Bukumanajemenkeuangan PDF
Bukumanajemenkeuangan PDF
Keuangan
(Suatu Konsep Dasar)
UNTUK
MAHASISWA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN
MANAJEMEN
Oleh :
Prof. Dr. Isti Fadah, MSi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
PRAKATA....................................................................................................... II
BAB I
PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN.................................................. 1
BAB II
PASAR KEUANGAN DAN SUKU BUNGA…………………………………22
BAB III
LAPORAN KEUANGAN DAN ARUS KAS…………………………………..30
BAB IV
ANALISIS RASIO DAN KINERJA PERUSAHAAN...................................... 38
BAB V
RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN………………………………….54
BAB VI
TIME VALUE OF MONEY ............................................................................ 71
BAB VII
PENILAIAN SAHAM ..................................................................................... 81
BAB VIII
PENILAIAN OBLIGASI………………………………………………………..94
BAB IX
BIAYA MODAL……….………………………………………………………..108
BAB X
PENGANGGARAN MODAL…………………………………………………..116
BAB XI
STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN…………………………135
BAB XII
MELEVERAGE PERUSAHAAN……………………………………………….156
BABXIII
MERGER DAN AKUISISI ……………………………………………………..172
PRAKATA
Puji syukur kehadirah Allah SWT. Karena hanya dengan rahmat dan
karunianya maka buku dengan judul “ Manajemen Keuangan (Suatu Konsep
Dasar)“ dapat diselesaikan.
Buku l ini disusun dengan maksud untuk menyediakan referensi yang
memadai bagi mahasiswa program S1 maupun S2. Buku ini juga bisa digunakan
sebagai referensi bagi para praktisi yang membutuhkan referensi khususnya di
bidang Manajemen Keuangan.
Buku ini tidak akan mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari banyak
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami menghanturkan banyak terima
kasih terhadap semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materil sehingga buku ini dapat diselesaikan.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, demikian puga dengan buku ini kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna lebih sempurnanya
buku ini.
Penulis
Manajemen Keuangan Suatu Konsep Dasar
BAB I
PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar :
Pada prinsipnya keuangan perusahaan terdiri dari tiga bidang yang saling berhubungan :
1. Aktivitas keuangan.
2. Investasi, yang memfokuskan pada keputusan yang dibuat oleh investor individual dan
institusional dalam memilih sekuritas untuk portofolio investasi mereka.
3. Manajemen keuangan mencakup semua keputusan dalam perusahaan. Masing-masing
bidang ini berinteraksi satu sama lain sehingga manajer keuangan perusahaan harus
memahami operasi pasar modal dan cara menilai surat berharga atau sekuritas.
Aktivitas utama dari manajemen keuangan meliputi tiga macam aktivitas yakni
investment decision, financing decision dan asset management decision. Aktivitas
manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang begitu cepat
kita rasakan terlebih dengan perubahan yang terjadi dibidang teknologi informasi.
Visualisasi dari aktivitas manajemen keuangan adalah sebagai berikut :
Perubahan harga
Manajemen keuangan Kep. Pendanaan
Yg mampu beradaptasi
Perubahan teknologi
Tujuan Perusahaan
Perusahaan yang bersifat profit oriented tentu saja memiliki tujuan untuk
meningkatkan profit perusahaan. Namun demikian untuk kondisi saat ini ternyata profit
yang tinggi saja tidak cukup, ada tujuan lain yang dipandang lebih baik dari kaca mata
pemilik perusahaan, yakni memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham tersebut lebih
penting karena laba yang tinggi belum tentu kesejahteraan pemilik juga tinggi, apalagi
kalau fihak manajer kurang berpihak pada para pemilik atau pemegang saham.
Tujuan Perusahaan
Kemakmuran pemegang saham meningkat bila harga saham yang dimilikinya meningkat.
Harga pasar saham yang terbentuk dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: earning per
share, price earning rasio, tingkat bunga bebas risiko, tingkat kepastian operasi
perusahaan, dll.
Kesejahteraan para pemilik /para pemegang saham sangat dipengaruhi oleh Keputusan
keuangan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan. Sebagai contoh kebijakan dividen
rendah karena perusahaan memiliki rencana investasi yang membutuhkan dana yang besar
akan berpengaruh pada penurunan kesejahteraan para pemegang saham, yakni dividen
yang diterima menjadi lebih kecil. Demikian juga keputusan tentang struktur modal
sangat dipengaruhi oleh informasi dari bagian pemasaran serta bagian produksi artinya
apabila bagian pemasaran mengestimasi penjualan untuk periode yang akan datang
mengalami kenaikan yang cukup signifikan, maka perusahaan harus segera memutuskan
kebutuhan modal terkait dengan rencana penjualan beserta struktur modalnya, apakah
tambahan modalnya akan dipenuhi dari hutang atau dari tambahan modal sendiri.
Keputusan keuangan sangat dipengaruhi oleh disiplin ilmu yang lain, selengkapnya dapat
dilihat pada visualisasi gambar berikut :
Keputusan Keuangan
Maximization Wealth of
Stockholders
Manajemen
Keuangan
2. Nilai waktu uang ( time value of money ) – Uang yang diterima sekarang lebih
berharga dari uang yang diterima dimasa datang.
4. Tambahan arus kas ( incremental cash flow )- satu – satunya pertambahan nilai
yang dihitung
6. Pasar modal yang efisien – pasar yang bergerak cepat dan harga yang tepat
7. Masalah keagenan – manajer tidak akan bekerja bagi pemilik perusahaan jika
tidak selaras dengan kepentingan mereka
9. Tidak semua risiko sama – ada sebagian risiko yang dapat didiversifikasi
jangan letakkan seluruh telur dalam satu keranjang
10. Melakukan sesuatu yang benar adalah perilaku yang etis, dan banyak dilema
etika dalam manajemen keuangan
apakah etika tersebut benar-benar relevan dalam bisnis ?
Teori-teori keuangan seperti halnya teori-teori yang lain muncul dari kajian secara terus
menerus dari hipotesis yang ada maupun pengujian kembali dari teori-teoriyang sudah
ada sebelumnya pada tempat dan kondisi lingkungan yang berbeda. Beberapa teori
keuangan yang dihasilkan adalah sebagai beikut.
orang memiliki harapan yang sama, 7) tidak ada biaya yang berhubungan dengan
hal kesulitan keuangan.
2. Discounted Cash Flow
Teori ini dikembangkan oleh John Burr Williams dan Myron J. Gordon. Kosnsep
dasar dari teori ini adalah pada nilai waktu uang.
3. Capital Structure Theory
Teori ini dikembangankan oleh Franco Modiglani dan Merton Miller tahun 1958
atau sering dinamakan teori MM. Teori yang dikembangkan bahwa nilai suatu
perusahaan tergantung pada arus penghasilan dimasa depan ( future earning
streams) dan oleh karena itu tidak tergantung pada struktur modal. Teori MM
yang pertama ini mengasumsikan pada pasar modal sempurna dan tidak ada
pajak, sehingga sering disebut model MM-Tanpa Pajak.
Sekitar tahun 1963 model ini disempurnakan dengan model MM-Dengan Pajak.
Dengan adanya pajak penghasilan, hutang dapat menghemat pajak yang dibayar.
Tetapi teori ini lupa bahwa hutang yang besar dapat menimbulkan financial
distress. Karena ada kelemahan ini kemudian model ini diperbaiki yang sering
disebut tax saving-financial cost trade off theory.
4. Dividend Theory
Teori ini juga dikembangkan oleh Modiglani dan Miller, bahwa kebijakan dividen
tidak mempengaruhi nilai perusahaan, karena setiap rupiah pembayaran dividen
akan mengurangi laba ditahan yang digunakan untuk membeli aktiva baru.
5. Teori Portfolio dan Capital Asset Pricing Model
Teori Portfolio model dikembangkan oleh Harry Markowitz tahun 1990 dan
mendapat hadiah nobel. Pelajaran utama dari teori ini adalah bahwa risiko dapat
dikurangi dengan cara mengkombinasikan beberapa jenis aktiva berisiko daripada
hanya memegang salah satu jenis aktiva saja. Teori yang berkaitan dengan teori
portfolio adalah Capital asset Pricing Model yang dikembangkan Sharpe, John
Litner dan Jan Moissin yang secara terpisah menunjukkan bahwa tingkat
keuntungan yang disyaratkan pada suatu aktiva berisiko merupakan fungsi dari
tiga faktor: 1) tingkat keuntungan bebas risiko, 2) tingkat keuantungan yang
disyaratkan pada portfolio dengan risiko rata-rata dan 3) volatilitas tingkat
keuntungan aktiva berisiko tersebut.
6. Option Pricing Theory
Option adalah hak untuk membeli atau menjual suatu aktiva pada harga yang telah
ditentukan pada waktu yang telah ditentukan pula. Teori ini secara formal
dikembangkan oleh Fisher Black dan Myron Scholes yang sering disebut Black-
Scholes Option Pricing Model.
7. Efficient Market Hyphothesis
Teori ini dikembangkan oleh Eugene F. Fama. Terminologi efisien dalam teori ini
pada efisiens secara informasi. Teori ini mengatakan jika pasar efisien maka harga
merefleksikan seluruh informasi yang ada.
Teori ini dikembangkan oleh Michael C Jensen dan William H. Meckling. Teori
ini muncul karena adanya keterpisahan antara pemilik dan manajemen. Agency
Tujuan Perseroan
Tujuan utama manajemen adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham.
Pemaksimuman kesejahteraan pemegang saham adalah tujuan yang semestinya
melandasi keputusan manajemen dengan mempertimbangkan risiko dan waktu dalam
kaitannya dengan laba per saham yang diharapkan guna memaksimumkan harga saham
biasa perusahaan. Sedangkan harga saham perusahaan dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain :
1. Proyeksi laba per saham (proyeksi earning per share)
2. Saat diperolehnya laba
3. Tingkat risiko dari proyeksi laba
4. Proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas (modal sendiri)
5. Kebijakan pembagian dividen
Akibat dari adanya masalah keagenan maka perusahaan harus menanggung biaya
keagenan (agency cost), yaitu biaya yang timbul agar manajer bertindak selaras dengan
tujuan principal. Menurut Brigham & Gapenski (1993) biaya keagenan dapat
dikatagorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Pengeluaran untuk memonitor kegiatan manajerial seperti biaya audit
2. Pengeluaran untuk struktur keorganisasian yang akan membatasi perilaku manajer
seperti dewan direksi
3. Biaya opportunity yang terjadi ketika pemilik saham melakukan pembatasan-
pembatasan, seperti membatasi keahlian manajer untuk melakukan tindakan demi
kemakmuran pemegang saham.
Untuk meminimalkan masalah keagenan yang mungkin timbul dalam perusahaan. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan yang berbentuk solusi pengawasan misalnya Strip
financing, Mezzanine financing, keputusan go public, penggunaan cash dividend, security
analysis, dan multilevel organization (Chynthia, 2003).
2. Dapat menekan manajer untuk menaikkan dana luar untuk mendanai proyeknya.
Investor menemukan bahwa proses tersebut diperlukan karena mereka dapat
mengamati dan mengidentifikasi suplier dana yang baru.
3. Menurunkan free cash flow dimana manajer dapat melakukan investasi pada
proyek yang tidak menguntungkan. Dividen memberikan keuntungan yang
penting dalam mengawasi atau mengendalikan tendency perusahaan untuk
overinvest (investasi yang berlebihan).
Easterbook, F.H. (1984) dalam penelitiannya yang berjudul “Two Agency Cost
Explanations of Dividends” menemukan bahwa Dividen berfungsi menurunkan agency
cost dengan mensejajarkan kepentingan-kepentingan para manajer dengan para investor.
Sedangkan Cruthley dan hansen (1989) dalam penelitiannya yang berjudul “A Test of
Agency Theory of Managerial Ownership, Corporate Leverage and Corporate Dividend “
menghasilkan kesimpulan bahwa Kepemilikan saham oleh manajemen, leverage dan
dividen diputuskan secara serempak oleh para manajer untuk mengendalikan agency cost .
Akhirnya Mollah et al. (2000) dengan penelitiannya yang berjudul “The Influence of
Agency Cost on Dividend Policy in an Emerging Market” memperoleh bukti empiris
bahwa Insider Ownership dan collateral asset berpengaruh terhadap dividend payout
ratio sedangkan dispertion of ownership tidak berpengaruh terhadap dividend payout
ratio, fakta-fakta tersebut mendukung bukti bahwa agency cost berpengaruh terhadap
dividend policy.
Peneliti-peneliti lain yang melakukan penelitian yang serupa berkaitan dengan
Agency Cost adalah Schooley & Barney (1994) dengan penelitian yang berjudul “Using
Dividend Policy and managerial Ownership to Reduce Agency Cost” menghasilkan
kesimpulan bahwa hubungan antara dividend yield dengan CEO stock ownership adalah
signifikan dan non monotonic, keenaikan CEO stock ownership menurunkan agency cost ,
dan kenaikan CEO stock ownership menaikkan dividend yield sedangkan Dempsey &
Laber (1992) dalam penelitiannya yang berjudul “Effect of Agency and transaction Costs
on Dividend Payout Rasio : Futher Evidence of The Agency-Transaction Cost
Hypothesis” ternyata mendukung secara empiris hasil penelitian Rozeff (1982). Hal ini
menunjukkan bahwa model tersebut memeiliki explanatory power yang tinggi dan
memiliki stabilitas yang tinggi pula. Sedangkan James S. Ang, Rebel A. Cole, & James
Wuh Lin (2000) dengan judul penelitian “Agency Cost and Ownership Structure”
menemukan bahwa Agency cost :
a. Secara signifikan lebih tinggi apabila outsider lebih besar dari pada insider yang
mamanage perusahaan.
b. Berhubungan terbalik dengan manager’s ownership share.
c. Naik sesuai dengan jumlah nonmanager share holder.
d. Lebih rendah dengan monitoring yang lebih besar
Kesimpulan
1. Aktivitas manajemen keuangan meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan
dan keputusan manajemen aktiva.
2. Tujuan perusahaan adalah meningkatkan profit namun tujuan ini memiliki
kelemahan, tujuan yang lebih baik adalah meningkatkan kesejahteraan bagi para
pemegang saham.
3. Ada beberapa pilihan bentuk perusahaan dalam mewujudkan visi perusahaan yakni
perusahaan perseorangan, persekutuan dan Perseroan Terbatas.
4. Teori keuangan terus berkembang dengan pesat, beberapa teori keuangan yang
telah eksis adalah teori pasar modal sempurna, teori struktur modal, teori dividen,
teori keagenan, teori asimetri, teori trade off antara risk dan return.
5. Agency problem muncul manakala pemilik perusahaan menunjuk seorang agen
yang profesional untuk mengelola perusahaan, si agen lupa akan amanahnya
sehingga hanya bertindak untuk kepentingan pribadi. Cara menguranginya
diantaranya dengan pengawasan, pembuatan aturan yang membatasi ruang gerak
agen, serta kepemilikan saham oleh pihak manajerial
Umpan Balik
1. Sebut dan jelaskan tiga aktivitas utama dari manajemen keuangan !
2. Profit yang tinggi versus kesejahteraan pemilik yang tinggi, mana yang lebih baik !
3. Sebutdan jelaskan 10 aksioma dalam Manajemen Keangan !
4. Sebut dan jelaskan kelebihan dan kekurangan dari bentuk-bentuk perusahaan yang
ada!
5. Sebut dan jelaskan perkembangan teori keuangan berdasarkan kronologis waktu!
6. Jelaskan apa yang dimaksud agency problem ! bagaimana cara mengeliminirnya?
BAB II
PASAR KEUANGAN DAN SUKU BUNGA
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisis hubungan antara perusahaan dengan
pasar keuangan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendisksikan macam-macam pasar
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme dan macam transfer modal dari pihak yang
kelebihan dana ke pihak yang kekurangan dana
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendiskusikan bentuk-bentuk perantara keuangan
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendiskusikan struktur bunga
6. Menjelaskan pengaruh suku bunga terhadap harga saham
2. Individu dan organisasi yang ingin meminjam uang bertemu dengan pihak-pihak
yang memiliki surplus dana di pasar keuangan (financial markets)
3. Pasar menggunakan bentuk jamak- terdapat banyak pasar keuangan yang berbeda
di perekonomian yang sudah maju.
4. Setiap pasar berhubungan dengan jenis-jenis instrumen yang sedikit berbeda, baik
saat jatuh temponya maupun aktiva yang menjamin instrumen tersebut.
5. Pasar yang berbeda juga melayani jenis konsumen yang berbeda, atau beroperasi
pada daerah yang berbeda di suatu negara.
Jenis-Jenis Pasar
1. Pasar fisik adalah pasar untuk barang-barang seperti gandum, mobil, real estat,
komputer dan mesin.
2. Pasar keuangan, adalah pasar yang berhubungan dengan saham, obligasi,
wesel,hipotik, dan klaim terhadap aktiva riil lainnya, serta sekuritas derivatif, yang
nilainya ditentukan oleh perubahan yang terjadi pada harga aktiva-aktiva lainnya.
adalah istilah yang menunjukkan apakah aktiva yang dibeli atau di jual dikirimkan
di tempat ( on the spot) pada saat ini (pasar tunai) atau di kirimkan pada tanggal
tertentu di masa depan, seperti enam bulan atau satu tahun mendatang (pasar
berjangka).
