Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL

BLOK MATA SKENARIO 2

KELOMPOK B6 (16)

ADI PURNOMO G0012004


MUHAMMAD YUSUF K G0012140
SAMUEL F PICARDI G0012204
PRAMITHA YUSTIA G0012160
AULIANSYAH ALDISELA G0012036
BEATA DINDA SERUNI G0012042
BARA TRACY LOVITA G0012040
ERIKA VINARIYANTI G0012072
PRATIWI INDAH PALUPI G0012162
ASTICHA ERLIANING G0012032
DEWI NARESWARI G0012058
ANDIYANI DEWI P.P G0012014

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN 2014
BAB I

PENDAHULUAN

Skenario 2

Mata Saya Merah tapi kok tidak Kabur?

Seorang pasien, laki-laki, 30 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan

mata kanan merah sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mata kanan terasa

gatal dan berair, serta kelopak mata bengkak dan lengket ketika bangun tidur di pagi

hari. Pasien tidak mengeluhkan pandangan mata kanannya kabur atau silau.

Pada pemeriksaan didapatkan: VOD 6/6, pada konjungtiva bulbi dan konjungtiva

palpebra hiperemi, didapatkan secret, kornea jernih. Setelah melapor kepada staf,

dokter muda Andi disuruh melengkapi pemeriksaan, dan memberi usulan

pemeriksaan/terapi untuk pasien tersebut. Selanjutnya pasien diperbolehkan rawat

jalan.
BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Seven Jump
1. Langkah 1: membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam
skenario
Dalam skenario ini kami mengklasifikasikan istilah sebagai berikut:
 Konjunctiva adalah bagian terluar dari mata yang terdiri dari
membrane mukosa tipis yang melapisi permukaan bola mata, kelopak
mata.

 Konjunctiva palpebra adalah bagian dari konjunctiva yang melekat


kuat pada tarsus.

 Konjunctiva bulbi adalah bagian dari konjunctiva yang menutupi sclera


dan mudah digerakkan.

2. Langkah II: menentukan atau mendefinisikan permasalahan


1. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan keluhan?
2. Mengapa mata kanan pasien merah disertai gatal dan berair?
3. Mengapa mata kanan pasien bengkak dan lengkat pada pagi hari?
4. Mengapa tidak disertai penurunan visus dan fotofobia?
5. Mengapa konjungtiva hiperemi tapi kornea jernih?
6. Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat dilakukan?
7. Apakah alasan dilakukan rawat jalan pada pasien?
8. Terapi apa yang dapat diberikan pada pasien?
9. Differential diagnosis mata merah visus normal

3. Langkah III: menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara


mengenai permasalahan.
1. Penyebab dan mekanisme mata merah disertai gatal dan
berair
Mata merah terjadi karena adanya peningkatan aliran darah
pada arteri conjungtiva posterior atau cabang arteri ciliaris anterior
yang memvaskularisasi permukaan mata. Mata merah merupakan
tanda tipikal conjungtivitis. Injeksi conjungtival terjadi karena
bertambahnya darah yang mengisi pembuluh darah conjungtiva, yang
lebih prominen pada bagian forniks.

 Mata Merah Karena Infeksi


a. Mata Merah Yang Disebabkan Virus
Gejala-gejala mata merah yang disebabkan virus biasanya
dihubungkan lebih banyak dengan suatu pengeluaran cairan yang tidak
berwarna hijau atau kuning. Seringkali, gejala-gejala virus seperti
influensa, hidung yang mampet dan ingusan. Mata merah yang
disebabkan virus biasanya hilang dalam tujuh sampai sepuluh hari.

b. Mata Merah Yang Disebabkan Bakteri


Bakteri yang paling umum menyebabkan mata merah yang
infeksi adalah staphylococcus, pneumococcus, dan streptococus.
Gejala-gejalanya yaitu
sakit/nyeri mata , bengkak, kemerahan, dan jumlah kotoran yang
sedang sampai besar, biasanya berwarna kekuningan.

c. Mata Merah Chlamydia


Mata merah yang disebabkan oleh infeksi chlamydia adalah
suatu bentuk yang tidak umum dari mata merah yang disebabkan
bakteri di Amerika, namun sangat umum di Afrika dan negara-negara
Timur Tengah. Mata merah Chlamydia secara khusus dirawat dengan
tetracycline dan erythromycin.

