi arterioarteriosa lebih sering dibanding koneksi venavenosa. Dalam
Shandra Rajene, 1999 Koneksi arterioarteriosa dan venavenosa memberikan
pembagian darah yang seimbang pada kedua janin dan tidak ada anastomosis
arteriovenosa. Koneksi tipe profunda atau sirkulasi ketiga bersifat arteriovenosa (a-v)
dimana salah satu janin bersifat sebagai donor dan janin yang lain sebagai resipien.
Anastomosis ini tidak tampak pada lempeng korionik dikarenakan adanya perbedaan
tekanan (gradien) yang terjadi pada sirkulasi tersebut. Anastomosis ini jarang terjadi,
kebanyakan jika terjadi anastomosis arteriovenosa diikuti dengan anastomosis
arterioarteriosa yang melindungi terjadinya sirkulasi ketiga. Karena sirkulasi
menghasilkan keseimbangan dinamis dimana disamping terjadinya penurunan tekanan
donor juga terjadi peningkatan resipien.
Tabel 1
Kehamilan monochorionik
Ukuran nuchal translucency > 3 mm pada umur kehamilan 10-14 minggu
Ukuran crown-rump length yang kurang pada satu janin
Membran pemisah pada umur kehamilan 10-13 minggu
18
polihidramnion pada satu kantong dan oligohidramnion pada kantong yang lainnya,
dan kecil atau tidak terlihatnya kandung kemih pada donor sementara pada resipien
memiliki kandung kemih yang besar. (Tabel 2)
Tabel 2.
Kehamilan monokorionik
Jenis kelamin yang sama
Satu massa plasenta
Membran pemisah yang tipis
Kelainan volume cairan amnion
Satu kantung amnion oligohidramnion, ukuran vertikal 2,0 cm.
Satu kantung amnion polihidramnion, ukuran vertikal 8,0 cm.
Kantung kencing yang persisten
Kantung kencing yang kecil atau tidak tampak pada kembar oligohidramnion
Tampak kantung kencing yang besar pada kembar polihidramnion.
Tambahan untuk membantu diagnosis
Perkiraan perbedaan berat janin (20% lebih berat kembar besar)
Adanya stuck twin
Hidrops tetalis (adanya satu atau lebih gejala: edema kulit (tebal 5 mm), efusi
perikardial, efusi pleura, ascites}.
Membran pembungkus pada umur kehamilan 14-17 minggu
* Kriteria diagnostik TTTS ini diterapkan pada trimester kedua atau awal trimester ketiga kehamilan.
Ultrasonografi serial sangat dianjurkan.
19
Gambar 6. Hasil USG dari kehamilan Twin to twin Transfusion Sindrom
1. Adanya perbedaan berat badan kedua janin yang > 500 g, atau perbedaan>20 %
pada janin pretemi (untuk TTTS yang kronis).
2. Terdapat perbedaan kadar Hemoglobin dan Hematokrit dari kedua janin, janin
donor dapat mencapai 8 g% atau kurang, dan janin resipien bisa mencapai 27%.
3. Perbedaan ukuran pada organ-organ jantung, ginjal, hepar dan thymus.
20
I.2.6 Penatalaksanaan
Beberapa jenis teknik terapi telah dilakukan dalam usaha memperbaiki hasil
luaran kehamilan kasus twin-to-twin transfusion syndrome. Pendekatan ini meliputi
terapi amniosentesis, septostomi, ablasi laser terhadap anastomosis pembuluh darah,
selektif feticide, dan terapi ibu dengan memakai digoksin.7,8,11,
Tabel 3.
Pilihan Terapi
21
Septostomi (diperkenalkan oleh Dr. George Saade dkkdari Amerika)
dilakukan dengan cara membuat lubang kecil pada membran pemisah. yang akan
berfungsi sebagai tempat lewatnya cairan amnion dari satu kantung amnion ke kantung
amnion yang lain sehingga terjadi keseimbangan cairan amnion.4 Komplikasi terapi
ini meliputi pecahnya selaput pemisah, terjadi pertautan tali pusat kedua janin dan
kematian janin.11
Terapi laser (dipelopori Dr. Julian De Lia dkk dari Amerika Serikat) dilakukan
dengan memasang endoskopi melalui perut ibu ke kantung amnion kembar resipien.
