Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
Anak dengan PATENT DUCTUS ARTERIOSUS
Di bangsal MELATI 4 (B4) RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
SANTO TRI WAHYUDI
06/194809/EIK/00530

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2008

0
PATENT DUCTUS ARTERIOSUS

PENGERTIAN
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung bawaan berupa ductus arteriosus
yang tetap terbuka setelah bayi lahir, dengan sifat khusus tanpa sianosis, aliran darah pada
arteria pulmonalis dari aorta. Kelaianan ini merupakan 7% dari seluruh penyakit jantung
bawaan.

ETIOLOGI
Prematuritas dianggap sebagai penyebeb terbanyak PDA, insidennya bertambah dengan
berkurangnya masa gestasi. PDA juga sering terdapat pada anak yang lahir di tempat tinggi
(gunung), karena hipoksia, rubela pada ibu hamil.

PATOFISIOLOGI
Pada sirkulasi fetal (paru belum berfungsi) aliran darah dari vena umbilikalis menuju
ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis kemudian melalui duktus ke aorta. Bila pada sat
lahir masih terbuka, terjadi aliran darah yang terbalik dengan sirkulasi fetal, yaitu dari
ventrikel kiri ke aorta melalui duktus ke arteri pulmonalis (shunt dari kiri ke kanan melalui
duktus). Aliran dalam duktus terjadi pada saat sistole dan diastol maka terdengar bising
kontinyu. Adanya aliran darah dari aorta ke duktus mempunyai sifat seperti insufisiensi katup
aorta yaitu menyebabkan ventrikel kiri harus bekerja lebih kuat dan tekanan diastolik rendah
dan terjadi nadi dengan amplitudo besar, pada kapiler tampak denyutan (Waterhammer pulse).

MANIFESTASI KLINIS
PDA Kecil: biasanya asimtomatik dengan tekanan darah dan tekanan nadi dalam batas
normal, jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri sternum.
Terdapat bising kontinyu (continous murmur, machinery murmur) yang khas untuk PDA di
daerah subklavia kiri.
PDA Sedang: gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien mengalami
kesulitan makan, sering menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badan masih
dalam batas normal. Frekuensi nafas sedikit lebih cepat dibanding dengan anak normal.
Terdapat getaran bising di daerah sela iga I-II parasternal kiri dan bising kontinyu di sela iga
II-III garis parasternal kiri yang menjalar ke daerah sekitarnya.
PDA Besar: gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama, pasien sulit makan minum
hingga berat badannya tidak bertambah dengan semestinya, tampak dispnea dan takipnea dan

1
banyak berkeringat bila minum. Pada pemeriksaan tidak terdapat getaran bising sistolik dan
pada auskultasi terdengar bising kontinyu atau hanya bising sistolik. Gagal jantung mungkin
terjadi dan biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian bawah.
PDA Besar dengan Hippertensi Pulmonal: hipertensi pulmonal terjadi akibat penyakit
vaskular paru. Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari 1 tahun, namun lebih sering
terjadi pada tahun ke-2 dan ke-3

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut:
 Sering asimtomatik (pada duktus yang sempit)
 Mulai umur 6 minggu anak mudah merasa lelah
 Sukar makan
 Banyak berkeringat
 Takipneea, makin lama makin berat
 Radang paru yang berulang (dengan batuk yang tak sembuh-sembuh)
 Gangguan pertumbuhan
 Mungkin ada tanda-tanda dan gejala gagal jantung
 Nadi amplitude melebar
 Dada kiri mencembung
Pemeriksaan Penunjang
 EKG dapat dijumpai gambaran sebagai berikut:
- Dalam batas normal (pada duktus kecil)
- Hipertropi Ventrikel kanan dan kiri (pada bayi)
- Hipertropi Ventrikel kiri (pada anak yang lebih besar)
- Deviasi sumbu ke kanan, Hipertropi Ventrikel kanan dan kadang-kadang ada
Hipertropi Atrium kanan (pada tahanan paru yang tinggi)
 Foto Thorak dapat dijumpai gambaran sebagai berikut:
- Jantung dan paru normal (pada duktus kecil)
- Kardiomegali dengan tonjolan pulmonal prominen,
hipertripi atrium kiri, aorta asenden membesar, corak pembuluh darah paru bertambah
(pada duktus sedang/lebar dengan tahan paru normal)
- Besar jantung normal atau sedikit membesar, hipertripi
ventrikel kanan dan kiri, pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya (pada
duktus lebar dengan tahanan paru meninggi)

2
PENATALAKSANAAN
Pada bayi prematur dapat diupayakan terapi farmakologis dengan memberikan indometasin
intravena atau per oral. Terapi tersebut hanya efektif pada bayi prematur dengan usia kurang
dari 1 minggu, yang dapat menutup duktus pada sekitar 70% kasus, meski sebagian akan
membuka kembali. Indikasi operasi duktus arteriosus adalah sebagai berikut:
 PDA pada bayi yang tidak memberi respon terhadap pengobatan medikamentosa
 PDA dengan keluhan
 PDA dengan endokarditis infektif yang kebal terhadap medikamentosa
Tatalaksana penderita PDA juga untuk mengatasi gagal jantung dan radang paru (tergantung
jenisnya)

KOMPLIKASI
- Gagal jantung
- Endokarditis

PENATALAKSANAAN PERAWATAN
1. Pengkajian
- Riwayat prematuritas
- Sistem kardiovaskuler
- Aktifitas sehari-hari
- Riwayat sesak nafas
- Status nutrisi
- Gangguan pertumbuhan
2. Diagnosa Keperawatan
- Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen seluler yang
menghantarkan oksigen/nutrisi
- Intoleransi aktifitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan dan suplai oksigen.
- Ketidakseimbangan nitrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
- Kelelahan b.d malnutrisi, kondisi sakit
- Nyeri b.d tindakan invasive/ pembedahan Risiko infeksi.
- Risiko cidera.
- Kecemasan (orang tua, anak) b.d kurang pengetahuan
- Kurang pengetahuan tentang proses penyakit

3
RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


o TUJUAN INTERVENSI
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d NOC NIC
berkurangnya komponen seluler yang  Perfusi Jaringan : Perifer 1. Monitor Tanda Vital
menghantarkan oksigen/nutrisi  Status sirkulasi Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis sistem
Kriteria Hasil: kardiovaskuler, pernafasan dan suhu untuk menentukan dan
 Klien menunjukkan perfusi jaringan mencegah komplikasi
yang adekuat yang ditunjukkan dengan Aktifitas:
terabanya nadi perifer, kulit kering dan
hangat, keluaran urin adekuat, dan tidak 1. Monitor tekanan darah , nadi, suhu dan RR tiap 6 jam
ada distres pernafasan. atau sesuai indikasi
2. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
3. Monitor pola pernapasan abnormal
4. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
5. Monitor sianosis perifer
2. Monitor status neurologi
Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien
untuk meminimalkan dan mencegah komplikasi neurologi
Aktifitas:
1. Monitor ukuran, bentuk, simetrifitas, dan reaktifitas pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tingkat orientasi
4. Monitor GCS
5. Monitor respon pasien terhadap pengobatan
6. Informasikan pada dokter tentang perubahan kondisi
pasien
3. Manajemen cairan
Definisi: Mempertahankan keseimbangan cairan dan
mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal.
Aktifitas:

4
1. Mencatat intake dan output cairan
2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek,
mata cekung, dll)
3. Monitor status nutrisi
4. Persiapkan pemberian transfusi ( seperti mengecek
darah dengan identitas pasien, menyiapkan
terpasangnya alat transfusi)
5. Awasi pemberian komponen darah/transfusi
6. Awasi respon klien selama pemberian komponen darah
7. Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi serum, angka
trombosit)
2. Intoleransi aktifitas b.d tidak NOC NIC
seimbangnya kebutuhan dan suplai  Konservasi Energi 1. Manajemen energi
oksigen  Perawatan Diri: ADL Definisi: Mengatur penggunaan energi untuk mencegah
Kriteria Hasil: kelelahan dan mengoptimalkan fungsi
 Klien dapat melakukan aktifitas yang Aktifitas:
dianjurkan dengan tetap 1. Tentukan keterbatasan aktifitas fisik pasien
mempertahankan tekanan darah, nadi, 2. Kaji persepsi pasien tentang penyebab kelelahan yang
dan frekuensi pernafasan dalam dialaminya
rentang normal 3. Dorong pengungkapan peraaan klien tentang adanya
kelemahan fisik
4. Monitor intake nutrisi untuk meyakinkan sumber energi
yang cukup
5. Konsultasi dengan ahli gizi tentang cara peningkatan
energi melalui makanan
6. Monitor respon kardiopulmonari terhadap aktifitas
(seperti takikardi, dispnea, disritmia, diaporesis, frekuensi
pernafasan, warna kulit, tekanan darah)
7. Monitor pola dan kuantitas tidur
8. Bantu pasien menjadwalkan istirahat dan aktifitas
9. Monitor respon oksigenasi pasien selama aktifitas
10. Ajari pasien untuk mengenali tanda dan gejala kelelahan

5
sehingga dapat mengurangi aktifitasnya.
2. Terapi Oksigen
A. Definisi: Mengelola pemberian oksigen dan memonitor
keefektifannya
Aktifitas:
1. Bersihkan mulut, hidung, trakea bila ada secret
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Atur alat oksigenasi termasuk humidifier
4. Monitor aliran oksigen sesuai program
5. Secara periodik, monitor ketepatan pemasangan alat
3. Ketidakseimbangan nitrisi kurang dari NOC NIC
kebutuhan tubuh b.d anoreksia  Status Nutrisi 1. Manajemen Nutrisi
 Status Nutrisi: Energi Definisi: Membantu dan atau menyediakan asupan makanan
 Kontrol Berat Badan dan cairan yang seimbang
Kriteria Hasil : Klien menunjukkan Aktifitas:
 Pencapaian berat badan normal
yang diharapkan 1. Tanyakan pada pasien tentang alergi terhadap
makanan
 Berat badan sesuai dengan umur
2. Tanyakan makanan kesukaan pasien
dan tinggi badan
3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan
 Bebas dari tanda malnutrisi
tipe nutrisi yang dibutuhkan (TKTP)
4. Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai
dengan kebutuhan energi
5. Sajikan diit dalam keadaan hangat
2. Monitor Nutrisi
Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mencegah atau meminimalkan malnutrisi
Aktifitas:
1. Monitor adanya penurunan BB
2. Ciptakan lingkungan nyaman selama klien makan.
3. Jadwalkan pengobatan dan tindakan, tidak selama jam
makan.

6
4. Monitor kulit (kering) dan perubahan pigmentasi
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, kadar
hematokrit
8. Monitor kadar limfosit dan elektrolit
9. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
4. Kelelahan b.d malnutrisi, kondisi sakit NOC NIC
 Konservasi Energi 1. Manajemen energi
Kriteria Hasil: Klien menunjukkan Definisi: Mengatur penggunaan energi untuk mencegah
 Istirahat dan aktivitas seimbang kelelahan dan mengoptimalkan fungsi
 Mengetahui keterbatasanan Aktifitas:
energinya 1. Tentukan keterbatasan aktifitas fisik klien
 Mengubah gaya hidup sesuai 2. Kaji persepsi pasien tentang penyebab kelelahan
tingkat energi 3. Dorong pengungkapan perasaan tentang kelemahan
 Memelihara nutrisi yang adekuat fisik
 Energi yang cukup untuk beraktifitas 4. Monitor intake nutrisi untuk meyakinkan sumber energi
yang cukup
5. Konsultasi dengan ahli gizi tentang cara peningkatan
energi melalui makanan
6. Monitor respon kardiopumonari terhadap aktifitas (seperti
takikardi, dispnea, disritmia, diaporesis, frekuensi
pernafasan, wwarna kulit, tekanan darah)
7. Monitor pola dan kuantitas tidur
8. Bantu klien menjadwalkan istirahat dan aktifitas
2. Terapi Oksigen
B. Definisi: Mengelola pemberian oksigen dan memonitor
keefektifannya
Aktifitas:
1. Bersihkan mulut, hidung, trakea bila ada secret
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Atur alat oksigenasi termasuk humidifier

7
4. Monitor aliran oksigen sesuai program
5. Secara periodik, monitor ketepatan pemasangan alat
3. Manajemen cairan
Definisi: Mempertahankan keseimbangan cairan dan
mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal.
Aktifitas:
1. Persiapkan pemberian transfusi (seperti mengecek darah
dengan identitas pasien, menyiapkan terpasangnya alat
transfusi)
2. Awasi pemberian komponen darah/transfusi
3. Awasi respon klien selama pemberian komponen darah
4. Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi serum)
5. Risiko Cedera NOC NIC :
Faktor Resiko:  Risk Control/Kontrol Resiko 1. Environmental management (Manajemen Lingkungan)
 Profil komponen darah abnormal Kriteria hasil : Definisi : Memanipulasi lingkungan sekitar klien untuk kepentingan
 Klien terbebas dari cedera terapeutik
 Hipoksia jaringan
 Klien mampu menjelaskan cara untuk Aktifitas :
mencegah injuri/cedera 1. Diskusikan tentang upaya-upaya mencegah cedera, seperti
lingkungan yang aman untuk klien, menghindarkan lingkungan
yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
2. Memasang pengaman tempat tidur
3. Memberikan penerangan yang cukup
4. Menganjurkan keluarga untuk menemani klien
5. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
6. Bersama tim kesehatan, berikan penjelasan pada klien
dan keluarga adanya perubahan status kesehatan
6. Nyeri b.d tindakan invasive/ NOC NIC
pembedahan  Mengontrol Nyeri 1. Manajemen nyeri
 Menunjukkan tingkat nyeri Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri
Kriteria Hasil: Klien dapat yang dirasakan pasien.
 Mengenali faktor penyebab Aktfitas:
 Mengenali lamanya (onset ) sakit 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
 Menggunakan cara non analgetik tingkat nyeri ( dengan “face scale”), lokasi, karakteristik,

8
untuk mengurangi nyeri durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi
 Menggunakan analgetik sesuai 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan pasien
kebutuhan (misalnya menangis, meringis, memegangi bagian tubuh
yang nyeri, dll)
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Jelaskan pada pasien tentang nyeri yang dialaminya,
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri mungkin akan
dirasakan, metode sederhana untuk mengalihkan rasa
nyeri, dll.
5. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
pengalaman nyeri dan ketidakefektifan kontrol nyeri pada
masa lampau
6. Atur lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
7. Kurangi faktor pencetus nyeri pada pasien
2. Pemberian analgetik
Definisi: Penggunaan agen farmakologi untuk menghentikan
atau mengurangi nyeri.
Aktifitas:
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi pada pasien
4. Kolaborasi pemilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri, rute pemberian, dan dosis optimal
5. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
6. Kolaborasi pemberian analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
7. Monitor respon klien terhadap penggunaan analgetik

9
7. Kecemasan (orang tua, anak) b.d NOC : NIC
kurang pengetahuan  Kontrol Kecemasan 1. Menurunkan cemas
Kriteria Hasil : Definisi: Meminimalkan rasa takut, cemas, merasa dalam
 Klien mampu mengidentifikasi dan bahaya atau ketidaknyamanan terhadap sumber yang tidak
mengungkapkan gejala cemas diketahui.
 Mengidentifikasi, mengungkapkan, Aktifitas:
dan menunjukkan teknik untuk 1. Gunakan pendekatan dengan konsep atraumatik
mengontrol cemas care
 Vital sign (TD, nadi, respirasi) dalam 2. Jangan memberikan jaminan tentang prognosis
batas normal penyakit
 Postur tubuh, ekspresi wajah, 3. Jelaskan semua prosedur dan dengarkan keluhan
bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas klien
menunjukkan berkurangnya 4. Pahami harapan pasien dalam situasi stres
kecemasan. 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
 Menunjukkan peningkatan mengurangi takut
konsentrasi dan akurasi dalam berpikir 6. Bersama tim kesehatan, berikan informasi mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
7. Anjurkan keluarga untuk menemani anak dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan
8. Lakukan massage pada leher dan punggung, bila
perlu
9. Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan
10. Dorong pasien/keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi tentang penyakit
11. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
(sepert tarik napas dalam, distraksi, dll)
12. Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi
kecemasan

10
8. Kurang pengetahuan tentang proses NOC NIC
 Pengetahuan: Proses Penyakit 1. Pengetahuan:Proses Penyakit
penyakit
Kriteria Hasil: Klien dapat Definisi: Membantu pasien memahami informasi yang
Mendeskripsikan tentang ; proses penyakit berhubungan dengan proses penyakit yang spesifik
faktor penyebab, efek penyakit, tanda dan Aktifitas:
gejala, komplikasi, tindakan pencegahan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan orang tua
untuk mencegah komplikasi. (keluarga) tentang proses penyakitnya
2. Bersama tim kesehatan, jelaskan pada klien dan
keluarga tentang : pengertian penyakit, tanda gejala, dan
kemungkinan penyebab penyakit.
3. Bersama tim kesehatan, sediakan informasi tentang
kondisi klien
4. Hindari memberi jaminan tentang prognosis penyakit
5. Diskusikan perawatan yang diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan
perlunya kontrol penyakit
6. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
7. Anjurkan kontrol rutin

11

Anda mungkin juga menyukai