1. Pasar uang : pasar untuk sekuritas utang jangka pendek yang sangat likuid, contoh
komoditas di pasar uang adalah SBI, SBPU, dan Call Money
2. Pasar modal : Pasar untuk saham-saham dan utang jangka panjang atau jangka
menengah perusahaan (obligasi) atau pasar untuk sekuritas jangka menengah dan
jengka panjang.
adalah pasar yang tergantung pada ukuran organisasi dan ruang lingkup operasi,
organisasi bisa meminjam dari seluruh penjuru dunia (pasar dunia), atau hanya terbatas
pada daerah lokal atau bahkan pasar di lingkungan sekitar (pasar lokal).
1. Pasar primer adalah pasar di mana perusahaan dapat memperoleh modal baru.
perusahaan yang menjual saham baru akan menerima hasil dari penjualan tsb
dalam transaksi pasar primer. pada pasar primer transaksi terjadi antara emiten
yang diwakili oleh perusahaan penjamin dan investor.
2. Pasar sekunder adalah pasar dimana sekuritas yang beredar di perdagangkan di
antara para investor. Perdagangan dilakukan di lantai bursa melalui para broker,
artinya para broker menghubungkan antara investor jual dan investor beli. Pasar
sekunder juga bisa untuk hipotik, berbagai pinjaman lainnya, dan aktiva keuangan
lainnya.
1. Pasar swasta : pasar tempat transaksi di lakukan secara langsung antara dua pihak
2. Pasar publik : pasar dimana kontrak terstandardisasi di perdagangkan di bursa.
sekuritas yang diterbitkan dalam pasar publik umumnya dipegang oleh individu
dalam jumlah besar.
Transfer modal antara penabung dengan pihak yang membutuhkan modal terjadi dalam 3
( tiga ) cara yang berbeda :
1. Transfer Langsung ( Direct Transfers )
Uang dan sekuritas terjadi ketika perusahaan menjual saham atau obligasi
secara langsung kepada penabung, tanpa melalui lembaga keuangan.
2. Lembaga Investasi Perbankan ( Investment Banking House )
b. Credit Unions
Suku Bunga
1. Suku bunga bebas risiko ( krf ) didefinisikan sebagai suku bunga riil bebas risiko
(k*) ditambah premi inflasi ( ip ), sehingga :
i. krf = k* + ip
2. Suku bunga nominal / sekuritas uang ( k), terdiri dari suku bunga riil bebas risiko
( k*) , di tambah premi inflasi ( ip), risiko kegagalan ( drp), likuiditas (lp) dan
risiko jatuh tempo (mrp), sehingga :
i. k = k* + ip + drp + lp + mrp
ii. = krf + drp + lp + mrp
3. Premi inflasi (ip) adalah premi yang sama dengan perkiraan inflasi yang
ditambahkan investor pada tingkat pengembalian riil bebas risiko.
4. Premi risiko kegagalan ( drp ) adalah perbedaan antara suku bunga obligasi
treasury dan obligasi perusahaan dengan waktu jatuh tempo dan likuiditas yang
sama.
6. Premi risiko jatuh tempo ( mrp) adalah premi yang mencerminkan suku bunga
Jika suku bunga riil bebas risiko dan berbagai premi adalah konstan sepanjang
waktu, maka suku bunga akan stabil.namun , suku bunga riil dan premi khususnya
premi inflasi yang di harapkan berubah sepanjang waktu, sehingga suku bunga
pasar berubah.
Kesimpulan
1. Jenis-jenis pasar meliputi pasar aktiva fisik dan pasar aktiva keuangan, pasar
primer dan pasar sekunder, pasar tunai dan pasar berjangka, pasar lokal dan pasar
internasional.serta pasar uang dan pasar modal.
2. Transfer modal dari pihak yang memiliki modal ke pihak yang memerlukan dana
bisa dilakukan dengan tiga cara yakni : transfer langsung, lembaga investasi
perbankan dan melalui perantara keuangan.
3. Struktur Suku bunga meliputi tingkat bunga bebas risiko ditambah premi inflasi,
premi risiko gagal bayar, premi likuiditas serta premi risiko jatuh tempo
Umpan Balik
1. Sebut dan jelaskan macam-macam pasar!
2. Sebut dan jelaskan tiga macam cara transfer modal dari pihak yang memiliki dana
ke pihak yang memerlukan!
3. Sebut dan jelaskan unsur-unsur dari suku bunga !
4. Jelaskan perbedaan antara Pasar Primer dan Pasar Sekunder!
BAB III
LAPORAN KEUANGAN DAN ARUS KAS
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi manfaat dan peranan Laporan Keuangan
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Macam-Macam Laporan Keuangan
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep penyusunan Laporan Laba Rugi
4. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep penyusunan Neraca
5. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep penyusunan Laporan Perubahan
Modal
6. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep penyusunan Laporan Arus Kas
Ekuitas
Saham biasa (nilai pari + Agio saham) Rp. 300.000.000,-
Laba ditahan Rp. 327.100.000,-
Total Ekuitas Rp. 627.100.000,-
Total Pasiva Rp. 927.000.000,-
Ekuitas pemegang saham pemilik merupakan hak pemilik perusahaan atas kekayaan
(aktiva) perusahaan. Besarnya hak pemilik sama dengan selisih aktiva bersih perusahaan
dengan kewajiban.
Ekuitas (Equity) meliputi :
1. Saham preferen (preffered stock)
2. Saham biasa (common stock, meliputi nilai pari dan agio saham)
3. Laba ditahan (retained earning)
Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi menunjukkan hasil operasional perusahaan selama satu periode
umumnya satu tahun. Laporan laba rugi untuk periode tertentu terdiri atas penerimaan
bersih dikurangi biaya-biaya pada periode tersebut. Laporan laba rugi disusun dengan
maksud untuk menggambarkan keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan dalam
upaya mencapai tujuan.
Laporan laba rugi merupakan ringkasan dari 4 jenis kegiatan :
1. Menjual poduk atau jasa
2. Beban produksi atau untuk mendapatkan barang atau jasa yang dijual
3. Beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa pada
konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administrati operasional.
4. beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya bunga yang dibayarkan pada
kreditur dan pembayaran diviiden pada pemegang saham preferen maupun saham
biasa
Laporan laba rugi secara sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut :
Pendapatan – biaya = laba (rugi)
Berikut ini akan ditampilkan laporan laba rugi “Triple Y Corporasion”
Kesimpulan
1. Laporan keuangan merupakan laporan untuk mencatat dan mengevaluasi kinerja
suatu organisasi. Selain itu laporan keuangan juga memberikan dasar untuk
memberikan kompensasi kepada partisipan atau pemegang saham.
2. Neraca menunjukkan laporan posisi keuangan pada saat tertentu neraca
memberikan gambaran sesaat posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu
tertentu. Bentuk laporannya mengikuti persamaan neraca yakni :
Total Aktiva = Total Kewajiban + Ekuitas (Modal sendiri)
3. Laporan laba rugi menunjukkan hasil operasional perusahaan selama satu periode
umumnya satu tahun. Laporan laba rugi untuk periode tertentu terdiri atas
penerimaan bersih dikurangi biaya-biaya pada periode tersebut.
BAB IV
ANALISIS RASIO DAN ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Macam-Macam Analisis Rasio
2. Mahasiswa mampu mendiskusikan Kelebihan dan Kekurangan Analisis Rasio
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan Rasio Likuiditas, Leverage, Rentabilitas,
Aktifitas dan Rasio Pasar
4. Mahasiswa mampu membedakan konsep Analisis Trend dan Analisis Industri
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan, analis keuangan harus melakukan
pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah
analisis rasio keuangan. Rasio keuangan menghubungkan dua angka akuntansi dalam
laporan keuangan dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.
Rasio keuangan memberikan dua cara untuk membuat perbandingan dari data
keuangan perusahaan menjadi lebih berarti, yakni perbandingan internal dan
perbandingan eksternal.
1. Perbandingan Internal (trend analysis)
Analisis rasio keuangan melibatkan dua jenis perbandingan. Pertama, analis dapat
membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan akan datang dalam
perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan diurutkan dalam periode beberapa tahun,
analis dapat mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat
perbaikan atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
2. Perbandingan Eksternal dan Sumber sumber Rasio Industri
Metode perbandingan yang kedua melibatkan perbandingan rasio satu perusahaan.
Dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada titik waktu
yang sama. Perbandingan ini memberikan pandangan mendalam tentang kondisi
keuangan dan kinerja relatif dari perusahaan. Rasio ini juga membantu dalam
mengidentifikasi penyimpangan dari rata-rata atau standar industri.
Arti penting penilaian kinerja perusahaan bagi masing-masing pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan yaitu diantaranya bagi para investor, kreditur,
pemerintah, manajemen perusahaan dan pihak-pihak terkait lainnya.
1. Investor (Pemegang Saham)
Penilaian kinerja perusahaan penting bagi investor tidak lain untuk menjamin
bahwa uang yang diinvestasikan dalam perusahaan itu digunakan sesuai deengan
tujuan yang ingin dicapai, sebagaimana yang dijanjikan oleh pihak manajemen
perusahaan. Bagi investor dan calon investor, penilaian kinerja ini juga berguna
kepada para pelaku pasar modal seperti pialang dan investor untuk mengambil
tindakan sehubungan deengan sekuritas yang dimiliki. Konsultan dan peneliti
berkepentingan dengan kinerja umumnya berkenaan dengan hasil yang akan
dipublikasikan kepada masyarakat.
1. Rasio Likuiditas
Rasio Metode Perhitungan Interpretasi
a. Current Ratio Aktiva lancar Kemampuan untuk membayar
Hutang lancar hutang yang harus segera
dipenuhi dengan aktiva lancar
2. Rasio Aktivitas
Rasio Metode Perhitungan Interpretasi
a. Total assets Turn Penjualan netto Kemampuan dana yang
over Jumlah Aktiva tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam suatu
periode tertentu atau
kemampuan modal yang
dinvestasikan untuk
menghasilka revenue
Penjualan kredit
b. Receivable Turn Piutang rata-rata Kemmpuan dana yang tertanam
Over dalam piutang berputar dalam
suatu periode tertentu
3. Rasio Leverage
Rasio Metode Perhitungan Interpretasi
a. Total debt to Total hutang Bagian dari setiap modal
equity ratio Modal sendiri sendiri yang dijadikan jaminan
untuk keseluruhan hutang
4. Rasio Rentabilitas
Rasio Metode Perhitungan Interpretasi
a. Gross Profit Gross profit Laba kotor per rupiah
Margin Penjualan netto penjualan
Kesimpulan :
1. Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kineja keuangan, analisis keuangan
harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang
biasa digunakan adalah analisis rasio keuangan. Rasio keuangan adalah yang
menghubungkan dua angka akuntansi dalam laporan keuangan dengan membagi
satu angka dengan angka lainnya.
2. Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasikewajibannya
yang sudah jatuh tempo.
3. Rasio Aktivitas mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya.
4. Rasio Rentabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
5. Rasio Pasar mengukur kinerja pasar atau harga pasar saham perusahaan.
Sales Rp 30.000.000,-
HPP Rp 20.000.000,-
EBIT Rp 5.000.000,-
Tatal assets = 20.000.000 + 7.500.000 = Rp 27.500.000,-
5.000.000
Earning power = x 100 % =18,18 %
27.500.000
5.000.000
b. Profit margin = x 100% = 16,67 %
30.000.000
30.000.000
c. Total assets turn over = = 1,09 x
27.500.000
d. Rate of return on net worth
Tambahan Modal Asing Tambahan Modal Sendiri
EBIT 5.000.000 5.000.000
Bunga 1.250.000 500.000
Cash Rp 90.000.000
Account receivable Rp 200.000.000
Inventories Rp 150.000.000
Property and Equipment Rp 600.000.000
Depreciation Rp 170.000.000
Rp 430.000.000
Rp 870.000.000
Account payable Rp 94.000.000
Notes Payable Rp 24.000.000
Accruals liabilities Rp 17.000.000
Income tax liabilities Rp 21.000.000
First Moretgage 6 % Bond Rp 150.000.000
Second Moretgage 6 % Bond Rp 50.000.000
Common stock Rp 250.000.000
Capital surpus Rp 25.000.000
Reserve for planet expansion Rp 65.000.000
Retained earning Rp 174.000.000
Rp 870.000.000
PEMBAHASAN
440.000.000
a. Current Ratio = x 100 % = 282 %
156.000.000
290.000.000
b. Acid test ratio x 100 % = 186 %
156.000.000
200.000.000 x360
c. Average collection periode = = 67,16 hari
1.072.000.000
711.000.000
d. Inventory turn over = = 5,14 x
150.000.000
356.000.000
e. Debt to net worth ratio = x 100 % = 69,26 %
524.000.000
36.000.000
f. Time interest earned ratio = = 3,27 x
11.000.000
68.000.000
g. Profit margin = x 100 % = 6,34 %
1.072.000.000
1.072.000.000
h. Operating assets turn over = = 1,23 x
870.000.000
68.000.000
i. Earning power = x 100 % = 7,82 %
870.000.000
36.000.000
j. Rate of return on net worth = x 100 % = 7 %
514.000.000
771.000.000 233.000.000
k. Operating ratio = x 100 % = 93,65 %
1.072.000.000
3. Lengkapi neraca dan informasi penjualan “PT makmur” dalam tabel berikut dengan
menggunakan data financial berikut ini :
Penjualan ……………
Harga ……………
Penyelesaian
1. Rasio leverage = hutang / total assets = 50 % (0,5)
Karena total asset = Rp 300 juta, maka total hutang = Rp 150 juta
Diketahui hutang jangka panjang Rp 60 juta, maka hutang dagang dapat dicari
dengan cara sebagai berikut :
Total hutang = hutang dagang + hutang jangka panjang
Rp 150 juta = hutang dagang + Rp 60 juta, maka hutang dagang = Rp 90 juta
2. Total kewajiban dan ekuitas = total aktiva = Rp 300 juta
Karena total hutang = Rp 150 juta, dan laba ditahan Rp 97,5 juta maka saham biasa
dapat dicari dengan cara berikut :
Total kewajiban dan equitas = total hutang + saham biasa + laba ditahan
Rp 300 juta = Rp 150 juta + saham biasa + Rp 97,5 juta
Maka saham biasa = Rp 52,5 juta
3. Quick ratio = (kas + piutang) / hutang lancar
Umpan Balik :
1. Pada tahun 2011 perusahan : Makkah Madinah” telah bekerja dengan modal sebesar
Rp 40.000.000,- yang terdiri dari modal sendiri sebesar 65 % sedangkan sisanya
modal asing dengan tingkat bunga 15%. Pada tahun 2012 direncanakan pertambahan
2. Ambil salah satu laporan keuangan perusahaan yang sudah go public, cari laporan
untuk periode tahun 2010, unduh lewat web site : www.idx.co.id . Lakukan analisis
rasio likuiditas, aktivitas, rasio leverage, rasio rentabilitas dan rasio pasar.
BAB V
RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep risiko dan tingkat pengembalian
2. Mahasiswa mampu menjelaskan ukuran-ukuran risiko
3. Mahasiswa mampu menjelaskan ukuran risk dan return aktiva yang berdiri sendiri
4. Mahasiswa mampu menjelaskan ukuran risk dan return aktiva dalam portfolio
5. Mahasiswa mampu menjelaskan beta sebagai ukuran risiko
6. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara risk dan return
Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran.
Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak
diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan pada
umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”, artinya jika ingin
memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula.
Secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu
keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu
pertimbangan. Menurut salah satu definisi, risiko (risk) adalah sama dengan
ketidakpastian (uncertainty). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan
yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu
dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan.
Beberapa pengertian return yang lain :
1. Return on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan
bersih dibagi ekuitas pemegang saham.
2. Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran
kas yang tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili
imbal hasil modal yang diinvestasikan dan bukan distribusi dividen.
Investor mengurangi biaya investasi dengan jumlah pembayaran.
3. Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan
membagi pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk
memperoleh angka yang mencerminkan hubungan antara investasi dan
laba.
4. Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi
merupakan pendapatan bersih dan pengeluaran bunga perusahaan
dibagi total kapitalisasi perusahaan.
5. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi.
6. Return on networth atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan
pemegang saham yang dapat menentukan imbal hasilnya dengan
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan kekayaan bersihnya.
7. Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk
menentukan efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat
membandingkan presentase penjualan bersihnya yang mencerminkan
Risiko dapat di definisikan sebagai peluang bahwa beberapa kejadian yang tidak
menguntungkan akan terjadi.
Distribusi Probabilitas adalah daftar dari semua hasil (outcomes ) atau peristiwa yang
mungkin akan terjadi dengan disertai probabilitas atau kemungkinan terjadinya peristiwa
tersebut.
Di sini ki , adalah hasil yang mungkin ke i, dan Pi adalah probabilitas hasil ke i, dan n
adalah jumlah hasil yang mungkin. Jadi k adalah rata-rata tertimbang dari hasil yang
mungkin (nilai k).
Risiko merupakan konsep yang sulit untuk dipegang, dan banyak sekali kontroversi yang
telah me usaha untuk mengukur dan mendefinisikannya. Akan tetapi definisi umum, dan
yang memuaskan untuk berbagai tujuan, dinyatakan dalam istilah distribusi probabilitas
yang menyatakan bahwa Semakin rapat distribusi probabilitas pengembalian yang
diharapkan di masa depan, semakin kecil risiko investasi.menurut definisi ini, U.S.