Fetoskop dan laser dilewatkan melalui endoskop. Dengan bantuan USG dan petunjuk
pada video realtime . laser digunakan untuk mengkoagulasi atau merusak anastomosis
pembuluh darah secara selektif.9
1.2.7.Prognosis
Hasil tergantung pada usia kehamilan pada saat kelahiran dan apakah iskemia
otak janin intrauterin terjadi. Semakin rendah saat lahir usia kehamilan semakin besar
risiko lama sequele neurologis atau paru-paru.
22
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : By. Ny. E
Umur : 1 hari
Anak Ke : 1 dan 2
Umur : 38 tahun
Umur : 35 tahun
23
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
ANAMNESIS
Keluhan utama : Bayi kembar
Anamnesis :
Pasien lahir secara operasi Sectio Saecarea dengan pertolongan dokter spesialis
obstetri dan ginekologi pada pukul 09.55. Berat badan waktu lahir pada anak I : 2900
gr, panjang badan 48 cm, letak presentasi kepala, pasien langsung menangis, dengan
nilai APGAR 9-10 pada 1 menit dan 5 menit pertama. Tali pusat langsung dipotong.
Ketuban belum pecah sebelum operasi Sectio Saecarea.Warna air ketuban putih keruh.
Berat badan waktu lahir pada anak II : 2600 gr, panjang badan 47 cm, letak presentasi
kepala, pasien langsung menangis, dengan nilai APGAR 8-9 pada 1 menit dan 5 menit
pertama. Tali pusat langsung dipotong. Ketuban belum pecah sebelum Secsario. Warna
air ketuban putih keruh.
Pasien lahir dari seorang ibu dengan G1P0A0 dengan usia kehamilan 38-39
minggu. Selama hamil, ibu pasien tidak pernah kontrol ke puskesmas atau ke rumah
sakit, tetapi ibu pasien melakukan kontrol kehamilan ketempat praktek bidan yang
terletak dekat dengan rumahnya setiap bulan sekali. Ibu pasien mendapatkan obat-
obatan dari bidan berupa vitamin yang diminum 3 kali sehari, serta penambah darah
yang masing-masing diminum 1 kali sehari. Obat-obatan tersebut diminum secara
teratur. Selain obat-obatan ibu pasien juga sering minum jamu. Selama hamil ibu
pasien makan dengan frekuensi teratur berupa sepiring nasi ditambah sayuran, telur,
ikan, tempe dengan menu bervariasi tetapi jarang mengkonsumsi buah-buahan dan
susu. Ibu pasien sering mengeluh saat kontrol ke bidan dimana ibu pasien merasa
24
pertumbuhan kehamilannya yang lebih cepat ditandai dengan kenaikan berat badan
yang tiba-tiba meningkat serta terkadang ibu pasien merasa sesak nafas setelah bekerja
rumah tangga. Sehingga bidan menganjurkan untuk melakukan USG pada saat
kehamilan dan ditemukan kehamilan kembar pada hasil USG nya.
Pada saat kehamilan 37-38 minggu, bidan menyarankan kepada ibu pasien untuk
melakukan kontrol untuk kelahirannya kepada seorang dokter spesialis obstetric dan
gynecology, karena adanya resiko yang tinggi apabila ibu pasien melahirkan di bidan
yaitu umur ibu pasien yang cukup beresiko untuk melahirkan terutama melahirkan bayi
kembar. Sehingga ibu pasien memutuskan untuk mengontrol kehamilannya ke rumah
sakit Ridwan Meuraksa pada saat kehamilan 37-38 minggu. Setelah berkonsultasi
dengan dokter spesialis obsteric dan gynecology, dokter tersebut menyarankan untuk
merencanakan operasi Secsario untuk melahirkan bayi kembarnya karena adanya
resiko yang tinggi untuk melahirkan spontan dengan kehamilan kembar yaitu umur ibu
pasien.
