Anda di halaman 1dari 6

1

KEGIATAN KONFERENSI KASUS DALAM PENYELESAIAN MASALAH


PESERTA DIDIK DI SMA N 11 PADANG

Oleh:

Des Tiara Putri*

Marwisni Hasan**

Rahma Wira Nita**

*Mahasiswa

**Dosen Pembimbing

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by an example that is the case that researchers have found in school
when PPLBK school, a student conduct violation took place during school hours. The focus of this
research is a case conference deploy activities starting from planning, implementation, evaluation
and follow-up to overcome the problems of students in SMAN 11 Padang. This research was
conducted with a qualitative descriptive approach. The informants were: 3 BK teacher, vice
principal, homeroom parents and learners. The instrument used in this study were interviews and
documentation, data were subjected to triangulate and hold membercheck, as well as the
techniques used in the processing of data through data reduction, data presentation and conclusion.
Based on the results of the effectiveness of case conferences in solving student in SMAN 11
Padang, the result of planning, implementation, evaluation and follow-up were conducted BK
teachers have not done systematically.

Keywords: Case Conferences and problem

PENDAHULUAN pelayanan pendidikan yang berbeda juga.


Seorang pendidik harus mampu menciptakan
Sekolah merupakan salah satu tempat dan memelihara suasana tersebut dengan
berlangsungnya suatu proses pendidikan. memilih dan memvariasikan pendekatan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan pelajaran yang sesuai dengan tujuan yang
formal bagi peserta didik untuk memperoleh hendak dicapai. Pelayanan pendidikan yang
pendidikan dan tempat menimba ilmu tepat tentu akan melahirkan individu-individu
pengetahuan. Pelaksanaan pendidikan bagi yang berkepribadian yang mantap.
peserta didik mengacu kepada tercapainya Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
tujuan Pendidikan Nasional yakni bahwa pendidikan bertujuan mencerdaskan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan kehidupan bangsa dengan sumber daya
mengembangkan manusia seutuhnya. manusia yang berpotensi agar dapat
Berdasarkan tujuan pendidikan nasioanl mewujudkan diri dan fungsinya secara utuh
tersebut, salah satu upaya yang dilakukan dan maksimal.
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu Pelayanan bimbingan dan konseling
pendidikan peserta didik adalah dengan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
menanamkan aspek kepribadian kepada peserta keseluruhan program pendidikan. Program
didik. bimbingan dan konseling menunjang
Setiap individu memiliki latar belakang tercapainya tujuan pendidikan yaitu
dan kebutuhan yang berbeda yang menurut perkembangan individu secara optimal. Oleh