 Mata Merah Noninfeksi


a. Mata Merah Karena Alergi
Gejala-gejala dan tanda-tanda mata merah karena alergi
biasanya disertai oleh gatal yang hebat, keluar air mata, dan
pembengkakan selaput-selaput mata. Faktor penyebabnya yang sering
terjadi karena musiman dan debu. Biasanya timbul gejala-gejala alergi
seperti bersin, hidung yang gatal, atau tenggorokan yang gatal.
b. Mata Merah Karena Iritasi
Mata merah karena bahan kimia, suhu listrik, dan radiasi dapat
berakibat ketika segala senyawa yang mengiritasi masuk ke mata-mata.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme


dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Adanya peradangan pada
konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh pembuluh konjungtiva
posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya
didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi
benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang
sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang
hiperemia dan menambah jumlah air mata.

Virus Bakteri Alergi Toksik


Gatal - - ++ -
Mata merah + ++ + +
Hemoragi + + - -
Sekret Serous Purulen, Viscus -
mucous kuning,
krusta
Kemosis ± ++ ++ ±
Lakrimasi ++ + + ±
Folikel + - + ±
Papil - + + -
Pseudomembran ± ± - -
Pembesaran ++ + - -
kelenjar limfe
Panus - - - ±
Bersamaan dengan ± ± - ±
keratitis
Demam ± ± - -
Sitologi Granulosit Limposit, Eosinofil Sel epitel,
monosit granulosit
2. Penyebab mata bengkak dan lengket pada pagi hari
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel
yang menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk
terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi ( tear-
film immunoglobulin dan lisozyme ) yang merangsang lakrimasi.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme
dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme
melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata,
unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap
debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan
air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi
antimikroba termasuk lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan
cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel
dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat
edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid
stroma ( pembentukan folikel ). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian
bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk
eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra
saat bangun tidur.

4. Penyebab konjungtiva hiperemi dan tapi kornea jernih


 Hiperemi
Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda
ini merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi
yang tampak merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis
bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya
menandakan konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata
pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi
pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Terdapat perbedaan antara
injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu :
Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling
nyata di daerah forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan
dilatasi arteri konjungtiva posterior akibatadanya peradangan. Warna
merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna
keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.

 Kornea jernih
Kornea yang normal akan tampak jernih. Kejernihan kornea
merupakan faktor penting penentu visus seseorang. Kejernihan kornea
dipengaruhi oleh kadar air yang terdapat di dalamnya. Kadar air dalam
kornea di atur oleh lapisan endotel kornea. Jika terdapat kerusakan pada
endotel kornea maka kejernihan kornea akan hilang. Adanya ulkus kornea
ataupun edema kornea akan menimbulkan berkurangnya kejernihan kornea
.

5. Differential diagnosis mata merah visus normal


Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya,
konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor
lingkungan lain yang mengganggu. Penyakit ini bervariasi mulai dari
hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat
dengan banyak sekret purulen kental.Gejala-gejala yang timbul pada
konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik
segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis
bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan
pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata.
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya
sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih
normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling
melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur. Pada saat anamnesis
yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja penyakit
berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan
penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual.
Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang
sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan
obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-
obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi
pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang
bertukak atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan
kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak
berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang
biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi
akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi
kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa,
blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis. Gejala umum pada blefaritis
adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan
epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam
fisiologik hangat, dan kemudian diberikan antibiotik yang sesuia.
Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis,
hordeolum, kalazoin, dan madarosis.
Gejala :

Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk


sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.

Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya.


Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa
terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata
rontok.

Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang. Bisa
terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika
keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi
mata mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.

Episkleritis didefinisikan sebagai peradangan local sklera yang relatif


sering dijumpai. Kelainan ini bersifat unilateral pada dua-pertiga kasus,
dan insidens pada kedua jenis kelamin setara. Episklera dapat tumbuh
di tempat yang sama atau di dekatnya di jaringan palpebra.Episkleritis
merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara
konjungtiva dan permukaan sklera.

Gejala :

- Mata merah karena pelebaran pembuluh darah


- Rasa sakit yang ringan
- Mengganjal
- Keluhan silau

Khas : bentuk radang pada episkleritis berupa tonjolan setempal, batas


tegas dan warna merah ungu dibawah konjungtiva yang sakit jika
ditekan.