Riwayat ibu menderita asma bronchiale, riwayat penyakit darah tinggi, kencing
manis atau pun kelainan darah tidak ada. Riwayat merokok tidak ada. Riwayat
memelihara binatang peliharaan seperti kucing dan unggas tidak ada. Riwayat ibu
mengalami trauma atau pernah jatuh selama kehamilan tidak ada. Aktivitas selama
kehamilan cukup berat karena pasien masih melakukan pekerjaan rumah tangga dalam
kesehariannya tanpa dibantu oleh siapa pun. Dari pihak keluarga suami mempunyai
riwayat keturunan kembar yaitu suami dari ibu pasien merupakan anak kembar 2
bersaudara disertai salah satu paman dari keluarga suami juga merupakan anak kembar
2 bersaudara.
RIWAYAT PERSALINAN
Anak BB lahir Jenis kelamin
25
PEMERIKSAAN FISIK
BAYI I
Keadaan Umum
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 32 cm
Tanda Vital
Suhu : 36,5
Kepala
Bentuk : simetris
26
Mulut : sianosis (-)
Thoraks
Paru:
Perkusi : sonor
Jantung:
Abdomen
27
Tali pusat : warna putih, hernia umbilikalis (-)
Anus
Genitalia
Kulit
Lanugo : menipis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 12,7 g/dl
Ht : 34%
Leukosit : 12600 /ul
Trombosit : 420.000 /ul
28
BAYI II
Keadaan Umum
Panjang badan : 47 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm
Tanda Vital
Suhu : 36,1 oC
Kepala
Bentuk : simetris
29
Mulut : sianosis (-)
Thoraks
Paru:
Perkusi : sonor
Jantung:
Abdomen
30
Tali pusat : warna putih, hernia umbilikalis (-)
Anus
Genitalia
Kulit
Lanugo : menipis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 14,8 g/dl
Ht : 40%
Leukosit : 11200 /ul
Trombosit : 209.000 /ul
31
APGAR SCORE
Appearence 2 2 2 2
Pulse 2 2 2 2
Grimace 2 2 2 2
Activity 1 2 1 1
Respiratory 2 2 1 2
TOTAL 9 10 8 9
32
SKOR BALLARD
Edema 2 2
Jaringan Kulit 2 2
Warna Kulit 2 2
Otositas(beningnya)punggung 2 3
Lanugo di punggung 1 3
Besarnya Mamae 1 1
Bentuk Kuping 3 3
Elastisitas Kuping 2 3
Genitalia 2 2
Total 22 24
33
SKOR BALLARD
Sikap 4 1
Dorsofleksi Kaki 3 3
Rekoil Lengan 2 2
Rekoil Tungkai 2 1
Sudut Popliteal 1 3
Tanda Saraf 1 2
Suspensi Ventral 3 1
Total 27 20
RESUME
Dua bayi kembar lahir secara operasi secsario dari seorang ibu G1P0A0 dengan
usia kehamilan 38-39 minggu. Selama hamil ibu kontrol rutin ke bidan serta
mengkonsumsi vitamin secara teratur, jamu-jamuan serta melakukan aktivitas berat di
rumah. Ayah pasien memiliki riwayat keluarga keturunan kembar.
Jenis kelamin kedua pasien adalah laki-laki dimana berat badan bayi pertama
2900 gram dengan panjang badan 49 cm. Pasien langsung menangis, dengan APGAR
34
skor 9-10 pada 1 menit dan 5 menit pertama. Pada bayi kedua seberat 2600 gram
dengan panjang badan 47 cm, pasien langsung menangis dengan APGAR score 8-9
pada 1 menit dan 5 menit pertama.. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis
pasien dalam batas normal. Selain itu dari pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan kelainan.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Bayi I
Termoregulasi
Inj. Vit K 1 mg (im)
ASI/PASI 8 x 25-30 cc (dinaikkan bertahap)
Latihan menetek
Bayi II
Termoregulasi
Inj. Vit K 1 mg (im)
ASI/PASI 8 x 20-25 cc (dinaikkan bertahap)
Latihan menetek
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
35
BAB III
PEMBAHASAN
IDENTITAS
Pasien adalah Dua bayi kembar laki-laki berusia 1 hari, ayah berusia 38 tahun
pegawai swasta, sedangkan ibu berusia 35 tahun, ibu rumah tangga.