1
2

karena itu kegiatan bimbingan dan konseling guru mengancam peserta didik dengan tidak
harus diselenggarakan dalam bentuk kerja sama boleh masuk kelas.
dengan sejumlah orang untuk mencapai suatu Fenomena lain yang peneliti temukan
tujuan. ketika peneliti melakukan PPLBK Sekolah
Menurut Prayitno (2004:315) pelaksanaan adalah adanya kasus peserta didik yang
berbagai jenis layanan bimbingan dan berkelahi dengan temannya dikarenakan
konseling memerlukan sejumlah kegiatan peserta didik tidak suka dengan temannya yang
penunjang. Agaknya memang benar apabila suka ikut campur dengan urusannya. Adapula
dikatakan bahwa alat dan kelengkapan yang peserta didik yang sudah tidak masuk selama
paling handal dimiliki oleh konselor untuk berminggu-minggu, dan peserta didik yang
menjalankan tugas-tugas pelayanannya adalah kedapatan sedang berbuat asusila di lingkungan
ialah mulut dan berbagai keterampilan sekolah. Serta ada kasus peserta didik yang
berkomunikasi baik verbal maupun non-verbal. mendokomentasikan kegiatan mereka merokok
Konferensi kasus merupakan kegiatan bareng di dalam wc dan dimuat dalam bentuk
pendukunng dalam bimbingan dan konseling video.
untuk membahas permasalahan yang dialami Jika masalah ini dibiarkan maka anak
oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum yang bermasalah tersebut akan ketinggalan
pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak pelajaran karena skort yang mana anak tidak
yang diharapkan dapat memberikan bahan, dibolehkan mengikuti pelajaran selama dia
keterangan, kemudahan ,dan komitmen bagi menyelesaikan masalah. Setelah membuat
terentaskannya permasalahan tersebut. perjanjian, baru anak boleh kembali mengikuti
Menurut Prayitno (2006) konferensi kasus pelajaran seperti biasa. Dengan diadakanya
merupakan forum terbatas yang diupayakan konferensi kasus yang mana akan melibatkan
oleh konselor untuk membahas suatu kasus dan pihak-pihak yang diikut sertakan maka akan
arah-arah penanggulanganya. Penyelenggaraan menemukan jalan keluar dari masalah yang
Konferensi Kasus (KK) ad hoc non-formal dihadapi anak.
artinya khusus berkenaan dengan kasus tertentu Dengan demikian pentingya
saja. Memang tidak semua masalah yang permasalahan ini untuk diteliti adalah melihat
dihadapi peserta didik harus dilakukan sejauh mana pelaksanaan kegiatan konferensi
konferensi kasus. kasus dan keberhasilan konferensi kasus dalam
Tetapi untuk masalah-masalah yang mengatasi permasalahan peserta didik, dengan
tergolong pelik dan perlu keterlibatan pihak didukung oleh data dan keterangan yang
lain tampaknya konferensi kasus sangat penting diperoleh dari pihak-pihak yang diikut sertakan
untuk dilaksanakan. Melalui konferensi kasus, dalam konferensi kasus.
proses penyeleasain masalah peserta didik Berdasarkan latar belakang masalah yang
dilakukan tidak hanya mengandalkan pada guru telah dikemukakan dan fenomena yang tampak
BK di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan selama peneliti melaksanakan PPLBK Sekolah
secara kolaboratif, dengan melibatkan berbagai terdahulu teridentifikasi masalahnya adalah
pihak yang dianggap kompeten dan sebagai berikut :
berkepentingan dengan permasalahan yang 1. Adanya peserta didik yang mengabaikan
dihadapi siswa. teguran dari guru atau peserta didik yang
Sebagai contoh yaitu adanya kasus yang melawan kepada guru.
peneliti temukan di sekolah ketika PPLBK 2. Adanya permasalah peserta didik dengan
sekolah, seorang peserta didik melakukan guru, dan guru tersebut sangat marah
pelanggaran pada saat jam pelajaran sehingga peserta didik tidak boleh masuk
berlangsung. Peserta didik tersebut menonton kelas.
vidio melalui ipad. Guru menegur dan 3. Adanya peserta didik yang melanggar
membawa ipad peserta didik tersebut ke peraturan sekolah.
kantor. Sesampainya di kantor peserta didik 4. Adanya peserta didik yang terjerumus
dengan lancang mengambil ipad yang ada di narkoba.
tas guru tersebut. Guru pun tidak menerima 5. Adanya peserta didik yang mengabaikan
perbutan yang tidak sopan tersebut. Serta tidak panggilan dari guru mengenai peserta
hanya pelanggaran itu saja yang dilakukan didik yang sering tidak hadir di sekolah.
peserta didik. Sebelumya peserta didik juga 6. Adanya peserta didik yang melakukan
bermasalah dengan guru lainya. Selanjutnya pemerasan terhadap temannya.
3

7. Adanya peserta didik yang membuat kegiatan konferensi kasus dilakukan dalam
video merokok bersama di dalam wc yang mengatasi permasalahan peserta didik.
tidak pantas. 6. Peneliti selanjutnya, bagi peneliti
8. Adanya peserta didik yang berdua-duan selanjutnya agar menjadi dasar atau
saat kegiatan ekstrakurikuler pedoman untuk meneliti lebih dalam
tentang efektifitas kegiatan konferensi
Dari identifikasi masalah yang ada maka kasus dalam penyelesaian masalah peserta
penelitian ini dibatasi pada upaya didik.
pengungkapan seberapa efektifnya kegiatan
konferensi kasus dalam menyelesaikan masalah Metodologi Penelitian
siswa yang menyangkut : kegiatan konferensi
kasus dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, Berdasarkan permasalahan dan tujuan
evaluasi dan tindak lanjutnya dalam mengatasi peneitian yang telah ditetapkan, maka dapat
permasalahan peserta didik di SMA N 11 ditentukan bahwa penelitian ini adalah
Padang. penelitian kualitatif yang menghasilkan data
Berdasarkan fokus penelitian yang telah deskriptif. Peneliti menggambarkan kegiatan
diuraikan di atas maka ditentukan perumusan pendukung konferensi kasus dalam
masalahnya yaitu: bagaimana kegiatan penyelesaian masalah peserta didik di SMA N
konferensi kasus dalam penyelesaian masalah 11 Padang.
siswa di SMA Negeri 11 Padang. Menurut Bungin (2011:76) informan
Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian adalah subjek yang memahami objek
tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah penelitian. Informan penelitian ini ditentukan
untuk mendeskripsikan: kegiatan konferensi setelah peneliti menentukan informan kunci
kasus dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, (key informants) dan selanjutnya dari informan
evaluasi dan tindak lanjutnya dalam mengatasi kunci ditetapkan informan berikutnya. yang
permasalahan peserta didik di SMA N 11 menjadi informan kunci dalam penelitian ini
Padang. ada tiga orang guru BK yang terlibat dalam
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai kegiatan knferensi kasus.
maka hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Informan tambahan dalam penelitian ini
pihak-pihak yang terkait sebagai berikut: adalah: wakil kepala sekolah, wali kelas, dan
1. Guru BK, sebagai masukan bagi guru orang tua peserta didik. Informasi, keterangan
pembimbing dalam melaksanakan kegiatan dan data akan peneliti dapatkan dari informan
pendukung Bimbingan dan Konseling yang tambahan, sebagai pelengkap dari penelitian
mana kegiatan pendukung penting ini.
dilakukan dalam penyelesaian masalah Teknik pengumpulan data juga dapat
siswa sesuai kebutuhan peserta didik. dilakukan dengan cara wawancara agar
2. Koordinator BK, sebagai acuan bagi memperoleh informasi secara langsung demi
koordinator BK dalam menjalankan kelengkapan data dalam penelitian. Menurut
program bimbingan dan konseling serta Yusuf (2005: 278) bahwa wawancara
aplikasinya terhadap peserta didik. (interviuw) adalah suatu kejadian atau proses
3. Personil sekolah, sebagai informasi bahwa interaksi antara pewawancara (intervieweer)
adanya kegiatan konferensi kasus yang bisa dengan responden atau orang yang
dilaksanakan dalam penyelesaian masalah diwawancarai (interviewee) melalui
peserta didik. Dan bagaimana pula peran komunikasi langsung.
personil sekolah yang terkait dalam Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan
kegiatan konferensi kasus ini dalam supaya pengumpulan data ini dapat berjalan
penyelesaian masalah peserta didik. denagan baik, maka hal yang perlu
4. Pengelola program studi, bagi program diperhatikan dalam wawancara yaitu:
studi bisa menjadi acuan dan pedoman a. Peneliti harus mengetahui apa-apa saja
dalam pelaksanaan pengajaran terutama objek yang akan diukur.
dalam mata kuliah dasar-dasar Bimbingn b. Membuat pertanyaan yang akan ditanyakan
dan Konseling. pada guru BK dan peserta didik yang
5. Peneliti, untuk menambah wawasan dan melaksanakan konferensi kasus.
pengetahuan peneliti tentang pentingnya
4