Pada episkleritis yang luas, gambaran klinis mirip dengan


konjungtivitis. bedanya ada lah pada episkleritis tidak terdapat
hiperemi konjungtiva tarsal, tidak ada sekret serta nyeri saat penekanan
ringan bola mata.
Nyeri Fotofobia Lakrimasi Hiperemi Secret

Konjungtivitis - - + + Mukopurulen

Blefaritis + (gatal) + + +

Episkleritis ++ + - + -

Skleritis +++ + + + Serous

 Skleritis didefinisikan sebagai gangguan granulomatosa kronik


yang ditandai olehdestruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan
vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis. Skleritis adalah
peradangan sklera pada mana pembuluh darah cenderung tampak
bewarna ungu. Hal ini secara khas berhubungan dengan penyakit
autoimun seperti sistemik lupus eritrematosus, reumatoid artritis
atau granulomatosis Wagener; akan tetapi, kadang-kadang tanpa
penyebab yang diidentifikasi. Gejala-gejala dapat meliputi rasa
nyeri, mata berair, fotofobia, spasme, dan penurunan ketajaman
penglihatan.Tanda primernya adalah mata merah. Nyeri adalah
gejala yang paling sering dan merupakan indikator terjadinya
inflamasi yang aktif.. Nyeri timbul dari stimulasi langsung dan
peregangan ujung saraf akibat adanya inflamasi. Karakteristik nyeri
pada skleritis yaitu nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar ke
dahi, alis, rahang dan sinus, pasien terbangunsepanjang malam,
kambuh akibat sentuhan. Nyeri dapat hilang sementara dengan
penggunaan obat analgetik. Mata berair atau fotofobia pada
skleritis tanpa disertai sekret mukopurulen.
4. Langkah IV: menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan
sementara mengenai permasalahan pada langkah III (hasil diskusi)

Mata merah penyebab Infeksi

bakteri
mekanisme Non infeksi

virus

Dilatasi pembuluh alergi


darah
jamur
Pecah pembuluh
trauma
darah

parasit

Visus

normal

turun

5. Langkah V: merumuskan tujuan pembelajaran


Adapun setelah berdiskusi kami mentapkan Learning Objective, yaitu:
1. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan
keluhan?
2. Apa saja macam-macam konjungtivitis?
3. Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat dilakukan?
4. Terapi apa yang dapat diberikan pada pasien?
5. Apakah alasan dilakukan rawat jalan pada pasien?
6. Langkah VI: setiap mahasiswa belajar mandiri, memperoleh informasi
akurat dan ilmiah untuk dilaporkan dan dibahas di pertemuan berikutnya.

7. Langkah VII: melaporkan dan membahas dan menata kembali informasi


baru yang diperoleh
1. Hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan keluhan
Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan
dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun
tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi
konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang
sering terjadi pada masyarakat
Walaupun prevalensi konjungtivitis alergi tinggi, hanya ada
sedikit data mengenai epidemiologinya. Hal ini disebabkan kurangnya
kriteria klasifikasi, dan penyakit mata yang disebabkan oleh alergi
umumnya tercatat di departemen penyakit alergi. Di Indonesia dari
135.749 kunjungan ke departemen mata, total kasus konjungtivitis dan
gangguan lain pada konjungtiva sebanyak 99.195 kasus dengan jumlah
46.380 kasus pada laki-laki dan 52.815 kasus pada perempuan.
Konjungtivitis termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak
pada tahun 2009, tetapi belum ada data statistik mengenai jenis
konjungtivitis yang paling banyak yang akurat Kesimpulan: sampai saat
ini belum ditemukan perbedaan prevalensi kejadian antara pria dan
wanita maupun usia terhadap penyakint konjungtivitis.

2. Macam-macam konjungtivitis
Gejala Klinis:

- rasa ada pasir di mata,


- gatal
- panas
- mata merah  hyperemia konjungtiva
- epifora
- pseudoptosis
- hipertrofi papiler
- khemosis (edema konjungtiva
- preaurikuler adenopati
Perbedaan macam-macam konjungtivitis berdasar etiologi:

Virus Bakteri Klamidia Alergi

Gatal minimal minimal Minimal Hebat

Hiperemi umum umum Umum Umum

Air mata banyak sedang Sedang Sedang

Eksudasi Minimal banyak Banyak Minimal

Adenopati Sering jarang Pada -


preaurikuler konjungtivitis
inkusi

Kerokan monosit PMN PMN, sel Eosinofil


eksudat plasma, inklusi

Sakit kadang kadang Tak pernah Tak pernah


tenggorokan,
demam

Pengobatan Sulfonamide, Antihistamin,


gentamicin kortikosteroid
0,3%,
kloramfenikol
0,5%
Komplikasi: phlikten, keratitis epithelial, ulkus kornea

 KONJUNGTIVITIS VERNAL

 konjungtivitis bilateral berulang menurut musim dengan gambaran


spesifik hipertrofi papiler di tarsus dan limbus

Gejala

- gatal yang menurun pada musim dingin


- ptosis bilateral
- getah mata yang elastis bila ditarik
- gambaran renda pada limbus
- sering terdapat kelainan di kornea
Pengobatan: kortikosteroid lokal

 TRAKHOMA

 Konjungtivitis karena chlamidia trachomatis

- cenderung menginfeksi kedua mata


- awalnya mirip konjungtivitis kronis yang lain
Stadium:

1. edem palpebra + hiperemi konjungti


2. a. hipertrofi folikular
b. hipertrofi folikular + papilar

3. sikatriks yang masih aktif


4. sequele/sikatrik tidak aktif
Pengobatan

Tetrasiklin 1% salep mata + tetrasiklin 4x250 mg atau eritromisin


4x250 mg (3-4 minggu

Komplikasi: kebutaaan

 GONOBLENORE
 konjungtivitis hiperakut dengan secret purulen disebabkan N
gonorea

Gejala Klinis

- terjadi mendadak
- hyperemia konjungtiva hebat
- kelopak mata bengkak
- nanah banyak sekali
- bisa terjadi perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah
konungtiva
Penanganan

- MRS  isolasi
- Secret dibersihkan dg kapas steril
- Inj PP 50000 IU/kgBB
- Teramisin 3x1 ODS, gentamisin 6x1 ODS
- Secret dicat gram tiap pagi. Bila 3x px (-)  pulang

 SIMBLEFARON

Perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan


konjungtiva fornix, lebih sering terjadi di inferior.

Etiologi:

- trauma kecelakaan
- operasi
- luka baker, akibat zat kimia dan logam cair
- peradangan akibat trachoma dan difteri
Terapi:

Ringan: dilepaskan dan diberi salep

Berat: operasi plastic, dilepaskan, ditutup dengan membran mukosa


mulut atau bibir
Pencegahan simblefaron post operasi: beri salep mata yang banyak
untuk melicinkan

 HEMATOM SUBKONJUNGTIVA

Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di


bawah konjungtiva (a.konjungtiva dan a episklera)

Terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh:

- Usia lanjut
- Hipertensi
- Aterosklerosis
- Konjungtivitis hemoragik
- Anemia
- Pemakaian antikoagulan
- Batuk rejan
- Trauma
Pada fraktur basis cranii  hematom kacamata (karena berbentuk
kacamata yang berwarna biru pada kedua mata)