Dari keterangan umum didapatkan faktor resiko pasien lahir dengan twins to
twins transfusi dikarenakan gejala yang dikeluhkan dari ibu pasien yaitu ibu pasien
merasa pertumbuhan kehamilannya yang lebih cepat ditandai dengan kenaikan berat
badan yang tiba-tiba serta terkadang ibu pasien merasa sesak nafas setelah bekerja
rumah tangga. Usia ibu pasien yang memasuki usia risiko tinggi juga merupakan
pertimbangan untuk melakukan tindakan operasi Sectio Saecarea .
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama yaitu bayi kembar, dimana banyaknya resiko yang sering
dihadapi pada kehamilan kembar seperti terjadinya Twins to twins transfusion
sindrom, bayi dengan kelahiran kembar lebih kecil kemungkinannya untuk bertahan
hidup dan lebih sering mengalami kecacatan jangka panjang akibat kelahiran preterm
ataupun resiko terjadinya perdarahan pasca persalinan
ANAMNESA
1. Satu hari yang lalu pukul 09.55 pasien lahir secara operasi Sectio Saecarea
dengan pertolongan dokter spesialis obstetri dan ginekologi di rumah sakit.
36
Tempat persalinan di Rumah Sakit dengan operasi Sectio Saecarea bisa
mengindikasikan bahwa kelahiran ini mempunyai resiko yang tinggi dan
membutuhkan fasilitas yang lebih lengkap.
Bayi II
3. Panjang badan
Bayi I : 49 cm
Bayi II :47 cm
Panjang badan bayi diukur untuk menentukan apakah sesuai dengan umur
kehamilan ibu.
37
Umur dalam bulan Panjang dalam cm Berat dalam gram
menurut Haase
menurut Struber
1 bulan 12 = 1 -
2 bulan 22 = 4 1,1
3 bulan 32 = 9 14,2
4 bulan 42 = 16 108
5 bulan 52 = 25 316
6 bulan 6 x 5 = 30 630
7 bulan 7 x 5 = 35 1045
8 bulan 8 x 5 = 40 1680
9 bulan 9 x 5 = 45 2478
10 bulan 10 x 5 = 50 3405
38
4. Presentasi
Bayi I : Kepala
Bayi II : Kepala
Letak muka
Letak bokong
Letak lintang
Letak sungsang
Presentasi yang tidak normal merupakan faktor resiko terjadinya hambatan pada
waktu partus sehingga dapat menimbulkan trauma maupun asfiksia pada neonatus
yang dilahirkan.
5. Penilaian APGAR
Bayi I
Pasien langsung menangis dengan nilai APGAR 9-10 pada 1 menit dan 5 menit
pertama
Hal ini menunjukkan tidak adanya gangguan pada pernafasan neonatus seperti
asfiksia primer.
Bayi II
Pasien langsung menangis dengan nilai APGAR 8-9 pada 1 menit dan 5 menit
pertama
Hal ini menunjukkan juga tidak adanya gangguan pada pernafasan neonatus seperti
asfiksia primer.
39
Asfiksia primer adalah asfiksia yang terjadi pada saat ante partum atau intra partum,
disebabkan oleh insufisiensi plasenta. Sedangkan asfiksia sekunder terjadi pada
saat post partum, disebabkan oleh sekunder dari insufisiensi paru, jantung,
pembuluh darah, serta neurologis.
