Anda di halaman 1dari 3

Firdaus El Afghani (12016007)

Teknik Geologi

Lantanida, Aktinida, Boron, dan Lithium

Tabel periodik unsur adalah tabel yang berisi unsur-unsur kimia dan disusun
berdasarkan kenaikan nomor atom, konfigurasi elektron, dan kemiripan sifat-sifat kimianya.
Pada umumnya, tabel terbagi menjadi empat blok yaitu blok s, p, d, dan f. Baris pada tabel
biasa disebut periode sedangkan kolom pada tabel disebut golongan. Dalam satu periode
semakin kiri letak suatu unsur maka sifat logamnya semakin kuat sebaliknya semakin kanan
letak suatu unsur maka sifat logamnya semakin lemah.
Blok-blok di tabel periodik unsur disusun menurut konfigurasi elektronnya. Khusus
untuk blok f diletakkan di bagian bawah tabel periodik dan terpisah dari unsur-unsur lain
karena unsur-unsur pada blok ini memiliki sifat kimia yang berbeda dengan unsur-unsur dalam
periode yang sama serta perbedaan struktur elektron dengan unsur pada umumnya. Unsur
transisi blok-f memiliki dua periode disebut dengan lantanida dan aktinida. Simbol Ln
digunakan untuk menyebut Lantanida dan simbol An untuk Antanida. Unsur pada blok f ini
jarang sekali untuk digunakan. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan unsur-
unsur ini berpotensi untuk dimanfaatkan karena keunikan sifat-sifatnya.
Lantanida merupakan salah satu golongan yang berada di blok f yang terdiri dari lima
belas unsur dari Lantanum (La) sampai Lutetium (Lu). Kelimpahan di alam tidak sedikit dan
seringkala ditemui pada kerak bumi. Semua lantanida kecuali prometium (Pm) ditemukan
secara alami di alam. Prometium hanya didapatkan dengan cara sintesis di laboratorium atau
melalui fisi radioaktif. Jari-jari atom dan ion lantanoid menurun dengan kenaikan nomor
atomnya. Fenomena ini biasa disebut kontraksi lantanida. Beberapa kegunaan unsur ini
diantaranya Lantanum untuk gelas optik seperti lensa teleskop dan Cerium sebagai penyusun
kompenen televisi layar datar.
Selain itu, Lantanida dapat membentuk senyawa dengan golongan halogen seperti
CeF4, PrF4, dan TbF4. Unsur-unsur pada golongan ini juga dapat teroksidasi membentuk
Ln(III). Dalam bentuk ion beberapa unsur lantanida tidak memberikan warna, contohnya La3+
dan Ce3+. Akan tetapi, ada juga yang memberikan warna, contohnya Pr3+ berwarna hijau dan
Eu3+ berwarna merah muda. Kereaktifan lantanida dengan oksigen menyebabkan terbentuknya
senyawa ionik biner. Jika lantanida bereaksi dengan oksigen pada temperatur yang tinggi dan
teroksidasi maka menghasilkan Ln2O3. Di sisi lain, jika lantanida beraksi dengan oksigen pada
tekanan tinggi akan dihasilkan PrO2 dan TbO2.
Masih dalam blok yang sama, Aktinida merupakan kumpulan unsur-unsur dengan
nomor atom 89 sampai 103. Semua unsur aktinida sangatlah berbahaya karena bersifat
radioaktif dan beracun. Kelimpahan aktinida di alam lebih sedikit dibandingkan lantanida
karena sifat radioaktifitasnya. Hanya aktinium, torium, dan uranium yang secara alami
ditemukan di kulit bumi. Beberapa sifat dan keistimewaan yang dimiliki golongan ini adalah
aktinida merupakan logam elektropositif, mempunyai bilangan koordinasi yang tinggi
mencapai 12, dan geometri koordinasi padatan adalah rumit. Sifat fisik lain yang dimiliki
unsur-unsur aktinida adalah densitas tinggi 15-20 gr/cm, titik leleh tinggi ~1000 oC, dan titik
didih ~3000 oC. Karena sifat radioaktifnya maka unsur-unsur ini memiliki waktu paruh yang
menurun seiring dengan naiknya nomor atom. Dari segi kereaktifan, aktinida kurang reaktif
jika dibandingkan dengan lantanida. Kegunaan unsur-unsur dalam golongan ini diantaranya
actinium dan uranium merupakan sumber pembangkit tenaga nuklir, serta plutonium lazim
digunakan sebagai rambu navigasi. Beberapa contoh unsurnya yaitu actinium merupakan
logam lunak yang dapat menyala dalam gelap dan protactium bersifat elastis dan lunak, tidak
terkorosi oleh udara, namun bereaksi dengan hidrogen, oksigen, dan halogen saat dipanaskan.
Unsur-unsur transisi blok f yaitu lantanida dan aktinida tergolong unsur yang langka. Beberapa
unsur tersebut sulit didapatkan cenderung bersenyawa dengan unsur lain dan hanya dapat
disintesis di laboratorium khusus.
Unsur langka lainnya yaitu Boron (B) dan Lithium (Li). Keduanya tidak dapat
ditemukan secara alami di muka bumi karena seringkali membentuk senyawa dengan unsur
lain. Boron merupakan unsur kimia golongan IIIA non logam dengan nomor atom 5. Boron
dapat ditemukan dalam mineralnya yaitu Borax melalui proses penguraian secara kimiawi.
Ketika dalam keadaan teroksidasi boron menjadi B3+. Ada dua alotrop boron; boron amorfus
adalah serbuk coklat, tetapi boron metalik berwarna hitam. Bentuk metaliknya keras (9,3 dalam
skala Moh) dan konduktor yang buruk dalam suhu ruang. Boron pertama kali ditemukan
sebagai unsur baru pada tahun 1808 oleh ahli kimia Inggris Sir Humphry Davy dan kimiawan
Prancis Gay-Lussac. Boron juga memiliki dua isotop yang stabil dan alami yaitu Boron-10 dan
Boron-11. Warna asli yang dimiliki unsur ini adalah hitam kecoklatan dan fasanya pada suhu
ruang yaitu padat. Senyawa bentukan dengan unsur yang lain diantaranya senyawa magnesium
diboride (MgB2), decaborane (B10H14), dan carboranes C2B10H12. Ikatan senyawa yang
terbentuk merupakan ikatan kovalen. Beberapa kegunaannya yaitu sebagai pemutih pakaian,
insektisida, bahan semikonduktor, dan di industri obat-obatan. Unsur ini tidak reaktif pada suhu
kamar. Saat bereaksi, boron mempunyai kecenderungan untuk melepas elektron dan
membentuk kation B3+.
Selain itu, lithium merupakan logam yang kelimpahannya langka seperti boron.
Lithium merupakan golongan logam alkali yang berwarna putih keperakan dan memiliki
nomor atom 3. Unsur ini tidak dapat ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Biasanya
terdapat sebagai senyawa ionik seperti mineral pegmatit dan berada di laut. Logam ini sangat
reaktif dan mudah terbakar. Lithium memiliki kecenderungan untuk melepaskan elektron
membentuk kation bermuatan +1. Reaktifitas lithium jika dibandingkan dengan logam alkali
yang dikatakan lemah. Lithium mudah bereaksi dengan air membentuk gas hidrogen dan litium
hidroksida serta ditemukan senyawa lithium biner seperti LiF dan LiCl. Alaminya lithium
memiliki dua isotop stabil yaitu Li-6 dan Li-7. Berbagai macam kegunaanya antara lain sebagai
baterai lithium, pemurnian udara, nuklir, bahan polimer, dan pengobatan bipolar.
Meskipun lithium dan boron merupakan salah satu unsur yang disintesis pertama saat
Big Bang berlangsung, pada kenyataanya kelimpahan unsur ini sangatlah kurang. Faktor yang
menyebabkan lithium dan boron begitu langka dikarenakan jarang disintesis di Big Bang dan
juga pada bintang-bintang karena cenderung tidak stabil. Inti akan lebih stabil jika massa atom
dan nomor atomnya (jumlah proton) sama-sama genap. Hal ini yang tidak dimiliki oleh kedua
unsur tersebut yakni boron dan lithium sehingga kelimpahannya di alam semesta pun
cenderung sedikit menurut Ordo-Harkins Rule.
Sumber referensi:
Housecroft, Catherine E. and Alan G. Sharpe. 2005. Inorganic Chemistry, 2nd edition.
England : Pearson Prentice-Hall.

Anda mungkin juga menyukai