Laporan PLTGM Balai Pungut
Laporan PLTGM Balai Pungut
Oleh :
Algeri Yopiandi : 1607112455
Jefri Albukari : 1607111642
Muammad Teguh : 1607112265
Rahmad Novesa : 1607115957
i
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan energi listrik merupakan kebutuhan primer manusia saat ini,
kebutuhan listrik hampir menjadi kebutuhan baik dari kalangan industri,
perkantoran, maupun masyarakat umum. Di Indonesia pemenuhan kebutuhan
listrik masih sebagian besar menggunakan layanan PT.PLN (Perusahaan Listrik
Negara). PT. PLN selalu berupaya meningkatkan kapasitas produksi listrik untuk
tercapainya permintaan listrik yang selalu meningkat setiap tahunya.
Pembangkit listrik di indonesia sebagian besar berasal dari pembangkit
listrik konvensional dengan pemanfaatan bahan bakar minyak, gas, uap dan lain-
lainnya. Sedangkan produksi listrik di Provinsi Riau sebesar 479,81 MW, yang
berasal dari berbagai sumber. Kapasitas yang terbesar berasal dari PLTG dan
PLTMG dengan Kapasitas 160,80 MW dan 116 MW, kemudian PLTA dan PLTD
masing – masing dengan kapasitas 114 MW dan 89,01 (ESDM,2016).
Permasalahan utama industri pembangkitan tenaga listrik saat ini adalah
besarnya penggunaan bahan bakar minyak sebagai bahan bakar pembangkit listrik
yang akan menambah biaya produksi listrik. Salah satu upaya pemerintah untuk
mengurangi penggunaan bahan bakar minyak adalah dengan skenario Gasifikasi
penggunaan bahan bakar minyak dengan pertimbangan gas bumi lebih efektif dan
efisien, penggunaan lebih praktis dan emisinya lebih ramah lingkungan jika
dibandingkan dengan solar. (Harumsari, 2012)
Uraian diatas mendasari penelitian ini yang mengalisa skenario gasifikasi
penggunaan bahan bakar minyak, penelitian difokuskan di Pusat Listrik Balai
Pungut dengan dua Pembangkit Gas yaitu PLTMG dan PLTG, dimana PLTMG
masih menggunakan Solar. PLTMG adalah Pembangkit yang dapat menggunakan
Gas dan Solar dan PLTG adalah Pembangkit yang menggunakan Gas saja sebagai
bahan bakar Produksi Energinya dengan Kapasitas Terpasang terpasang pada
PLTMG Balai Pungut 16,1 MW dan daya mampu 15,6 MW, Sedangkan PLTG
Balai Pungut dengan Kapasitas Terpasang 20 MW dan daya mampu 16,8 MW
(Nita, 2017).
1
2
langkah (disebut juga mesin dua siklus) dalam silinder, sedangkan poros engkol berputar dua
kali untuk setiap siklus termodinamika. Mesin seperti ini disebut mesin pembakaran internal
empat langkah.
Dari gambar diatas, proses kerja mesin diesel terbagi menjadi 4 yaitu :
a. Proses Hisap
Proses saat piston bergerak dari titik mati atas ke titik mati bawah dan udara dihisap
dari katup isap dan katup buang tertutup.
b. Proses Kompresi
Proses ketika piston bergerak dari titik mati bawah ke titik mati atas dengan
memampatkan udara yang tadi dihisap. Dikarenakan kedua katup tertutup, maka
tekanan dan suhu udara dalam piston naik.
c. Proses Usaha
Proses penyemprotan partikel bahan bakar yang disemprotkan ke bagian yang tekanan
dan suhu udara tinggi sehingga terjadi pembakaran. Lalu piston bergerak dari titik
mati atas ke titik mati bawah karena pembakaran berlangsung secara bertahap.
d. Proses Buang
Setelah proses pembakaran, udara sisa pembakaran dibuang dari katup buang.
e. Siklus ini juga memiliki nilai efisiensi yang dapat dihitung dari :
5
* CR = Compression Ratio
* CO = Cut-off Ratio
Dari nilai efisiensi yang didapatkan, maka dapat dihitung daya mesin diesel tersebut
dengan :
7
8
Bahan bakar gas umumnya didapatkan dari stasiun gas terdekat. Bahan bakar
gas didistribusikan melalui pipa khusus yang dibangun dari sumber gas hingga
ketempat lokaasi (PLTMG Balai Pungut). Bahan bakar natural gas dialirkan
menggunakan pipa ke area pembersih terlebih dahulu, atau yang lebih sering
kita kenal dengan istilah Scrubber, tujuannya untuk menjaga gas dari partikel
pengotor dan uap air. Partikel pengotor dan uap air dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen mekanikal karena partikel pengotor bersifat abrasif,
dan juga mengganggu proses pembakaran diruang bakar sehingga efisiensi
mesin turun. Scrubber yang digunakan pada PLTMG Balai Pungut adalah type
cyclone scrubber. Kapasitas gas yang dialirkan 2110 kg/h, dengan
tekanan 5 bar.
9
mesin, ataupun digabung dalam sebuah modul pada posisi dekat dengan
pompa pengumpan (feed pump). Bahan bakar solar yang ada saat ini
umumnya sudah baik, sehingga tidak diperlukan pengolahan lebih lanjut
menggunakan fasilitas pengolahan bahan bakar minyak (advance fuel oil
treatment plant).
c. SOGAV
SOGAV (serenoit operation gas admission valve) adalah pengatur
jumlah bahan bakar yang masuk kedalam mesin. Jenis pengisian bahan
bakar HSD yang digunakan adalah direct.
d. Sistem Aliran Bahan Bakar
Dari tangki penampungan PBF 901 bahan bakar dialirkam ke feeder
unit dengan tekanan 4,1 bar, dengan kapasitas 53525 kg/h. Dari feeder
unit kemudian dipompakan dengan tekanan 7,6 bar, temperature 37 oC
masuk ke regulating unit, kemudian bahan bakar HSD dari regulating
unit dipompakan ke engine menggunakan polit pump fuel tekanan
menjadi 910 bar.
3. Sistem Udara Mesin (Engine Air System)
Sistem udara untuk mesin gas, secara kasar dapat dikelompokkan
menjadi dua (2) bagian, yaitu : sistem udara pembakaran (charge air)
dan sistem udara sisa pembakaran (exhaust air). Sistem udara
pembakaran (charge air) adalah sistem yang mengatur banyaknya udara
yang dibutuhkan oleh mesin, termasuk menyesuaikan spesifikasinya
agar sesuai dengan kebutuhan mesin. Sebelum masuk kedalam mesin,
dilakukan penyaringan (filtration) terhadap debu dan kotoran dan
reduksi level kebisingan (noise level). Selanjutnya, untuk meningkatkan
efisiensi mesin, udara sebelum memasuki ruang bakar akan ditingkatkan
tekananan dan temperaturnya agar sedekat mungkin kepada tekanan dan
temperatur bakarnya. Untuk itu, digunakan alat bantu yang bernama
turbocharger (syofuan, 2013).
PLTMG Balai Pungut menggunakan udara masuk untuk pembakaran
dengan temperature 49 oC dan tekanan 1 bar.
4. Exhaust Gas
Temperatur gas buang pembakaran 561 oC.
12
DAFTAR PUSTAKA