40
Kriteria APGAR :
No. Kriteria 0 1 2
Nilai APGAR bervariasi antara 0 sampai dengan 10 yang dinilai pada 1 menit
pertama dan 5 menit pertama kehidupan, pembagiannya :
41
dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm
recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik
yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara,
mata/telinga, dan genitalia . Masing-masing hasil penilaian baik maturitas
neuromuscular maupun fisik disesuaikan dengan skor didalam table dan
dijumlahkan hasilnya.
42
• Berdasarkan Total Skor Ballard:
Skor Penilaian Maturitas Fisik + Skor Penilaian Maturitas
Neuromuskular
- Bayi I : 22 + 27 = 49
- Bayi II : 24 + 20 =46
• Membandingkan total skor Ballard dengan kurva
Sehingga diperkirakan massa kehamilan :
-Bayi I : 37-38 minggu
-Bayi II : 37 minggu
Kurva Lubchenco
dan adopsi luas dari istilah "kecil untuk usia kehamilan", "besar untuk usia
dysmaturity”. Hal ini juga membentuk dasar untuk memeriksa bayi dengan
43
berat badan lahir lebih besar dari nilai persentil lebih 90% atau berat badan
lahir kurang dari persentil kurang dari 10, sehingga dapat diprediksi
44
7. Ketuban belum pecah sebelum bayi lahir.
Warna air ketuban pada kedua bayi berwarna putih keruh. Air ketuban yang kotor
merupakan faktor resiko terjadinya sepsis pada neonatus sehingga pada neonatus
dengan air ketuban yang berwarna hijau/kotor harus diberi antibiotik untuk
mencegah terjadinya infeksi.
4. Ibu pasien mendapatkan obat-obatan berupa vitamin yang diminum 3 kali sehari,
dan penambah darah yang masing-masing diminum 1 kali sehari. Obat-obatan
tersebut diminum teratur. Selain obat-obatan ibu pasien juga sering minum jamu.
Selama hamil ibu pasien makan dengan frekuensi teratur berupa sepiring nasi
ditambah sayuran, telur, ikan, tempe dengan menu bervariasi tetapi jarang
mengkonsumsi buah-buahan dan susu. Pola makan ibu cukup teratur dan obat-
obatan yang diminum juga teratur namun ia mengkonsumsi jamu-jamuan yang
tidak diketahui komposisinya sehingga dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan
mengalami gangguan perkembangan janin saat masa kehamilan.
45
5. Ibu pasien tidak mempunyai riwayat penyakit asma bronchiale, riwayat penyakit
darah tinggi, kencing manis atau pun kelainan darah, riwayat merokok, riwayat
memelihara binatang peliharaan seperti kucing dan unggas, riwayat ibu
mengalami trauma/pernah jatuh selama kehamilan.
Karena hal-hal tersebut di atas merupakan faktor resiko perkembangan janin yang
tidak dapat tumbuh secara optimal.
6. Ibu pasien mengeluh mudah sesak napas terutama setelah aktivitas selama
kehamilan karena pasien masih melakukan pekerjaan rumah tangga dalam
kesehariannya tanpa dibantu oleh siapa pun.Ini merupakan faktor resiko terjadinya
asfiksia pada janin .
Ibu pasien sebelumnya belum pernah melahirkan seorang anak ataupun mengalami
keguguran
Keadaan Umum
Bayi I
Berat badan pada pasien ini termasuk berat badan lahir cukup (BBLC), dan disesuaikan
dengan usia kehamilan neonatus ini pada klasifikasi menurut Battaglia dan Lubchenco
46
dengan skor : 49 serta perkiraan masa kehamilan : 37-38 minggu sehingga
termasuk sesuai masa kehamilan (SMK)
Bayi II
Berat badan pada pasien ini termasuk berat badan lahir cukup (BBLC), dan disesuaikan
dengan usia kehamilan neonatus ini pada klasifikasi menurut Ballard dan Lubchenco
dengan skor : 44 serta perkiraan masa kehamilan : 37 minggu termasuk sesuai
masa kehamilan (SMK)
Warna kulit
Warna kulit untuk menilai fungsi jantung dan paru secara kasar melalui perfusi ke
perifer, pada pasien ini perfusi jaringan cukup baik.
Tanda Vital
Bayi I
Suhu : 36,5 oC
Bayi II
47
Suhu : 36,1 oC
Pada kedua pasien ini tanda vital dalam batas normal tidak menunjukkan adanya
tanda-tanda asfiksia.
Thoraks
Bayi I
Bayi II
Pada bayi cukup bulan resiko timbul asfiksia dapat terjadi yang ditandai dengan adanya
retraksi pada otot-otot pernafasan menunjukkan adanya gangguan fungsi paru yang
mengakibatkan kesukaran bernafas seperti pada pneumonia maupun cacat bawaan.
Jantung:
Pada kedua pasien ini jantung dalam batas normal. Sekitar 60 % dari BBL normal
memiliki bising sistolik pada usia 2 jam, tetapi presentase ini berkurang sampai 1 %
pada pemeriksaan rutin bayi. Sebaliknya koma bising pada cacat jantung bawaan
mungkin baru dapat didengar beberapa hari kemudian. Diperkirakan hanya 1 diantara
12 jantung bawaan yang bisingnya dapat didengar pada masa BBL.
Abdomen
Genitalia
48
Jenis kelamin Bayi I dan Bayi II : Laki-laki
DASAR DIAGNOSIS
BBLC
Karena kedua pasien lahir dengan berat diantara 2500 -3999 gram maka pasien
digolongkan ke dalam BBLC.
CB
Kedua pasien lahir dengan perkiraan masa kehamilan >37 minggu yaitu 37-38 minggu
dan 37 minggu.
SMK
PEMBAHASAN TERAPI
49
Bayi I
HARI I
Kebutuhan ASI/PASI pada bayi aterm saat hari pertama lahir : 60 cc/kg BB/hari
HARI II
Kebutuhan ASI/PASI pada bayi aterm saat hari kedua lahir : 75-80 cc/kg BB/hari
HARI III
Kebutuhan ASI/PASI pada bayi aterm saat hari ketiga: peningkatan 15-20
cc/kgBB/hari
Bayi II
50
HARI I
Kebutuhan ASI/PASI pada bayi aterm saat hari pertama lahir : 60 cc/kg BB/hari
HARI II
Kebutuhan ASI/PASI pada bayi aterm saat hari kedua lahir : 75-80 cc/kg BB/hari
HARI III
Kebutuhan ASI/PASI pada bayi aterm saat hari ketiga: peningkatan 15-20
cc/kgBB/hari
51
PROGNOSIS
Prognosis pasien ini baik, karena walaupun saat kehamilan ibu pasien mengeluh
berbagai gejala yaitu ibu pasien merasa pertumbuhan kehamilannya yang lebih cepat
ditandai dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba serta terkadang ibu pasien merasa
sesak nafas setelah bekerja rumah tangga berat serta umur ibu pasien yang merupakan
kelompok yang beresiko tinggi melahirkan namun dari hasil kelahiran didapatkan dua
bayi kembar dengan jenis kelamin yang sama, dimana mempunyai perbedaan berat
badan 300gram antara bayi I dengan bayi II tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kedua bayi tersebut untuk mengarah terjadinya sindrom twin to twin serta dari
hasil laboratorium darah tidak ditemukannya adanya tanda infeksi pada keduanya .
DAFTAR PUSTAKA
52
1 Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Westrom KD.
Kehamilan Multi Janin. Dalam: Hatono A, Suyono YJ. Pendit BU. Obstetri
Williams.Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2006.
53
8 Thomas Jefferson University Hospital. Care and Managemant of Multiple
Pregnancy. Last update: 2007.
http://jeffersonhospital.org/Content.asp?PageID=P08022.
9 Cunningham FG, Normant FG, Kenneth JL, et al. Multiple Pregnancy. Williams
Obstetrics, 22th edition.United State ofAmerica: McGraw-Hill Companies, 2005
54