Electric memiliki risiko yang lebih kecil daripada Martin Product karena ada peluang
yang lebih kecil bahwa pengembalian aktual akan jauh dibawah pengembalian yang
diharapkan.
Agar menjadi sangat bermanfaat, setiap ukuran risiko harus mempunyai nilai
definitif – maka perlu ukuran yang ketat atas distribusi probabilitas. Salah satu ukuran
seperti itu adalah deviasi standar, dimana simbol adalah σ, yang dinyatakan dengan
“sigma”. Semakin kecil deviasi standar, semakin ketat distribusi probabilitas, dan sesuai
dengan itu, semakin rendah risiko saham. Untuk menghitung deviasi standar kita
mencarinya dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Hitunglah tingkat pengembalian yang diharapkan :
Tingkat pengembalian =
2. Kurangi tingkat pengembalian yang diharapkan ( ) dari setiap hasil yang mungkin (
) untuk memperoleh deviasi sebagaimana diperlihatkan dalam kolom 1 :
Deviasi i = –
3. Kuadratkan setiap deviasi kemudian kalikan hasilnya dengan probabilitas terjadinya
untuk setiap hasil yang berkaitan,, lalu jumlahkan hasil tersebut untuk memperoleh
varians distribusi probabilitas sebagaimana terlihat pada kolom 2 dan 2 tabel :
Varians = σ2 = (5.2)
4. Akhirnya, cari akar kuadrat dari varians untuk memperoleh deviasi standar :
Dengan demikian, deviasi standar adalah rata-rata tertimbang diviasi dari nilai yang
diharapkan, dan ini memberikan ide seberapa jauh nilai aktual berada di atas atau di
bawah nilai yang diharapkan.
Mengukur Risiko Yang Berdiri Sendiri (Stand – Alone Risk) : Koefisien Variasi
Koevisien variasi menunjukkan risiko per unit pengembalian, dan menghasilkan dasar
yang lebih berarti untuk perbandingan apabila pengembalian yang diharapkan atas dua
alternatif adalah tidak sama.
Risiko yang Ditolak (Risk Aversion)
Investor yang menolak risiko tidak menyukai risiko dan meminta tingkat pengembalian
yang lebih tinggi jika membeli sekuritas yang lebih berisiko.
Pengembalian Portofolio
Pengembalian yang Diharapkan atas Portofolio, P, (expected return on a portfolio),
adalah rata-rata tertimbang dari pengembalian yang diharapkan atas aktiva individu
dalam Portofolio, dengan bobot menjadi pecahan dari total portofolio yang
diinvestasikan dalam setiap aktiva:
Di sini i adalah pengembalian yang diharapkan atas saham individu, wi' adalah bobot.
dan n terdapat saham dalam portofolio. Perhatikan (1) bahwa w, adalah pecahan dari
nilai dolar portofolio yang diinvestasikan dalam Saham i (yaitu, nilai investasi dalam
Saham i dibagi dengan total nilai portofolio) dan (2) bahwa jumlah wi harus sama
dengan 1,0.
Risiko Portofollo
Pengembalian yang diharapkan atas portofolio adalah rata-rata tertimbang dari
pengembalian yang diharapkan atas aktiva individu dalam portofolio. Akan tetapi
tidak seperti pengembalian, risiko portofolio, σ P. Peda umumnya bukan merupakan
rata-rata terimbang deviasi standar dari aktiva individu dalarn portofolio: risiko
portofolio akan lebih kecil dari rata-rata terimbang aktiva σs,. Pada kenyataannya,
secara teoritis adalah mungkin untuk menggabungkan saham yang secara individu
sedikit berisiko seperti diukur oleh deviasi standar dan untuk membentuk portotolio
yang betul betul tidak berisiko, dengan σP = 0.
Untuk mengilustrasikan pengaruh penggabungan aktiva ini, mari kita
pertimbangkan situasi dalam Gambar. Bagian bawah memberikan data mengenai
tingkat pengembalian Saham W dan M secara individu, dan juga untuk portofolio yang
diinvestasikan 50 persen dalam setiap saham. Tiga grafik paling atas menunjukkan
bidang data dalam format time series, dan grafik paling bawah menunjukkan distribusi
probabilitas pengembalian. dengan asumsi bahwa di masa depan diperkirakan sama
seperti waktu lampau. Kedua saham ini mungkin agak berisiko jika keduanya
disimpan tersendiri, tetapi bila keduanya digabungkan dalam bentuk Portofolio WM,
maka keduanya tidak berisiko sama sekali. (Catatan: Kedua saham ini disebut W dan
M karena grafik pengembaliannya dalam Gambar mirip huruf W dan M).
Risiko yang dapat didiversifikasi disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara
hukum, pemogokan, program pemasaran yang sukses dan tidak sukses, kalah atau
menang kontrak, serta kejadian unik lainnya pada perusahaan tertentu. Karena kejadian-
kejadian ini terjadi secara acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieliminasi
oleh diversifikasi-kejadian buruk dalam satu perusahaan akan diimbangi oleh kejadian
yang baik lainnya. Risiko pasar, di sisi lain. berasal dari faktor-faktor yang secara
sistematis mempengaruhi sebagian besar perusahaan: perang, inflasi, resesi, dan suku
bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham cenderung dipengaruhi secara negatif
oleh faktor-faktor ini, maka risiko pasar tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi.
Konsep Beta
Kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun dalam pasar tercermin dalam
koefisien beta, , yang merupakan unsur kunci dari CAPM. Beta adalah unsur kunci
dari CAPM. Rata-rata risiko saham didefinisikan sebagai saham yang cenderung
bergerak naik dan turun sejalan dengan pasar umum yang diukur oleh beberapa indeks
seperti Dow Jones Industrials, S&P 500, atau New York Stock Exchange. Menurut
definisinya, saham ini akan mempunyai beta, b, sebesar 1.0. yang mengindikasikan
bahwa secara umum jika pasar bergerak ke atas 10 persen. maka saham juga akan naik
sebesar 10 persen, sementara jika pasar turun 10 persen, maka saham juga akan turun
sebesar 10 persen. Portofolio saham dengan b = 1,0 akan bergerak naik dan turun
sesuai dengan rata-rata pasar. dan akan memiliki risiko yang sama dengan rata-rata
pasar. Jika b = 0.5, maka perubahan saham hanya separuh dari perubahan pasar-saham
itu akan naik dan turun hanya separuhnya dan portofolio saham seperti ini akan
memiliki setengah risiko portofolio b = 1,0. Di samping itu, jika b = 2,0, maka
perubahan saham akan dua kali lipat dari perubahan rata-rata saham.
(5.6)
Di sini pengembalian bebas risiko mencakup premi untuk inflasi yang diharapkan, dan
kita mengasumsikan bahwa aktiva mempunyai jatuh tempo dan likuiditas yang sama.
Menurut kondisi ini, pengembalian yang diperlukan atas saham i dapat ditulis sebagai
berikut:
Persamaan 5.8:
risiko yang lebih rendah bagi perusahaan multinasional dan portofolio yang
didiversifikasi secara global.
Kesimpulan :
1. Risiko dapat di definisikan sebagai peluang bahwa beberapa kejadian yang tidak
menguntungkan akan terjadi.
2. Distribusi Probabilitas adalah daftar dari semua hasil (outcomes ) atau peristiwa yang
mungkin akan terjadi dengan disertai probabilitas atau kemungkinan terjadinya
peristiwa tersebut
3. Bagian risiko saham yang dapat dieliminasi disebut risiko yang dapat
didiversifikasi, sementara bagian yang tidak dapat dieliminasi disebut risiko pasar.
4. Sebuah portofolio yang terdiri dari sekuritas vang rendah betanya akan mem-
punyai beta portfolio yang rendah, karena beta portofolio adalah rata-rata
tertimbang dari beta sekuritas individu.
5. Menurut model CAPM pengembalian yang diperlukan = pengembalian bebas risiko +
premi risiko
Umpan Balik :
1. Jelaskan dan beri contoh yang dimaksud dengan risiko !
2. Jelaskan risiko apa yang dapat dieliminir dengan menyusun portfolio investasi !
3. Beri contoh ilustrasi kwantitatif perhitungan expected return (pengembalian
yangdiharapkan) !
4. Jika risk free 4 % return market 8 %, beta = 1,2 hitung besarnya expected return
dengan model CAPM !
BAB VI
NILAI WAKTU UANG
(TIME VALUE OF MONEY)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Present value untuk bunga tunggal,
aliran kas beragam dan anuitas
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Future value untuk bunga tunggal, aliran
kas beragam dan anuitas
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Nilai sekarang dan nilai kemudian
(future value) jika bunga dihitung lebih dari satu kali dalam satu periode
4. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Nilai sekarang anuitas
5. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Amortisasi pinjaman
Manajer keuangan berhadapan dengan nilai waktu dari uang setiap hari.
Pemahaman tentang waktu dari uang ini diperlukan :
1. Oleh manajer keuangan dalam mengambil keputusan mereka untuk berinvestasi di
dalam surat berharga (sekuritas) yang berbeda.
2. Oleh mereka yang menangani pinjaman hipotik dan komersial waktu menentukan
jangka waktu pinjam.
3. Oleh analis penganggaram modal waktu memutuskan proyek mana yang harus
diambil perusahaan.
Nilai Mendatang (Future Value)
Satu rupiah yang kita miliki hari ini lebih bernilai dari pada satu rupiah yang akan
diterima tahun berikutnya, karena jika kita memiliki sekarang, kita bisa menanamkannya,
menghasilkan bunga dan satu tahun lagi nilainya sudah lebih dari satu dolar. Proses
beralih dari nilai sekarang ke nilai mendatang disebut kemajemukan (compounding)
dengan kata lain yang dimaksud pemajemukan adalah proses aritmatik perhitungan nilai
akhir suatu pembayaran atau rangkaian pembayaran apabila bunga majemuk dipakai.
Nilai mendatang (Future value) dapat diartikan suatu jumlah dimana akan dicapai
pertumbuhan pembayaran atau serangkaian pembayaran selama satu periode waktu
mendatang apabila dimajemukan dengan suku bunga tertentu.
Untuk memperoleh nilai mendatang (future value), dapat kita gunakan formula sebagai
berikut :
FV = PV (1 + k)n = PV (FVIFk,n)
Dimana : FV = future value = nilai mendatang
PV = present value = nilai sekarang
k = suku bunga
n = jumlah tahun atau jumlah periode
FVIF = faktor bunga nilai mendatang, yakni nilai mendatang dari Rp 1,- yang tersimpan
dalam rekening selama n periode dengan penghasilan k persen per periode yang sama
dengan (1+k)n .
Contoh perhitungan :
Yuris saat ini memiliki uang sebesar Rp 1.000.000,-, disimpan di bank selama 5 tahun
dengan tingkat bunga 7 % per tahun, maka berapakah uang yaris 5 tahun mendatang ?
Jawab :
FV = 1 juta (1 + 0,07)5
= 1 juta x 1,4026 = 1.402.600,-
Nilai Sekarang (Present Value)
Nilai Sekarang (present value) adalah nilai sekarang dari suatu pembayaran atau
serangkaian pembayaran pada masa datang yang didiskontokan dengan suku bunga
diskonto yang tepat.
Jadi yang dimaksud dengan pendiskontoan (discounting) adalah proses pencarian
nilai sekarang dari suatu atau serangkaian pembayaran atau arus kas pada masa datang,
kebalikan dari pemajemukan.
FV
PV =
(1 k ) n
Rp.40 juta
=
(1 0,08) 6
= 40 juta / 1.5869 = 25,2064 juta
Anuitas (Annuity)
Yang dimaksud dengan anuits (annuity) adalah serangkaian pembayaran yang jumlahnya
sama (PMT) selama sejumlah periode tertentu.
Anuitas (Annuity) Ada Dua Macam
1. Annuitas biasa (Ordinary annuity), yakni jika pembayaran (PMT) terjadi pada
akhir setiap periode. Kadang-kadang disebut juga dengan anuitas tertunda
(deffered annuity). Anuitas ini jauh lebih umum di bidang keuangan.
2. Anuitas jatuh tempo (annuity due adalah jika pembayaran (PMT) dilakukan pada
permulaan setiap periode.
Nilai Mendatang Dari Anuitas (FVAN)
Untuk menghitung nilai mendatang dari anuitas biasa digunakan formula sebagai
berikut :
FVAn = PMT (1 + K)n-1 + PMT (1 = k)n-2 + … + PMT (1 + k)0
n
PMT (1 k) n-1
t 1
(1 k) n -1
PMT [ ]
k
= PMT (FVIFA k,n)
dimana :
PMT = pembayaran dalam jumlah yang tepat
n = jumlah periode
k = suku bunga
FVIFA = faktor bunga nilai mendatang untuk suatu anuitas yang terdiri dari n
pembayaran periodik dan dimajemukkan dengan k persen.
Contoh perhitungan :
PT Makmur harus melakukan pembayaran sebesar Rp. 5.000.000,- selama 6 tahun jika
besarnya bunga 12 % berapakah besarnya anuitas mendatang dari pembayaran yang
dilakukan perusahaan ?
= PMT (PVIFAk,n)
dimana :
PMT = Pembayaran dalam jumlah tetap (anuitas)
n = Jumlah periode
k = suku bunga
PVIFA = faktor bunga nilai sekarang untuk suatu nilai anuitas yang terdiri dari n
pembayaran periodic dan dimajemukkan dengan k persen
Contoh perhitungan :
PT Maju harus melakukan pembayaran sebesar rp 7.000.000,- selama 6 tahun. Jika
besarnya bunga 10 % berapakah besarnya nilai sekarang dari anuitas pembayaran yang
dilakukan perusahaan ?
Jawab : PVA = PMT (PVIFAk,n)
= Rp 7 juta (PVIFA10 %,6)
= Rp 7 juta x 4,3553
= Rp 30,4871 juta
Pemajemukan Dua Kali Setahun (Setengah Tahunan) Atau Yang Lebih Sering
Sejauh ini kita mengasumsikan pembayaran dilakukan, dan bunga diterima secara
tahunan. Akan tetapi banyak kontrak yang menyebutkan pembayaran bunga yang lebih
serin, contohnya hipotik dan pinjaman kredit kendaraan yang mengharuskan pembayaran
bulanan, dengan kebanyakan obligasi membayar bunga secara setengah tahun. Demikian
juga sebagian bsar bank menghitung bunga harian.
Persamaan umum untuk mendapatkan nilai masa depan (Future Value) untuk
sejumlah periode pemajemukan pertahun adalah sebagai berikut :
i non mn
FVn PV { 1 }
M
Dimana :
FVn = Future value (nilai mendatang)
PV = Present value (nilai sekarang)
inom = suku bunga yang ditetapkan
m = jumlah periode pemajemukan per tahun
n = jumlah tahun
Contoh perhitungan :
Saat ini “Yudha” memiliki uang sebesar Rp 20 juta, ia berniat menyimpan uang tersebut
selama 5 tahun. Besarnya bunga yang ditetapkan oleh bank 20 %per tahun.ternyata proses
pemajemukan di bank tersebut adalah triwulan atau 4 kali dalam setahun. Berapa nilai
mendatang dari uang “Yudha” tersebut ?
Jawab :
i non mn
FVn PV { 1 }
M
12 5x4
20 juta { 1 }
4
= 20 juta x 1,8061
= 36,122 juta
Amortisasi Pinjaman
Salah satu aplikasi terpenting dari bunga majemuk yang menyangkut pinjaman
adalah secara cicilan. Hal ini mencakup pembelian kendaraan secara kredit, pinjaman
hipotik rumah, pinjaman bisnis, dan obligasi jangka panjang.
Adalah salah satu pinjaman yang diselesaikan dengan pembayaran yang sama
selama periode tertentu.
Skedul Amortisasi
Menunjukkan bepapa besar dari setiap pembayaran yang membentuk bunga,
berapa yang digunakan untuk mengurangi pokok, dan saldo yang belum terbayar pada
setiap waktu.
Tabel skedul amortisasi melihatkan secara tepat bagaimana pinjaman akan
dilunasi. Tabel ini menunjukkan pembayaran yang diperlukan pada setiap tanggal
pembayaran dan merinci pembayaran, besarnya bunga dan besarnya pembayaran kembali
pokok pinjaman
Contoh perhitungan :
Yuangga memiliki pinjaman sebesar Rp 10 juta, pinjaman ini harus dicicil setiap tahun
dengan jangka waktu 3 tahun. Besarnya bunga adalah 6 % setiap tahun. Dari data tersebut
buatlah skedul amortisasi !
Jawab :
PVAn = PMT (PVIFAi,n)
Rp 10 juta = PMT (PVIFA6%,3) = PMT (2,6730)
PMT = 10 juta / 2,6730
= 3,7411 juta
Tabel SKEDUL AMORTISASI PINJAMAN
T Pembayaran
Saldo awal Pembayaran Bunga
h Pokok Saldo
(1) (2) (3)
4=3-2
1 10 juta 3,7411 juta 600 ribu 3.1411 juta 6,8589 juta
2 6,8589 juta 3,7411 juta 411,5 ribu 3,3296 juta 3,5293 juta
Kesimpulan :
1. Jumlah uang yang dibayar atau diterima pada dua titik waktu yang berlainan tersebut
berbeda, dan perbedaan itu diakui dan diperhitungkan dalam analisis sistem time value of
money (nilai waktu dari uang), atau diskonto arus kas (discounted cash flow, yang
disingkat DFC).
2. Nilai mendatang (Future value) dapat diartikan suatu jumlah dimana akan dicapai
pertumbuhan pembayaran atau serangkaian pembayaran selama satu periode waktu
mendatang apabila dimajemukan dengan suku bunga tertentu.
Untuk memperoleh nilai mendatang (future value), dapat kita gunakan formula sebagai
berikut :
FV = PV (1 + k)n = PV (FVIFk,n)
3. Nilai Sekarang (present value) adalah nilai sekarang dari suatu pembayaran atau
serangkaian pembayaran pada masa datang yang didiskontokan dengan suku bunga
diskonto yang tepat. Formula untuk menghitung besarnya present value adalah sebagai
berikut :
PV = FV (1/(1+k)n= FV (PVIFk,n )
4.Tabel skedul amortisasi melihatkan secara tepat bagaimana pinjaman akan dilunasi.
Tabel ini menunjukkan pembayaran yang diperlukan pada setiap tanggal pembayaran dan
merinci pembayaran, besarnya bunga dan besarnya pembayaran kembali pokok pinjaman
Umpan Balik
1. Jelaskan konsep time value of money !
2. Jelaskan manfaat konsep tersebut dalam manajemen keuangan!
3. Bagaimana menghitung future value!
4. Jelaskan perbedaan bunga tunggal dan bunga majemuk!
5. Jika “Malik” mendepositokan uangnya sebesar Rp 20 juta dalam rekening bank yang
membayar 10 % bunga tahunan. Berapakah uang “Malik” 9 tahun kemudian ?
6.Berapa nilai sekarang dari sekuritas yang menjanjikan akan membayar Rp 15.000.000,-
dalam 7 tahun ? asumsikan return sekuritas lainnya yang memberikan risiko yang sama
adalah sebesar 11 %.
3.Berapakah nilai masa depan anuitas biasa 8 tahun yang menjanjikan akan membayar Rp
55 juta setiap tahun, dan suku bunganya adalah 12 %
BAB VII
PENILAIAN SAHAM
Standar Kompetensi
Pengertian Saham
Saham merupakan bukti keikutsertaan dalam kepemilikan suatu perusahaan jika
para pemodal membeli saham berarti mereka membeli prospek perusahaan. Kalau prospek
perusahaan baik, harga saham akan meningkat. Memiliki saham berarti memiliki
perusahaan. Proporsi saham yang dimilki menunjukkan proporsi kepemilkikan terhadap
perusahaan. Jika perusahaan berkembang dengan baik maka nilai perusahaan akan
meningkat. Dalam keadaan tersebut harga saham menjadi lebih tinggi dari harga pada
waktu pertama kali membeli. Dalam kondisi tersebut pemegang saham memperoleh
Capital gain. Capital gain adalah penghasilan yang diterima oleh pembeli saham akibat
kenaikan harga saham.
Harga Saham
Tinggi rendahnya harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan atau kinerja
suatu perusahaan. Harga saham tergantung pada arus kas yang dibayarnya kepada
pemegang saham, penentuan waktu arus kas dan risiko. Sedangkan tingkat dan risiko arus
kas dipengaruhi oleh lingkungan keuangan, investasi, pembiayaan dan keputusan
kebijakan dividen yang dibuat oleh manajer keuangan.
Menurut Sjahrir (1995 : 15) secara umum, faktor yang mempengaruhi keputusan investor
untuk membeli saham dapat digolongkan menurut faktor rasional maupun faktor yang
tidak rasional. Faktor rasional pada umumnya berkaitan dengan sesuatu yang disebut
analisis fundamental. Analisis ini terfokus pada dan dilakukan terhadap aspek
fundamental dari perusahaan yang memasuki pasar modal. Dalam pendekatan ini dibuat
perkiraan mengenai nilai hakiki setiap saham atau diasumsikan bahwa setiap saham
memiliki nilai hakikinya, yaitu nilai yang dilihat dari fakta. Fakta yang dimaksud disini
ditentukan oleh aspek fundamental seperti earning per share, dividen per saham,
struktur permodalan, potensi pertumbuhan dan prospek perusahaan.
Menurut Pike (1983 : 169) harga saham pada saat ini tidak hanya merupakan
refleksi dari pendapatan dividen saat ini melainkan juga dividen yang diharapkan di masa
yang akan datang , apakah lebih besar atau lebih kecil dari dividen yang diterima saat ini.
Apabila pendapatan perusahaan meningkat dan diestimasi terus meningkat,
kemungkinan dividen juga meningkat dan seseorang akan bersedia membayar saham
perusahaan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan saham yang diestimasikan
pendapatannya akan menurun, dengan kata lain harga saham perusahaan yang
Level of Economic
Activity and
Corporate Taaxes
External Constraints: Strategic Policy Stock Market
1.Antitrust Laws Decisions Controlled Conditions
2. Environmental by Management :
Regulations
3.Product and Workplace :
Expected
Safety Regulations 1. Types of Products
4 Employment Practices
Profitability
or Services Pruduced
Rules 2. Production Methods
5. Federal Reserve Policy
6. International
Used Stock Price
3. Relative Use of Timing of Cash
Development. Debt Financing Flow
4. Dividend Policy
Degree of Risk
Pemegang saham biasa adalah pemilik suatu perusahaan karena itu mereka
memiliki hak-hak tertentu, yakni :
1. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi perusahaan
serta memilih petugas yang mengelola perusahaan tersebut.
2. pemegang saham biasa seringkali memiliki hak yang disebut hak preemtif
(preemptive right) yakni ketentuan dalam anggaran dasar atau dalam anggaran
rumah tangga perusahaan yang memberikan kepada pemegang saham biasa
Hak untuk membeli saham biasa (atau surat berharga konvertibel) yang baru
diterbitkan.
Jenis-jenis Saham Biasa :
1. Saham bertingkat (Classified stock), yakni saham biasa yang diberi tanda khusus
seperti kelas A, kelas B dan sebagainya untuk memenuhi keperluan khusus
perusahaan.
2. Saham pendiri perusahaan (Founders shares) adalah saham yang dimiliki oleh
pendiri perusahaan yang mempunyai hak suara tunggal tetapi memilki dividen
yang terbatas untuk beberapa tahun tertentu
Dimana :
Vps = nilai yang wajar dari saham preferen
D = dividen tahunan dari saham preferen
Kps = Tingkat pengembalian yang disyaratkan
Contoh :
Saham preferent dari “PT BUNGA” memberikan dividen tahunan sebesar Rp 200 per
lembarnya. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor sebesar 15 % per tahun.
Nilai nominal saham sebesar Rp 1000 per lembarnya. Berapakah nilai yang wajar dari
saham preferen ? apabila harga pasar (market value) dari saham preferen adalah sebesar
Rp 1200 tindakan apa yang sebaiknya dilakukan investor ?
Jawab :
D
Vps
k ps
200
=
15%
= Rp 1.333,33-
Jadi nilai yang wajar dari saham referen adalah sebesar Rp 1.333,33-
Bila harga pasar (market value) dari saham preferent tersebut sebesar Rp 1.200,- maka
saham tersebut mengalami “undervalued” artinya saham dinilai terlalu rendah, maka
sebaiknya investor membeli sahan tersebut, karena harga saham akan naik menuju nilai
yang wajar, yakni sebesar Rp 1.333,33- dengan kata lain pada kondisi tersebut saham
preferent potensial untuk dibeli.
2. saham dapat dijual pada beberapa tanggal di masa depan, dengan harapan tingkat
harganya lebih tinggi dari harga beli. Jika saham benar-benar dijual diatas harga beli,
maka investor akan menerima keuntungan modal (capital gain).
D1
P = ……3
r -g
Dimana :
1. D1 = dividen yang akan datang
2. g = pertumbuhan dividen
3. r = Kcs = tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor
4. persamaan 3 disebut model pertumbuhan konstan / model Gordon =-
shapiro
Contoh :
Saham PT “Yudha Pratama” memiliki nilao nominal sebesar Rp 1.200,- per lembar.
Dividen yang akan datang diestimasikan sebesar Rp 250,- per lembar. Dividen ini
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 4 %. Tingkat keuntungan yang
disyaratkan oleh investor sebesar 16 %. Dari data tersebut berapakah nilai yang wajar dari
saham biasa tersebur ?
Jawab :
D1
P
r -g
250
= Rp 2083,33
0,16 - 0.04
Jadi nilai yang wajar atau nilai intrinsic saham sebsat Rp 2083,33
Model CAPM (CAPITAL ASSETS PRICING MODEL) oleh William. F. Sharpe dan
John Lintner th 1960
1. Menurut teori CAPM dalam kondisi keseimbang, pengembalian yang diharapkan
dari saham merupakan fungsi linier dari suku bunga bebas risiko, beta saham dan
pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar.
2. Hubungan linier ini disebut garis sekuritas pasar (security market line/SML)
3. Ri = Rf + ( Rm – Rf ) βi
Asumsi-Asumsi Capm
1. Evaluasi terhadap port folio didasarkan pada keuntungan yang diharapkan dan deviasi
standart port folio selama satu periode waktu tertentu.
2. Tindakan investor semata-mata didasarkan atas pertimbangan keuntungan yang
diharapkan dan deviasi standart port folio
3. Aset-aset individual sepenuhnya dapat dipecah sampai bagian yang terkecil sehingga
investor bisa membeli assets pada jumlah yang ia inginkan
4. Terdapat tingkat bunga pinjaman dan tabungan bebas risiko yang berlaku untuk semua
investor
5. tidak ada transaksi dan pajak penghasilan
6. informasi dapat diperoleh secara langsung (instantly) dan Cuma-cuma oleh semua
investor
7. Tindakan pemodal secara individual tidak dapat mempengaruhi harga saham,
sebaliknya tindakan seluruh pemodal secara bersama-sama mungkin dapat
mempengaruhi harga sekuritas di pasa
8. setiap pemodal memiliki pengharapan yang sama
9. semua assets dapat diperjual belikan (marketable)
Kesimpulan
1.Saham adalah bukti keikutsertaan dalam kepemilikan suatu perusahaan jika para
pemodal membeli saham berarti mereka membeli prospek perusahaan. Kalau prospek
perusahaan baik, harga saham akan meningkat
2. Saham biasa pemiliknya memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham,
besarnya dividen yang dibayarkan berfluktuasi sesuai kinerja perusahaan.
3. Saham preferen pemiliknya memiliki preferensi pada saat pembagian dividen dan pada
saat pembagian asset.
4. Nilai saham preferen adalah nilai sekarang dari arus kas yang berlanjut sampai tidak
tentu waktunya (perpetuity). Nilai dari saham preferen dapat diformulasikan sebagai
berikut :
D
Vps
k ps
5.Nilai yang wajar (nilai intrinsik) saham biasa seperti halnya salam preferen merupakan
nilai sekarang (present value) dari arus kas masa depan yang diharapkan dari
kepemilikan saham biasa. Nilai dari saham biasa dapat diformulasikan sebagai berikut :
D1
P
r -g
3. Saham preferen “PT Jaya” berharga Rp 4.216,- dan membayar dividen sebesar Rp
195,-. Berapa tingkat pengembalian yang dharapakan oleh investor ?
D
Vps
k ps
195
4.216 Kps = 4,63 %
k ps
Jadi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investore adalah sebesar 4,63 %
Umpan Balik
1. Jelaskan bagaimana menilai saham biasa !
BAB VIII
PENILAIAN OBLIGASI
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian obligasi beserta contohnya
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep .Penilaian Obligasi dengan kupon
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Penilaian obligasi tanpa bunga
4. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis obligasi beserta contohnya
Pengertian Obligasi
Obligasi adalah kontrak utang jangka panjang dimana peminjam setuju untuk membayar
bunga dan pokoknya kepada pemegang obligasi pada waktu tertentu
Karakteristik Obligasi
1. Nilai par atau nilai nominal
Nilai yang tertera pada kertas obligasi dan mewakili jumlah uang yang dipinjam oleh
Contoh: par value Rp 10.000 bayar kupon Rp 1000 per tahun. Artinya kupon sebesar
10%.
4. Jangka pendek (surat utang atau bill): yang masa jatuh temponya hingga 1
tahun;
a. Medium Term Note: masa jatuh temponya antara 1 hingga 10 tahun;
b. Jangka panjang (obligasi atau bond): jatuh temponya diatas 10 tahun.
5. Penilaian suatu asset adalah nilai sekarang (PV) dari aliran kas yang dihasilkan
di masa yang akan datang.
WARNING
1. The coupon rate bukan the discount rate yang dipakai dalam perhitungan Present
Value.
2. The coupon rate hanya memberitahu kita berapa aliran kas yang akan dihasilkan
obligasi
Harga suatu obligasi adalah Present Value dari semua aliran kas yang dihasilkan oleh
obligasi tsb ( yaitu: kupon dan nilai par ) di diskon pada tingkat return yang diminta
3. Rate of return yang diharapkan apabila pemilik obligasi memegang terus sampai
obligasi jatuh tempo
Jenis-jenis obligasi
1. Obligasi suku bunga tetap memiliki kupon bunga dengan besaran tetap yang dibayar
secara berkala sepanjang masa berlakunya obligasi.
2. Obligasi suku bunga mengambang atau biasa juga disebut dengan Floating rate note
(FRN) memiliki kupon yang perhitungan besaran bunganya mengacu pada suatu
indeks pasar uang seperti LIBOR atau Euribor.
3. Junk bond atau "obligasi berimbal hasil tinggi" adalah obligasi yang memiliki
peringkat dibahah peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat
kredit. Oleh karena obligasi jenis ini memiliki risiko yang cukup tinggi maka
investor mengharapkan suatu imbal hasil yang lebih tinggi.
4. Obligasi tanpa bunga atau lebih dikenal dengan istilah (zero coupon bond) adalah
obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan
dengan pemberian potongan harga dari nilai pari. Pemegang obligasi menerima
secara penuh pokok hutang pada saat jatuh tempo obligasi.
5. Obligasi inflasi atau lebih dikenal dengan sebutan (Inflation linked bond), dimana
nilai pokok utang pada obligasi tersebut adalah mengacu pada indeks inflasi. Suku
bunga pada obligasi jenis ini lebih rendah daripada obligasi suku bunga tetap .
Namun dengan bertumbuhnya nilai pokok utang sejalan dengan inflasi, maka
pembayaran pelunasan obligasi ini akan meningkat pula. Pada periode tahun
1980an, pemerintah Inggris adalah yang pertama kalinya menerbitkan obligasi jenis
ini yang diberi nama Gilts. Di Amerika obligasi jenis ini dikenal dengan nama
"Treasury Inflation-Protected Securities" (TIPS) dan I-bonds.
6. Obligasi indeks lainnya, adalah surat utang berbasis ekuiti (equity linked note) dan
obligasi yang mengacu pada indeks yang merupakan indikator bisnis seperti
penghasilan, nilai tambah ataupun pada indeks nasional seperti Produk domestik
bruto.
7. Efek Beragun Aset adalah obligasi yang pembayaran bunga dan pokok utangnya
dijamin oleh acuan berupa arus kas yang diperoleh dari penghasilan aset. Contoh
dari obligasi jenis ini adalah Efek beragun KPR (mortgage-backed security-MBS),
collateralized mortgage obligation (CMOs) dan collateralized debt obligation
(CDOs).
8. Obligasi subordinasi obligasi yang memiliki peringkat prioritas lebih rendah
dibandingkan obligasi lainnya yang diterbitkan oleh penerbit dalam hal terjadinya
likuidasi. Dalam hal terjadinya kepailitan maka ada hirarki dari para kreditur.
Pertama adalah pembayaran dari likuidator, kemudaian pembayaran utang pajak,
dan lain-lain. Pemegang obligasi yang pembayarannya diutamakan adalah obligasi
yang memiliki tanggal penerbitan paling awal yang disebut obligasi senior, setelah
obligasi ini dilunasi maka barulah pembayaran pelunasan obligasi subordinasi
dilakukan. Oleh karena risikonya lebih tinggi maka obligasi subordinasi ini biasanya
memiliki peringkat kredit lebih rendah daripada obligasi senior. Contoh utama dari
obligasi subordinasi ini dapat ditemui pada obligasi yang diterbitkan oleh perbankan
dan pada Efek Beragun Aset . Penerbitan yang berikutnya umumnya dilakukan
dalam bentuk "tranches"[2]. Senior tranches dibayar terlebih dahulu dari tranches
subordinasi.
9. Obligasi abadi, Obligasi ini tidak memiliki suatu masa jatuh tempo. Obligasi jenis
ini yang terkenal dalam pasar obligasi adalah "UK Consols" yang diterbitkan oleh
pemerintah Inggris, atau juga dikenal dengan nama Treasury Annuities atau Undated
Treasuries. Beberapa dari obligasi ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1888 dan
masih diperdagangkan hingga hari ini. Beberapa obligasi jenis ini juga memiliki
masa jatuh tempo yang sangat panjang sekali seperti misalnya perusahaan West
Shore Railroad yang menerbitkan obligasi dengan masa jatuh tempo pada tahun
2361 (atau abad ke 24). Terkadang juga obligasi abadi ini dilihat berdasarkan dari
nilai tunai obligasi tersebut pada saat ini yang nilai pokoknya mendekati nol.
