Bimbingan Dan Konseling Analisis Done
Bimbingan Dan Konseling Analisis Done
Hasil :
Menurut konselor guru, semua sekolah sepuluh (100%) memiliki bimbingan dan konseling
departemen di tempat. Ini menjadi jelas dari penelitian bahwa pada konseling kelompok,
terungkap bahwa sekolah yang diundang speaker eksternal. Ini adalah sesuai dengan 90%
dari konselor guru. Untuk implementasi yang tepat dari program bimbingan dan konseling,
sumber daya yang dibutuhkan harus dicairkan oleh sekolah untuk dapat menyimpan merekam
setiap siswa (Dondo, 2005). konseling individu sering dilakukan setiap hari sedangkan
konseling kelompok dilakukan variedly antara sekolah-sekolah.
Analisis menunjukkan bahwa 57,2% dari siswa tidak menghadiri sesi konseling dengan
konselor guru. Alasan yang mereka berikan untuk tidak hadir adalah:
1. Tidak ada program sekolah.
2. Suka konseling oleh orang tua di rumah sementara siswa lain lebih suka konseling
teman sebaya dibandingkan dengan konseling guru.
3. Beberapa siswa tidak memiliki kesempatan sejak program ini jarang ditawarkan.
4. Sebagian menyatakan bahwa mereka tidak punya waktu untuk pergi untuk konseling
karena mereka lebih suka melakukan kegiatan lain seperti permainan.
5. Beberapa siswa pemalu dan takut pergi untuk konseling karena kurangnya kantor
konseling dan dalam kasus di mana ada satu; mereka khawatir dengan kurangnya
privasi di kantor tersebut.
Kesimpulan :
kegiatan bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan sesuai jadwal di sekolah-sekolah.
Kegiatan terutama yang mengganggu oleh kegiatan sekolah antara lain seperti permainan,
klub dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.( Guidance and counseling activities are not
implemented as scheduled in the schools. The activities are mainly interfered by other school
activities like games, clubs and other co-curricular activities.)
Kata Kunci :
Perencanaan, Implementasi, Bimbingan dan Konseling, Kegiatan, sekolah
menengah(Planning, Implementation, Guidance and Counseling, Activities, Secondary
school)
ANALISIS JURNAL
Ditinjau dari isi jurnal tersebut sudah sesuai dengan teori yang saya pelajari yaitu
mengenai implementasi layanan BK disekolah. Dimana semua sekolah sudah memiliki
departemen Bimbingan dan Konseling dan juga sudah menerapkan implementasi layanan
bimbingan konseling baik itu konseling individu maupun konseling kelompok. Yang mana
pelaksanaan konseling individu dilakukan setiap hari sedangkan konseling kelompok
dilakukan satu kali dalam seminggu.
Yang mana pada teori yang saya pelajari:
Layanan konseling individu yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkika
peserta didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan konselor dalam
rangka pembahasan dan pengetasan permasalahannya.
Pelaksanaan usaha pengentasan permasalahan individu dilakukan dengalagkah-lagkah
sebagai berikut :
1. Pengenalan dan pemahaman permasalahan
2. Analisis yang tepat
3. Aplikasi dan pemecaha masalah
4. Evaluasi
5. Tindak lanjut
Tujuan dari layanan konseling idividu adalah agar siswa memahami kondisi dirinya
sendiri dan ligkungannya,pemahaman yang alami,kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga
mampu untuk mengatasinya.(prayitno,2013)
Layanan konseling kelompok yaitu layanan yang memungkinkan siswa masig-masing
kelompok memperoleh kesempatan untuk membahas adan megentaskan permasalahan
pribadi melalui dimanika kelompok. Fungsi utama yang didukung oleh layanan konseling
kelomppok adalah fungsi pegetasan(Hallen,2002)
Sedangkan apabila ditinjau dari kesesuaian judul dengan isi jurnal menurut saya sudah
sesuai dimana isi jurnal sudah membahas tentang perencanaan dan pelaksanaan bimbingan
konseling disekolah yang mana disini membahas tentang layanan konseling individu dan
konseling kelompok dan juga implementasinya pada jurnal ini sudah dijelaskan secara detail
yang dilengkapi dengan teori.
Kemudian dalam penelitian tersebut disebutkan kendala yang menyebabkan siswa tidak
melakukan atau tidak menghadiri sesi konseling antara lain :
1. Tidak ada program sekolah.
2. Suka konseling oleh orang tua di rumah sementara siswa lain lebih suka konseling
teman sebaya dibandingkan dengan konseling guru.
3. Beberapa siswa tidak memiliki kesempatan sejak program ini jarang ditawarkan.
4. Sebagian menyatakan bahwa mereka tidak punya waktu untuk pergi untuk konseling
karena mereka lebih suka melakukan kegiatan lain seperti permainan.
5. Beberapa siswa pemalu dan takut pergi untuk konseling karena kurangnya kantor
konseling dan dalam kasus di mana ada satu; mereka khawatir dengan kurangnya
privasi di kantor tersebut.
Kemudian yang menjadi kendala selanjutnya dalam pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling adalah kantor konseling yang terletak di dalam blok administrasi dan dekat
kepala sekolah dan guru wakil kepala kantor membuat siswa takut menghadiri sesi konseling
dan juga karena kekurangan keuangan untuk memfasilitasi pelaksanaan program dan campur
tangan oleh kegiatan lain seperti game, pelaksanaannya belum dilakukan sepenuhnya.
Kenyataan tersebut memberikan pertanyaan mengapa siswa harus takut dalam
menghadiri sesi konseling. Padahal seharusnya guru BK mempengaruhi pandangan anak-
anak mereka terhadap peran bimbingan dan konseling di sekolah serta berfungsi sebagai
penghubung antara sekolah dan masyarakat sehingga dapat bekerja sama untuk membantu
siswa. Oleh karena itu konselor guru konsultan bekerja dengan orang tua, guru, kepala
sekolah, pekerja sekolah dan profesional medis untuk membantu para siswa untuk menjadi
sukses dalam sistem pendidikan dan kehidupan sosial. Konselor guru memiliki tanggung
jawab mengkoordinasikan program bimbingan dan konseling baik melalui pengorganisasian,
mengelola ataupun mengevaluasi kegiatan konseling sekolah.
Selanjutnya untuk implikasi hasil jurnal tersebut di Indonesia menurut saya dapat
digunakan dimana program dari layanan konseling individu dan konseling kelompok
dilakukan pemograman dan pelaksanaannya disekolah dijadwalkan sehingga memudahkan
guru maupun siswa untuk melakukan sesi bimbingan konseling.
Program yang dilakukan di sekolah dari hasil jurnal tersebut juga terstruktur sehingga
dalam pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara
berkesinambungan sehingga dapat memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami
masalah dalam kehidupan siswa.
REFERESI
Hallen,A.2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Ciputat Press
Prayitno dan Erma Amti.2013. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan Konselig di
Sekolah. Jakarta : Asdi Mahastya.