Anda di halaman 1dari 15

NUR ANISYA FAUZIAH(1905112976)

PPK-n 19B

Analisis Teks Akademik


Judul : Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan
Penerapan Metode Conference Writing Siswa Kelas X SMA Negeri
3 Pare-pare

A. Teks Akademik Padat Informasi (Kalimat Simpleks dan Kalimat Kompleks)


Selanjutnya, peneliti akan membagi kalimat berdasarkan ciri-ciri kalimat simpleks dan
kalimat kompleks (parataktik) dan kompleks (hipotaktik).
1. Kalimat Simpleks
Kalimat yang hanya terdiri dari satu kata verba utama yang menggambarkan aksi,
peristiwa, atau keadaan. kalimat simpleks bisa juga disebut dengan kalimat tunggal,
karena hanya mengandung satu struktur : S - P - O - Ket - Pel. Namun unsur - unsur
tersebut(S - P - O - Ket - Pel) belum tentu ada dalam kalimat simpleks.
2. Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau
keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu
struktur. Struktur yang satu dengan struktur yang lainnya biasanya dihubungkan oleh
konjungsi.
Kalimat komplek terbagi menjadi 2 jenis yaitu Kalimat komplek paratataik dan kalimat
komplek hipotaktik. Berikut adalah jenis-jenis kalimat komplek:
1. Kalimat Komplek Paratatik
kalimat kompleks yang terdiri atas dua struktur atau lebih yang dinyatakan dengan
hubungan konjungtif sejajar dengan makna, antara lain “dan”, “tetapi”, “atau”.
2. Kalimat Kompleks Hipotaktik
Kalimat komplek hipotaktik adalah kalimat kompleks yang dapat dinyatakan dengan
hubungan konjungtif dan tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila, jika, karena,
ketika.
Pada tabel di bawah ini peneliti menentukan jenis kalimat yang digunakan pada
bagian pembahasan, yang tergolong kalimat simpleks dan kalimat kompleks (parataktik)
dan kompleks (hipotaktik).
Tabel 1. Kalimat Simpleks dan Kompleks dalam Pembahasan Tesis

No Kalimat Jenis Pola


Kalimat

1. Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang Simpleks S-P-


peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui O-K
penerapan metode conference writing siswa kelas X-B
SMA Negeri 3 Parepare.
2. Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan Simpleks
menulis cerpen dari aspek perencanaan, (2)
peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek
pelaksanaan tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan
menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi.

3. Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya ditujukan Simpleks


untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang
diangkat dalam penelitian.

4. Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah Simpleks


bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis
cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare
setelah penerapan metode conference writing.

5. Persoalan peningkatan keterampilan menulis cerpen Simpleks


dapat dijawab dengan deskripsi data secara kuantitatif
untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan
siswa menulis cerpen berdasarkan pembahasan siklus I,
dan siklus II.

6. Perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh Simpleks


guru dan peneliti pada siklus pertama menunjukkan
hasil yang belum optimal.

7. Berbagai kelemahan masih ditemukan misalnya, Simpleks


kejelasan indikator, pengembangan materi, penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu,
penggunaan media, metode, dan sumber belajar serta
alat evaluasi.

8. Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, siswa masih Kompleks


kaku dan belum terbiasa dengan penggunaan Metode Hipotaktik
conference writing karena kurangnya arahan guru
terhadap langkah-langkah pembelajaran pada tiap
kegiatan.

9. Siswa mengalami kesulitan saat menggali ide karena Kompleks


keterbatasan pemahamannnya dalam mengembangkan Hipotaktik
cerpen yang sesuai dengan tema, ketidakmampuan
siswa memilih topik yang sebagian siswa belum berani
untuk berkomentar, bahkan masih canggung untuk
memajang cerpennya di mading kelas.
10. Pada aspek evaluasi, hasil penelitian menunjukkan Simpleks
bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui
penggunaan Metode conference writing siswa kelas X-B
SMA Negeri 3 Parepare, siklus pertama belum mencapai
kriteria keberhasilan, yaitu tingkat persentase
ketuntasan minimal 68,75%, ditemukan masih minim
skor yang diperoleh siswa secara kualitatif dan
kuantitatif.

11. Kemampuan siswa menulis cerpen dari seluruh aspek Simpleks


penilaian menunjukkan hasil yang maksimal.

3/16

12. Keterbatasan dan kelemahan yang terjadi pada siklus Simpleks


pertama disebabkan oleh karena perencanaan,
pelaksanaan tindakan, dan evaluasi pembelajaran masih
belum terlaksana dengan baik.

13. Untuk menyempurnakan hasilnya maka perlu perbaikan Kompleks


pada siklus kedua. Parataktik

14. Recana pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua Simpleks


ditemukan pada kejelasan indikator yang mau dicapai,
penggunaan media untuk membangkitkan inspirasi
dalam menulis cerpen.

15. Pada tahap pramenulis, siswa lebih diarahkan dalam Simpleks


menulis cerpen, membimbing mencari topik dengan
keterkaitan tema, pada tahap saat menulis siswa
diarahkan menulis cerpen, kegiatan tersebut siswa
bekerja sama merevisi cerpen untuk mengganti atau
memilih topik berdasarkan pengalaman.

16. Pada tahap pascamenulis, siswa memilih cerpen yang Simpleks


terbaik dari masing-masing kelompok untuk
dipresentasikan, kelompok lain memberikan tanggapan
dan komentar.

17. Cerpen terbaik tiap kelompok dipajang di mading kelas. Simpleks


18. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen melalui Simpleks
teknik penggunaan Metode conference writing
disesuaikan dengan rencana pembelajaran dan alokasi
waktu yang telah direncanakan.

19. Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu Simpleks


tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis.

20. Pada awal pembelajaran, guru menekankan tujuan Simpleks


pembelajaran pada hari itu dengan menjelaskan
indikatornya, serta bertanya jawab tentang materi
sebelumnya yang dikaitkan dengan proses penulisan
cerpen.

21. Guru memberi motivasi dengan menampilkan cerpen Simpleks


terbaik pada pertemuan sebelumnya.

22. Pada tahap pramenulis, fokus pelaksanaan tindakan Simpleks


adalah memilih topik yang tepat yang dapat
membangkitkan kesamaan imajinasi dan pengalaman
orang lain, mengkonkretkan ide atau pikiran yang telah
terkonstruksi dituangkan dalam tulisan, dan
menciptakan tulisan sesuai petunjuk yang telah
dijelaskan oleh guru.

23. Siswa dalam tahap ini menggunakan pengalaman dan Kompleks


imajinasi sendiri, kemudian membuat daftar kejadian Parataktik
untuk cerita yang memungkinkan, selanjutnya memilih
satu subyek yang akan dibuat cerita terbaik, menulis
sketsa tokoh yang singkat untuk tiap orang dalam cerita,
dan menciptakan setting atau pelataran sendiri serta
menyusun semua kejadian dalam cerita secara runtut.

24. Pada tahap menulis, fokus tindakan lebih diutamakan Simpleks


pada kemampuan siswa untuk menuangkan gagasan,
dalam menuangkan gagasan, dalam menuangkan
tulisan menjadi karangan utuh yang padu, menciptakan
verifikasi yang baik, sehingga tercipta cerpen yang baik
pula.

25. Pada tahap ini siswa menulis awal cerita dengan Simpleks
memerhatikan karakter, setting dan cerita.
26. Pada tahap pascamenulis, fokus tindakan diutaman Simpleks
kemampuan siswa memberikan argumen terhadap
tulisan orang lain, kesesuaian judul dengan tema, yang
mampu menciptakan suasana yang mampu
membangkitkan emosi atau perasaan pembaca.

27. Ketiga tahap yang dilaksanakan dalam proses Kompleks


pembelajaran menunjukkan peningkatan, siswa mulai Parataktik
terampil menulis cerpen yang lebih baik, siswa lebih
berani mengoreksi cerpen temannya pada saat
merevisi, dan antusias serta berani mengajukan
pertanyaan berkaitan dengan semua unsur yang
terdapat dalam cerpen.

28. Siswa aktif menata cerpen di mading kelas dengan Simpleks


mempertimbangkan tata letak dan estetikanya.

29. Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan Simpleks


pembelajaran dan kemampuan siswa menulis cerpen,
digunakan penilaian proses dan hasil.

30. Penilaian dilaksanakan sesuai dengan rambu-rambu


analisis proses dan produk yang telah ditetapkan.

31. Pada saat pembelajaran, guru memantau, mengamati, Simpleks


dan mencatat aktivitas siswa, baik secara individu
maupun kelompok.

32. Pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan Kompleks


untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi siswa Parataktik
dan kemajuan yang telah dicapai.

33. Penilaian hasil dilakukan guru dengan menilai Simpleks


kesesuaian karya siswa dengan pedoman analisis yang
telah ditetapkan.

34. Setelah dilaksanakan evaluasi terhadap hasil belajar Simpleks


menulis cerpen melalui teknik penggunaan Metode
Conference writing di siklus kedua diperoleh hasil yang
maksimal yakni 80,25%.

35. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan Simpleks


tercapai.

36. Tingkat keberhasilan secara klasikal, yaitu 75% telah Simpleks


terpenuhi.
37. Hal tersebut terlaksana karena perencanaan, Kompleks
pelaksanaan tindakan, dan evaluasi pembelajaran Hipotaktik
sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya sudah
meningkat dan berjalan baik.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada teks pembahasan tesis yang dianalisis
didominasi dengn penggunaan kalimat simpleks sebagai salah satu cara penulis untuk
memadatkan informasi. Jumlah kalimat simpleks yang terdapat dalam teks pembahasan
tesis yakni x 100 = 83,8%. Jumlah kalimat kompleks parataktik x 100 = 8,1% dan jumlah
kalimat kompleks hipotaktik x 100 = 8,1%.
Berdasarkan analisis struktur kalimat yang terdapat dalam pembahasan tesis yang ditulis
oleh Khairil tahun 2012 yang brjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis
Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-
Pare maka persentase penggunaan kalimat simpleks lebih banyak dibandingkan dengan
kalimat kompleks parataktik dan kalimat kompleks hipotaktik. Persentase kalimat
simpleks yakni 83,8%, persentase kalimat kompleks parataktik yakni 8,1%, dan
persentase kalimat kompleks hipotaktik yakni 8,1%.
Dengan demikian, dari sisi pemadatan informasi melalui kalimat simpleks, menunjukkan
ciri teks akademik secara ideasional. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah
kesederhanaan dalam struktur kalimat dan struktur kelompok nomina.
C. Teks Akademik Padat Kata Leksikal
Teks akademik lebih banyak mengandung kata leksikal atau kata isi (nomina, verba-
predikator, adjectiva, dan adverbia tertentu) daripada kata struktural (konjungsi, kata
sandang, preposisi, dan sebagainya).
Pada bagian analisis teks akademik padat kata leksikal, peneliti mengambil sampel 8
kalimat (20%) dari 37 kalimat pada bagian pembahasan.
Tabel 2. Penggunaan Kata Leksikal dan Struktural

No Kalimat Jenis Kata Keterangan

1. Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian Leksikal Jumlah


tentang peningkatan kemampuan menulis (19) kalimat
cerpen melalui penerapan metode Struktural keseluruhan=
conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri (3) 179
3 Parepare. Jumlah
kalimat
2. Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan Leksikal leksikal= 143
kemampuan menulis cerpen dari aspek (21) Jumlah
perencanaan, (2) peningkatan kemampuan Struktural kalimat
menulis cerpen dari aspek pelaksanaan (7) struktural=
tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan 36
menulis cerpen dari aspek penilaian atau x100%=
evaluasi. 79,9%
3. Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya Leksikal x 100%=
ditujukan untuk menemukan jawaban atas (10) 20,1%
permasalahan yang diangkat dalam Struktural
penelitian. (5)

4. Secara umum masalah dalam penelitian ini Leksikal


adalah bagaimanakah peningkatan (19)
keterampilan menulis cerpen pada siswa Struktural
kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah (5)
penerapan metode conference writing.

5. Persoalan peningkatan keterampilan menulis Leksikal


cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data (21)
secara kuantitatif untuk mengetahui Struktural
peningkatan rata-rata keterampilan siswa (4)
menulis cerpen berdasarkan pembahasan
siklus I, dan siklus II.

6. Perencanaan pembelajaran yang telah Leksikal


disusun oleh guru dan peneliti pada siklus (12)
pertama menunjukkan hasil yang belum Struktural
optimal. (5)

7. Berbagai kelemahan masih ditemukan Leksikal


misalnya, kejelasan indikator, pengembangan (21)
materi, penyusunan langkah-langkah Struktural
pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan (2)
media, metode, dan sumber belajar serta alat
evaluasi.

8. Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, siswa Leksikal


masih kaku dan belum terbiasa dengan (20)
penggunaan Metode conference writing Struktural
karena kurangnya arahan guru terhadap (5)
langkah-langkah pembelajaran pada tiap
kegiatan.

Berdasarkan pesrsentase kalimat yang memiliki kata leksikal dan kata struktural maka
dapat disimpulkan bahwa 20% sampel kalimat yang dianalisis menunjukkan bahwa teks
akademik berupa teks pembahasan tesis yang ditulis oleh Khairil tahun 2012 yang
brjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan
Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare menunjukkan bahwa
teks pembahasan tesis ini dapat dikatakan ilmiah. Hal ini dibuktikan dari persentase kata
leksikal sebanyak 143 kalimat (79,9%) dan kata struktural sebanyak 36 kalimat (20,1%)
dari jumlah keseluruhan 179 kalimat.
D. Nominalisasi pada Teks Akademik
Realisasi leksis pada teks-teks akademik yang dinominalisasikan digunakan untuk
memadatkan informasi. Sebagai upaya pembendaan, nominalisasi ditempuh dengan
mengubah leksis nonbenda (antara lain verba, adjectiva, adverbia, konjungsi) menjadi
leksis benda (nomina). Nominalisasi pada teks akademik ditujukan untuk
mengungkapkan pengetahuan yang lebih ringkas dan padat . Oleh karena itu,
nominalisasi menjadi ciri yang sangat penting pada teks akademik.
Pada bagian analisis nominalisasi pada teks akademik, peneliti mengambil sampel 8
kalimat (20%) dari 37 kalimat pada bagian pembahasan.
Tabel 3. Nominalisasi pada Teks Akademik

No Kalimat Keterangan

1. Pada bagian ini dipaparkan temuan - Pada kalimat


penelitian tentang peningkatan kemampuan (1,2,3,4,5,6,7,8) contoh-
menulis cerpen melalui penerapan metode contoh nominalisasi yang
conference writing siswa kelas X-B SMA dimaksud dicetak berwarna.
Negeri 3 Parepare. - Contoh-contoh
diambil dari bagian
2. Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan pembahasan tesis yang
kemampuan menulis cerpen dari aspek dianalisis tersebut
perencanaan, (2) peningkatan kemampuan mengandung nominalisasi :
menulis cerpen dari aspek pelaksanaan (1) temuan, penelitian,
tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan peningkatan, penerapan
menulis cerpen dari aspek penilaian atau (yang dibendakan dari
evaluasi. verba: menemukan,
meneliti, meningkatkan,
3. Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya
menerapkan) dan
ditujukan untuk menemukan jawaban atas
kemampuan (yang
permasalahan yang diangkat dalam
dibendakan dari adjectiva
penelitian.
mampu).
(2) perencanaan,
4. Secara umum masalah dalam penelitian ini
pelaksanaan, tindakan,
adalah bagaimanakah peningkatan
penilaian, evaluasi (yang
keterampilan menulis cerpen pada siswa
dibendakan dari verba:
kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah
merencanakan,
penerapan metode conference writing.
melaksanakan, bertindak,
5. Persoalan peningkatan keterampilan
menilai, mengevaluasi)
menulis cerpen dapat dijawab dengan
(3) pembahasan, jawaban,
deskripsi data secara kuantitatif untuk
permasalahan (yang
mengetahui peningkatan rata-rata
dibendakan dari verba:
keterampilan siswa menulis cerpen
membahas, menjawab,
berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus
mempermasalahkan)
II.
(4) keterampilan (yang
6. Perencanaan pembelajaran yang telah dibendakan dari adjectiva
disusun oleh guru dan peneliti pada siklus terampil).
pertama menunjukkan hasil yang belum (5) deskripsi (yang
optimal. dibendakan dari verba:
mendeskripsikan)
(6) pembelajaran (yang
dibendakan dari verba:
belajar)
9/16

(7) kelemahan, kejelasan


7. Berbagai kelemahan masih ditemukan
(yang dibendakan dari
misalnya, kejelasan indikator,
adjectiva: lemah, jelas) dan
pengembangan materi, penyusunan
pengembangan,
langkah-langkah pembelajaran, alokasi
penyusunan, (yang
waktu, penggunaan media, metode, dan
dibendakan dari verba:
sumber belajar serta alat evaluasi.
mengembangkan,
8. Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, menyusun).
siswa masih kaku dan belum terbiasa (8) penggunaan (yang
dengan penggunaan Metode conference dibendakan dari verba:
writing karena kurangnya arahan guru menggunakan)
terhadap langkah-langkah pembelajaran
pada tiap kegiatan.