Pengobatan: kompres hangat  dalam 1-3 minggu akan diserap secara


spontan

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan swab konjuntiva dengan pemeriksaan gram dan
giemsa sangat membantu untuk mengetahui bakteri penyebab dan
penegakan diagnosis konjuntivitis bakteri. Pengecatan gram bisa
didapatkan bakteri coccus atau batang gram positif, pada
infeksi Nisseria Gonorea ditemukan bakteri diplococcus gram negatif.
Pemeriksaan giemsa didapatkan sel-sel radang leukosit dan PMN yang
sangat banyak. Pada infeksi chlamydia ditemukan adanya inclusion
bodies pada pengecatan giemsa. Bila terdapat fasilitas dapat dilakukan
pemeriksaan PCR untuk mendeteksi apakah ada gen dari bakteri-
bakteri penyebab konjungtivits tersebut. Setelah dilakukan pengecatan
gram dapat dilanjutkan deangan pemeriksaan kultur dan sensitivitas
terhadap antibiotika. Pewarnaan gram ini bertujuan untuk melihat
bakteri bersifat gram positif atau negatif dan bentuknya. Pewarnaan
Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram
positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel
mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan
Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan
teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Pada uji pewarnaan Gram, suatu
pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang
membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau
merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua
tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
o Zat warna utama (violet kristal)
o Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan
untuk mengintensifkan warna utama.
o Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu
solven organic yang digunakan uantuk melunturkan zat
warna utama.
o Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan
untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan
cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
4. Terapi yang Tepat
Pengobatan untuk konjungtivitis bakteri adalah:
o Erythromycin ophthalmic (salep): Aplikasikan 0.5-in
ribbon QID selama 5-7 hari
o Polymyxin-trimethoprim ophthalmic (cairan): 1-2 tetes
QID selama 5-7 hari
o Sulfacetamide ophthalmic (cairan): 1-2 tetes QID
selama 5-7 hari
o Azithromycin ophthalmic (cairan): 1-2 tetes BID
selama 2 hari, kemudian 1 tetes selama 5 hari
o Ciprofloxacin ophthalmic (cairan): 1-2 tetes setiap 2
jam selama 2 hari, kemudian 1 atau 2 tetes setiap 4 jam
selama 5 hari berikutnya
Sedangkan untuk konjungtivitis virus, umumnya bisa
sembuh sendiri. Tetapi tetes mata ata salep mata
kloramfenikol dapat memberikan perlindungan simptomatis
dan menghindarkan dari infeksi bakteri sekunder. Kalau
konjungtivtis alergi, antihistamin topical dan tetes mata
vasokonstriktor memberikan perlindungan jangka pendek.
Sebaiknya, factor pencetus alergi terebut dihindari.
Pencegahan
Pencegahan yang paling penting untuk menghindari infeksi
adalah dengan menjaga kebersihan dan menghindari kontak ke
mata. Pasien dan keluarganya harus diedukasi untuk
memperhatikan kebersihan dan menghindari kontak dekat
dengan individu yang terinfeksi. Contohnya dengan
menggunakan handuk terpisah dari pasien. Seorang pasien
dengan konjungtivitis bakteri harus mencuci tangan sesering
mungkin dan menghindari kontaminasi kolam renang umum.

5. Alasan Dilakukan Rawat Jalan


Berdasarkan skenario, keluhan pasien tidak
membutuhkan tindakan kedaruratan (tidak ada indikasi rawat
inap), sehingga hanya dilakukan rawat jalan dengan pengobatan
dari dokter.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang kami lakukan pada dua kali pertemuan diskusi tutorial, kami
mempelajari bahwa pasien mengeluhkan mata kanan yang mengalami infeksi sehingga
mengalami kemerahan, gatal dan berair disertai pembengkakan kelopak mata. Penyebab dari
berbagai keluhan yang dirasakan pasien, dapat berupa infeksi akibat virus, bakteri, jamur,
parasit atau merupakan proses alergi. Akan tetapi, proses fokal infeksi ini tidak menyebabkan
penurunan visus pada pasien. Hal ini disebabkan karena pasien tidak mengalami kelainan
atau gangguan pada media refrakta.Beberapa diagnosis banding yang kami pelajari antara
lain; blefaritis, skleritis, episkleritis, dan konjungtivitis. Diagnosis banding dibedakan
berdasarkan manifestasi klinis masing-masing penyakit dan pada skenario. Untuk mengetahui
secara pasti keluhan pasien, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti kultur sel swab
test atau pemeriksaan sitologi. Terapi spesifik diberikan tergantung dari identifikasi
penyebab. Pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri, berikan terapi antibiotic berupa salep
topical ataupun sistemik bila perlu. Pasien diberikan edukasi untuk selalu menjaga kebersihan
mata.
BAB IV
SARAN
Pada skenario, hasil anamnesis perlu dikaji ulang guna menunjang proses
pembelajaran mahasiswa agar lebih memahami patofisiologi penyakit pada pasien tersebut.
Mahasiswa juga perlu mengetahui jenis-jenis pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang
lazim digunakan untuk pasien dengan keluhan pada mata.

Mahasiswa rata-rata sudah berperan secara aktif pada diskusi tutorial.Setiap


mahasiswa mempunyai kontribusi yang menyeluruh, bersifat saling melengkapi pengetahuan
satu sama lain. Diskusi juga berjalan lebih sistematis dan terorganisir dengan menggunakan
bagan atau skematik. Tutor sangat membantu keberlangsungan diskusi tutorial dengan
mengarahkan diskusi secara baik.
Daftar Pustaka

Lang, Gherhard.2006.Ophthalmology.Germany:Thieme.

Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3. Jakarta: Media Aecaliptus FK UI.

Novitasari, Lusy.2013.Konjungtivitis.https://www.academia.edu/6174407/1_-
_Konjungtivitis_-_Lusy (7 oktober 2014).

Posma. 2009. Analisis Pelayanan. Jakarta : FKM UI.

Sherwood, L. 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai