Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TOPIK KHUSUS KONVERSI

KUNJUNGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


MINYAK GAS BALAI PUNGUT

Oleh :
Algeri Yopiandi : 1607112455
Jefri Albukari : 1607111642
Muammad Teguh : 1607112265
Rahmad Novesa : 1607115957

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RAIU
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TEORI DASAR
2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas ............................................................... 3
2.2. Siklus Disel............................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Fuel System .............................................................................................. 7
3.2. Komponen System Bahan Bakar .............................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Disel .......................................................................................... 4


Gambar 2.T-V Siklus Disel .................................................................................... 5
Gambar 3. Fuel System .......................................................................................... 7
Gambar 4. Skema Sistem Bahan Bakar Gas .......................................................... 8
Gambar 5. Cyclone Scrubber ................................................................................. 9
Gambar 6. Gas Filter ............................................................................................. 10
Gambar 7. Fuel System ........................................................................................ 10
Gambar 8. Exhaust Gas........................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan energi listrik merupakan kebutuhan primer manusia saat ini,
kebutuhan listrik hampir menjadi kebutuhan baik dari kalangan industri,
perkantoran, maupun masyarakat umum. Di Indonesia pemenuhan kebutuhan
listrik masih sebagian besar menggunakan layanan PT.PLN (Perusahaan Listrik
Negara). PT. PLN selalu berupaya meningkatkan kapasitas produksi listrik untuk
tercapainya permintaan listrik yang selalu meningkat setiap tahunya.
Pembangkit listrik di indonesia sebagian besar berasal dari pembangkit
listrik konvensional dengan pemanfaatan bahan bakar minyak, gas, uap dan lain-
lainnya. Sedangkan produksi listrik di Provinsi Riau sebesar 479,81 MW, yang
berasal dari berbagai sumber. Kapasitas yang terbesar berasal dari PLTG dan
PLTMG dengan Kapasitas 160,80 MW dan 116 MW, kemudian PLTA dan PLTD
masing – masing dengan kapasitas 114 MW dan 89,01 (ESDM,2016).
Permasalahan utama industri pembangkitan tenaga listrik saat ini adalah
besarnya penggunaan bahan bakar minyak sebagai bahan bakar pembangkit listrik
yang akan menambah biaya produksi listrik. Salah satu upaya pemerintah untuk
mengurangi penggunaan bahan bakar minyak adalah dengan skenario Gasifikasi
penggunaan bahan bakar minyak dengan pertimbangan gas bumi lebih efektif dan
efisien, penggunaan lebih praktis dan emisinya lebih ramah lingkungan jika
dibandingkan dengan solar. (Harumsari, 2012)
Uraian diatas mendasari penelitian ini yang mengalisa skenario gasifikasi
penggunaan bahan bakar minyak, penelitian difokuskan di Pusat Listrik Balai
Pungut dengan dua Pembangkit Gas yaitu PLTMG dan PLTG, dimana PLTMG
masih menggunakan Solar. PLTMG adalah Pembangkit yang dapat menggunakan
Gas dan Solar dan PLTG adalah Pembangkit yang menggunakan Gas saja sebagai
bahan bakar Produksi Energinya dengan Kapasitas Terpasang terpasang pada
PLTMG Balai Pungut 16,1 MW dan daya mampu 15,6 MW, Sedangkan PLTG
Balai Pungut dengan Kapasitas Terpasang 20 MW dan daya mampu 16,8 MW
(Nita, 2017).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kami tinjau adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana system bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga
Minyak Gas (PLTMG) Balai Pungut?
2. Apa saja komponen utama dan komponen pendukung serta
spesifikasinya dari Pembangkit Listrik Tenaga Minyak Gas (PLTG)
Balai Pungut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembahasan ini yaitu :
1. Untuk menambah wawasan mengenai system kerja dari Pembangkit
Listrik Tenaga Minyak Gas (PLTMG).
2. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di proses perkuliahan
khususnya konsentrasi konversi energi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut :
1. Memperoleh wawasan tambahan dan soft skill seperti bersikap
profesional, kemampuan bekerja sama dan komunikasi, berpikir kritis
serta disiplin.
2. Membangun hubungan kerja sama antara Universitas Riau khususnya
program studi S1 Teknik Mesin dengan Pembangkit Listrik Tenaga
Minyak Gas (PLTMG).
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas


Dalam sebuah pembangkit listrik terdapat berbagai macam alternatif pilihan yang dapat
digunakan sebagai sumber energi.Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis pebangkit yang
dibedakan berdasarkan sumber energinya. Beberapa jenis pembangkit yang beroperasi di
Indonesia antara lain: PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air), PLTD (Pusat Listrik Tenaga Diesel),
PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTMG (Pusat Listrik
Tenaga Mesin dan Gas), dan lain-lain, (Pratiwi, 2015).
Saat ini, untuk dapat memenuhi demand kebutuhan listrik di Indonesia, PLTMG
merupakan salah satu pembangkit alternatif yang menarik untuk dikembangkan. Hal ini
dikarenakan ketersediaan CNG gas alam yang cukup banyak apabila dinbandingkan dengan
CNG minyak.Selain itu, dari segi ekonomis, harga CNG gas alam lebih rendah daripada
harga CNG minyak.Penggunaan gas alam sebagai CNG ini juga dapat digunakan untuk
memasok daya pembangkit pada saat beban puncak (peaker) maupun pada saat base load,
(Pratiwi, 2015).
Sistem CNG pada sebuah PLTMG dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis mesin
yang digunakan.Pada PLTMG dapat menggunakan mesin yang hanya membutuhkan satu
jenis CNG (gas), maupun dengan dua jenis CNG, yaitu gas alam atau minyak (bi-fuel/ dual
fuel).Pada mesin dengan dua jenis CNG, penggunaan CNG dapat dilakukan secara bergantian
(bi-fuel) maupun secara serempak/ bersamaan (dual fuel), (Pratiwi, 2015).
Gas alam yang digunakan sebagai CNG dalam PLTMG pada umumnya telah diolah
dalam bentuk LNG (Liquified Natural Gas) maupun dalam bentuk CNG (Compressed
Natural Gas).LNG merupakan gas alam yang telah dikondensasi sehingga berwujud
cair.LNG memiliki kepadatan energi yang setara dengan petrol dan diesel, namun apabila
dibandingkan dengan CNG, LNG memiliki biaya produksi dan biaya penyimpanan yang
relatif tinggi. Proses produksi CNG memiliki tahapan yang lebih sederhana daripada LNG.
Pada CNG, gas alam mengalami proses kompresi hingga pada tekanan tertentu, (Pratiwi,
2015).
2.2. Siklus Disel
Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api
pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara
dibakar dengan menggunakan percikan bunga api dari busi. Piston bergerak dalam empat
3
4

langkah (disebut juga mesin dua siklus) dalam silinder, sedangkan poros engkol berputar dua
kali untuk setiap siklus termodinamika. Mesin seperti ini disebut mesin pembakaran internal
empat langkah.

Gambar 1. Siklus Disel


(mechanicalengineering03, 2015)

Dari gambar diatas, proses kerja mesin diesel terbagi menjadi 4 yaitu :
a. Proses Hisap
Proses saat piston bergerak dari titik mati atas ke titik mati bawah dan udara dihisap
dari katup isap dan katup buang tertutup.
b. Proses Kompresi
Proses ketika piston bergerak dari titik mati bawah ke titik mati atas dengan
memampatkan udara yang tadi dihisap. Dikarenakan kedua katup tertutup, maka
tekanan dan suhu udara dalam piston naik.
c. Proses Usaha
Proses penyemprotan partikel bahan bakar yang disemprotkan ke bagian yang tekanan
dan suhu udara tinggi sehingga terjadi pembakaran. Lalu piston bergerak dari titik
mati atas ke titik mati bawah karena pembakaran berlangsung secara bertahap.
d. Proses Buang
Setelah proses pembakaran, udara sisa pembakaran dibuang dari katup buang.
e. Siklus ini juga memiliki nilai efisiensi yang dapat dihitung dari :
5

* CR = Compression Ratio
* CO = Cut-off Ratio
Dari nilai efisiensi yang didapatkan, maka dapat dihitung daya mesin diesel tersebut
dengan :

* : Efisiensi Siklus Mesin Diesel


* : Massa Jenis Udara dalam Silinder
* D = Volume yang dilewati piston dalam silinder
* N = Kecepatan revolusi poros mesin tiap menit
* (A/F)mass = Rasio massa udara dan bahan bakar
* HV = Nilai kalor bahan bakar
Analisis termodinamika untuk kondisi aktual tersebut dapat disederhanakan bila
digunakan asumsi udara-standar yang berlaku sebagai gas-ideal. Karenaitu, siklus untuk
kondisi aktual dimodifikasi menjadi sistem tertutup yang disebut sebagai siklus disel. Siklus
Diesel adalah siklus ideal untuk mesin torak pengapian-kompresi. Berfungsi
mengkonversikan energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar menjadi energi mekanis
dan prosesnya terjadi di dalam ruang yang tertutup. Mesin ini di temukan oleh Rudolf Diesel.
Siklus disel ideal T-V adalah sebagai berikut :

Gambar 2.T-V Siklus Disel


(Fisika, 2015)
Langkah (0-1) adalah langkah hisap udara, pada tekanan konstan.
Langkah (1-2) adalah langkah kompresi, pada keadaan isentropik.Langkah (2-3) adalah
langkah pemasukan kalor, pada tekanan konstan.
6

Langkah (3-4) adalah langkah ekspansi, pada keadaan isentropik.


Langkah (4-1) adalah langkah pengeluaran kalor, pada tekanan konstan.
Langkah (0-1) adalah langkah buang, pada tekanan konstan.
Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam
(internal combustion engine) (biasanya disebut sebagai motor bakar). Prinsip kerja motor
diesel adalah merubah energi kimia menjadi energi mekanis. Energi kimia di dapatkan
melalui proses reaksi kimia (pembakaran) dari bahan bakar (solar) dan oksidiser (udara) di
dalam silinder (ruang bakar). Penggunaannya dan dalam satu silinder dapat terdiri dari satu
atau dua torak. Pada umumnya dalam satu silinder motor diesel hanya memiliki satu
torak.Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan mendorong torak yang
dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat bergerak
bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah menjadi gerak rotasi oleh
poros engkol (crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah menjadi
gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi. Karena prinsip penyalaan bahan bakarnya
akibat tekanan maka motor diesel juga disebut Compression Ignition Engine.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Fuel System
PLTMG di Indonesia umumnya menggunakan mesin dengan dua bahan bakar, baik
dengan konfigurasi dual-fuel, ataupun bi-fuel. Karena umumnya mesin yang dipakai
menggunakan dua (2) bahan bakar, oleh karena itu sistem bahan bakarnya juga harus bisa
mengakomodir kedua bahan bakar tersebut. Bahan bakar yang umumnya digunakan adalah
gas alam (natural gas) dan minyak diesel (HSD/MFO) (syofuan, 2013).
PLTGM Balai Pungut menggunakan mesin merk wartsila dengan seri 18V50DF.
PLTMG Balai Pungut menggunakan dua bahan bakar. Bahan bakar utama yang digunakan
adalah natural gas (CH4) metane number 8, dan bahan bakar HSD/minyak disel digunakan
untuk bahan bakar awalan (pilot fuel) selalu digunakan pada setiap upaya operasi mesin
(starting and operation engine). Perbandingan bahan bakar gas dengan HSD sebesar 99%
gas, 1% HSD.

Gambar 3. Fuel System


(PLTMG Balai Pungut)

7
8

3.2. Komponen System Bahan Bakar


1. Fuel Gas System
a. Scrubber

Pertamina Jambi Merang & Transper gas oleh Scrubber


conocophillips PTTGI

Ruang bakar Filter gas Valve

Gambar 4. Skema Sistem Bahan Bakar Gas


(Balai Pungut)

Bahan bakar gas umumnya didapatkan dari stasiun gas terdekat. Bahan bakar
gas didistribusikan melalui pipa khusus yang dibangun dari sumber gas hingga
ketempat lokaasi (PLTMG Balai Pungut). Bahan bakar natural gas dialirkan
menggunakan pipa ke area pembersih terlebih dahulu, atau yang lebih sering
kita kenal dengan istilah Scrubber, tujuannya untuk menjaga gas dari partikel
pengotor dan uap air. Partikel pengotor dan uap air dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen mekanikal karena partikel pengotor bersifat abrasif,
dan juga mengganggu proses pembakaran diruang bakar sehingga efisiensi
mesin turun. Scrubber yang digunakan pada PLTMG Balai Pungut adalah type
cyclone scrubber. Kapasitas gas yang dialirkan 2110 kg/h, dengan
tekanan 5 bar.
9

Gambar 5. Cyclone Scrubber


(machineryequipmentonline.com)
Prinsip kerja scrubber adalah sebagai berikut :
1. Gas kotor yang masih mengandung partikel pengotor dan uap air
memasuki lubang venturi.
2. Gas kotor akan berkumulasi dengan cairan yang membasahi dinding
venture, gas pengotor akan terperangkap didalam cairan.
b. Gas pengotor yang terperangkap dalam cairan, dipisahkan didalam
cyclonic melalui gerakan sentrifugal.Gas Filter
Sebelum diumpankan langsung ke dalam mesin, gas disaring lagi
menggunakan sebuah filter. Umumnya posisi filter ini akan duduk
bersama beberapa instrumen lapangan (field instrument) yang
tergabung dalam sebuah modul gas (gas module), yang tugas utamanya
adalah untuk pengaturan volume, keamanan sistem dan untuk
memastikan bahwa gas siap diumpankan ke mesin.
10

Gambar 6. Gas Filter


(eurowater, 2013)
Bahan bakar natural gas dari gas filter mengalir kemesin dengan
tekanan 2,6 bar dan temperature 24 oC.

Gambar 7. Fuel System


( syofuan, 2013)
2. Fuel HSD System
a. Tank
PLTMG Balai Pungut memiliki 2 unit tangki penampungan utama
bahan bakar HSD dengan kapasitas 1000 m3 (106 L)/units dengan kode
PAF 901 dan PAF 902, dan 1 unit tangki penampungan bahan bakar
HSD/hari dengan kapasitas 100 m3 (100000 L) dengan kode PBF 901.
Bahan bakar HSD dari tangki utama dialirkan ke tangki penampungan
perhari menggunakan pompa.
b. Filter minyak
Sebelum diumpankan ke dalam mesin, bahan bakar minyak akan disaring
terlebih dahulu menggunakan sebuah filter. Posisi filter bisa berada sebelum
11

mesin, ataupun digabung dalam sebuah modul pada posisi dekat dengan
pompa pengumpan (feed pump). Bahan bakar solar yang ada saat ini
umumnya sudah baik, sehingga tidak diperlukan pengolahan lebih lanjut
menggunakan fasilitas pengolahan bahan bakar minyak (advance fuel oil
treatment plant).
c. SOGAV
SOGAV (serenoit operation gas admission valve) adalah pengatur
jumlah bahan bakar yang masuk kedalam mesin. Jenis pengisian bahan
bakar HSD yang digunakan adalah direct.
d. Sistem Aliran Bahan Bakar
Dari tangki penampungan PBF 901 bahan bakar dialirkam ke feeder
unit dengan tekanan 4,1 bar, dengan kapasitas 53525 kg/h. Dari feeder
unit kemudian dipompakan dengan tekanan 7,6 bar, temperature 37 oC
masuk ke regulating unit, kemudian bahan bakar HSD dari regulating
unit dipompakan ke engine menggunakan polit pump fuel tekanan
menjadi 910 bar.
3. Sistem Udara Mesin (Engine Air System)
Sistem udara untuk mesin gas, secara kasar dapat dikelompokkan
menjadi dua (2) bagian, yaitu : sistem udara pembakaran (charge air)
dan sistem udara sisa pembakaran (exhaust air). Sistem udara
pembakaran (charge air) adalah sistem yang mengatur banyaknya udara
yang dibutuhkan oleh mesin, termasuk menyesuaikan spesifikasinya
agar sesuai dengan kebutuhan mesin. Sebelum masuk kedalam mesin,
dilakukan penyaringan (filtration) terhadap debu dan kotoran dan
reduksi level kebisingan (noise level). Selanjutnya, untuk meningkatkan
efisiensi mesin, udara sebelum memasuki ruang bakar akan ditingkatkan
tekananan dan temperaturnya agar sedekat mungkin kepada tekanan dan
temperatur bakarnya. Untuk itu, digunakan alat bantu yang bernama
turbocharger (syofuan, 2013).
PLTMG Balai Pungut menggunakan udara masuk untuk pembakaran
dengan temperature 49 oC dan tekanan 1 bar.
4. Exhaust Gas
Temperatur gas buang pembakaran 561 oC.
12

Gambar 8. Exhaust Gas


(PLTMG Balai Pungut)
13

DAFTAR PUSTAKA

Cengel, Y.A., Boles M.A. 2015. Thermodynamic An Engineering Approach. New


York: Mc Graw-Hill Education
ESDM, A. (2014, Juli 14). CNG Terangi Pulau Bawean, PLN Hemat Rp 1.488
Milyar Per Bulan. Retrieved Maret 2015, from ESDM- Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral: http://www.esdm.go.id/berita/39-listrik/6872-
cng-terangi-pulau-bawean-pln-hemat-rp-1488-milyar-
perbulan.html?tmpl=component&print=1&page=
Harumsari, Ratih. 2012. Perumusan Strategi Program diversifikasi dari Bahan
Bakar Minyak ke Bahan Bakar Gas di Provinsi Jawa Barat dengan
pendekatan Analisa SWOT Kuantitatif.
Pratiwi, Resti D. 2015. Studi Penentuan Pola Operasi Pengiriman Kapal
Compressed Natural Gas (CNG) Pada Pltmg Bawean Dengan Pendekatan
Simulasi. Tugas Akhir : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Anda mungkin juga menyukai