Dari hasil analisis pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nominalisasi
mengakibatkan pemadatan informasi. Pemadatan informasi akan menjadi semakin
kompleks apabila dua atau lebih leksis hasil nominalisasi tersebut dihimpun dalam satu
gugusan pada kelompok nomina. Hasil penghimpunan yang diambil dari kalimat
(1,2,3,4,5,6,7,8) di atas adalah “temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan
menulis cerpen”, “peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan”,
“peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan”,
“peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi”,
“pembahasan hasil penelitian”, “jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam
penelitian”, “peningkatan keterampilan menulis cerpen”, “peningkatan rata-rata
keterampilan siswa”, “pelaksanaan pembelajaran masih kaku”. Dari teks-teks akademik
yang dicontohkan, gugusan leksis cenderung berupa kelompok nomina sehingga dari
sudut pandang nominalisasi dapat disimpulkan bahwa teks-teks tersebut menunjukkan
ciri keilmiahan secara ideasional.
E. Metafora Gramatika pada Teks Akademik melalui Ungkapan Inkongruen
Metafora gramatika adalah pergeseran dari satu jenis leksis ke leksis lain atau dari
tataran gramatika yang lebih tinggi ke tataran gramatika yang lebih rendah. Dari segi
metafora gramatika teks-teks akademik menunjukkan ciri keilmiahan baik secara
ideasional maupun tekstual. Secara ideasional, melalui metafora gramatika isi materi
yang disampaikan menjadi lebih padat dan secara tekstual, cara penyampaian materi
yang melibatkan tataran tersebut berdampak pada perbedaan tata organisasi di tingkat
kelompok kata atau kalimat.
Metafora gramatika pada bagian pembahasan tesis ini ditunjukkan dengan leksis-
leksis yang mengalami pergeseran.
Tabel 4. Pemanfaatan Metafora Gramatika

No Kalimat Keterangan
10/16

1. Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian - Kalimat-kalimat


tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen yang digunakan sudah
melalui penerapan metode conference writing memanfaatkan
siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare. metafora gramatika
melalui ungkapan
2. Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan inkongruen
kemampuan menulis cerpen dari aspek - Kalimat
perencanaan, (2) peningkatan kemampuan simpleks yang
menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan, digunakan penulis
dan (3) peningkatan kemampuan menulis cerpen merupakan
dari aspek penilaian atau evaluasi. pemadatan atau
pergeseran dari
3. Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya
beberapa kalimat
ditujukan untuk menemukan jawaban atas
sekaligus.
permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

4. Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah


bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis
cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare
setelah penerapan metode conference writing.

5. Persoalan peningkatan keterampilan menulis


cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data
secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan
rata-rata keterampilan siswa menulis cerpen
berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.

6. Perencanaan pembelajaran yang telah disusun


oleh guru dan peneliti pada siklus pertama
menunjukkan hasil yang belum optimal.
7. Berbagai kelemahan masih ditemukan misalnya,
kejelasan indikator, pengembangan materi,
penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
alokasi waktu, penggunaan media, metode, dan
sumber belajar serta alat evaluasi.

8. Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, siswa


masih kaku dan belum terbiasa dengan
penggunaan Metode conference writing karena
kurangnya arahan guru terhadap langkah-langkah
pembelajaran pada tiap kegiatan.

F. Istilah Teknis pada Teks Akademik

11/16
Pada prinsipnya istilah teknis merupakan penamaan kepada sesuatu dengan
menggunakan nomina. Istilah teknis merupakan salah satu ciri penting pada teks
akademik karena digunakan sesuai dengan tuntutan bidang ilmu dan latar pokok
persoalan yang disajikan di dalamnya. Terkait dengan bidang ilmu, istilah teknis yang
sama mungkin mengandung makna yang berbeda apabila istilah tersebut digunakan di
bidang ilmu yang berbeda.
Pada teks akademik bagian pembahasan tesis yang dianalisis dapat ditemukan beberapa
istilah teknis yang terkait dengan bidang ilmu dan pokok persoalan yang disajikan. Hal
tersebut seperti yang terlihat pada kata yang dicetak berwarna pada kalimat berikut :
Tabel 5. Istilah Teknis pada Teks Akademik

No Kalimat Arti/Makna Istilah Teknis

1. Pada bagian ini dipaparkan temuan Metode conference writing


penelitian tentang peningkatan memiliki arti metode menulis
kemampuan menulis cerpen melalui bersama
penerapan metode conference writing
siswa kelas X-B SMA Negeri 3
Parepare.
5. Persoalan peningkatan keterampilan Siklus mengandung makna
menulis cerpen dapat dijawab dengan putaran waktu yg di dalamnya
deskripsi data secara kuantitatif untuk terdapat rangkaian kejadian yg
mengetahui peningkatan rata-rata berulang-ulang secara tetap dan
keterampilan siswa menulis cerpen teratur; daur sedangkan terkait
berdasarkan pembahasan siklus I, dan dengan pokok persoalan yang
siklus II. disajikan mengandung makna
pelaksanaan tindakan yang
dilakukan pada proses
pembelajaran secara terstruktur
sesuai dengan hasilnya.

10. Pada aspek evaluasi, hasil penelitian Kualitatif mengandung makna


menunjukkan bahwa pembelajaran berdasarkan mutu atau kualitas
menulis cerpen melalui penggunaan Kuantitatif mengandung makna
Metode conference writing siswa kelas berdasarkan jumlah atau
X-B SMA Negeri 3 Parepare, siklus banyaknya sedangkan dalam
pertama belum mencapai kriteria bidang ilmu yang lain
keberhasilan, yaitu tingkat persentase mengandung makna berdasarkan
ketuntasan minimal 68,75%, bagian dari energi yg tidak dapat
ditemukan masih minim skor yang dibagi lagi
diperoleh siswa secara kualitatif dan
kuantitatif.

24. Pada tahap menulis, fokus tindakan Verifikasi mengandung makna


lebih diutamakan pada kemampuan pemeriksaan terhadap kebenaran
siswa untuk menuangkan gagasan, laporan, pernyataan.
dalam menuangkan gagasan, dalam Sedangkan dalam bidang ilmu
menuangkan tulisan menjadi karangan ekonomi mengandung makna
utuh yang padu, menciptakan perhitungan atau pemeriksaan
verifikasi yang baik, sehingga tercipta uang
cerpen yang baik pula.

35. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


yang telah ditetapkan tercapai. mengandung makna kriteria
paling rendah untuk menyatakan
peserta didik mencapai
ketuntasan.

36. Tingkat keberhasilan secara klasikal, Klasikal mengandung makna


yaitu 75% telah terpenuhi. dilakukan secara bersama-sama

G. Taksonomi dan abstrak pada Teks Akademik


Pada dasarnya taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui klasifikasi terhadap
sesuatu. Sedangkan teks akademik dikatakan abstrak karena pokok persoalan yang
dibicarakan didalamnya seringkali merupakan hasil dari pemformulasian nyata menjadi
teori.

No Kalimat Keterangan

1. Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian Bersifat abstrak


tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen karena pokok
melalui penerapan metode conference writing siswa persoalan yang
kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare. dibicarakan
merupakan
pemformulasian
nyata menjadi teori.

2. Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan Bersifat taksonomik


menulis cerpen dari aspek perencanaan, (2) karena pokok
peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek persoalan
pelaksanaan tindakan, dan (3) peningkatan diklasifikasikan
kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian
atau evaluasi.

3. Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya Bersifat abstrak


ditujukan untuk menemukan jawaban atas karena pokok
permasalahan yang diangkat dalam penelitian. persoalan yang
dibicarakan
merupakan
pemformulasian
nyata menjadi teori.

4. Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah Bersifat taksonomik


bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karena pokok
cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare persoalan
setelah penerapan metode conference writing. diklasifikasikan

5. Persoalan peningkatan keterampilan menulis Bersifat abstrak


cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data secara karena pokok
kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata persoalan yang
keterampilan siswa menulis cerpen berdasarkan dibicarakan
pembahasan siklus I, dan siklus II. merupakan
pemformulasian
nyata menjadi teori
6. Perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh Bersifat abstrak
guru dan peneliti pada siklus pertama menunjukkan karena pokok
hasil yang belum optimal. persoalan yang
dibicarakan
merupakan
pemformulasian
nyata menjadi teori

7. Berbagai kelemahan masih ditemukan misalnya, Bersifat taksonomik


kejelasan indikator, pengembangan materi, karena pokok
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi persoalan
waktu, penggunaan media, metode, dan sumber diklasifikasikan
belajar serta alat evaluasi.

8. Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, siswa masih Bersifat abstrak


kaku dan belum terbiasa dengan penggunaan karena pokok
Metode conference writing karena kurangnya persoalan yang
arahan guru terhadap langkah-langkah dibicarakan
pembelajaran pada tiap kegiatan. merupakan
pemformulasian
nyata menjadi teori

14/16

H. Pengacuan Esfora pada Teks Akademik


Pengacuan esfora dimanfaatkan pada teks akademik untuk menunjukkan prinsip
generalitas, bahwa benda yang disebut di dalam kelompok nomina tersebut bukan
benda yang mengacu kepada penyebutan sebelumnya (Martin, 1992:138). Benda yang
diacu berupa kalimat sematan yang diletakkan di dalam tanda [[…]], atau kelompok
adverbia yang diletakkan di dalam tanda […].
(1) Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian [tentang peningkatan kemampuan
menulis cerpen…] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Temuan penelitian” mengacu kepada “[tentang peningkatan kemampuan
menulis cerpen…]”
(3) Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban
atas permasalahan [[yang diangkat dalam penelitian]] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Jawaban atas permasahan” mengacu kepada “[[yang diangkat dalam
penelitian]]”
(6) Perencanaan pembelajaran [[yang telah disusun oleh guru dan peneliti…]] (Teks
pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Perencanaan pembelajaran” mengacu kepada “[[yang telah disusun oleh
guru dan peneliti…]]”
(9) Siswa mengalami kesulitan saat menggali ide karena keterbatasan pemahaman
[dalam mengembangkan cerpen yang sesuai dengan tema…] (Teks pembahasan, Khairil,
2012)
Keterangan : “Keterbatasan pemahaman” mengacu kepada “[dalam mengembangkan
cerpen yang sesuai dengan tema…]”
(14) Penggunaan media untuk membangkitkan inspirasi [dalam menulis cerpen] (Teks
pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Inspirasi” mengacu kepada “[dalam menulis cerpen]”

III. KESIMPULAN
Masalah utama yang diteliti pada tesis ini adalah realisasi ciri-ciri teks akademik yang
mencakup sederhana dalam hal struktur kalimat, padat informasi, banyak
memanfaatkan nominalisasi, memanfaatkan metafora gramatika, memanfaatkan istilah
teknis, bersifat taksonomi dan abstrak serta banyak memanfaatkan sistem pengacuan
esfora. Data pada penelitian ini adalah bagian pembahasan pada tesis yang berupa
runtutan kata dan kalimat, terdiri dari 37 kalimat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks pembahasan tesis yang ditulis oleh Khairil
tahun 2012 yang berjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen
dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare
dapat dikategorikan sebagai teks yang bersifat ilmiah. Hal tersebut disimpulkan karena
ciri-ciri teks akademik yang banyak menggunakan kalimat simpleks dibandingkan
dengan kalimat kompleks sehingga kalimat dalam teks pembahasan tesis ini padat
informasi, banyak menggunakan kata-kata leksikal dibandingkan dengan kata struktural,
proses nominalisasi, pemanfaatan metafora gramatika, pemanfaatan istilah teknis,
pemanfaatan pengacuan esfora, dan teks yang bersifat taksonomi dan abstrak.
DAFTAR PUSTAKA

Mahsun, 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia; Kurikulum 2013. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

Wiratno, Tri., Dwi Purnanto, dan Vismaia S. Damaianti. 2014. Bahasa Indonesia; Ekspresi
Diri dan Akademik untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: DIKTI.

Anda mungkin juga menyukai