10. Obligasi atas unjuk adalah merupakan sertifikat resmi tanpa nama pemegang dimana
siapapun yang memegang obligasi tersebut dapat menuntut dilakukannya
pembayaran atas obligasi yang dipegangnya tersebut. Biasanya juga obligasi ini
diberi nomer urut dan didaftarkan guna menghindari pemalsuan namun dapat
diperdagangkan seperti layaknya uang tunai. Obligasi ini amat berisiko terhadap
kehilangan dan kecurian. Obligasi ini sering disalah gunakan untuk menghidari
pengenaan pajak.ref>Eason, Yla (June 6, 1983). "Final Surge in Bearer Bonds" New
York Times.</ref> Para perusahaan di Amerika menghentikan penerbitan obligasi
atas unjuk i9ni sejak tahun 1982 dan secara resmi dilarang oleh otoritas perpajakan
pada tahun 1983.[3]
11. Obligasi tercatat adalah obligasi yang kepemilikannya ataupun peralihannya
didaftarkan dan dicatat oleh penerbit atau oleh lembaga administrasi efek.
Pembayaran bunga dan pembayaran pokok utang akan dtransfer langsung kepada
pemegang obligasi yang namanya tercatat.
12. Obligasi daerah atau di Amerika dikenal sebagai (municipal bond) adalah obligasi
yang diterbitkan oleh negara bagian, teritorial, kota, pemerintahan setempat, ataupun
lembaga-lembaganya. Bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi seringkali
tidak dikenakan pajak oleh negara bagian yang menerbitkan, namun obligasi daerah
yang diterbitkan guna suatu tujuan tertentu tetap dikenakan pajak.
13. Obligasi tanpa warkat atau lebih dikenal sebagai Book-entry bond adalah suatu
obligasi yang tidak memiliki sertifikat, dimana mahalnya biaya pembuatan sertifikat
serta kupon mengakibatkan timbulnya obligasi jenis ini. Obligasi ini menggunakan
sistem elektronik terpadu yang mendukung penyelesaian transaksi efek secara
pemindahbukuan di pasar modal.[4]
14. Obligasi lotere atau juga disebut Lottery bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh
suatu negara (biasanya negara-negara Eropa). Bunganya dibayar seperti tata cara
pembayaran bunga pada obligasi suku bunga tetap tetapi penerbit obligasi akan
menebus obligasi yang diterbitkannya secara acak pada waktu tertentu dimana
penebusan atau pelunasan obligasi yang beruntung terpilih akan dilakukan dengan
harga yang lebih tinggi daripada nilai yang tertera pada obligasi .
15. Obligasi perang atau War bond adalah suatu obligasi yang diterbitkan oleh suatu
negara guna membiayai perang
1. Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu dalam rangka Program
Rekapitalisasi Perbankan;
2. Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN;
3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai
defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel;
4. Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut "obligasi syariah" atau
"obligasi sukuk", sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN
Pasar obligasi
Sebagai suatu efek, obligasi bersifat dapat diperdagangkan.
tinggi dibandingkan yang berjangka waktu lebih panjang. Kondisi abnormal seperti itulah
yang saat ini tengah berlangsung di pasar obligasi dalam negeri. Coba bandingkan, SBI 1
bulan yang jangka waktu penerbitannya 28 hari, saat ini memberi return 11,360 persen per
tahun. SBI 3 bulan dengan jangka waktu penerbitan 91 hari, memiliki return per tahun
11.968 persen. Sementara, obligasi rekap dengan kode perdangan IDRBFR02 yang jatuh
waktu 15 Juni 2009 memiliki return 11,720 persen atau lebih rendah dibandingkan SBI 3
bulan. Hal yang sama tercermin dari obligasi IDRBFR05 yang jangka waktu
penerbitannya verakhir 15 Juli 2007 yang hanya mencatat return 11,790 persen.
IDRBFR04 dan IDRBFR08 dengan jangka waktu penerbitan masing-masing 15 februari
2006 dan 15 Mei 2005, memiliki return 11,630 persen dan 11,400 persen. Fakta ini
sekaligus menyimpulkan bahwa untuk jangka waktu panjang yang berbeda, return yang
dihasilkan relatif sama (flat). Dengan kata lain, dalam melakukan transaksi obligasi,
pelaku pasar relatif hanya mendasarkan pada satu level return tanpa mengkaitkannya
dengan jangka waktu obligasi yang ditransaksikan.
Agar tidak terjebak di dalam kondisi yang abnormal tersebut, pelaku pasar
obligasi harus dapat melakukan penilaian atas kupon atau return suatu obligasi. Penilaian
atas kupon suatu obligasi biasanya dilakukan sebelum melakukan pembelian obligasi di
pasar perdana yang secara umum ditawarkan dengan harga 100% (par value). Penilaian
dapat dilakukan dengan cara membandingkan dengan kupon obligasi lain yang terbitnya
relatif bersamaan atau membandingkannya dengan return obligasi yang berlaku di pasar.
Penilaian atas kelayakan harga suatu obligasi dilakukan bila hendak membeli obligasi di
pasar sekunder. Caranya, dengan membandingkan dengan return obligasi alternatif
lainnya dan mengkonversikannya menjadi harga. Sementara cara yang relatif sangat
sederhana untuk melakukan penilaian atas kelayakan suatu kupon atau return suatu
obligasi adalah dengan cara melakukan perbandingan rating obligasi yang akan dibeli
dengan obligasi alternatif lainnya baik yang mempunyai rating yang sama ataupun rating
yang berbeda.
Menurut teori, instrumen yang relatif tidak mempunyai risiko adalah instrumen
yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara atau bank sentral. Bila obligasi tersebut
dikonversikan ke dalam rating, maka instrumen yang diterbitkan pemerintah memiliki
rating tertinggi yaitu AAA (triple A). Dengan demikian Obligasi Rekap atau Obligasi
Pemerintah RI ditetapkan dengan rating AAA. Untuk suatu institusi berrating BBB bila
hendak menerbitkan obligasi, maka untuk menentukan kuponnya perlu menghitungberapa
notch-kah antara rating AAA dengan BBB. Dari rating AAA dan BBB terdapat 9 notches
yang setiap notch-nya diberi bobot sebesar 0,25 persen p.a, dengan demikian kupon
obligasi BBB harus 1,75 persen p.a. lebih tinggi dari return obligasi pemerintah. Dengan
asumsi rata-rata return obligasi rekap sebesar 11,75 persen p.a, maka obligasi BBB
tersebut harus memberikan kupon minimal sebesar 13,500 persen p.a. (11,75 persen p.a +
1,75 persen p.a.). Perhitungan tersebut juga dapat digunakan untuk menetapkan kelayakan
harga suatu obligasi di pasar sekunder. Caranya, dengan lebih dulu menetapkan expected
return obligasi yang akan dibeli, kemudian mengkonversikannya menjadi harga dengan
menggunakan formula penghitungan return atau Yield To Maturity (YTM) secara
aproksimasi. Misalnya, suatu Obligasi dengan rating BBB memberikan kupon sebesar
15,00 persen p.a. dan mempunyai sisa jangka waktu 4 tahun. Harga yang layak untuk
obligasi tersebut bila return atau YTM pasar untuk obligasi sejenis (rating BBB) 13,500
persen adalah sekitar 104,50 persen.
Kesimpulan :
1. Obligasi adalah kontrak utang jangka panjang dimana peminjam setuju untuk
membayar bunga dan pokoknya kepada pemegang obligasi pada waktu tertentu
2. Harga suatu obligasi adalah Present Value dari semua aliran kas yang dihasilkan oleh
obligasi tsb ( yaitu: kupon dan nilai par ) di diskon pada tingkat return yang diminta
Rumus Penilaian Obligasi
PVbond = INT(PVIFA r,n) + M(PVIF r, n)
Umpan Balik
1. Jelaskan mengapa perusahaan menerbitkan obligasi !
2. Jelaskan bagaimana menilai obligasi !
3. Jelakan macam-macam obligasi !
4. Jelaskan yang dimaksud Zero Coupon Bond !
5. Jelaskan yang dimaksud obligasi dengan premi dan beri contohnya !
6. Jelaskan yang dimaksud obligasi dengan diskon dan beri contohnya !
7. Obligasi menawarkan kupon 12 % per tahun dari nilai nominalnya ( NN= 4000), umur
obligasi 8 tahun, obligasi diterbitkan pada tahun 2008. Jika tingkat keuntungan yang
disyaratkan 15 % hitung nilai obligasi pada saat penerbitan ! dan hitung nilai obligasi
pada th 2012 !
8. Obligasi menawarkan kupon 15 % per tahun dari nilai nominalnya ( NN= 10.000),
umur obligasi 6 tahun, obligasi diterbitkan pada tahun 2009 Jika tingkat keuntungan
yang disyaratkan 18 % hitung nilai obligasi pada saat penerbitan ! dan hitung nilai
obligasi pada th 2010 !
9. Obligasi tanpa bunga nilai nominalnya ( NN= 10.000), umur obligasi 6 tahun, obligasi
diterbitkan pada tahun 2009 Jika tingkat keuntungan yang disyaratkan 18 % hitung nilai
obligasi pada saat penerbitan ! dan hitung nilai obligasi pada th 2010 !
BAB IX
BIAYA MODAL
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya biaya modal dalam memilih struktur
modal yang optimal.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep biaya modal yang berasal dari hutang
3. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep biaya modal yang berasal dari Saham Preferen
4. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep biaya modal yang berasal dari Saham Biasa
5. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep biaya modal rata-rata tertimbang
6. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya modal
Kita akan mulai dengan mengestimasi berapa biaya yang diperlukan untuk
memperoleh modal yang digunakan dalam investasi tersebut. Menurut estimasi ini,
perusahaan dapat mengevaluasi proyek-proyek potensial dan hanya mengambil proyek
dengan pengembalian yang diharapkan yang lebih besar daripada biaya modalnya. Hal ini
akan menaikkan EVA dan juga kekayaan pemegang saham.
Modal ( Capital ) Merupakan faktor produksi yang dibutuhkan dan faktor – faktor
lainnya , modal mempunyai biaya. Biaya tiap komponen disebut biaya komponen (
Component Cost ) dari jenis modal tertentu. Jika Allied dapat meminjam uang pada suku
bunga 10 persen maka biaya komponen utangnya adalah 10 persen.
Biaya komponen setiap jenis modal ditunjukkan dengan simbol – simbol sebagai
berikut :
Kd = Suku bunga utang baru perusahaan = biaya komponen utang sebelum pajak.
Untuk Allied Kd =10%
Kd = ( 1-T ) = biaya Komponen utang setelah pajak, dimana T merupakan tarif
pajak marginal perusahaan T = 40 %
Jadi biaya modal rata – rata tertimbang untuk Allied :
Kd ( 1-T) = 10 % (1-0,4) = 10% ( 0,6) = 6,0%
Biaya utang setelah pajak digunakan untuk menghitung biaya modal rata – rata
tertimbang dan hal itu merupakan suku bunga utang. Biaya utang adalah suku bunga atas
utang baru bukan atas utang yang masih beredar.
Kompnen biaya saham preferen yang digunakan untuk menghitung biaya modal
rata-rata tertimbang, dividen saham preferen dibagi dengan harga penerbitan bersih yang
merupakan harga yang diterima perusahaan setelah dikurangi biaya flotasi.
Sebuah grafik yang menghubungkan biaya rata –rata tertimbang perusahaan dari
setiap dollar. Modal dengan jumlah total modal baru yang diperoleh break point akan
terjadi dalam skedul MCC, apabila jumlah modal ekuitas yang diperlukan untuk
membiayai anggaran modal perusahaan melebihi laba ditahannya. Pada saat itu biaya
modal akan mulai meningkat karena perusahaan harus menggunakan ekuitas dari luar
yang lebih mahal.
Biaya modal dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang beberapa berada diluar
kendali perusahaan, tetapi yang lainnya dipengaruhi oleh kebijakan pembiayaan dan
investasi perusahaan tersebut.
1. Faktor – faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan.
Dua faktor terpenting yang berada di luar kendali langsung perusahaan adalah
tingkat suku bunga dan tarif pajak.
Kesimpulan :
1.Modal ( Capital ) Merupakan faktor produksi yang dibutuhkan dan faktor – faktor
lainnya , modal mempunyai biaya. Biaya tiap komponen disebut biaya komponen (
Component Cost ) dari jenis modal tertentu.
2. Biaya utang setelah pajak digunakan untuk menghitung biaya modal rata – rata
tertimbang dan hal itu merupakan suku bunga utang. Biaya utang adalah suku bunga
atas utang baru bukan atas utang yang masih beredar.
3.Biaya Saham Preferen ( Kps )
Kompnen biaya saham preferen yang digunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata
tertimbang, dividen saham preferen dibagi dengan harga penerbitan bersih yang
merupakan harga yang diterima perusahaan setelah dikurangi biaya flotasi
4.Manajemen mungkin juga membayar laba tersebut dalam bentuk dividen atau menahan
dan menginvestasikan kembali dalam perusahaan. Jika manajamen memutuskan untuk
menahan laba, maka terdapat biaya oportunitas yang terlibat, pemegang saham akan
menerima laba sebagai dividen dan menginvestasikan uang ini dalam saham lainnya
5.Setiap perusahaan memiliki struktur modal optimal, yang didefinisikan sebagai bauran
utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa yang menyebabkan hargasaham menjadi
maksimal oleh karena itu, perusahaan yang memaksimalkan nilai akan menetapkan
target struktur modal ( optimal )
Contoh Kasus
Untuk menghitung biaya modal tertimbang (WACC)
c. Jawab
a. WACC = WdKd (1-T) + Wps . Kps + Wce . Ks
Return 15% dan beta perusahaan 1,9. Perusahaan memiliki total asset Rp.200 juta, Rp.50
juta berasal dari hutang, Rp.80 juta saham preferen sisanya berasal dari saham biasa.
JAWABAN SOAL 2 :
a. Cost of debt
Ki = kd (1 – t)
Bunga 15% => 1999,2
Bunga 10% => 2434,2
Ki = 12,69% (1 - t)
= 12,69% (1 – 0,3)
= 12,69% x 0,7
= 8,88 %
Kp = di/vp
= (75/2,775) x 100%
= 3%
Ks = Rf + (b(Rm – Rf))
= 7% + (1,9 (15% - 7%)
= 7% + 1,9 ( 8% )
= 7% + 15,2%
= 22,2%
Umpan Balik
1.Jelaskan konsep cost of capital !
2. Jelaskan mengapa ada tax adjustment pada saat perusahaan menggunakan hutang dalam
struktur modalnya ?
3. Jelaskan konsep struktur modal optimal !
4. Bagaimana menghitung biaya modal yang berasal dari saham biasa ?
5. Bagaimana menghitung biaya modal yang berasal dari saham preferen dan beri contoh
?
6. PT ”Zam-Zam” memiliki target struktur modal yang terdiri dari :
a. 35% hutang, 15% saham preferen dan 50% ekuitas saham biasa, biaya hutang
sebelum pajak 10%, biaya hutang setelah pajak 7%. Biaya saham preferen 12,5%,
biaya ekuitas saham biasa dari laba ditahan 15,3%.
b. Berapa besarnya WACC
BAB X
PENGGANGGARAN MODAL
(CAPITAL BUDGETING)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu mendiskusikan konsep penganggaran modal
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam-macam Teknik Penganggaran
Modal
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Net Present Value dan Internal
Rate of Return
4. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Net Present Value dan Internal
Rate of Return
5. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Risiko dalam Penganggaran
Modal
Kriteria Investasi
Ada Beberapa cara atau metode yang digunakan untuk evaluasi proyek atau untuk
minilai rencana suatu investasi. Metode-metode tersebut antara lain:
1. Metode Pemulihan (Payback Method)
2. Net Present Value (Metode Nilai Bersih Sekarang)
3. Metode Tingkat Hasil Pengembalian Internal (Internal Rate and Return)
4. Average Rate of Return
Pembahasanya:
1. Payback Method (Metode Pemulihan)
Metode pemulihan adalah jumlah tahun yang dibutuhkan perusahaan untuk
mendapatkan kembali Investasi awalnya dari arus kas netto yang diterimanya.
Kebaikan :
a. Metode ini masih digunakan oleh beberapa perusahaan karena mudah dan
murah biayanya
b. Memberikan parameter Likuiditas proyek bersangkutan atau kecepatan
pengembalian kas yang ditanamkan dalam proyek.
c. Sebagai indikator tingkat risiko suatu proyek.
Keburukan :
a. Diabaikannya arus kas diluar batas periode pemulihan
b. Pengolahan nilai waktu dan uang
c. Lebuh mementingkan pengembalian nilai investasi dari pada aspek laba dalam
waktu umur investasi
Atau diformulasikan :
n
NPV = ∑ Pt - IO
I (I + i)
Dimana :
Jika proyek yang dinilai memiliki pola cashflow konvensional, maka present
value investasi adalh sebesar modal yang ditanamkan. Sebaliknya bila cash flow
memiliki pola non konvensional, maka terlebih dahulu harus dihitung present
value dari keseluruhan modal yang telah diInvestasikan, kemudian dikurangkan
dari present value keseluruhan cashflow.
Usulan-usulan proyek akan dapat diterima apabila :
NPV > 0
Artinya “Hasil yang diperoleh adalah lebih besar dari Rate of Return
minimum yang telah ditetapkan.”
Contoh Soal :
Proyek A
Proyek B
Ditanyakan bila perusahaan menetapkan Cost of Capital sebesar 10%, maka berapa
NPV untuk masing-masing proyek?
Proyek A
Present Value
Investment Rp 6.000.000 _
NPV Rp 2.170.000
Proyek B
Th (1) Cash in Flow (2) PVIF 10% (3) Present Value (2)x(3)
IO = P1 + P2 + …… Pn__
1 2
(1+i) (1+i) (1+i)n
Atau IO = ∑ Pn__
I (1+i)n
Dimana :
Dimana :
IRR : Internal Rate of Return yang akan dicari
IR1 : Internal Rate ( tk. Bunga ) untuk penetapan ke-1
IR2 : Internal Rate ( tk. Bunga ) untuk penetapan ke-2
NPV1: Net Present Value dari hasil IR1
NPV2: Net Present Value dari hasil IR2
Atau
Perbedaan pokok antara NPV dan IRR adalah : NPV mengasumsikan bahwa cash
in flow yang diterima diinvestasikan kembali pada tingkat cost of capital/ discount rate
minimum yang digunakan dalam perhitungan berikutnya. Sedangkan IRR
mengasumsikan bahwa cash in flow yang diterima diinvestasikan kembali pada tingkat
discount rate sebesar IRR.
Apabila benar bahwa cash in flow yang diterima tersebut dapat diinvestasikan
kembali pada tk. Discount sebesar IRR, maka teknik IRR akan memberikan hasil yang
sebenarnya, tetapi jika tidak sebaiknya menggunakan teknik NPV.
Capital Rationing
Persoalan capital rationing ini muncul apabila proyek-proyek yang memenuhi
criteria minimum yang ditetapkan lebih banyak dari pada modal yang dimiliki untuk
diinvetasikan. Tujuan capital rationing adalah untuk memilih antara proyek-proyek
tersebut yang akan memaksimumkan kontribusi terbesar bagi perusahaan.
Secara umum hal tersebut dilakukan dengan cara memilih proyek-proyek yang
akan memberikan total net present value tertinggi. Apabila ada suatu investasi
mempunyai sifat Mutually exclusive berarti dilaksakan salah satu saja dari beberapa
investasi yang terkait dengan investasi tersebut. Apabila investasi bersifat independen,
berarti investasi-investasi yang terkait dengan investasi tersebut harus dilaksakan
semuanya karena merupakan rangkaian yang berkesinambungan dan saling terkait.
Kelemahan :
Tidak menjamin return maksimum dari modal yang telah diinvestasikan
Pendekatan Net Present Value
Pendekatan ini didasrkan pada present value dan IRR untuk menentukan proyek-
proyek yang akan memaksimumkan return perusahaan.
Proses penghitungan :
1. Menentukan rangking proyek berdasarkan IRR nya
2. Menilai present value masing-masing proyek, kemudian dicari yang memiliki
kombinasi proyek yang present valuenya terbesar
1 20
2 25
3 26
4 25
5 23
Apabila tingkat keuntungan yang disyaratkan 12%, coba saudara analisis apakah usulan
tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan. Gunakan Metode Payback Period, Net
Present Value (NPV, IRR, ARR, dan Profitability Index!
JAWABAN SOAL 1 :
Harga perolehan : Rp. 130.000.000,00
Nilai Residu : Rp. 10.000.000,00
Periode : 5 th
Tingkat keuntungan : 12 %
Penyusutan : Straight Line Mehtode (Metode Garis Lurus)
: HP-NS
VE
: 130.000.000,00-10.000.000,00
5
: 24.000.000,00
Payback Periode
= 130.000.000,00 - (44.000.000,00 + 49.000.000,00 + 37.000.000,00)
= 2 thn 8,88 bln
= 2 tahun 9 bulan < 5 tahun jadi proyek diterima
NPV
Proceed PVIF PV
44.000.000,00 0,893 39.292.000,00
49.000.000,00 0,797 39.053.000,00
50.000.000,00 0,712 35.600.000,00
49.000.000,00 0,636 31.164.000,00
47.000.000,00 0,567 26.649.000,00
171.758.000,00
130.000.000,00 -
41.758.000,00
NPV
12 % 41.758.000
30 % -14.613.000
IRR = 12 % + ( 41.758.000,00 x 18 %)
56.371.000,00
= 25 % > dari 12 % jadi proyek diterima
Atau,
IRR =30 % + ( 14.613.000,00 x 18 %)
56.371.000,00
= 25 %
Kesimpulan :
1.Anggaran Modal (Capital Budgeting) adalah rencana belanja perusahaan untuk
pembelian aktiva tetap. Sedangkan Capital Budgeting adalah keseluruhan proses
analisis proyek-proyek yang pengembalianya diharapkan akan berlanjut lebih dari satu
tahun dan menentukan proyek mana yang akan dimasukkan dalam anggaran modal.
2. Ada Beberapa cara atau metode yang digunakan untuk evaluasi proyek atau untuk
minilai rencana suatu investasi. Metode-metode tersebut antara lain:
1. Metode Pemulihan (Payback Method)
2. Net Present Value (Metode Nilai Bersih Sekarang)
3. Metode Tingkat Hasil Pengembalian Internal (Internal Rate and Return)
4. Average Rate of Return
3.Payback Method (Metode Pemulihan) Metode pemulihan adalah jumlah tahun yang
dibutuhkan perusahaan untuk mendapatkan kembali Investasi awalnya dari arus kas
netto yang diterimanya.
4.Net Present Value (Metode Nilai Bersih Sekarang) adalah dengan cara mencari nilai
sekarang arus kas netto yang diharapkan dari suatu investasi, kemudian didiskontokan
pada tingkat biaya modal dan dikurangi biaya awal proyek.
Umpan Balik
1. Apa manfaat capital budgeting bagi perusahaan?
2. Mengapa investasi pentng bagi perusahaan?
3. Mengapa konsep time value of money penting dalam capital budgeting?
4. Ada usulan investasi untuk membeli Mesin baru seharga Rp 500 juta, umur ekonomis 6
tahun. Nilai sisa 10 %. Estimasi earning after tax selama berturut turut selama 6 th
adalah sbb 100 juta, 90 juta, 85 juta, 80 juta, 70 juta, dan 75 juta. Biaya modal 15 %
Coba saudara analisis kelayakan usulan investasi dengan menggunakan kriteria :
1. Metode Pemulihan (Payback Method)
2. Net Present Value (Metode Nilai Bersih Sekarang)
3. Metode Tingkat Hasil Pengembalian Internal (Internal Rate and Return)
4. Average Rate of Return
5. Ada usulan investasi untuk membeli Mesin baru seharga Rp 800 juta, umur ekonomis 6
tahun. Nilai sisa 15 %. Estimasi earning after tax selama berturut turut selama 6 th
adalah sbb 150 juta, 190 juta, 185 juta, 180 juta, 170 juta, dan 175 juta. Biaya modal 17
% Coba saudara analisis kelayakan usulan investasi dengan menggunakan kriteria :
1. Metode Pemulihan (Payback Method)
BAB XI
STRUKTUR MODAL DAN
KEBIJAKAN DIVIDEN
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendiskusikan pengertian struktur modal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendiskusikan beberapa teori struktur modal yang
meliputi teori MM tanpa pajak, teori MM dengan pajak, serta teori Trade Off
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendiskusikan kebijakan dividen
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendiskusikan beberapa teori dividen
5. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor penentu dividen.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan stock split dan stock dividend
Struktur modal merupakan bauran pendanaan atau bauran sumber dana yang digunakan
oleh perusahaan yang meliputi hutang, saham preferen, serta saham biasa untuk
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas.
(3) Perusahaan yang membayar pajak yang tinggi (dikenai tingkat pajak yang besar)
sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang
membayar pajak yang rendah.
6. Teori Informasi Tidak Simetris (Asymmetric Information Theory)
Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang
lebih banyak dari pihak lain. Karena manajemen perusahaan tahu lebih banyak
tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal. Jika manajemen perusahaan
ingin memaksimalkan nilai untuk pemegang saham saat ini, maka ada kecenderungan
bahwa : 1) jika perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak akan
menerbitkan saham baru tapi menggunakan laba ditahan (supaya prospek cerah
tersebut dapat dinikmati stockholder), dan 2) jika prospek kurang baik, manajemen
menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana.
Karena adanya asymetric information, maka disimpulkan bahwa perusahaan lebih
senang menggunakan dana dengan urutan : 1) laba ditahan dan dana dari depresiasi, 2)
hutang, dan 3) penjualan saham baru.
7. Biaya Komponen Pembiayaan
Biaya hutang didefinisikan sebagai hasil kali dari hasil yang dibutuhkan pada saat
jatuh tempo, yaitu atas tambahan hutang modal. Biaya saham preferen tanpa tanggal
jatuh tempo adalah hasil yang dibutuhkan. Angka ini merupakan hasil bagi dari
dividen saham preferen yang diharapkan dengan harga saham preferen itu.
Biaya saham biasa adalah pengembalian yang dibutuhkan untuk menjaga agar harga
saham biasa turun dari harga saat ini. Biaya saham biasa ini bisa dihitung dengan
menggunakan sekurang-kurangnya dengan 4 macam cara yaitu :
(1) Penggunaan Security Market Line, yaitu suku bunga besar risiko ditambah produk
premi risiko pasar ditambah beta perusahaan tersebut.
(2) Biaya hutang jangka panjang perusahaan ditambah premi risiko modal perusahaan.
(3) Mempertimbangkan pengembalian yang dibutuhkan oleh investor dari perusahaan
dan juga dari perusahaan lain yang sejenis selama satu periode tertentu.
(4) Model penilaian dividen yang luas digunakan meliputi hasil dividen yang
diharapkan ditambah pertumbuhan dividen yang diharapkan.
Pembiayaan internal umumnya dianggap lebih murah dibandingkan dengan
pembiayaan eksternal. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa hal ini
disebabkan oleh tidak adanya biaya penerbitan surat berharga (flotation cost),
pendapat lain menyatakan, bahwa adanya biaya penerbitan dalam membiayai investasi
proyek baru. Tarif pajak efektif, baik untuk pajak perorangan maupun pajak atas
dividen dan keuntungan modal, juga dapat dianggap sebagai sebab dari lebih
rendahnya biaya pembiayaan internal.
Naiknya risiko leverage akan menaikkan probabilitas kepailitan dan dengan demikian
meningkatkan risiko hutang dan modal. Jika biaya kepailitan cukup besar, maka
dengan naiknya leverage, nilai perusahaan akan naik, mencapai puncaknya dan
kemudian turun.
Langkah pertama dalam menghitung biaya modal tertimbang (WACC) adalah
menentukan biaya dari masing-masing komponen modal. Langkah berikutnya adalah
menetapkan timbangan yang akan digunakan dalam proses mencari rata-rata biaya
tersebut. Pertanyaan pokok dalam menghitung proporsi timbangan dari masing-
masing komponen biaya modal itu adalah nilai mana yang digunakan, nilai historis,
nilai buku, atau nilai pasar. Biaya pembiayaan harus mencerminkan biaya kesempatan
pada saat ini sehingga penggunaan biaya historis adalah tidak relevan. Dengan adanya
timbangan atau proporsi dari tiap sumber pembiayaan ini, maka target struktur modal
harus digunakan. Akan tetapi, nilai pasar saat ini mungkin tidak menggambarkan
target nilai ekuilibrium. Jadi kita tidak perlu menerapkan nilai pasar yang akan kita
dapatkan pada waktu tertentu. Yang tepat adalah kita harus menggunakan proporsi
atau ukuran itu untuk mencerminkan kapasitas hutang dari perusahaan yang dapat
digunakan dalam merumuskan terget rasio leverage.
Skedul biaya modal marjinal (marginal cost of capital = MCC) didefinisikan sebagai
biaya dari dana tambahan yang diperoleh pada suatu periode tertentu, mempunyai dua
hal yang menarik yaitu :
(1) Pembiayaan perusahaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat
meminimalkan rencana MCC. Karena itu perusahaan harus menghitung MCC-nya.
(2) MCC adalah tarif yang harus digunakan dalam proses penganggaran modal.
Perusahaan dapat melaksanakan proyek baru yang membutuhkan modal tambahan,
hanya jika nilai sekarang bersih dari proyek itu positif, dihitung pada tingkat MCC
perusahaan.
Kebijakan Dividen
Macam-macam dividen
Dividen dilihat dari alat pembayarannya dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Dividen tunai (Cash Dividend)
Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Tujuan dari
pemberian dividen dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham dibursa efek,
yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Dividen tunai merupakan
bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan oleh investor. Untuk membayarkan
dividen dalam bentuk tunai di perlukan likuiditas.
2. Dividen saham (Stock Dividend)
Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk saham, dengan
dibagikannya dividen dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas
perdagangan di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya
dan dengan cara memperluas pemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak
memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai.
3. Sertifikat dividen (Script Dividend)
Sertifikat dividen merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat atau surat promes
yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu
dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan ingin membagikan dividen
dalam bentuk tunai akan tetapi sementara itu perusahaan sedang mengalami kesulitan
likuiditas, maka sebagai gantinya perusahaan mengeluarkan sertifikat. Dalam Ang (1997),
berdasarkan atas hubungan dengan tahun buku, dividen dapat dibagi atas dua jenis yaitu :
a. Dividen Interim
Merupakan dividen yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku dengan
tahun buku berikutnya. Dividen interim ini dapat dibayarkan beberapa kali dalam
setahun dengan tujuan salah satunya yaitu untuk memacu kinerja kerja saham
perseroan di bursa.
b. Dividen Final
Dividen final merupakan dividen hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan
sebelumnya dan dibayarkan pada tahun buku berikutnya. Dividen final ini juga
memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya dengan dividen interim yang
telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.
Ex-dividend adalah tanggal pada saat mana hak atas dividen periode berjalan dilepaskan
dari sahamnya yaitu lima hari sebelum date of record. Pada tanggal ini atau sesudahnya
pembeli tidak berhak untuk memperoleh dividen yang akan dibagikan.
d. Payment date
Payment date merupakan tanggal kapan dividen tersebut akan dibayarkan, dan bagaimana
cara pembayaranya.
Menurut Brigham & Houston ( 2001) Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya dividen
yang dibagikan oleh perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat katagori
besar, yaitu :
Menurut Miller & Modigliani (1961) dalam Cooper (1997) Ada dua pendekatan
untuk menjelaskan keputusan dividen. Pertama, dimulai dari hasil teoritis bahwa dalam
kondisi persaingan sempurna manajer dan pemegang saham seharusnya indifferent
terhadap size dari pengumuman dividen saat ini. Kedua, dimulai dari hasil kajian empiris
bahwa direktur memiliki keengganan untuk menurunkan dividen (lebih menyukai dividen
yang stabil) . Kesimpulannya kenaikan dividen seharusnya hanya dilakukan jika
manajer yakin level dividen yang baru tersebut dapat dipertahankan. Perilaku ini
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika
DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen daripada capital gain.
Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital
gain yield.
c). Teori perbedaaan pajak
Teori yang diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy menyatakan bahwa karena
adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain, para investor lebih
menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu
investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang
memberikan dividend yield tinggi, capital gain yield rendah daripada saham dengan
dividend yield rendah, capital gain tinggi.
d). Teori “signaling hypothesis”
Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan
harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga
saham turun.fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih
menyukai dividen daripada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan
dividen yang diatas biasanya merupakan suatu “sinyal” kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang.
e). Teori “clientele effect”
Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan
memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih
menyukai suatu dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok
pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika
perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu maka kelompok pemegang saham yang
dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda
pembayaran pajak.
Bukti empiris menunjukkan bahwa “clientele” ini ada. Tapi menurut MM hal ini
tidak menunjukkan bahwa dividen besar lebih baik dari dividen kecil, demikian
sebaliknya efek “clientele” ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok
pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka.
Jika harus memilih antara stock repurchase dan pembayaran dividen tunai, pada pasar
yang sempurna (dimana tidak ada pajak, biaya komisi untuk jual-beli saham dan efek
sinyal dari pemberian dividen), investor akan indifferent terhadap ke-2 pilihan. Pada pasar
yang tidak sempurna, investor mungkin akan memiliki preferensi terhadap salah satu dari
ke-2 alternatif tersebut.
Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :
(1) Saham dapat dibeli pada pasar terbuka. Disini perusahan membeli sahamnya
sendiri melalui pialang saham. Pendekatan ini dapat menyebabkan kenaikan harga
saham yang dibeli dan ada biaya komisi.
(2) Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam
jumlah tertentu dan harga yang telah ditetapkan. Pendekatan ini disebut “tender
offer”. Biasanya harga beli di tetapkan di atas harga pasar guna menarik investor
untuk melepas sahamnya.
(3) Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa
pemegang saham besar (major stockholder). Pendekatan ini disebut “negotiated
basic”.
b). Stock Split dan Stock Dividen.
Bagian yang integral dari kebijakan dividen adalah penggunaan “stock dividend” dan
“stock split”. Stock split adalah tindakan perusahaan memecah saham yang beredar
menjadi bagian yang lebih kecil.
Bagi pemegang saham, stock split tidak membuat mereka bertambah kaya karena
kenaikan jumlah saham diimbangi dengan penurunan nilai nominal atau harga saham.
Secara keseluruhan kekayaan mereka tidak berubah, hanya saja sekarang mereka
memegang lebih banyak lembar saham dengan nominal yang lebih kecil.
Jika tidak ada keuntungan secara ekonomis, mengapa perusahaan melakukan stock split
dan stock dividend?
(1) Stock split dilakukan untuk menjaga agar harga saham tetap berada pada “optimal
price range” atau harga pasar optimal untuk menjaga agar saham tetap diperjual
belikan banyak orang. Harga saham yang terlalu tinggi akan menyulitkan investor
kecil untuk membeli saham tersebut, sehingga menurunkan demand untuk saham
tersebut di pasar sekunder.
(2) Stock dividend digunakan pada saat perusahaan ingin menghemat kas atau pada
saat perusahaan kesulitan keuangan. Perusahaan menghemat kas untuk dapat
mengambil proyek-proyek yang menguntungkan.
4. DIVIDEN SEBAGAI ISYARAT
Penggunaan dividen sebagai isyarat, cenderung berupa cerita bagaimana informasi dapat
diteruskan ke pasar daripada berupa teori tentang kebijakan dividen optimal.
Pengumumam yang menyatakan bahwa suatu perusahaan telah memutuskan untuk
menaikkan dividen per saham mungkin diartikan oleh penanam modal sebagai berita yang
baik, karena dividen per saham yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan yakin
arus kas pada masa mendatang akan cukup besar untuk menanggung tingkat dividen yang
tinggi.
Ross (1977) membuktikan bahwa kenaikan pada dividen yang dibayarkan dapat
menimbulkan isyarat yang jelas dan tidak ada duanya pada pasar bahwa prospek
perusahaan telah mengalami kemajuan.
Untuk membuat suatu isyarat menjadi bermanfaat, ada 4 keadaan yang harus dipenuhi :
(1) Manajemen harus selalu mempunyai dorongan yang tepat untuk mengirimkan
isyarat yang jujur, meskipun beritanya buruk.
(2) Isyarat dari suatu perusahaan yang sukses tidak mudah ditiru oleh pesaingnya yang
kurang sukses.
(3) Isyarat itu harus mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan kejadian yang
dapat diamati.
(4) Tidak ada cara menekan biaya yang relatif efektif daripada mengirimkan isyarat
yang sama.
Kesimpulan
1. Struktur modal adalah bauran pendanaan atau bauran sumber dana yang digunakan oleh
perusahaan yang meliputi hutang, saham preferen, serta saham biasa untuk perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas.
2. Menurut teori MM tanpa pajak struktur modal atau penggunaan hutang tidak
berpengaruh pada nilai perusahaan.
3.Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang (leverage)
akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang
mengurangi pembayaran pajak ( a tax – deductable expense).
4. Teori trade Off menyatakan penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan
tapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan
menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan biaya financial distress dan agency
problem. Titik balik tersebut disebut struktur modal yang optimal, menunjukkan jumlah
hutang perusahaan yang optimal.
5. Kebijakan dividen terkait dengan penetapan berapa prosen bagian dari laba bersih
perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham, dan berapa prosen yang akan
ditahan.
6.Dividen tidak relevan” Dari M Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih
sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan
7.Teori “The bird in the hand”
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika
DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains.
Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital
gain yield.
Umpan Balik
1. Jelaskan apa yang dimakud dengan struktur modal !
2. Jelaskan perbedaan teori MM dengan dan teori tanpa pajak !
3. Jelaskan teori keseimbangan atau teori Trade Off tentang struktur modal !
4. Jelaskan dan beri contoh teori tentang dividen “the bird in the hand”!
5. Jelaskan faktor-faktor penentu dividen !
6. Jelaskan apa yang dimaksud stock split dan stock dividend ! dan beri contoh visualisasi
kwantitatifnya!
7. Jelaskan pengaruh stock split terhadap harga saham perusahaan!
BAB XII
STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN
(LEVERAGE PERUSAHAAN)
Standar Kompetensi
5.
perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya. Nilai buku dari modal
pemegang saham (Equity = E) terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal
dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham
tersebut akan ditambahkan kepada modal pemegang saham dan kedua saham itu (yaitu
saham biasa dan saham preferen) akan disebut kekayaan bersih (net worth) perusahaan.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan tradeoff antara risiko dan tingkat
pengembalian – penambahan utang memperbesar risiko perusahaan, tetapi sekaligus juga
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko semakin tinggi akibat
semakin membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya
tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Struktur
modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara
risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.
Konsep penting adalah leverage keuangan atau faktor leverage. Leverage
keuangan (financial leverage) menyangkut penggunaan dana untuk perusahaan membayar
biaya tetap (fixed cost) dengan maksud untuk meningkatkan hasil pengembalian (return)
bagi para pemegang sahamnya. Karena kenaikan leverage juga meningkatkan risiko arus
laba bagi para pemegang saham biasa, di sini kita menghadapi tradeoff yang telah kita
kenal antara risiko dan hasil pengembalian (return) yang diharapkan. Berkenaan dengan
leverage keuangan, tujuannya adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang
memuaskan antara risiko dan hasil pengembalian yang diharapkan, yang akan
memaksimasi harga pasar saham.
Risiko Keuangan
Pada intinya risiko keuangan mencakup kemungkinan terjadinya insolvensi dan
juga variasi laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa. Apabila perusahaan
memperbesar proporsi hutang, pembiayaan dengan lease (lease financing), dan saham
preferen (preferred stock) dalam struktur modalnya, maka beban akan meningkat.
Akibatnya probailitas terjadinya insolvensi kas semakin besar. Untuk menjelaskan
pemikiran ini, misalkan dua perusahaan mempunyai tingkat leverage (degree of leverage)
yang berbeda tetapi sama dalam hal lainhya. Masing-masing perusahaan mengharapkan
laba kas tehunan sebesar Rp80,000 sebelum bunga dan pajak. Perusahaan A tidak
mempunyai hutang; perusahaan B mempunyai obligasi tanpa jatuh tempo (perpetual
bonds) yang sedang beredar bernilai nominal Rp200,000 dengan bunga 15%. Jadi, total
beban keuangan tahunan perusahaan B adalah sebesar Rp30,000 sedangkan perusahaan A
tidak mempunyai beban keuangan. Jika laba kas kedua perusahaan itu menjadi 75% lebih
rendah daripada laba yang diharapkan, misalnya Rp20,000 maka peruashaan B tidak akan
mampu menutup beban keuangannya dengan laba kas. Dengan demikian kita lihat bahwa
probabilitas terjadinya insolvensi kas meningkat jika beban keuangan yang ditanggung
oleh perusahaan meningkat.
Aspek kedua dalam risiko keuangan menyangkut dipersi/penyebaran relatif dari
laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa. Misalkan bahwa laba operasi yang
diharapkan pada masa yang akan datang selama 5 tahun berikutnya, untuk perusahaan A
dan B, merupakan variabel acak (random variable) yang subyektif d mana nilai-nilai yang
diharapkan dari distribusi probabilitas setiap perusahaan adalah Rp80,000 dan standar
deviasi Rp40,000. Seperti sebelumnya, asumsikan bahwa perusahaan tidak mempunyai
hutang, sedangkan perusahaan B mempunyai surat hutang obligasi Rp200,000 dengan
bunga 15%. Untuk ringkasnya, kita abaikan pajak penghasilan. Maka nilai yang
diharapkan dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa akan menjadi
Rp80,000 bagi perusahaan A dan Rp50,000 bagi perusahaan B. Karena standar deviasi
terhadap nilai yang diharapkan adalah sama untuk kedua perusahaan tersebut, maka
dispersi relatif dari laba yang diharapkan tersedia bagi para pemegang saham biasa akan
lebih besar untuk perusahaan B dari pada perusahaan A. Koefisien variasi untuk
perusahaan A secara mudah dapat diperoleh dengan membagi standar deviasi dengan nilai
harapan (expected value), yaitu:
Rp40.000
Kita lihat bahwa tingkat dispersi dari nilai laba yang diharapkan tersedia bagi para
pemegang saham biasa adalah sama unruk kedua perusahaan itu, tetapi nilai laba yang
diharapkan ini lebih besar bagi perusahaan A daripada perusahaan B. Akibatnya, dispersi
relatif, sebagaimana diukur dengan variasi, adalah lebih kecil bagi perusahaan A.
Dispersi laba operasi yang tersedia untuk para pemegang saham biasa harus
dibedakan dengan dispersi laba operasi, yang dikenal sebagai risiko usaha. Dalam conoh
saya, kedua perusahaan itu mempunyai tingkat risiko usaha yang sama, sebagaimana telah
diterapkan, karena koefisien variasi laba operasi yang diharapkan pada masa yang akan
datang adalah sama.
Rp40.000
Koefisien variasi = = 0,50
Rp80.000
Kedua perusahaan itu hanya berbeda dalam tingkat risiko keuangan. Singkatnya, kita
menganggap bahwa risiko keuangan mencakup volatilitas laba yang tersedia bagi para
pemegang saham biasa dan probabilitas terjadinya insolvensi. Kedua aspek ini berbanding
langsung dengan dispersi laba operasi yang diharapkan, atau risiko usaha perusahaan.
Risiko Bisnis
Risiko bisnis didefinisikan sebagai ketidakpastian atas proyeksi tingkat
pengembalian aktiva, atau atas ekuitas (ROE) jika perusahaan tidak menggunakan utang.
Hal ini merupakan satu-satunya determinan terpenting dari struktur modal perusahaan.
Risiko bisnis bebeda-beda di antara industri dan juga di antara perusahaan yang
satu dengan yang lain dalam industri yang sama. Begitu pula, risiko bisnis dapat berubah
dari waktu ke waktu. Dewasa ini, perusahaan pemroses makanan dan toko-toko makanan
acap kali dipandang sebagai contoh industri yang memiliki risiko rendah, sementara
industri yang bersifat siklis, seperti baja, dianggap sebagai industri berisiko tinggi.
Perusahaan kecil dan perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk saja juga
mempunyai risiko yang relatif tinggi.
Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor, yang terpenting diantaranya adalah:
a. Variabilitas permintaan
b. Variabililtas harga jual
c. Variabilitas harga masukan
d. Kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap perubahan harga
masukan
e. Proporsi biaya tetap:leverage operasi
Setiap faktor ini ditentukan sebagian oleh karakteristik industri perusahaan, tetapi
sampai pada kadar tertentu semuanya dapat dikendalikan oleh manajemen.
semuanya dengan saham preferen dengan dividen 11 persen. EBIT pada saat ini adalah
Rp2 juta, tarif pajak 50 persen, dan saham baiasa yang sedang beredar sebanyak 200.000
lembar. Saham biasa dapat dijual dengan harga Rp50 per lembar saham dalam jenis
pilihan pembiayaan 1, yang berarti menghasilkan 100.000 lembar saham tambahan.
Untuk menentukan titk-titik impas (break-even), atau indefferens, EBIT di antara
berbagai alternatif pembiayaan itu, kita mulai dengan menghitung EPS untuk beberapa
tingkat EBIT hipotesis. Misalkan kita ingin mengetahui berapa besar EPS dalam ketiga
rencana pembiayaan tersebut jika EBIT adalah Rp2,4 juta. Perhitunag diperlihatkan pada
tabel 1. Kita lihat bahwa hutang dikurangkan sebelum pajak, sedangkan dividen saham
preferen dikurangkan setelah pajak. Akibatnya, laba yang tersedia untuk pada pemegang
saham biasa adalah lebih tinggi dalam pilihan pembiayaan dengan hutang dari pada
pilihan saham preferen, meskipun dalam kenyataan suku bunga hutang lebih tinggi
daripada tingkat dividen saham preferen.
Tabel 1 Perhitungan Laba Per Lembar Saham Menurut Ketiga Alternatif Pembiayaan
Pada sumbu datar kita gambarkan EBIT, dan EPS pada sumbu vertikal. Untuk setiap
alternatif pembiayaan kita harus menggambarkan sebuah garis lurus untuk mencerminkan
EPS bagi semua tingkat EBIT hipotesis. Untuk EBIT sebesar Rp2,4 juta, kita lihat dalam
tabel 1 bahwa EPS adalah Rp4,00, Rp4,50, dan Rp3,25 untuk pilihan pembiayaan saham
biasa, hutang, dan saham preferen. Kita dapat dengan mudah menggambarkan EPS-EPS
ini untuk nilai EBIT Rp2,4 juta. Perhatikan bahwa tidak menjadi masalah tingkat EBIT
hipotesis mana yang akan kita pilih untuk menghitung EPS. Pada kertas grafik yang baik,
suatu tingkat EBIT hipotesis akan sama baiknya dengan tingkat-tingkat EBIT lainnya.
Titik data yang kedua adalah EBIT yang perlu guna menutup semua biaya tetap
keuangan untuk suatu rencana pembiayaan tertentu, dan EBIT itu digambarkan pada
sumbu datar. Untuk alternatif saham biasa, tidak ada biaya tetap, sebab itu titik potong
dengan sumbu datar adalah nol. Untuk pilihan hutang, kita harus mempunyai EBIT
sebesar Rp 600.000 guna menutup beban bunga, sehinggga jumlah Rp 600.000 tersebut
menjadi titik perpotongan dengan sumbu datar. Untuk alternatif saham preferen, kita
harus membagi jumlah dividen tahunan dengan satu dikurangi tarif pajak (1 – tarif pajak)
jadi kita memerlukan EBIT Rp 1,1 juta untuk menutupi dividen saham preferen sebesar
Rp 550.000, dengan asumsi tarif pajak adalah 50 %. Sekali lagi, dividen dalam saham
preferen dikurangi setelah pajak, sehingga diperlukan laba yang lebih besar sebelum pajak
untuk menutup dividen tersebut dari pada untuk menutup bunga. Dengan diketahuinya
titik-titik potong sumbu datar dan EPS untuk suatu tingkat EBIT hipotesis, kita menarik
garis lurus melalui kedua himpunan titik itu. Grafik impas atau indefferens untuk
perusahaan diperlihatkan pada gambar 1.
Dari gambar tersebut dapat kita lihat bahwa titik indefferens EPS antara alternatif
pembiayaan hutang dan saham biasa ialah EBIT Rp1.800.000. Jika EBIT berada di bawah
titik tersebut, maka alternatif saham biasa akan memberikan EPS yanglebih tinggi,
sedangkan di atas titik tersebut alternatif hutanglah yang terbaik. Titik indefferens antara
alternatif saham preferen dan saham biasa ialah EBIT Rp3.300.000. Di atas titik tersebut,
alternatif saham preferen lebih disukai (baik) menurut EPS, di bawah titik itu, alternatif
saham biasalah yang terbaik. Kita perhatikan bahwa tidak ada titik indeferens di antara
hutang dan alternatif saham preferen. Alternatif hutang unggul untuk semua tingkat EBIT
dan mempunyai jumlah EPS yang tetap, yaitu Rp1,25.
Untuk mencari titik-titik indefferen antara dua metode pembiayaan secara
matematis dapat digunakan rumus sebagai berikut:
C1, C2 = beban bunga per tahun atau dividen saham preferen atas dasar sebelum pajak
untuk metode pembiayaan 1 dan 2. (untuk saham preferen, dividen dibagi
dengan 1 – t)
t = tarif pajak penghasilan
S1, S2 = jumlah lembar saham biasa yang akan beredar setelah pembiayaan untuk
metode 1 dan 2.
Titik indefferens EBIT, di mana EPS untuk kedua metode pemiayaan itu sama, adalah
Rp1,8 juta.
Tingkat Leverage
Untuk pembahasan selanjutnya kita akan membicarakan tentang tingkat leverage.
Teori keuangan belum dapat menentukan secara simultan berapa sesungguhnya tingkat
leverage operasi dan keuangan yang optimal. Akan tetapi, kita dapat melihat bagaimana
leverage operasi dan keuangan berinteraksi dengan analisis konsep tingkat leverage.
Namun sebelumnya kita perlu mengetahui format income statement-nya (full costing)
sebagai berikut:
Sales revenue
Cost of goods sold
Dengan demikian, DOL adalah angka indeks yang mengukur pengaruh perubahan
penjualan dari sejumlah keluaran tertentu, Q , terhadap laba operasi, atau EBIT.
DOL juga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut yang
diturunkan dari persamaan sebelumnya.
Atau jika didasarkan pada nilai penjualan (dalam rupiah atau dolar) dan bukan pada unit
yang terjual adalah sebagai berikut:
DOL = S – VC .
S – VC – F
Di sini Q adalah jumlah keluaran mula-mula dalam unit, P adalah harga jual rata-rata per
unit atas keluaran, V adalah biaya variabel per unit, F adalah biaya tetap operasi, S adalah
julmah penjualan semula dalam dolar atau rupiah, dan VC adalah total biaya variabel.
Secara umum, jika operasi perusahaan telah mendekati titik impas, tingkat
leverage operasi akan tinggi, tetapi DOL akan menurun apabila penjualan yang menjadi
dasar pengukuran makin jauh di atas penjualan titik impas. Jadi jika penjualan yang
digunakan sebagai dasar pengukuran makin tinggi, maka pernurunan DOL akan semakin
besar.
Contoh 1: data dari perusahaan ABC, penjualan Rp 200 juta, VC= Rp 100 juta, FC = Rp
50 juta.
S – VC 200 – 100
DOLRP = = = 2
S – VC – FC 200 – 100 – 50
Contoh 2: kenaikan penjualan PT ABC dari Rp 200 juta menjadi Rp 300 juta = 50%,
akan menyebabkan kenaiakan EBIT sebesar 2 x 50% = 100%.
Ini terbukti pada tingkat penjualan Rp 300 juta, tampak EBIT Rp 100 juta,
berarti EBIT mengalami kenaikan (100-50)/50 = 100%.
%∆D EPS
DFL =
%∆D EBIT
EBIT
DFL = I = bunga yang harus dibayar karena hutang jangka
panjang
EBIT – 1
Contoh 1: PT ABC dengan tingkat penjualan Rp 200 juta dan rasio hutang 50 %
EBIT 50
DFL= = = 1,32
EBIT – 1 50 – 12
Kenaikan EBIT PT ABC 100%, msks kenaiakn EPS = 1,32 x 100% = 132%
Rp 1.056,- - Rp 456,-
Kenaikan EPS = x 100% = 1,32%
Rp 456,-
Kita telah melihat bahwa makin besar tingkat leverage operasi (biaya tetap),
semakin sensitif EBIT terhadap perubahan penjualan, dan bahwa makin besar tingkat
leverage keuangan, maka EPS makin sensitif terhadap perubahan EBIT. Karena itu, jika
leverage operasi dan keuangan sama-sama besar, maka perubahan penjualan yang kecil
sekali pun akan sangat mempengaruhi EPS.
Definisi dari tingkat leverage total ( degree of total leverage= DTL) adalah
persentase perubahan EPS yang diakibatkan oleh perubahan penjualan sebesar persentase
tertentu. DTL menunjukkan pengaruh dari operating leverage serentak dengan pengaruh
financial leverage. Berikut disajikan tiga persamaan untuk DTL:
DTL = (DOL)(DFL)
Q(P – V)
DTL =
Q(P – V) – F – I
S – VC
DTL =
S – VC – F – I
Di mana:
Q = output dalam unit, P = harga jual rata – rata
V = biaya variabel per unit
I = biaya bunga yang dibayar
S = penjualan dalam rupiah
VC = total biaya variabel
F = total biaya tetap
Kesimpulan
1. Leverage keuangan melibatkan penggunaan dana yang untuknya perusahaan
setuju membayarkan beban tetap. Semakin besar leverage keuangan sebuah
perusahaan, semakin besar fluktuasi laba yang tersedia bagi para pemegang saham
biasa, semua faktor lain sama. Oleh karena itu, keuntungan (adventage) dari hasil
pengembalian yang lebih tinggi yang diharapkan bagi para pemegang saham biasa
harus seimbang dengan risiko bagi mereka.
2. Dengan menggunakan grafik indefferens, kita dapat meneliti hubungan antara
EBIT dan EPS dalam metode-metode pembiayaan alternatif. Tingkat kepekaan
EPS terhadap EBIT tergantung pada biaya eksplisit dari metode pembiayaan,
jumlah saham biasa yang dikeluarkan, dan dekatnya pada titik indefferens. Dalam
analisis ini, menilai titik indifferens dalam hubungannya dengan tingkat EBIT
maupun dalam hubungannya dengan fluktuasi EBIT yang mungkin terjadi, adalah
penting.
3. Tingkat leverage operasi (degree of opearting leverage=DOL) menunjukkan
bagaimana perubahan penjualan mempengaruhi laba operasi, sedangkan tingkat
leverage keuangan (degree of financial leverage=DFL) menunjukkan bagaimana
perubahan laba operasi ,e,pengaruhi laba per saham. Tingkat Leverage total
(degree of total leverage=DTL) menunjukkan berapa persentase perubahan EPS
akibat perubahan penjualan dalam persentase tertentu: DTL = DOL x DFL.
4. Meskipun secara teoritis kita dapat menentukan struktur modal yang optimal,
dalam praktiknya kita tidak dapat mengestimasi struktur tersebut dengan persis.
Karena itu, para eksekutif keuangan umumnya menyatakan struktur modal yang
optimal dalam rentang tertentu – misalnya, 40 sampai 50 persen utang – bukan
dengan suatu angka yang persis seperti 45 persen. Konsep-konsep yang dibahas
membantu para manajer dan calon manajer untuk memahami faktor-faktor yang
seharusnya dipertimbangkan dalam menetapkan berapa kira-kira struktur modal
yang optimal bagi perusahaannya.
Umpan Balik
BAB XIII
MERGER DAN AKUISISI
Standar Kompetensi
Kompetesi Dasar
1. Menjelaskan pengertian merger
2. Menjelaskan kebaikan dan keburukan merger
3. Menjelaskan pengertian akuisisi
4. Menjelaskan kebaikan dan keburukan akuisisi
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi merger dan akuisisi
6. Menjelaskan contoh kasus merger dan akuisisi
Salah satu strategi untuk menjadi perusahaan yang besar dan mampu bersaing
adalah melalui ekspansi, baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi eksternal.
Ekspansi internal terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam perusahaan yang tumbuh
secara normal melalui kegiatan capital budgeting. Ekspansi eksternal dapat dilakukan
dalam bentuk penggabungan usaha (business combination).
Penggabungan usaha adalah alternatif bagi perusahaan dalam rangka
melakukan ekspansi eksternal guna mempertahankan kelangsungan hidup dan bertujuan
3. Hak dan kewajiban karyawan akan diambil alih perusahaan yang baru dibentuk
pasca merger
B. Kekurangan Merger
Dibandingkan Akuisisi Merger memiliki bebnerapa kekurangan, yaitu harus ada
persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan, sedangkan untuk
mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama.
B. AKUISISI
Beberapa pengertian Akuisisi adalah :
a. Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti
pengambil alihan. Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan
lain atau oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga
ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar .
b. Akuisisi adalah bentuk pengambil alihan kepemilikan perusahaan oleh pihak
pengakuisisi sehingga mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang
diambil alih tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih
besar dibanding dengan pihak yang diakuisisi.
c. Akuisisi dalam teminologi bisnis diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan
atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain,
dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap
eksis sebagai badan hukum yang terpisah.
d. Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli
saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada.
Kesimpulan :
1. Akuisisi adalah pengambil alihan atas saham atau asset suatu perusahaan oleh
perusahaan lain
2. Perusahaan yang diakuisisi tidak kehilangan nama dan tetap beroperasi
3. Pengakuisisi memiliki kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang
diakuisisi, setelah memberikan aktiva tertentu, mengakui hutang atau
mengeluarkan saham
4. Pengakuisisi memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar dari pada perusahaan
yang diakuisisi
b. Akuisisi vertikal, yaitu akuisisi pemasok atau pelanggan badan usaha yang dibeli
c. Akuisisi konglomerat, yaitu akuisisi badan usaha yang tidak ada hubungannya
sama sekali dengan badan usaha pembeli
3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum
harus melalui prosedur balik nama, dan hal tersebut membawa konsekwensi
biaya legal yang cukup tinggi.
adalah dapat mengakses kebutuhan dana dari pihak luar, bila sewaktu-waktu
dibutuhkan.
Beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui Merger maupun
Akuisisi antara lain :
1. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham,
maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan
tidak memiliki risiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi
dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing
atau mengurangi persaingan.
2. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi
(economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya
overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan
perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang
melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja
yang berlebihan dapat dihilangkan.
3. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi
internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal.
Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki
likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan
penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan
biaya rendah.
4. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya
efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak
dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk
memberikan pengaruh yang positif, dapat juga memberikan rekaman hitam dalam
bentuk kekecewaan, konflik dan bahkan kegagalan dari proses itu sendiri.
Pengaruh Mikro Ekonomi dari adanya Merger dan akuisisi bagi industri
Perbankan antara lain :
1. Dampak Positif Merger dan Akuisisi :
a. Memungkinkan pertukaran cadangan cash flow secara internal antara perusahaan
yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat mengatur risiko
likuiditas dengan lebih fleksibel.
b. Diperolehnya peningkatan modal perusahaan dan adanya keunggulan dalam
mengatur biaya akibat bertambahnya skala usaha. Efisiensi perusahaan dapat
dilakukan lebih lanjut khususnya dalam efisiensi biaya kredit.
c. Dicapainya keunggulan Market Power dalam persaingan, yang kemudian dapat
memperbesar margin bunga pinjaman.
masing masing pemilik dari bank hasil merger dengan menunjukkan prestasi
kelompoknya masing – masing.
e. Kegiatan merger tahun pertama kecenderungan diikuti dengan strategi efisiensi hal
ini akan menyebabkan semangat dan kreativitas dari sebagian pihak direksi atau
staf profesional yang semakin menurun
f. Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan sehingga perusahaan hasil
merger akan mengalami penurunan produktivitas dalam jangka pendek
Pengaruh Makro Ekonomi merger dan Akuisisi bagi Industri Perbankan antara lain :
1. Dampak Positif merger dan akuisisi
Alasan pelaksanaan strategi merger bagi pemerintah digunakan untuk memperkuat
dan memperluas kepemilikan pemerintah pada industri perbankan serta adanya
upaya pemerintah agar dapat menjalankan program pembangunan dengan
dukungan lembaga perbankan yang dikendalikan
2. Dampak negatif merger dan akuisisi
a. Kemungkinan timbulnya kesenjangan antara proses akumulasi dana dari pihak
ketiga dan proses penyalurannya untuk kepentingan perekonomian lokal
maupun nasional
b. Kurangnya partisipasi bank asing dalam pendanaan kegiatan usaha berskala
besar di tanah air seperti pendanaan program infrastruktur, mengingat
perhitungan manajemen risiko yang sangat ketat yang mereka jalankan
c. Pada saat kondisi politik menghadapi skenario kemelut dan krisis ekonomi
maka cadangan bank asing di Indonesia akan terjadi
d. Bank asing akan memindahkan sementara waktu dana yang terhimpun di
dalam negeri ke anak perusahaan holding yang lokasi perusahaan yang
terdekat, misalnya Singapura dan Hongkong
e. Tingkat multiplayer penyerapan tenaga kerja di bank milik asing akan
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan angka multiplayer pada
Pengertian
Merger adalah penggabungan dari 2 (dua) BPR atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu BPR dan membubarkan BPR-BPR lainnya
tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
Konsolidasi adalah penggabungan dari 2 (dua) BPR atau lebih dengan cara mendirikan
BPR baru dan membubarkan BPR-BPR tersebut tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu BPR yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap BPR.
Ketentuan Umum
Merger, Konsolidasi dan Akuisisi BPR dapat dilakukan atas:
1. Inisiatif BPR yang bersangkutan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari
Direksi (Pimpinan) Bank Indonesia
2. Permintaan Bank Indonesia
Konsolidasi berlokasi dalam wilayah propinsi yang sama. BPR hasil Merger atau
Konsolidasi Salah satu kantor BPR hasil Merger atau Konsolidasi dijadikan kantor
pusat dan kantor lainnya dapat dijadikan kantor cabang.
Tatacara Merger
1. Direksi masing-masing BPR yang akan Merger atau Konsolidasi membuat
rancangan Merger atau Konsolidasi setelah mendapat persetujuan dari dewan
komisaris masing-masing BPR.
2. Direksi wajib mengumumkan ringkasan rancangan Merger atau Konsolidasi.
Pengumuman wajib dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum
RUPS atau Rapat Anggota bagi BPR yang berbentuk hukum Koperasi:
a. Dalam surat kabar harian setempat bagi BPR hasil Merger atau
Konsolidasi yang memiliki total aset Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) atau lebih;
1. Akuisisi BPR dapat dilakukan oleh perseorangan atau badan hukum melalui
pengambilalihan sebagian atau seluruh saham yang mengakibatkan pihak yang
mengakuisisi memegang pengendalian BPR, yaitu kepemilikan saham:
a. Menjadi sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari modal disetor
BPR atau
b. Kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal disetor BPR namun
menentukan baik langsung maupun tidak langsung pengelolaan dan atau
kebijaksanaan BPR.
2. Izin Akuisisi yang mengakibatkan terjadinya pengalihan pemegang pengendalian
BPR harus memenuhi syarat:
a. Telah memperoleh persetujuan dari RUPS atau Rapat Anggota dari BPR yang
akan diakuisisi;
b. Pihak yang mengakuisisi telah memenuhi persyaratan sebagai pemilik BPR
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Tatacara Akuisisi
1. Direksi BPR dan pihak yang akan mengakuisisi secara bersama-sama menyusun
rancangan Akuisisi. Rancangan Akuisisi wajib mendapat persetujuan dewan
komisaris BPR.
2. Direksi BPR wajib mengumumkan ringkasan rancangan Akuisisi selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum RUPS atau Rapat Anggota Pengumuman
tersebut dilakukan :
a. Dalam surat kabar harian setempat bagi BPR yang memiliki total aset
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) atau lebih.
b. Pada papan pengumuman di kantor BPR atau di kantor kecamatan setempat
bagi BPR yang memiliki total aset kurang dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
Kesimpulan :
1.Merger didefinisikan sebagai penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian
hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang
lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Perusahaan yang di-merger kehilangan
nama dan berhenti beroperasi. Hak dan kewajiban karyawan akan diambil alih
perusahaan yang baru dibentuk pasca merger
2.Akuisisi adalah pengambil alihan atas saham atau asset suatu perusahaan oleh
perusahaan lain. Perusahaan yang diakuisisi tidak kehilangan nama dan tetap beroperasi.
Pengakuisisi memiliki kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi,
setelah memberikan aktiva tertentu, mengakui hutang atau mengeluarkan saham.
3.Dampak Positif Merger dan Akuisisi : Memungkinkan pertukaran cadangan cash flow
secara internal antara perusahaan yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger
dapat mengatur risiko likuiditas dengan lebih fleksibel; Diperolehnya peningkatan
modal perusahaan dan adanya keunggulan dalam mengatur biaya akibat bertambahnya
skala usaha. Efisiensi perusahaan dapat dilakukan lebih lanjut khususnya dalam efisiensi
biaya kredit; Dicapainya keunggulan Market Power dalam persaingan, yang kemudian
dapat memperbesar margin bunga pinjaman.
4.Dampak Negatif dari Merger dan Akuisis : Proses Merger biasanya diikuti dengan
peningkatan ketidakpastian pada pihak Direksi, Manajer dan Karyawan ; Proses Merger
padaa industri perbankkan nasional selalu diikuti dengan pengurangan jumlah pegawai
dan staf di perusahaan; Terjadi benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan bahkan
konflik diantara para anggota Komisaris dan Direksi. Hal ini terjadi jika bank hasil
merger tersebut dikuasai oleh lebih dari 1 pemegang saham pengendali. Sebagian
anggota komisaris dan direksi yang ada cenderung untuk berlomba mewakili
kepentingan masing masing pemilik dari bank hasil merger dengan menunjukkan
prestasi kelompoknya masing – masing; Kegiatan merger tahun pertama kecenderungan
diikuti dengan strategi efisiensi hal ini akan menyebabkan semangat dan kreativitas dari
sebagian pihak direksi atau staf profesional yang semakin menurun; Benturan budaya
perusahaan tidak dapat dielakkan sehingga perusahaan hasil merger akan mengalami
penurunan produktivitas dalam jangka pendek.
Umpan Balik
1. Jelaskan pengertian merger !
2. Jelaskan pengertian akuisisi !
3. Jelaskan perbedaan merger dan akusisi serta berikan contoh kongkritnya !
4. Jelaskan keburukan dari merger dan akuisisi !
5. Jelaskan kebaikan dari merger dan akuisisi !
DAFTAR PUSTAKA
Chen C.R dan T. Steiner. 1999. Managerial Ownership and Agency Conflict : A
NonLinier SimultaneusEquation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking,
Debt Policy, and Dividen Policy. Financial Review .34 : 119-136
Claessens, 2000, The Separasion of Ownership & Control in East Asian Corporasion,
Journal of Financial Economics, vol 58.
Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat. ”Tata Cara pendirian BPRS”. Jakarta.
www.pkes.org. 4 Okt. 2009
Easter brook,F. 1984. Two Agency Cost Explanation of Divideds. American Economic
Review 74 : 650-659.
Johnson, Hazel J. 1995. Bank Mergers, Acquisition & Strategic Alliances. New York:
Richard D. Irwin, Inc.
Lukas S. A., 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Rozeeff,M. 1982. Growth, Beta and agency Cost as Determinants of Dividend Payout
Rasios. Journal of Financial Research 5 : 249-259.
Schooley, diane K. dan Barney, Dwayne. 1994. Using Dividend Policy and Managerial
Ownership to Reduce Agency Costs. Journal of Financial Research 3 :
363-373.
Simanjuntak dan Mulia. 2007. Merger Perusahaan Hukum Publik Suatu Kajian Hukum
Korporasi. ___________;___________
Sinkey, Joseph F., Jr. 1983. Commercial Bank Financial Management. New
York:Macmillan Publishing Co., Inc.
Van Horne, James C., dan Sinaga Marianus. 1988. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Edisi Keenam.Erlangga. Jakarta.
Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. 1996. Manajemen Keuangan Jilid 2 Edisi
Kedelapan.Erlangga. Jakarta.
Riwayat Pendidikan
Prof. Dr.Isti Fadah,MSi, menyelesaikan SDN Mayang I pada tahun 1977,
SMP Negri I Jember tahun 1981 dan SMA Negri I Jember tahun 1984
Selanjutnya menyelesaikan jenjang Sarjana Ekonomi di Universitas Jember
pada Tahun 1989.
Gelar Master of Science diperoleh dari Universitas Airlangga Surabaya
pada Tahun 1996
Gelar doktor bidang Manajemen Keuangan diperoleh dari Universitas
Brawijaya Malang pada Tahun 2007