PPK-n 19B
3/16
25. Pada tahap ini siswa menulis awal cerita dengan Simpleks
memerhatikan karakter, setting dan cerita.
26. Pada tahap pascamenulis, fokus tindakan diutaman Simpleks
kemampuan siswa memberikan argumen terhadap
tulisan orang lain, kesesuaian judul dengan tema, yang
mampu menciptakan suasana yang mampu
membangkitkan emosi atau perasaan pembaca.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada teks pembahasan tesis yang dianalisis
didominasi dengn penggunaan kalimat simpleks sebagai salah satu cara penulis untuk
memadatkan informasi. Jumlah kalimat simpleks yang terdapat dalam teks pembahasan
tesis yakni x 100 = 83,8%. Jumlah kalimat kompleks parataktik x 100 = 8,1% dan jumlah
kalimat kompleks hipotaktik x 100 = 8,1%.
Berdasarkan analisis struktur kalimat yang terdapat dalam pembahasan tesis yang ditulis
oleh Khairil tahun 2012 yang brjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis
Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-
Pare maka persentase penggunaan kalimat simpleks lebih banyak dibandingkan dengan
kalimat kompleks parataktik dan kalimat kompleks hipotaktik. Persentase kalimat
simpleks yakni 83,8%, persentase kalimat kompleks parataktik yakni 8,1%, dan
persentase kalimat kompleks hipotaktik yakni 8,1%.
Dengan demikian, dari sisi pemadatan informasi melalui kalimat simpleks, menunjukkan
ciri teks akademik secara ideasional. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah
kesederhanaan dalam struktur kalimat dan struktur kelompok nomina.
C. Teks Akademik Padat Kata Leksikal
Teks akademik lebih banyak mengandung kata leksikal atau kata isi (nomina, verba-
predikator, adjectiva, dan adverbia tertentu) daripada kata struktural (konjungsi, kata
sandang, preposisi, dan sebagainya).
Pada bagian analisis teks akademik padat kata leksikal, peneliti mengambil sampel 8
kalimat (20%) dari 37 kalimat pada bagian pembahasan.
Tabel 2. Penggunaan Kata Leksikal dan Struktural
Berdasarkan pesrsentase kalimat yang memiliki kata leksikal dan kata struktural maka
dapat disimpulkan bahwa 20% sampel kalimat yang dianalisis menunjukkan bahwa teks
akademik berupa teks pembahasan tesis yang ditulis oleh Khairil tahun 2012 yang
brjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan
Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare menunjukkan bahwa
teks pembahasan tesis ini dapat dikatakan ilmiah. Hal ini dibuktikan dari persentase kata
leksikal sebanyak 143 kalimat (79,9%) dan kata struktural sebanyak 36 kalimat (20,1%)
dari jumlah keseluruhan 179 kalimat.
D. Nominalisasi pada Teks Akademik
Realisasi leksis pada teks-teks akademik yang dinominalisasikan digunakan untuk
memadatkan informasi. Sebagai upaya pembendaan, nominalisasi ditempuh dengan
mengubah leksis nonbenda (antara lain verba, adjectiva, adverbia, konjungsi) menjadi
leksis benda (nomina). Nominalisasi pada teks akademik ditujukan untuk
mengungkapkan pengetahuan yang lebih ringkas dan padat . Oleh karena itu,
nominalisasi menjadi ciri yang sangat penting pada teks akademik.
Pada bagian analisis nominalisasi pada teks akademik, peneliti mengambil sampel 8
kalimat (20%) dari 37 kalimat pada bagian pembahasan.
Tabel 3. Nominalisasi pada Teks Akademik
No Kalimat Keterangan
Dari hasil analisis pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nominalisasi
mengakibatkan pemadatan informasi. Pemadatan informasi akan menjadi semakin
kompleks apabila dua atau lebih leksis hasil nominalisasi tersebut dihimpun dalam satu
gugusan pada kelompok nomina. Hasil penghimpunan yang diambil dari kalimat
(1,2,3,4,5,6,7,8) di atas adalah “temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan
menulis cerpen”, “peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan”,
“peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan”,
“peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi”,
“pembahasan hasil penelitian”, “jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam
penelitian”, “peningkatan keterampilan menulis cerpen”, “peningkatan rata-rata
keterampilan siswa”, “pelaksanaan pembelajaran masih kaku”. Dari teks-teks akademik
yang dicontohkan, gugusan leksis cenderung berupa kelompok nomina sehingga dari
sudut pandang nominalisasi dapat disimpulkan bahwa teks-teks tersebut menunjukkan
ciri keilmiahan secara ideasional.
E. Metafora Gramatika pada Teks Akademik melalui Ungkapan Inkongruen
Metafora gramatika adalah pergeseran dari satu jenis leksis ke leksis lain atau dari
tataran gramatika yang lebih tinggi ke tataran gramatika yang lebih rendah. Dari segi
metafora gramatika teks-teks akademik menunjukkan ciri keilmiahan baik secara
ideasional maupun tekstual. Secara ideasional, melalui metafora gramatika isi materi
yang disampaikan menjadi lebih padat dan secara tekstual, cara penyampaian materi
yang melibatkan tataran tersebut berdampak pada perbedaan tata organisasi di tingkat
kelompok kata atau kalimat.
Metafora gramatika pada bagian pembahasan tesis ini ditunjukkan dengan leksis-
leksis yang mengalami pergeseran.
Tabel 4. Pemanfaatan Metafora Gramatika
No Kalimat Keterangan
10/16
11/16
Pada prinsipnya istilah teknis merupakan penamaan kepada sesuatu dengan
menggunakan nomina. Istilah teknis merupakan salah satu ciri penting pada teks
akademik karena digunakan sesuai dengan tuntutan bidang ilmu dan latar pokok
persoalan yang disajikan di dalamnya. Terkait dengan bidang ilmu, istilah teknis yang
sama mungkin mengandung makna yang berbeda apabila istilah tersebut digunakan di
bidang ilmu yang berbeda.
Pada teks akademik bagian pembahasan tesis yang dianalisis dapat ditemukan beberapa
istilah teknis yang terkait dengan bidang ilmu dan pokok persoalan yang disajikan. Hal
tersebut seperti yang terlihat pada kata yang dicetak berwarna pada kalimat berikut :
Tabel 5. Istilah Teknis pada Teks Akademik
No Kalimat Keterangan
14/16
III. KESIMPULAN
Masalah utama yang diteliti pada tesis ini adalah realisasi ciri-ciri teks akademik yang
mencakup sederhana dalam hal struktur kalimat, padat informasi, banyak
memanfaatkan nominalisasi, memanfaatkan metafora gramatika, memanfaatkan istilah
teknis, bersifat taksonomi dan abstrak serta banyak memanfaatkan sistem pengacuan
esfora. Data pada penelitian ini adalah bagian pembahasan pada tesis yang berupa
runtutan kata dan kalimat, terdiri dari 37 kalimat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks pembahasan tesis yang ditulis oleh Khairil
tahun 2012 yang berjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen
dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare
dapat dikategorikan sebagai teks yang bersifat ilmiah. Hal tersebut disimpulkan karena
ciri-ciri teks akademik yang banyak menggunakan kalimat simpleks dibandingkan
dengan kalimat kompleks sehingga kalimat dalam teks pembahasan tesis ini padat
informasi, banyak menggunakan kata-kata leksikal dibandingkan dengan kata struktural,
proses nominalisasi, pemanfaatan metafora gramatika, pemanfaatan istilah teknis,
pemanfaatan pengacuan esfora, dan teks yang bersifat taksonomi dan abstrak.
DAFTAR PUSTAKA
Mahsun, 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia; Kurikulum 2013. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Wiratno, Tri., Dwi Purnanto, dan Vismaia S. Damaianti. 2014. Bahasa Indonesia; Ekspresi
Diri dan Akademik untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: DIKTI.