c. Menyusun pertanyaan yang akan Dalam perencanaan konferensi kasus


menggambarkan efektifitas pelaksanaan belum sesuai dengan konferensi kasus yang
konferensi kasus. seharusnya yakni dalam meyakinkan peserta
d. Selanjutnya instrumen di jugde. didik dan kelengkapan yang diperlukan dalam
Agar memperoleh data yang dibutuhkan konferensi kasus tersebut. Hal ini bisa
dalam penelitian ini, maka peneliti menyebabkan kegiatan berlangsung tidak
menggunakan beberapa alat pengumpulan data efektif.
berupa wawancara, dan studi dokumentasi. Sebelum melakukan knferensi kasus
sangat diharapkan kerelaan peserta didik untuk
Menjamin keabsahan data dan bersedia masalahnya dikonferensi kasuskan,
kepercayaan data penelitian yang peneliti seperti yang ditegaskan oleh Prayitno (2006:6)
peroleh dapat dilakukan dengan cara salah satu asas dalam konferensi kasus adalah
sebagaimana dikemukakan Sugiyono asas kesukarelaan dan keterbuakaan.
(2011:302-311), yaitu: kepercayaan Jika guru BK lebih memberikan
(credibility), keteralihan (transferability), dapat penjelasan dan meyakinkan peserta didik akan
dipercaya (depenability).Data yang telah pentingnya konferensi kasus untuk
dikumpulkan seterusnya dianalisi, Miles dan menyelesaikan masalahnya maka peserta didik
Huberman (Sugiyono, 2011:337-147) akan menerima dan terbuka dalam
menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif menyampaikan masalah yan sebenarnya terjadi.
ada 3 tahapan analisis, yaitu: reduksi data (data
reduction), penyajian data ( display data), 2. Bentuk Pelaksanaan yang Dilakukan
penarikan kesimpulan (verifikasi) Guru BK dalam Melakukan Kegiatan
Konferensi Kasus
Hasil Penelitian dan pembahasan
1. Perencanaan yang Dilakukan Guru BK Berdasarkan penelitian yang telah
dalam Melakukan Kegiatan Konferensi dilakukan, didapatkan hasil bahawa Dalam
Kasus. bentuk kegiatan konferensi kasus yang
dilakukan guru BK dimulai dari
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengkomunikasikan rencana konferensi kasus
didapatkan hasil bahwa dalam perencanaan kepada peserta kegiatan dan peserta didik yakni
kegiatan konferensi kasus dalam pengentasan melalui surat pemberitahuan yang dititipkan
masalah peserta didik yang telah dilakukan kepada teman peserta didik yang berdekatan
yakni pertama menetapkan peserta didik yang rumah, kemudian melalui informasi secara
akan dikonferensi kasuskan, dalam meyakinkan langsung dan membentuk janji melalui peserta
peserta didik gurru BK hanya melakukan didik itu sendiri untuk disampaikan kepada
konferensi kasus tanpa persetujuan peserta orang tuanya di rumah.
didik. Sebelum konferensi kasus dilakukan Dalam pelaksanaan konferensi kasus
guru BK hanya menyampaikan kalau akan yakni guru BK memulai kegiatan dengan
melakukan konferensi kasus tanpa persetujuan agenda kegiatan yakni membuka pertemuan
peserta didik konferensi kasus, melakukan penstrukturan
Kemudian guru BK menyiapkan data dan dengan mejelaskan maksud dan tujuan
informasi pokok yang perlu dikomunikasikan konferensi kasus, membahas masalah yang
dengan peserta konfeensi kasus lainya yakni dialami oleh peserta didik, melengkapi dan
data, data nilai-niai pelajaran peserta didik, menggali data yang dibutuhkan menyangkut
absen, buku kasus, dan informasi keseharian peserta didik, meminta komitmen peserta
peserta didik di sekolah maupun di rumah. kegiatan dan tentang penyelesaian masalah
Kemudian menyiapkan materi konferensi kasus peserta didik dan melakukan penyimpulan
yakni pedoman wawancara yang akan dibahas terhadap pembicaraan dengan pihak keluarga.
dalam konferensi kasus yang terkait dengan Sehingga diperoleh kesimpulan apa penyebab
masalah peserta didik. Serta menyiapkan peserta didik bolos dan komitmen apa yang
kelengkapan administrasi berupa Rencana akan dilakukan antara guru BK dan peserta
Pelaksanaan Kegiatan Pendukung Bimbingan kegiatan dalam peneyelesaian masalah peserta
Konseling (RPKP-BK), Laporan Pelaksanaan didik di sekolah.
Program (Laperprog) dan surat pemberitahuan Sebagaimana yang telah dikemukakan
orang tua. dalam pelaksanaan konferensi kasus, menurut
5

Prayitno (2006:14) yang harus dilakukan oleh komitmen peserta yang terlibata dalam
guru BK adalah sebagai berikut: konferensi kasus.
a. Mengkomunikasikan rencana kegiatan
konferensi kasus kapada berbagai pihak Dalam evaluasi konferensi kasus, guru
yang terkait. BK telah melakukan evaluasi dengan baik,
b. Melakukan kegiatan konferensi kasus namun evaluasi hanya dilakukan pengamatan
dengan melakukan kegiatan : (1) kepada peserta didik dilihat dari perubahan
membuka petemuan, (2) yang dialami oleh peserta didik setelah
menyelenggarakan penstrukturan (3) pelaksanaan konferensi kasus, penilaian
meminta komitmen peserta konferensi dilakukan Penilaian Jangka Pendek (Laijapen)
kasus, (4) membahas permasalahan maupun Penilaian Jangka Panjang (Laijapan).
peserta didik (5) menegaskan peran
masing-masing peserta dalam penangan 4. Bentuk Tindak Lanjut yang Dilakukan
kasus, (6) memantapkan komitmen Guru BK dalam Melakukan Kegiatan
peserta dan menyimpulkan hasil Konferensi Kasus
pembahasan.
Dalam pelaksanaan konferensi kasus guru Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
BK telah dapat mengkomunikasikan kepada hasil dari tindak lanjut yang dilakukan guru BK
pihak yang terkait seperti kepada kepala setelah konferensi kasus yakni melakukan
sekolahwakil kesiswaan, wali kelas maupun melakukan konseling perorangan dan jika
guru mata pelajaran tentang pelaksanaan diperlukan akan dilakukan konferensi kasus
konferensi kasus. Kemudian dalam pertemuan ulangan bila masalah peserta didik masih
dengan orang tua peserta didik guru BK telah belum terentaskan. Kemudian memberikan
dapat menjalin komunikasi dengan baik dalam layanan bimbingan konseling yakni layanan
membahas masalah peserta, membicarakan informasi ataupun layanan konseling
tentang penyelesaian masalah sampai perorangan sesuai kebutuhan pserta didik.
membentuk komitmen dari orang tua tentang Pada tahap ini menurut Prayino (2006:15)
penyelesaian masalah peserta didik. Namun tindak lanjut yang harus dilakukan guru BK
sewajarnya dalam melakukan konferensi kasus adalah sebagai berikut:
guru BK tidak menghadirkan peserta didik. a. Menggunakan hasil untuk melengkapi
data dan memperkuat komitmen
3. Bentuk Evaluasi yang Dilakukan Guru penanganan kasus.
BK dalam Melakukan Kegiatan b. Mempertimbangkan apa diperlukan
Konferensi Kasus. konferensi kasus lanjutan.

Beradasarkan penelitian yang dilakukan Kesimpulan


maka terungkap bahwa Pada tahap evaluasi
kegiatan konferensi kasus, dari penelitian yang Berdasarkan hasil wawancara tentang
dilakukan diperoleh maka guru melakukan kegiatan konferensi kasus dalam penyelesaian
evaluasi mulai dari penilaian terhadap masalah peserta didik di SMA N 11 Padang,
keberhasilan pelaksanaan konferensi kasus, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
kemudian penilain terhadap keakuratan data 1. Perencanaan yang dilakukan guru BK
yang diperoleh, serta melakukan penilaian dalam kegiatan konferensi kasus yakni
terhadap kemanfaatan dari data tersebut, yakni konferensi kasus yang telah dilakukan
untuk memberikan penjelasan terhadap pihak belum sempurna dan belum sistematis
yang terkait dengan masalah peserta didik serta contohnya dari segi meyakinkan peserta
mencari pengentasan permasalahan peserta didik.
didik tersebut. 2. Pelaksanaan yang dilakukan guru BK
Menurut Prayitno (2006:15) pada tahap dalam kegiatan konferensi kasus yakni
evaluasi ini yang harus dilakukan oleh guru BK bertemu dengan peserta dengan
adalah sebagai berikut: memberikan penjelasan tentang maksud
a. Mengevaluasi proses pelaksanaan dan tujuan dari konferensi kasus, dalam
konferensi kasus. pertemuan dibahas masalah peserta didik
b. Mengevaluasi kelengkapan dan sampai dengan kesimpulan dan
kemanfaatan hasil konferensi kasus serta membentuk komitmen dari peserta
kegiatan dalam penyelsaian masalah
6

peserta didik namun dalam pelaksanaan KEPUSTAKAAN


konferensi kasus dalam membahas kasus
belum sempurna. Afifuddin, (2012). Bimbingan dan Penyuluhan.
3. Evauasi yang dilakukan guru BK dalam Bandung: CV Pustaka Setia
kegiatan konferensi kasus melalui Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif.
pengamatan langsung, kemudian dari data Jakarta: Kencana.
konferensi kasus rangkuman beberapa Prayitno, (2004) Dasar-dasar Bimbingan dan
kali telah melakukan konferensi kasus Konseling. Jakarta : PT Rineka Cipta.
maupun layanan konseling perorangan. Prayitno,(2006) Seri Kegiatan Pendukung
4. Tindak lanjut yang dilakukan guru BK Konseling P.1-P.6. Padang: UNP
dalam kegiatan konferensi kasus yakni Sugiyono, (2005). Metode Penelitian
melalui konseling perorangan dan Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi
layanan informasi sesuai kebutuhan (Mixed Methos). Bandung: CV
peserta didik. Alfabeta.
Moleong, J Lexi. 2010. Metode Penelitian
Saran Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Roskakarya.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka Willis, S. Sofyan (2010). Remaja dan
penelitian ini menyarankan kepada pihak yang Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
terkait sebagai berikut : Yusuf, A. Muri (2007). Metodologi Penelitian.
1. Guru BK lebih dapat memahami dan Padang: UNP Press.
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan
pendukung bimbingan konseling yakni
kegiatan konferensi kasus, serta mampu
memecahkan masalah yang dihadapi oleh
peserta didik agar mereka kembali
mematuhi peraturan sekolah, tidak
megalami ketinggalan pelajaran dan
mendapat nilai yang baik.
2. Peserta didik agar mampu mengemukakan
masalah yang dialami melalui layanan
dalam BK sehingga masalah tersebut
dapat dientaskan oleh guru BK salah
satunya melalui kegaiatan konferensi
kasus.
3. Kepada guru dan personil sekolah yang
ada, diharapkan untuk dapat berpartisipasi
dalam pengentasan masalah peserta didik
melalui konferensi kasus.
4. Kepala sekolah, diharapkan dapat
mendukung dan berpartisipasi dalam
kegiatan konferensi kasus.
5. Prodi BK STKIP PGRI Sumatera Barat,
untuk dapat menghasilkan guru BK yang
profesional sehingga mampu menerapkan
ilmunya baik di sekolah maupun di
masyarakat.
6. Peneliti selanjutnya, agar dapat
melakukan penelitian lebih dalam lagi
terhadap efektifitas kegiatan konferensi
kasus sehingga pelaksanaan konferensi
kasus dapat lebih membantu dalam
penyelesaian masalah peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai