Anda di halaman 1dari 79

HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI DAN INDEKS MASSA

TUBUH (IMT) DENGAN DISMENORE PADA REMAJA


Commented [L1]: Ukuran 16, spasi 1, segitiga terbalik, bold
PUTRI MAN 1 SLEMAN TAHUN 2019

SKRIPSI Commented [L2]: Ukuran 12, bold

Commented [L3]: Ukuran diameter 5,5 cm

Disusun oleh :
Hidayati Fadhilah
1810104341 Commented [L4]: Ukuran 12, bold

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019 Commented [L5]: Ukuran 12 spasi 1, bold
HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI DAN INDEKS
MASSA TUBUH (IMT) DENGAN DISMENORE
PADAREMAJAPUTRI MAN 1 SLEMAN
TAHUN 2019 Commented [L6]: Ukuran 16, spasi 1, bold

SKRIPSI Commented [L7]: Ukuran 12, bold

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Terapan Kebidanan
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta Commented [L8]: Ukuran 12, spasi 1

Commented [L9]: Ukuran 5 x 5 cm

Disusun oleh :
Hidayati Fadhilah
1810104341 Commented [L10]: Ukuran 12, spasi 1, bold

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FALKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019 Commented [L11]: Ukuran 12, spasi 1, bold

i
HALAMAN PERSETUJUAN Commented [L12]: Ukuran 14

HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI DAN INDEKS MASSA


TUBUH (IMT) DENGAN DISMENORE PADA REMAJA
Commented [L13]: Ukuran 16, spasi 1
PUTRI MAN 1 SLEMAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Disusun oleh :
Hidayati Fadhilah
1810104341

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing : Elika Puspitasari, S.ST., M. Keb


Tanggal : 29 Juli 2019 Commented [L14]: Tanggal acc pembimbing

Tanda tangan :

ii
HALAMAN PENGESAHAN Commented [L15]: Ukuran 14, bold

HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI DAN INDEKS MASSA


TUBUH (IMT) DENGAN DISMENORE PADA REMAJA
Commented [L16]: Ukuran 16, spasi 1, bold
PUTRI MAN 1 SLEMAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Disusun oleh :
HIDAYATI FADHILAH
1810104341 Commented [L17]: Nama mhsw huruf kapitasl, bold

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Terapan Kebidanan
pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Pada tanggal :
2 Agustus 2019 Commented [L18]: Tanggal ujian hasil skripsi

Dewan Penguji :
1. Penguji I : Sarwinanti, APP., S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. Mat ….…………

2. Penguji II : Elika Puspitasari, S. ST., M. Keb ….…………

Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta,

Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Commented [L19]: Ukuran 14, bold

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk penelitian lain atau memperoleh gelar keserjanaan pada
perguruan tinggi lain, dan sepanjang sepengetahuan peneliti juga tidak terdapat karya
orang lain atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 27 Juli 2019 Commented [L20]: Tanggal acc ujian pembimbing

Materai Ttd mhswa


Rp 6000

Hidayati Fadhilah

iv
HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI DAN INDEKS MASSA
TUBUH (IMT) DENGAN DISMENORE PADA REMAJA
Commented [L21]: Ukuran 16, spasi 1, bold
PUTRI MAN 1 SLEMAN TAHUN 2019¹
Hidayati Fadhilah², Elika Puspitasari³

ABSTRAK

Prevalensi dismenore di Indonesia sebanyak 64,52% menurut Kemenkes tahun 2015,


di Provinsi D.I Yogyakarta sebesar 20-90% remaja yang mengalami dismenore, di
Kota Yogyakarta dari sebuah penelitian tahun 2015 terdapat hasil 127 dari 148
remaja yang mengalami dismenore. Dismenore merupakan gangguan fisik yang
sangat menonjol pada wanita yang sedang mengalami menstruasi berupa gangguan
nyeri/kram pada perut. Pandangan masyarakat tentang nyeri haid dianggap bukan hal
yang serius bahkan tidak terlalu diperhatikan penanganan dan dampaknya bagi
remaja putri sendiri. Dampak jangka panjang yang terjadi jika dismenore tidak
segera ditangani adalah gangguan aktivitas hidup sehari-hari, restrogade menstruasi
(menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas (kemandulan). Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi adakah hubungan lama menstruasi dan
indeks massa tubuh (IMT) dengan dismenore pada remaja putri di MAN 1 Sleman
tahun 2019. Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan
metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional dengan pendekatan
waktu point time approach. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah
proportional stratified random sampling. Sampel pada penelitian ini adalah 70
responden dengan menggunakan rumus slovin. Metode pengumpulan data
menggunakan data primer. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square. Remaja
yang dismenore 45 (64,3%) dan tidak dismenore 25 (35,7%), karakteristik
responden yaitu mayoritas umur 15 tahun sebanyak 27 (38,6%), menarche 12 tahun
sebanyak 26 (37,1%), berat badan 40-60kg sebanyak 56 (80%), tinggi badan 140-
160cm sebanyak 59 (84,3%). Hasil penelitian ini tidak ada hubungan lama
menstruasi dan indeks massa tubuh dengan dismenore. Variabel lama menstruasi
dengan dismenore tidak ada hubungan dengan nilai p value 0,533 dan indeks massa
tubuh dengan dismenore tidak ada hubungan dengan nilai p value 0,272. Diharapkan
pihak sekolah dapat membuat jadwal rutin untuk pendidikan kesehatan reproduksi
remaja, memperbarui metode promosi kesehatan agar lebih menarik dan tepat guna.
Bekerja sama dengan puskesmas terdekat, untuk memberikan penyuluhan dan
sosialisasi khususnya kepada para siswi terkait masalah kesehatan reproduksi remaja.

Kata Kunci : Dismenore, Indeks Massa Tubuh, Lama Menstruasi. Commented [L22]: Maks 5 kata, diurutkan abjad
Daftar Pustaka : 27 Buku (2009-2016), 17 Artikel online (2009-2018), 10
Jurnal (2010-2018), 16 Skripsi (2009-2018), Tesis
Jumlah Halaman : xi Halaman depan, 96 Halaman, 10 Tabel, 2 Gambar, 10
Lampiran.

¹Judul Skripsi
²Mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Falkultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
³Dosen Pembimbing Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

v
THE CORRELATION OF MENSTRUATION PERIOD
LENGTH AND BODY MASS INDEX (BMI) AND
DYSMENORRHEA IN ADOLESCENTS
AT FEMALE STUDENTS OF
Commented [L23]: Ukuran 16, bold
MAN 1 SLEMAN IN 2019¹
Hidayati Fadhilah², Elika Puspitasari³
ABSTRACT

The prevalence of dysmenorrhea in Indonesia was 64.52% according to Kemenkes


(Ministry of Health) in 2015. 20 – 90% of adolescents experience dysmenorrhea. A
study in 2015 in Yogyakarta found that out of 148 adolescents, 127 adolescents
experience dysmenorrhea. Dysmenorrhea is a physical disturbance which is very
obvious in women having menstruation in the form of pain/cramp in the abdomen.
Public usually considers menstrual pain as a common thing which is even do not
receive attention and impact analysis to the female adolescents themselves. In the
long term, menstrual pain which is not treated can disturb daily activities, infertility,
restrogade menstruation, (backward cycle schedule), and infertility. The study is to
gain information of the correlation of menstruation period length and body mass
index and dysmenorrhea in female adolescents in MAN 1 (Islamic Senior high
school) of Sleman in 2019. The design of the study was quantitative and used
analytical observational method and cross sectional approach and point time
approach. The sampling technique was proportional stratified random sampling. The
samples of then study were 70 respondents taken by using Slovin formula. The data
collection method was primary data. The data analysis was Chi square test. The
result of the study revealed that 45 adolescents experienced dysmenorrhea (64.3%)
and 25 adolescents (35.7%) experienced dysmenorrhea. The majority of the
respondents was 15 years old namely 27 respondents (38.6%), 12 respondents were
in menarche age namely 26 respondents (37.1%), 56 respondents were 40 – 60 kg
(80%), and 59 respondents’ height was 140 – 160 cm (84.3%). The study result
concludes that there is there is no correlation of menstruation period length and body
mass index and dysmenorrhea. The variables of menstruation and dysmenorrhea
showed no correlation with p value of 0.533 and there is no correlation of body mass
index and dysmenorrhea with the p value of 0.272. Schools are expected to make a
routine schedule for adolescents’ reproductive health education and upgrade health
promotion method so that the promotion will be more interesting and efficient.
Schools are expected to cooperate with the nearest primary health centre to give
counselling and socialization especially for female students related to adolescents’
reproductive health.
Keywords : Body mass index, Dysmenorrhea, Menstruation period length.
Bibliography : 27 Books (2009-2016), 17 Online Articles (2009-2018), 10
Journals (2010-2018), 18 Undergraduate theses (2009-2018).
Pages : xi Front Pages, 96 Pages, 10 Tables, 2 Figure, 10 Appendices.
1
Title
2
Student of Midwifery Study Program of Applied Bachelor Program, Faculty of
Health Sciences Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Lecturer of Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan


RahmatNya. Sholawat dan salam semoga senantiasa kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawakita umat manusia kepada zaman yang terang berderang yaiitu
agama islam. Atas rahmat dan karunia serta petunjuk Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Lama Menstruasi dan Indeks Massa
Tubuh dengan Dismenore Pada Remaja Putri MAN 1 Sleman Tahun 2019”.
Penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang harus ditempuh dalam rangka
tugas akhir pendidikan Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas
Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini
penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari semua pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta yang telah memberikan motivasi selama penulis menempuh
pendidikan.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan motivasi selama
penulis menempuh pendidikan.
3. Fitria Siswi Utami, S.SiT., MNS, selaku Ketua Prodi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan
motivasi dan dorongan serta masukkan dalam penyusunan Skripsi ini.
4. Sarwinanti, APP., S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. Mat, selaku penguji I yang
telah bersedia memberikan saran serta arahan sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
5. Elika Puspitasari, S.ST., M. Keb, selaku penguji II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran serta arahan
sehingga menyelesaikan Skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pengampu Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Terapan Universitas ‘Aisyiyah yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat selama menempuh pendidikan.
7. Kedua orang tua yang senantiasa selalu mendo’akan dan memberi
motivasi yang tiada hentinya.
8. Teman-teman satu angkatan 2018 Program Sarjana Terapan Kebidanan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Penulis berharap semoga Skripsi ini bisa bermanfaat untuk penulis dan
khususnya bagi pembaca Skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 27 Juli 2019 Commented [L24]: Tanggal acc pembimbing


Penulis

vii
DAFTAR ISI Commented [L25]: Cara membuat Daftar Isi otomatis bisa
dipelajari di e-learning praktikum 5

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN PENELITIAN ........................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 9
F. Keaslian Penelitian ......................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori .................................................................................................. 13
B. Tinjauan Islam .................................................................................................. 47
C. Kerangka Konsep.............................................................................................. 50
D. Hipotesis ........................................................................................................... 50

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian........................................................................................ 51
B. Variabel Penelitian............................................................................................ 51
C. Definisi Operasional ........................................................................................ 54
D. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 55
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data ................................................................ 57
F. Metode Pengolahan dan Analisa Data .............................................................. 58
G. Etika Penelitian ................................................................................................. 60
H. Jalannya Penelitian ........................................................................................... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ................................................................................................. 67
B. Pembahasan ...................................................................................................... 73
C. Kerterbatasan Penelitian ................................................................................... 88

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 89
B. Saran ................................................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 92


LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian....................................................................................11 Commented [L26]: Nomer BAB, DIIKUTI NOMER TABEL
Table 2.1 Kategori Ambang Batas Indeks Massa Tubuh ..........................................26
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional .......................................................................54
Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel ......................................................................56
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden .........................................69
Tabel 4.2 Distribusi Lama Menstruasi ......................................................................70
Tabel 4.3 Distribusi Indeks Massa Tubuh.................................................................70
Tabel 4.4 Distribusi Dismenore ................................................................................71
Tabel 4.5 Tabel Silang Lama Menstruasi dengan Dismenore ..................................71
Tabel 4.6 Tabel Silang Indeks Massa Tubuh dengan Dismenore ............................. 72

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daur menstruasi...................................................................................... 16 Commented [L27]: Nomer BAB, DIIKUTI NOMER TABEL
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................50

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule
Lampiran 2 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Keterangan Layak Etik
Lampiran 5 Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 Surat Balasan Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Surat Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 9 Hasil Olah Data Penelitian
Lampiran 10 Kuesioner / Alat Pengumpulan data
Lampiran 11 Lembar Konsultasi/Bimbingan
Lampiran 12 Lembar Mengikuti Seminar Proposal

xi
BAB I
PENDAHULUAN Commented [L28]: UKURAN 14, ADD SPACE AFTER PARAGRAF

A. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDG’s) yaitu pembangunan

berkelanjutan sebagai agenda pembangunan global baru untuk periode 2016 Commented [L29]: Spasi 2

hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s)

yang telah berakhir pada tahun 2015. Tujuan SDG’s yang ke-5 adalah menjamin

kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan. Salah

satunya pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi pada wanita

dan remaja. (Kementerian Kesehatan, 2015)

Menurut WHO, Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,

menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun, dan menurut Badan Kependudukan da

Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan

belum menikah. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar

atau 18% dari jumlah penduduk. Di Indonesia menurut Sensus Penduduk tahun

2010 jumlah kelompok usia 10-19 tahun sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari

jumlah penduduk. (Kementerian Kesehatan, 2015)

Angka kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,52% yang terdiri dari

54,89% dismenore primer (nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada

alat-alat genital, sering terjadi pada wanita yang belum pernah hamil) dan 9,36%

dismenore sekunder (nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis).

(Fahimah, Margawati, & Fitranti, 2017)

Di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta angka kejadian dismenore yang

dialami wanita usia produktif sebanyak 52% (Prasetia, 2015). Prevalensi

1
2

dismenore tertinggi sering ditemui pada remaja wanita, yang diperkirakan antara

20-90%. Sekitar 15% remaja dilaporkan mengalami dismenore berat. (Karim,

2013)

Di kabupaten Sleman telah dilakukan penelitian yang di dapatkan hasil uji

statistik bahwa semakin rendah IMT maka tingkat dismenore akan semakin berat

pada mahasiswa DIII Kebidanan Semester II STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

dengan nilai signifikan 0,029 (<0,05) dan koefisien korelasi - 0,156. Semakin

tinggi tingkat stress maka akan semakin tinggi pula tingkat dismenore pada

mahasiswa DIII Kebidanan Semester II STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan p-

value 0.024 (<0,05) dan koefisien korelasi bernilai positif (0,160) . Semakin

rendah aktifitas fisik maka tingkat dismenore akan semakin berat pada

mahasiswa DIII Kebidanan Semester II STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan p-

value 0,030 dan koefisien korelasi - 0,160. (Andriana, 2015)

Dst....

Berdasarkan studi pendahuluan penelitian yang telah dilakukan di MAN 1

Sleman terdapat populasi berjumlah 241 orang. Peneliti melakukan wawancara

kepada 10 orang dari populasi yang telah menstruasi mengaku dismenore

sebanyak 7 orang. dan yang tidak hanya sebanyak 3 orang. Populasi yang

mengaku dismenore merasa terganggu kegiatan belajar di sekolah ketika sedang

dismenore, dampak dismenore juga menyebabkan remaja putri tidak masuk

sekolah karena sakit yang dialami membuat fisik menjadi lemah. Upaya sekolah

untuk menangani remaja putri yang dismenore tidak diberi intervensi apapun

tetapi diperbolehkan istirahat di unit kesehatan sekolah sehingga remaja putri

memilih istirahat atau tidur di unit kesehatan sekolah untuk mengurangi

dismenore. Maka dari itu saya melakukan penelitian tentang dismenore dan
3

faktor-faktor dismenore karna masalah ini banyak dialami oleh wanita khususnya

pada remaja putri.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan lama menstruasi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan dismenore pada remaja putri MAN 1 Sleman?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan lama menstruasi dan indeks massa tubuh (IMT)

dengan dismenore pada remaja putri MAN 1 Sleman.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui lama menstruasi pada remaja putri MAN 1 Sleman.

b. Mengetahui indeks massa tubuh (IMT) pada remaja putri MAN 1

Sleman.

c. Mengetahui dismenore pada remaja putri MAN 1 Sleman.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi MAN 1 Sleman

Menambah kepustakaan ilmu pengetahuan kesehatan reproduksi pada

remaja putri khususnya pada ruang lingkup menstruasi dan gangguan

menstruasi, serta menjadikan penelitian ini sebagai referensi dalam

memberikan perhatian lebih kepada kesehatan reproduksi remaja putri MAN

1 Sleman.

2. Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi

khususnya dismenore dan faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore.

3. Bagi Institusi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


4

Menambah kepustakaan dan referensi yang dapat dimanfaatkan oleh

mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan

reproduksi khususnya dismenore dan faktor-faktor yang mempengaruhi

dismenore.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai salah satu referensi dan acuan untuk

melakukan penelitian selanjutnya pada ruang lingkup keilmuan kesehatan

reproduksi khususnya dismenore dan faktor-faktor yang mempengaruhi

dismenore.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Lingkup materi dalam penelitian ini adalah kesehatan reproduksi

tentang dismenore, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi dismenore. Dismenore adalah salah satu gangguan

menstruasi yang banyak dialami oleh wanita khususnya pada usia remaja

putri. Dismenore yang dialami oleh remaja putri akan menyebabkan

terganggunya proses belajar di sekolah sehingga ramaja putri tidak bisa

masuk sekolah karna dismenore yang dialami. Jika permasalahan ini tidak

diperhatikan secara khusus maka prestasi remaja putri akan menurun karna

tidak bisa menerima pelajaran dengan menyeluruh dikarenakan tidak sekolah

atau izin istirahat di unit kesehatan sekolah (UKS) dikarenakan dismenore.

2. Ruang Lingkup Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri MAN 1

Sleman diberikan sasaran kepada remaja khususnya umur 13-18 tahun

dikategorikan masih remaja. Saya mengambil umur 13-18 tahun karena pada
5

umur ini remaja putri sudah memasuki jenjang pendidikan formal menengah

atas dan pada umur ini juga remaja putri sudah mengalami menarche.

3. Ruang Lingkup Tempat

Tempat penelitian ini dilakukan di MAN 1 Sleman dengan jumlah

populasi sebanyak 241 orang yang diambil dari kelas X dan XI. Peneliti

melakukan wawancara kepada 10 orang dari populasi yang telah menstruasi

menyatakan mengalami dismenore saat menstruasi sebanyak 7 orang dan

yang tidak dismenore sebanyak 3 orang.

4. Ruang Lingkup Waktu

Penyusunan proposal hingga pelaporan hasil penelitian mulai

November 2018 – Agustus 2019

.
6

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No. Nama Peneliti, Judul dan Metodologi Hasil Perbedaan Persamaan
Tahun
1. Pratiwi Hesti Harmoni Penelitian Hasil penelitian dianalisis secara bivariat dengan uji Perbedaannya pada
melakukan penelitian yang observasional Chi-Square dan multivariat dengan regresi logistik. variabel bebas yaitu
berjudul “Hubungan analitik dengan Hasil penelitian hubungan antara IMT dan dismenore aktivitas fisik dan
Antara IMT Dan Aktivitas pendekatan dilakukan uji statitistik chi square diperoleh hasil tempat penelitian.
Fisik Dengan Kejadian Cross-sectional p=0,000 (P<0,05). Hubungan antara aktivitas fisik
Dismenore Di SMA Batik dan dismenore juga dilakukan uji statistik chi square
1 Surakarta” Tahun 2018 diperoleh hasil p=0,001 (p<0,05). Uji multivariat
regresi logistik menunjukkan nilai OR variabel IMT
adalah 0,043 dan nilai OR variabel aktivitas fisik
adalah 0,150, artinya variabel aktivitas fisik lebih
mempengaruhi terjadinya dismenore.
2. Tina Agustina melakukan Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada Perbedaannya pada
penelitian yang berjudul observasional hubungan antara usia menarche dengan kejadian variabel bebas yaitu
“Hubungan Antara Usia dengan dismenore primer pada remaja putri di SMK Negeri 4 usia menarche, pada
Menarche Dan Lama pendekatan Surakarta (p sebesar 0,049=0,05), tidak ada variabel terikat yaitu
Menstruasi Dengan Cross-sectional hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore primer dan
Kejadian Dismenore dismenore primer pada remaja putri di SMK Negeri 4 tempat penelitian.
Primer Pada Remaja Putri Surakarta (p= 0,783>0,05).
Di SMK Negeri 4
Surakarta” Tahun 2015
7

No. Nama Peneliti, Judul dan Metodologi Persentase Perbedaan Persamaan


Tahun
3. Yunita Andriani Menggunakan Semakin rendah indeks massa tubuh maka tingkat Perbedaan penelitian ini
melakukan penelitian yang metode survey dismenore semakin berat ( p value=0,029 < α = 0,05), dengan penelitian yang
berjudul “Hubungan analitik dengan semakin tinggi tingkat stress maka semakin tinggi saya lakukan adalaha
Indeks Massa Tubuh, desain cross- tingkat dismenore (p value=0,024 < α = 0,05), dan pada variabel bebas
Tingkat Stress, Dan sectional semakin rendah aktivitas fisik maka semakin tinggi yaitu tingkat stress dan
Aktivitas Fisik Dengan tingkat dismenore (p value=0,030 < α = 0,05). lokasi penelitian.
Tingkat Dismenore Pada Namun, pada penelitian ini hubungan antara indeks
Mahasiswa DIII massa tubuh, tingkat stress dan aktivitas fisik dengan
Kebidanan Semester II tingkat dismenore dinyatakan berada pada korelasi
Stikes ‘Aisyiyah sangat rendah. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
Yogyakarta” Tahun 2015 faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Commented [L30]: Ukuran 14, bold

A. Tinjauan Teori

1. Menstruasi

a. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai

sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi adalah perdarahan vagina

secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi

menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,

hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan

sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan

penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam

pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi.

(Icemi & Wahyu, 2013)

Menstruasi merupakan perdarahan dari uterus yang terjadi secara

periodik dan siklik. Hal ini disebabkan karena pelepasan (deskuamasi)

endometrium akibat hormon ovarium (estrogen dan progesteron)

mengalami penurunan terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium,

biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Meskipun menstruasi

merupakan proses alamiah yang dialami oleh perempuan, hal ini menjadi

masalah utama dalam masyarakat jika terjadi gangguan menstruasi.

(Kusmiran, 2014)

b. Fisiologi Menstruasi

Untuk dapat terjadi menstruasi maka perlu adanya fusngsi vagina,

rahim, indung telur dan adanya hubungan yang sinergis dari hipotalamus

8
9

– susunan syaraf pusat dengan indung telur. Hubungan ini digambarkan

dengan terciptanya kekompakan system kerja hormone dalam tubuh

seorang perempuan terutama hormone steroid (estrogen dan

progesterone). (Icemi & Wahyu, 2013)

c. Tanda dan Gejala Menstruasi

1) Perut mulas, mual dan panas

2) Kram pada perut bagian bawah dan vagina

3) Kurang darah (anemia)

4) Perut kembung, terasa nyeri saat buang air kecil

5) Demam, sakit kepala dan pusing

6) Keputihan, gatal-gatal pada vagina

7) Emosi meningkat, mudah tersinggung dan gelisah

8) Gangguan konsentrasi, rasa takut dan sukar tidur

9) Nyeri pada payudara, bau badan tidak sedap, timbul jerawat.

(Icemi & Wahyu, 2013)

d. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi yang terjadi di nilai dari tiga hal pertama yaitu

siklus menstruasi yang berkisar antara 28 hari, kedua lama menstruasi

yaitu 3-6 hari, ketiga yaitu jumlah darah yang keluar selama siklus

menstruasi 20-80 ml. (Verrawaty, 2012)

Pada setiap siklus menstruasi FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior

hipofisis yang menyebabkan beberapa folikel primer berkembang dalam

ovarium. Folikel primer berkembang menjadi folikel de graaf yang

membuat estrogen. Estrogen menekan FSH, sehingga lobus anterior

hipofisis mengeluarkan hormone gonadotropin yang kedua yaitu LH


10

(luteinizing hormone). Produksi FSH dan LH di pengaruhi RH (relasing

hormones) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Dibawah

pengaruh RH folikel de Graff semakin lama semakin matang dan makin

banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung estrogen.

Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium tumbuh (menebal)

yang disebut masa proliferasi. Dibawah pengaruh LH folikel de Graff

menjadi lebih matang, mendekatai permukaan ovarium, dan kemudian

terjadi ovulasi.

e. Fase Siklus Menstruasi

Beberapa fase yang terjadi selama siklus enstruasi berlangsung

menurut (Verrawaty, 2012):

Gambar 2.1 Daur menstruasi, hormon yang


berpengaruh dan kondisi lapisan
pada masing-masing fase.
Sumber: (Verrawaty, 2012)
11

1) Fase ploriferasi

2) Fase luteal/sekresi

3) Fase iskemik

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi.

g. Gangguan Menstruasi atau Kelainan Menstruasi

h. Menarche

Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi untuk

pertama kalinya pada usia 12 atau 14 tahun. Tetapi ada juga yang

mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu

usia 18 tahun. (Icemi & Wahyu, 2013)

2. Lama Menstruasi

a. Pengertian Lama Menstruasi

b. Faktor-Faktor Penyebab Lama Menstruasi

c. Gambaran Lama Menstruasi dengan Dismenore

3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

a. Pengertian Indeks Massa Tubuh (IMT)

b. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Indeks Massa Tubuh (IMT)

c. Metode Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

Berdasarkan metode pengukuran Indeks massa tubuh menurut WHO

2011, untuk menentukan indeks massa tubuh seseorang maka dilakukan

dengan cara responden diukur terlebih dahulu berat badannya dengan

timbangan kemudian diukur tinggi badannya dan dimasukkan ke dalam

rumus di bawah ini:

Berat Badan (kilogram)


IMT =
Tinggi Badan x Tinggi Badan (meter2 )
12

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO,

yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan.

Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–

25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan

pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan,

lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang

antara laki-laki dan perempuan. Batas ambang IMT adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas Indeks Massa Tubuh

No Kategori Status Ambang Batas (Z-


Gizi Score)
1. Sangat Kurus < 17,0
2. Kurus 17,0 – 18,4
3. Normal 18,5 – 25,0
4. Gemuk 25,1 – 27,0
5. Sangat Gemuk > 27,0
Sumber: WHO, 2017

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT)

e. Gambaran Indeks Massa Tubuh dengan Dismenore

Hasil penelitian uji statitistik chi square diperoleh hasil p=0,000

(P<0,05), maka hipotesis dapat diterima yaitu ada hubungan antara IMT

dengan kejadian dismenore di SMA Batik 1 Surakarta. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian Nohara et al (2011) yang menyatakan bahwa

IMT memiliki hubungan yang signifikan sebagai faktor risiko terjadinya

dismenore, yaitu subjek yang memiliki IMT underweight, overweight,

dan obesitas. (Harmoni, 2018)

Seorang wanita yang mengalami kekurangan maupun kelebihan gizi

akan berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus yang tidak memberikan

rangsang kepada hipofisis anterior untuk menghasilkan FSH (Follicle


13

Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). (Pebrina, 2016)

Follicle Stimulating Hormone berfungsi merangsang pertumbuhan sel telur

dan Luteinizing Hormone berfungsi dalam proses pematangan sel telur dan

ovulasi yang apabila tidak dibuahi akan terjadi peluruhan (menstruasi).

(Wiknjosastro H. , 2009)

Apabila produksi FSH dan LH terganggu akan memicu gangguan pada

menstruasi salah satunya adalah dismenore. (Pebrina, 2016) Seseorang

dengan berat badan lebih terdapat jaringan lemak yang berlebihan pula,

sehingga dapat menyebabkan terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan

lemak pada organ reproduksi. Hal tersebut menyebabkan gangguan

vaskularisasi pada organ reproduksi yang memicu kontraksi berlebihan dan

timbul dismenore. (Harmoni, 2018)

Gizi kurang (underweight) juga dapat menyebabkan dismenore karena

kurangnya nutrisi pada fase luteum dan pertumbuhan organ reproduksi

kurang optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian (Marmi, 2013) bahwa

sistem reproduksi wanita dapat terganggu diantaranya disebabkan oleh status

gizi yang tidak sesuai atau berlebihan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Pande &

Purnawati, (2015) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara IMT

dengan terjadinya dismenore dengan p value sebesar 0,202 (nilai p >

0,05). Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Dwi, (2012)

yang menunjukkan bahwa hubungan antara IMT dengan dismenorea

primer mendapatkan nilai p sebesar 0,161. Studi dari Al Dabal et al,

(2014) mendapatkan nilai p sebesar 0,661 pada hubungan IMT dengan

dismenorea.
14

4. Dismenore

a. Pengertian Dismenore

b. Klasifikasi Dismenore

Dismenore dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu

berdasarkan jenis nyeri dan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab

yang dapat diamati. (Judha, 2012)

1) Dismenore dibedakan menjadi dua macam berdasarkan jenis

nyerinya, yaitu:

a) Nyeri spasmodik

b) Nyeri Kongestif

c) Dismenore sekunder

2) Dismenore berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab

a) Dismenore Primer

b) Dismenore Sekunder

c. Gejala Dismenore

d. Derajat Dismenore

1) Dismenore Ringan

2) Dismenore Sedang

3) Dismenore Berat

e. Patofisiologi Dismenore

f. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Dismenore

g. Dampak Dismenore

h. Cara Mencegah dan Mengatasi Dismenore

B. Tinjauan Islam

1. Masalah Haid
15

Masalah haid dijelaskan dalam firman Allah surah Al-Baqarah ayat 222.
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah : “Haidh
itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu
ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” Commented [L31]: Tafsir Cetak miring, spasi 1
Dalam surat diatas disebutkan bahwa haid merupakan ketetapan yang

allah berikan kepada keturunan Adam yang perempuan. Jadi haid merupakan

sebuah keniscayaan bagi perempuan. Saat haid, seorang perempuan dilarang

berhubungan badan dengan suaminya karena bisa menibulkan penyakit.

Masalah haid diceritakan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh


Bukhāri, Aisyah berkata, “kami keluar bersama Nabi untuk melaksanakan
haji. Ketika kami sampai di Sarif, aku mengalami haid.”
Lalu Nabi menghampiriku, dan saat itu aku hanya menangis. Nabi
kemudian bertanya, “apa yang membuatmu menangis?”
Aku menjawab: “Sepertinya aku tidak bisa berhaji tahun ini,”
Rasulullah bersabda, “apakah engkau sedang haid?”
Aku menjawab, “Ya”
Rasulullah bersabda, yang artinya: “Itu adalah sesuatu yang telah allah
tetapkan untuk anak- anak perempuan adam”.

Biasanya perempuan pertama kali haid ketika berumur duabelas sampai

lima belas tahun. Terkadang ada juga perempuan yang sudah mengalami haid

sebelum atau setelah umur tersebut. Keadaan ini tergantung kondisi fisik dan

psikisnya. Balighnya seorang perempuan ditandai dengan haid dan bukan

dengan nifas. Karena seorang perempuan tidak mungkin bisa hamil sampai ia

haid. Maka tanda balighnya perempuan itu dengan keluarnya darah haid dan

itu pasti terjadi sebelum melahirkan. (Usamah, 2010)

2. Larangan-Larangan Bagi Perempuan Haid

Ada delapan hal yang dilarang bagi perempuan haid, yakni sebagai berikut:

a. Shalat

b. Sujud tilawah

c. Menyentuh mushaf
16

d. Masuk masjid

e. Thawaf

f. I’tikaf

g. Membaca al quran

h. Thalak

Dari beberapa larangan diatas tiga hal yang menjadi ikhtilaf para ulama yaitu:

a. Masuk Masjid

Dalam hal ini ulama terbagi menjadi tiga pendapat, pendapat pertama

yang melarang perempuan haid memasuki masjid secara muthlak dan ini

adalah pendapat madzab maliki. Kedua, pendapat yang melarang

perempuan haid memasuki masjid dan membolehkan jika sekedar lewat,

dan ini adalah pendapat syafii. Ketiga, pendapat yang membolehkan

perempuan haid memasuki masjid dan ini adalah pendapat ẓahiri.

b. Menyentuh Mushaf

Jumhur ulama mengakui kemu’jizatan Al-Quran sehingga melarang

menyentuh Al-Quran bila tidak mempunyai wudhu, berhadas kecil saja

dilarang apalagi yang berhadas besar seperti haid. Sedangkan bagi Ẓahiri

tidak dilarang menyentuh mushaf walau tidak mempunyai wudhu.

Perbedaan ini disebebakan perbedaan memahami ayat dalam Qs. Al

waqi’ah:79 yang artinya:

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”


(Qs. Al Waqi’ah:79).

Menurut Daud al Ẓahiri al quran yang dimaksud oleh ayat diatas

bukanlah al quran yang sekarang kita lihat, tetapi al quran yang bukan

makhluk dan tersembunyi di lauh al mahfudh. Sedangkan mushaf yang

kita pegang saat ini adalah makhluk, sehingga tak perlu dalam keadaan
17

suci tuk menyentuhnya dan orang haid maupun junub juga tidak dilarang

menyentuhnya. (Abu Ubaidah Usamah bin Muhammad al Jamal, 2010)

c. Membaca Al-Quran

Menurut hasil putusan tarjih muhammadiyah hukum membaca al-

quran saat menstruasi hukumnya boleh. Menurut hadist shahih yang

artinya:

“Dari Aisyah ra ia berkata”Adalah Nabi SAW menyebut nama Allah


SWT dalam segala hal.” (HR Muslim, Abu Dawud dan At-Turmudzi)

Mendasarkan pada ayat Al-Quran surah Al-Waqiah ayat 77-79 dan

hadis tersebut, maka perempuan haidh boleh membaca Al-Quran.

C. Kerangka Konsep

Yang mempengaruhi
dismenore

1. Menarche ≤ 10 tahun
2. Stress DISMENORE
3. Riwayat Keluarga
4. Aktivitas Fisik
5. Lama menstruasi
6. Indeks Massa
Tubuh (IMT)

Dampak Dismenore

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

a) : Variabel yang diteliti

b) : Variabel yang tidak diteliti


18

: Arah hubungan yang diteliti

: Arah hubungan yang tidak diteliti

D. Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk

menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.

Hipostesis pada penelitian ini yaitu:

Ha: Ada hubungan yang signifikan antara Lama Menstruasi dan Indeks Massa

Tubuh dengan Dismenore.

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dan indeks

massa tubuh dengan dismenore.


BAB III

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian

yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subyek penelitian yang

diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Sedangkan cross

sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

(Notoatmodjo, 2012) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama

menstruasi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian dismenore pada

remaja.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah sebuah karakteristik yang terdapat pada individu atau benda

yang menunjukkan adanya perbedaan nilai atau kondisi yang dimiliki. Variabel

penelitian merupakan segala suatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. (Notoatmodjo, 2012)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama menstruasi dan indeks massa

tubuh (IMT).

8
9

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. (Notoatmodjo, 2012) Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah dismenore.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang mengganggu terhadap

hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel pengganggu ini ada

apabila terdapat faktor atau variabel ketiga pengganggu yang berkaitan

dengan faktor resiko dan faktor akibat outcome. (Notoatmodjo, 2012)

a. Usia pertama kali menstruasi (menarche)

Dikendalikan dengan memilih responden yang menarche ≥ 10 tahun.

Karena pada umur kurang dari 10 tahun organ-organ reproduksi belum

berkembang secara maksimal dan masih terjadi penyempitan pada leher

rahim, maka akan timbul rasa sakit pada saat menstruasi, karena organ

reproduksi wanita belum berfungsi secara maksimal. (Joharmi, 2017)

b. Stres

Tidak dikendalikan karena Saat seseorang mengalami stress terjadi

respon neuroendokrin sehingga menyebabkan Cortocitropin Releasing

Hormone (CRH) maka terjadi sekresi Adrenocorticotopic Hormone

(ACTH). ACTH akan meningkatkan sekresi adrenal. Hormon-hormon

tersebut menyebabkan sekresi Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan

Liteinizing Hormone (LH) terhambat sehingga perkembangan folikel

terganggu. Hal ini menyebabkan pelepasan progesteron terganggu. Kadar

progesteron yang rendah meningkatkan sintesis prostaglandin.

Ketidakseimbangan antara prostaglandin menyebabkan iskhemia pada


10

sel-sel miometrium dan peningkatan kontraksi uterus. Peningkatan

kontraksi yang berlebihan menyebabkan dismenore. (Pundati, 2016)

c. Riwayat Keturunan

Dikendalikan dengan tidak memilih responden yang memiliki riwayat

keluarga dismenore. Riwayat dismenore pada keluarga lebih berpotensi

terjadi dismenore karena berkaitan dengan adanya faktor genetik yang

menurunkan sifat kepada keturunannya. Salah satu sifat dari faktor

genetik yaitu menduplikasikan diri sehingga pada saat pembelahan sel,

genetik akan menduplikasikan diri sehingga sifat ibu dapat menurun pada

keturunannya. (Sadiman, 2017)

d. Aktifitas Fisik

Tidak dikendalikan karena aktifitas fisik orang berbeda-beda sewaktu-

sewaktu. Dimana aktifitas fisik seperti olahraga dengan dismenore, jarang

atau tidak pernah berolahraga akan menurunnya sirkulasi darah dan

oksigen sehingga aliran darah dan oksigen yang menuju uterus tidak

lancar dan menyebabkan rasa nyeri. (Harmono, 2012)


11

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati/ diteliti serta untuk

mengarahkan kepada pengembangan instrumen (alat ukur). (Notoatmodjo, 2012)

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1. Lama Hari pertama dimulai keluar darah haid Kuesioner Normal = ≤ 7 Hari Nominal
Menstruasi sampai hari terakhir keluarnya darah haid Tidak Normal = > 7 Hari
selama 6 bulan terakhir.
2. Indeks Alat yang sederhana untuk memantau Microtoise Sangat Kurus = < 17,0 Ordinal
Massa status gizi, khususnya yang berkaitan dengan Kurus = 17,0 – 18,4
Tubuh dengan kelebihan dan kekurangan berat ketelitian 0,1 cm Normal = 18,5 – 25,0
badan. Timbangan Gemuk = 25,1 – 27,0
dengan Sangat Gemuk = > 27,0
ketelitian 0,1 kg
3. Dismenore Nyeri perut bagian bawah yang berasal dari Kuesioner Tidak dismenore = Tidak Nominal
kram rahim dan terjadi selama masa Dismenore = Ya
menstruasi.
12

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

(Swarjana, 2015). Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas X

dan XI di MAN 1 Sleman berjumlah 241 orang.

2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah proportional

stratified random sampling. Proportional stratified random sampling

merupakan teknik pengambilan sampel pada populasi yang heterogen dan

berstrata dengan mengambil sampel dari tiap-tiap sub populasi yang

jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota dari masing-masing sub

populasi secara acak atau serampangan.

Teknik pengambilan sampel secara proportional stratified random

sampling digunakan dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang

representatif dengan melihat populasi siswa kelas X dan XI yang ada di MAN

1 Sleman yang berstrata, yakni terdiri beberapa kelas yang heterogen (tidak

sejenis). Sehingga peneliti mengambil sampel dari kelas X IIK, X MIA, X

IIS, IIK, XI MIA dan XI IIS dan dari masing-masing kelas diambil wakilnya

sebagai sampel.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus

Slovin.

N
𝑛=
1 + N 𝑒2
Dimana:

n = Jumlah elemen/ anggota sampel

12
13

N = Jumlah elemen/ anggota populasi

e = error level (tingkat kesalahan) (Catatan: Umumnya digunakan 1%

atau 0,01, 5% atau 0,05, dan 10% atau 0,1)

N
n=
1+N e2

241
n=
1+241. 0,12

= 70,67 dibulatkan menjadi 70 orang.

Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 70 orang.

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan

alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional dengan

cara:

Jumlah sampel
Jumlah sampel tiap kelas = x Jumlah tiap kelas
Jumlah populasi

Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel

No Nama Kelas Perhitungan Jumlah Sampel

70
1. X IIK x 26 = 7, 55 8
241
70
2. X MIA x 49 = 14,23 14
241
70
3. X IIS x 46 = 13,36 13
241
70
4. XI IIK x 26 = 7, 55 8
241
70
5. XI MIA x 53 = 15,39 15
241
70
6. XI IIS x 41 = 11,90 12
241
Sumber: Data Primer, 2019
Peneliti menentukan kriteria sample sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Remaja putri kelas X – XI yang bersekolah di MAN 1 Sleman.


14

2) Bersedia mengikuti penelitian ini dengan mengisi dan

menandatangani lembar informed consent.

b. Kriteria Eksklusi

1) Memiliki riwayat tumor di rahim.

2) Menderita penyakit jantung.

3) Memiliki riwayat penyakit paru-paru dan gangguan jiwa.

4) Memiliki riwayat operasi usus buntu.

5) Pernah mengalami operasi pada bagian perut.

6) Memiliki riwayat nyeri perut bawah di luar siklus menstruasi.

7) Memiliki riwayat perdarahan di luar siklus menstruasi.

E. Alat Dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 2010)

Indeks Massa Tubuh (IMT) didefinisikan sebagai hasil pengukuran

antropometri atau pengukuran tubuh manusia. Data meliputi tinggi badan,

berat badan, jenis kelamin, umur dan IMT. Tinggi badan diukur dengan

microtoise dengan ketelitian 0,1 cm serta pengukuran berat badan

menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg. Pengukuran IMT

didapatkan dari berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan

kuadrat dalam meter persegi (kg/m2 ). Interpretasi IMT tergantung pada umur

dan jenis kelamin anak, karena anak lakilaki dan anak perempuan mempunyai

komposisi tubuh yang berbeda. (Adityawarman, 2011)


15

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer dengan

cara membagikan kuesioner kepada responden secara langsung pada obyek

yang akan diteliti. Prosedur penyebaran angket dalam penelitian ini yaitu

peneliti mendatangi sekolah, kemudian peneliti menjelaskan judul dan tujuan

penelitian yang akan dilakukan serta menyampaikan kerahasiaan atas

jawaban yang diberikan dalam kuesioner dan peneliti tidak berdampak

negatif bagi responden. Jika responden bersedia, peneliti memberi lembar

informed consent untuk ditanda tangani responden sebelum mengisi

kuesioner dan mendampingi responden apabila ada pertanyaan yang kurang

jelas serta peneliti memastikan biodata responden terisi dengan lengkap dan

jelas.

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Langkah – langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Editing

Penelitian melakukan pengecekan kembali kesesuaian nomor catatan,

kelengkapan jawaban, relavansi jawaban, yang dicantumkan penulis

dengan nomor catatan yang peneliti dapatkan.

b. Coding

Memberi kode jawaban dari hasil penelitian dengan kode pada

masing-masing kategori. Coding data berdasarkan pertimbangan peneliti

sendiri, yaitu:

1) Lama Menstruasi

a) Normal diberi kode 1


16

b) Tidak Normal diberi kode 2

2) Indeks massa tubuh (IMT)

a) Sangat Kurus diberi kode 1

b) Kurus diberi kode 2

c) Normal diberi kode 3

d) Gemuk diberi kode 4

e) Sangat Gemuk diberi kode 5

1) Dismenore

a) Tidak dismenore diberi kode 1

b) Dismenore diberi kode 2

c. Entry data

Peneliti akan memasukan data dari hasil pengkodean yang telah

dilakukan sebelumnya pada variabel.

d. Cleaning

Peneliti akan melakukan pengecekan kembali data yang sudah di olah

untuk mengetahui tidak adanya kesalahan-kesalahan kode dan ketidak

lengkapan data.

e. Tabulating

Setelah dilakukan tahap klining peneliti akan memasukan data

kedalam tabel berdasarkan tujuan penelitian. (Notoadmojo, 2012)

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan pada satu variabel dari hasil penelitian,

yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya


17

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.

(Notoatmodjo, 2010)

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan lama

menstruasi dan indeks massa tubuh (IMT) dengan dismenore pada remaja

putri MAN 1 Sleman dengan menggunakan metode analisis data dengan

uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square menggunakan

komputerisasi berupa software SPSS.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian pada responden, peneliti harus memperhatikan

etika penelitian. Menurut Suryabrata (2013), etika penelitian meliputi :

1. Ethical Clearence

Ethical Clearance (EC) atau Kelayakan Etik adalah keterangan tertulis

yang diajukan di Lembaga Pengembangan Ilmu, Penelitian, dan Pengabdian

Masyarakat (LP3M) Universitas Aisyiyah Yogyakarta untuk penelitian yang

melibatkan makhluk hidup yang menyatakan bahwa suatu penelitian layak

dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Sesuai dengan Komisi

Etik Penelitian (KEP) Universitas Aisyiyah Yogyakarta menyatakan bahwa

penelitian kesehatan yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitian telah

mendapatkan persetujuan etis (Ethical Approval) dengan nomor surat

722/KEP-UNISA/V/2019 pada tanggal 29 Mei 2019

2. Informed Consent (lembar persetujuan)

Merupakan bentuk lembar persetujuan sebagai responden untuk mengisi

data dan menandatangani lembar persetujuan antara peneliti dengan

responden. Peneliti akan melakukan informed consent dengan cara


18

memberikan penjelasan proses penelitian pada lembar informasi yang

ditujukan kepada calon responden. Apabila setelah membaca lembar

informasi calon responden setuju untuk menjadi responden penelitianmaka

akan diminta untuk menandatangani pada lembar informed consent.

3. Anonimity (tanpa nama)

Pengguna subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan penelitian, baik informasi atau masalah

– masalah yang lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil penelitian.

5. Justice

Justice (keadilan) yang berarti peneliti mampu menerapkan prinsip

keadilan, peneliti akan memperlakukan responden dengan penuh tanggung

jawab, menghormati dan menghargai serta tidak membedakan latar belakang,

suku, pendidikan, agama, status sosial, ekonomi dan kekerabatan.

6. Beneficience

Beneficience (bermanfaat) yang berarti penelitian yang dilakukan mampu

memberikan manfaat kebaikan bagi remaja putri, khusunya yang mengalami

dismenore. Peneliti harus berusaha meminimalisir segala bentuk kerugian dan

ketidaknyamanan serta berusaha menyeimbangkan antara manfaat dan resiko.


19

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Tahap persiapan penelitian dimulai dari penentuan judul yang kemudian

dilanjutkan dengan studi pendahuluan di MAN 1 Sleman.

b. Melakukan studi pendahuluan pada hari senin tanggal 10 Desember 2018

dengan nomor surat permohonan izin studi pendahuluan

2229/UNISA/Ad/XII/2018 untuk menentukan judul dan tempat

penelitian. Dengan surat balasan dari Pemerintah Daerah Daerah

Istimewa Yogyakarta Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dengan nomor

surat 074/1145/Kesbangpol/2019 sehingga didapatkan judul dan tempat

penelitian yaitu hubungan lama menstruasi dan indeks massa tubuh (IMT)

dengan dismenore pada remaja putri MAN 1 Sleman.

c. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian dari menyusun proposal

sampai dengan laporan hasil penelitian. Penelitian dilaksanakan mulai

bulan November 2018 sampai dengan bulan Juli 2019 dengan melakukan

studi pustaka dan penyusunan laporan hasil penelitian.

d. Tahap persiapan proposal yaitu penyusunan proposal, bimbingan proposal

sampai tanggal 11 Februari 2019 telah di ACC untuk melakukan seminar

proposal penelitian, seminar proposal yang kemudian dilanjutkan dengan

perbaikan proposal hingga proposal disetujui dan disahkan pada tanggal 5

April 2019. Dan melanjutkan penelitian yang telah disetujui oleh tim

skripsi.

e. Mengajukan permohonan uji etik ke Komisi Etik Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta dengan nomor surat 55Fec/FIKes-Med/IV/2019 pada tanggal


20

30 April 2019 dan dinyatakan Layak Etik dengan nomor surat 722/KEP-

UNISA/V/2019 pada tanggal 29 Mei 2019.

f. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yaitu,

pengukur tinggi badan atau microtoise dan pengukur berat badan atau

timbangan. Alat ini peneliti pinjam di laboratorium Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menetapkan populasi dan sampel penelitian. Populasi dari penelitian ini

berjumlah 241 orang yang terdiri dari kelas X dan XI remaja putri MAN 1

Sleman. Jumlah sampel 70 responden dengan teknik sampling

proportional stratified random sampling.

b. Mengajukan surat izin penelitian pada tanggal 18 Juni 2019 dengan

nomor surat 357/FIKES-UNISA/Ad/VI/2019 kepada Kepala Sekolah

MAN 1 Sleman dan menerima basalan surat dari MAN 1 Sleman. Surat

balasan diberikan pada tanggal 13 Juli 2019 dikarenakan bertepatan

dengan libur sekolah dengan nomor surat B-460/MA.12.08/TL.00/7/2019.

Pihak sekolah telah memberikan izin untuk melakukan pengambilan data

ketika surat permohonan izin penelitian dari peneliti sudah diberikan

kepada pihak sekolah.

c. Setelah itu peneliti melakukan apersepsi pada hari rabu tanggal 19 Juni

2019 untuk pengambilan data pada hari jumat dan sabtu tanggal 21-22

Juni 2019 kepada asisten penelitian. Peneliti menjelaskan akan melakukan

penelitian dengan cara melakukan skrinning/menyaring yang akan

dijadikan sampel dengan cara mengisi lembar skrinning. Setelah itu hari

berikutnya mengukur berat badan dan tinggi badan, serta membagikan


21

kuesioner untuk dijawab oleh remaja putri MAN 1 Sleman. Asisten

penelitian sebanyak 3 orang yaitu 1 orang guru dan 2 orang remaja putri

bersekolah MAN 1 Sleman. Asisten memahami dan menyetujui untuk

membantu dalam pelaksanaan pengambilan data penelitian ini dengan

ikhlas tanpa paksaan dari pihak manapun termasuk peneliti. Asisten

peneliti hanya membantu dalam menginformasikan, tidak melakukan

skrinning dan mengukur, semua kegiatan skrinning dan pengukuran berat

badan dan tinggi badan dilakukan oleh peneliti.

d. Pengambilan data tahap I pada hari jumat tanggal 21 Juni 2019 dimulai

pukul 07.00 sampai 10.00 WIB peneliti melakukan skrinning kepada

remaja putri MAN 1 Sleman. Dengan jumlah 57 remaja putri, yang terdiri

dari 22 remaja putri kelas XI IIK, 20 remaja putri kelas XI IA, 15 remaja

putri dari kelas XI IS. Setelah itu peneliti menarik sampel berjumlah 17

responden dari kelas XI IIK, 15 responden dari kelas XI IA dan 8

responden dari kelas XI IS. Setelah skrinning dilakukan dan peneliti telah

menarik sampel. Maka memberitahu responden yang terpilih untuk

meminta persetujuan sebagai responden penelitian dengan

menandatangan lembar persetujuan. Setelah dilanjutkan pengukuran berat

badan dan tinggi badan di unit kesehatan sekolah sekaligus pengisian

kuesioner oleh responden penelitian. Responden penelitian tidak

mendapat paksaan dari pihak manapun baik dari peneliti maupun asisten

penelitian.

e. Pada hari sabtu tanggal 22 Juni 2019 dimulai pukul 07.00 sampai 09.00

WIB peneliti melakukan skrinning hari kedua kepada remaja putri MAN

1 Sleman. Dengan jumlah 54 remaja putri, yang terdiri dari 30 remaja


22

putri kelas XI IIK dan 24 remaja putri dari kelas XI IS. Setelah itu peneliti

menarik sampel berjumlah 20 responden dari kelas XI IIK dan 10

responden dari kelas XI IS. Setelah skrinning dilakukan, peneliti

memberitahu remaja putri yang menjadi responden. Setelah itu meminta

persetujuan responden dengan menanda tangani lembar persetujuan tanpa

paksaan dari pihak manapun dan dengan ikhlas menjadi responden.

Setelah itu dilanjutkan pengukuran berat badan dan tinggi badan di unit

kesehatan sekolah sekaligus pengisian kuesioner oleh sampel penelitian.

f. Pengumpulan data tahap II pada remaja putri kelas X MAN 1 Sleman.

Dilakukan pada hari sabtu tanggal 20 Juli 2019 peneliti melakukan

skrinning yang dibantu oleh asisten penelitian yang bertugas hanya

menginformasikan dan tidak melakukan paksaan ataupun ancaman

kepada remaja putri yang akan di skrinning. Skrinning dimulai pukul

09.00 sampai 10.00 WIB pada skrinning ini peneliti tidak mengganggu

jam pembelajaran karena pada hari sabtu MAN 1 Sleman memiliki

kegiatan pembersihan lingkungan sekolah, dan pulang jam 10 ketika

pembersihan selesai dilakukan.

g. Skrinning dilakukan pada kelas X berjumlah 63 remaja putri, yang terdiri

dari 14 remaja putri kelas X IIK, 23 remaja putri X IA dan 26 remaja putri

X IS. Peneliti melakukan skrinning dengan cara mengisi lembar skrinning

yang telah dibuat oleh peneliti. Setelah melakukan skrinning peneliti

menarik sampel penelitian berjumlah 35 responden yang terdiri dari 8

responden dari kelas X IIK, 14 responden dari kelas X IA dan 13

responden dari kelas X IS. Peneliti melanjutkan pengumpulan data pada

hari selasa tanggal 23 Juli 2019.


23

h. Peneliti menginformasikan kepada remaja yang terpilih menjadi

responden untuk berkumpul di unit kesehatan sekolah untuk mengisi

lermbar persetujuan dan kuesioner. Dan pengukuran berat badan dan

tinggi badan yang dilakukan oleh peneliti.

i. Pada hari selasa tanggal 23 Juli 2019 pukul 09.40 WIB ketika remaja

putri akan istirahat jam pelajaran pengambilan data penelitian sesuai yang

dinyatakan lolos skrining.

j. Setelah melakukan permohonan menjadi responden, peneliti mulai

mengukur berat badan dan tinggi badan serta membagikan lembar

kuesioner untuk diisi oleh responden. Remaja putri yang menjadi

responden berjumlah 35 responden, yang terdiri dari 8 responden kelas X

IIK, 14 responden kelas X IA dan 13 responden dari kelas X IS.

3. Tahap Akhir

Tahap penyelesaian

a. Pengumpulan data menggunakan Ms. Excel yang dilanjutkan dengan

pengkodean

b. Pengolahan data dengan teknik komputerisasi menggunakan Software

SPSS 22.

c. Menyusun BAB IV

d. Menyusun BAB V

e. Melakukan konsul dari BAB I sampai BAB V

f. Melakukan ujian hasil penelitian

g. Revisi setelah ujian hasil

h. Pengumpulan skripsi hard copy maupun soft copy ke perpustakaan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Sleman Yogyakarta. Responden

dalam peneitian ini adalah remaja putri yang bersekolah di MAN 1 Sleman kelas

X dan XI yang berjumlah 70 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

adanya hubungan lama menstruasi dan indeks massa tubuh dengan dismenore

pada remaja putri MAN 1 Sleman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

didapatkan hasil-hasil sebagai berikut.

1. Gambaran Umum MAN 1 Sleman Yogyakarta

MAN 1 Sleman Yogyakarta terletak di Jl. Pramuka, Sidoarum,

Godean, Sleman, D.I. Yogyakarta. MAN 1 Sleman adalah sekolah formal

dibawah Kementerian Agama Republik Indonesia, menerapkan kurikulum

2013 dengan inovatif, kreatif, visioner, yang diwujudkan dalam berbagai

program unggulan untuk menyiapkan generasi ULTRA IDEA (Unggul,

Terampil, Inovatif, Dinamis dan Agamis). Siswa dan siswi MAN 1 Sleman

tersebar di berbagai daerah di Sleman. Tetapi kebanyakan siswa dan siswi

yang bersekolah di MAN 1 Sleman adalah diaerah terdekat dari sekolah.

Selain lebih dekat dengan tempat tinggal warga, fasilitasnya pun cukup

memadai.

a. Sebelah timur berbatasan dengan dusun Nglarang

b. Sebelah selatan berbatasan dengan dusun Candran

c. Sebelah barat berbatasan dengan dusun Jombor

d. Sebelah berbatasan dusun Kurahan

MAN 1 Sleman Yogyakarta adalah salah satu sekolah unggulan yang

24
25

ada di Kabupaten Sleman. Memiliki sarana dan prasarana yang sangat

memadai, dengan beberapa jurusan yaitu IPA, IPS dan keagamaan. Terdapat

Pusat Informasi Konseling-Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)

memasukkan materi Kesehatan Reproduksi Remaja ke Sekolah yang dikelola

oleh guru penanggung jawab dan unit kesehatan sekolah (UKS). Pusat

Informasi Konseling-Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) juga bekerja

sama dengan Puskesmas setempat dalam memberikan informasi seputar

kesehatan reproduksi remaja.

Sekolah tidak memiliki sumber daya manusia dari tenaga kesehatan,

sehingga jika ada siswi yang dismenore tidak ada upaya intervensi apapun.

Untuk menangani siswi yang dismenore tidak diberi intervensi apapun. Siswi

yang mengalam dismenore diperbolehkan istirahat di unit kesehatan sekolah,

sehingga siswi tersebut dapat istirahat atau tidur di unit kesehatan sekolah

untuk mengurangi dismenore. Dengan harapan keadaan siswi bisa membaik

dengan sendirinya.

2. Gambaran Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 - 22 Juni 2019 dan 20 – 23 Juli

2019. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah remaja putri MAN 1

Sleman kelas X dan XI yang berjumlah 241 orang dan dihitung dengan rumus

slovin untuk menentukan besar sampel yaitu sebesar 70 dengan X IIK

sebanyak 8 responden, X MIA sebanyak 14 responden, X IIS sebanyak 13

responden, XI IIK sebanyak 8 responden, XI MIA sebanyak 15 responden dan XI

IIS sebanyak 12 responden.

3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur,


26

menarche, berat badan, tinggi badan. Gambaran karakteristik responden dapat

di perlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Remaja Putri


di MAN 1 Sleman
No Karakteristik Responden Frekuensi (N) Persentase (%)
1. Umur
a. 14 Tahun 2 2,9
b. 15 Tahun 27 38,6
c. 16 Tahun 23 32,9
d. 17 Tahun 17 24,3
e. 18 Tahun 1 1,4
Total 70 100
2. Menarche
a. 11 Tahun 11 15,7
b. 12 Tahun 26 37,1
c. 13 Tahun 17 24,3
d. 14 Tahun 14 20
e. 15 Tahun 2 2,9
Total 70 100
3. Berat Badan
a. <40 Kg 8 11,4
b. 40-60 Kg 56 80
c. >60 Kg 6 8,6
Total 70 100
4. Tinggi Badan
a. <140 Cm 5 7,1
b. 140-160 Cm 59 84,3
c. >160 Cm 6 8,6
Total 70 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 70 responden, dapat

diketahui berdasarkan umur, sebagian besar responden berumur 15 tahun

yaitu 27 (38,6%) responden. Berdasarkan usia menarche, sebagian besar

responden mengalami menarche pada usia 12 tahun yaitu 26 (37,1%)

responden. Berat badan responden didapatkan hasil sebagian besar responden

memiliki berat badan yaitu 40-60 kg yaitu 56 (80%) responden. Tinggi badan

responden didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki tinggi badan

yaitu 140-160 cm yaitu 59 (84,3%) responden.


27

4. Analisis Univariat

a. Lama Menstruasi Remaja Putri MAN 1 Sleman

Tabel 4.2 Lama Menstruasi Remaja Putri Di MAN 1 Sleman


No Lama Menstruasi Frekuensi (N) Persentase (%)
a. Normal 56 80
b. Tidak Normal 14 20
Total 70 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari keseluruhan

responden yang berjumlah 70 responden, lama menstruasi yang dialami

oleh remaja putri MAN 1 Sleman sebagian besar terdistribusi normal

sebanyak 56 (80%) responden sedangkan terdistribusi tidak normal

sebanyak 14 (20%) responden.

b. Indeks Massa Tubuh Remaja Putri MAN 1 Sleman

Tabel 4.3 Indek Massa Tubuh Remaja Putri Di MAN 1 Sleman


No Indeks Massa Tubuh Frekuensi (N) Persentase (%)
a. Sangat Kurus 7 10
b. Kurus 15 21,4
c. Normal 34 48,6
d. Gemuk 3 4,3
e. Sangat Gemuk 11 15,7
Total 70 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari keseluruhan

responden yang berjumlah 70 responden, indeks massa tubuh remaja putri

MAN 1 Sleman sebagian besar terdistribusi normal sebanyak 34 (48,6%)

responden, indeks massa tubuh terdistribusi kurus sebanyak 15 (21,4%)

responden, indeks massa tubuh terdistribusi sangat gemuk 11 (15,7%)

responden, indeks massa tubuh terdistribusi sangat kurus sebanyak 7

(10%) responden, indeks massa tubuh terdistribusi gemuk sebanyak 3

(4,3%) responden.
28

c. Remaja Putri MAN 1 Sleman yang mengalami Dismenore

Tabel 4.4 Remaja Putri MAN 1 Sleman yang mengalami Dismenore


No Dismenore Frekuensi (N) Persentase (%)
a. Tidak Dismenore 25 35,7
b. Dismenore 45 64,3
Total 70 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari keseluruhan

responden yang berjumlah 70 responden, remaja putri MAN 1 Sleman

sebagian besar terdistribusi dismenore sebanyak 45 (64,3%) responden

sedangkan terdistribusi tidak dismenore sebanyak 25 (35,7%) responden.

5. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan lama menstruasi dan indeks massa tubuh

dengan dismenore dapat dihitung dengan menggunakan tabulasi silang antara

kategori lama menstruasi dan indeks massa tubuh dengan kategori dismenore

yang disajikan dalam tabel dibawah ini :

a. Hubungan Lama Menstruasi Dengan Dismenore Pada Remaja Putri MAN

1 Sleman

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Lama Menstruasi Dengan Dismenore Pada


Remaja Putri MAN 1 Sleman
Lama Menstruasi Dismenore Total
Tidak Dismenore Dismenore P
N % N % N % Value
Normal 21 37,5 35 62,5 56 100 0,533
Tidak Normal 4 28,6 10 71,4 14 100
Total 25 35,7 45 64,3 70 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 4.5 dapat

disimpulkan bahwa remaja putri dengan kategori lama menstruasi normal

dan tidak dismenore sebanyak 21 (37,5%) responden, sedangkan remaja

putri yang dismenore sebanyak 35 (62,5%) responden. Pada remaja putri

dengan kategori lama menstruasi tidak normal dan tidak dismenore


29

sebanyak 4 (28,6%) responden, sedangkan remaja putri yang dismenore

sebanyak 10 (71,4%) responden. Setelah dilakukan uji Chi Square

menunjukkan bahwa hasil P value 0,533 dengan signifikan α 5% (0,05).

Berdasarkan hasil tersebut bahwa nila P value 0,533 > α (0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama

menstruasi dengan dismenore pada remaja di MAN 1 Sleman.

b. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Dismenore Pada Remaja Putri

MAN 1 Sleman

Tabel 4.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Dismenore Pada


Remaja Putri MAN 1 Sleman
Indeks Massa Dismenore Total
Tubuh
Tidak Dismenore Dismenore P
N % N % N % Value
Sangat Kurus 3 42,9 4 57,1 7 100 0,272
Kurus 3 20 12 80 15 100
Normal 16 47,1 18 52,9 34 100
Gemuk 1 33,3 2 66,7 3 100
Sangat Gemuk 2 18,2 9 81,8 11 100
Total 25 35,7 45 64,3 70 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa remaja putri

dengan kategori indeks massa tubuh sangat kurus dan yang tidak

dismenore sebanyak 3 (42,9%) responden, sedangkan remaja putri yang

dismenore sebanyak 4 (57,1%) responden. Pada remaja putri dengan

kategori indeks massa tubuh kurus dan tidak dismenore sebanyak 3 (20%)

responden, sedangkan remaja putri yang dismenore sebanyak 12 (80%)

responden. Pada remaja putri dengan kategori indeks massa tubuh normal

dan tidak dismenore sebanyak 16 (47,1%) responden, sedangkan remaja

putri yang dismenore sebanyak 18 (52,9%) responden.

Pada remaja putri dengan kategori indeks massa tubuh gemuk


30

dan tidak dismenore sebanyak 1 (33,3%) responden, sedangkan remaja

putri yang dismenore sebanyak 2 (66,7%). Pada remaja putri dengan

kategori indeks massa tubuh sangat gemuk dan tidak dismenore sebanyak

2 (18,2%) responden, sedangkan remaja putri yang dismenore sebanyak 9

(81,8%) responden. Setelah dilakukan uji Chi Square menunjukkan

bahwa hasil P value 0,272 dengan signifikan α 5% (0,05).

Berdasarkan hasil tersebut bahwa nila P value 0,272 > α (0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara indeks

massa tubuh dengan dismenore pada remaja di MAN 1 Sleman.

B. Pembahasan

1. Hasil Analisis Data Karakteristik Responden di MAN 1 Sleman

a. Karakteristik Responden Menurut Umur

Pada tabel 4.1 Menunjukkan bahwa karakteristik responden

remaja putri MAN 1 Sleman berdasarkan umur terdistribusi paling

banyak yaitu pada umur 15 tahun sebanyak 27 (38,6%) responden, pada

umur 16 tahun sebanyak 23 (32,9%) responden, pada umur 17 tahun

sebanyak 17 responden (24,3%), pada umur 14 tahun sebanyak 2

responden (2,9%) dan pada umur 18 tahun sebanyak 1 (1,4%).

Menurut WHO, Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-

19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun

2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun, dan

menurut Badan Kependudukan da Keluarga Berencana (BKKBN) rentang

usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Di dunia

diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari

jumlah penduduk. (Kementerian Kesehatan, 2015)


31

Masa remaja merupakan masa perkembangan pada diri remaja

yang sangat penting, diawali dengan matangnya organ-organ fisik

(seksual) sehingga nantinya mampu bereproduksi. Pada masa remaja

terdapat perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan hormonal,

fisik, psikologis maupun sosial, dimana kondisi tersebut dinamakan

dengan masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada remaja putri yaitu

terjadinya menstruasi. Pada saat menstruasi, masalah yang dialami oleh

hampir sebagian besar wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri

yang hebat. Hal ini biasa disebut dengan nyeri menstruasi (dismenore).

(Putri, 2017)

b. Karakteristik Responden Menurut Menarche

Pada tabel 4.1 Menunjukkan bahwa karakteristik responden

remaja putri MAN 1 Sleman berdasarkan menarche terdistribusi paling

banyak mengalami menarche pada umur 12 tahun sebanyak 26 (37,1%)

responden, menarche pada umur 13 tahun sebanyak 17 (24,3%)

responden, menarche pada umur 14 tahun sebanyak 14 (20%) responden,

menarche pada umur 11 sebanyak 11 (15,7%) responden, dan menarche

pada umur 15 tahun terdistribusi paling sedikit yaitu sebanyak 2 (2,9%)

responden.

Hasil ini sejalan dengan usia normal bagi seorang wanita

mendapatkan menstruasi untuk pertama kalinya pada usia 12 atau 14

tahun. Tetapi ada juga yang mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8

tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun. (Icemi & Wahyu, 2013)

Menstruasi pertama kali biasanya dimulai pada umur 10-16 tahun

tergantung dari berbagai faktor yang meliputi kesehatan wanita, nutrisi,


32

dan berat badan yang relatif pada tinggi badan. Tetapi menstruasi bisa

juga terjadi pada usia 8 tahun. Hal ini disebabkan karena asupan gizi yang

baik mempercepat proses kesiapan tubuh untuk mulai mengalami

menstruasi. Setiap wanita yang mengalami mentruasi merupakan hal yang

sangat wajar dan normal namun menjadi tidak wajar jika usia 16 atau 17

tahun belum menstruasi yang mungkin diakibatkan adanya gangguan

organ reproduksi. (Kusmiran, 2014)

c. Karakteristik Responden Menurut Berat Badan

Pada tabel 4.1 Menunjukkan bahwa karakteristik responden

remaja putri MAN 1 Sleman berdasarkan berat badan terdistribusi paling

banyak memiliki berat badan 40-60kg yaitu sebanyak 56 (80%)

responden, pada berat badan <40 kg sebanyak 8 (11,4%) responden dan

pada berat badan >60 kg sebanyak 6 (8,6%) responden.

Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat

badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam

keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan,

yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.

(Anggraeni, 2012)

Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi

yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna

mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang

tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks

riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan
33

yang terakhir. Pencetus berat badan dilakukan dengan cara menimbang.

Pengukuran berat badan dalam penelitian ini untuk menunjang penilaian

indeks massa tubuh yang akan menjadi variabel penelitian. (Anggraeni,

2012)

d. Karakteristik Responden Menurut Tinggi Badan

Pada tabel 4.1 Menunjukkan bahwa karakteristik responden

remaja putri MAN 1 Sleman berdasarkan tinggi badan terdistribusi paling

banyak memiliki tinggi badan 140-160 cm yaitu sebanyak 59 (84,3%)

responden, pada >160 cm sebanyak 6 (8,6%) responden dan pada tinggi

badan <140 cm sebanyak 5 (7,1%) responden.

Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat

keadaan status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan

tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada

masalah kekurangan gizi pada waktu singkat. (Anggraeni, 2012)

Tinggi badan diukur dengan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm.

Pengukuran IMT didapatkan dari berat badan dalam kilogram dibagi

dengan tinggi badan kuadrat dalam meter persegi (kg/m2 ). Interpretasi

IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena anak laki-laki

dan anak perempuan mempunyai komposisi tubuh yang berbeda.

(Adityawarman, 2011)

2. Lama Menstruasi Remaja Putri MAN 1 Sleman

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lama menstruasi

remaja putri MAN 1 Sleman sebagian besar mengalami lama menstruasi

normal sebanyak 56 (80%). Lama menstruasi diklasifikasikan menjadi

normal dan tidak normal. Normal apabila lama haid ≤ 7 hari, dan di luar itu
34

diklasifikasikan ke tidak normal. (Febrianti, Utomo, & Adriana, 2013)

Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sari pada tahun 2018 pada remaja putri SMA Negeri 2 Klaten yang

menunjukkan bahwa remaja putri sebagian besar mengalami lama menstruasi

normal sebanyak 48,2% dari jumlah keseluruhan 56 responden. Hasil

penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Andriana

pada tahun 2013 menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami lama

menstruasi normal yaitu sebanyak 42 responden, lebih banyak dibandingkan

remaja dengan lama menstruasi tidak normal yaitu 16 responden.

Menstruasi lebih dari 7 hari merupakan salah satu dari gejala

menorraghia. Menorrhagia adalah istilah medis untuk haid dengan

pendarahan yang lebih dari normal atau lebih panjang dari normal. Kejadian

menorraghia berhubungan dengan ketidakseimbangan hormonal, disfungsi

ovarium, fibroid uterus, polip pada dinding uterus, adenomyosis, intrauterine

device, komplikasi kehamilan, kanker, kelainan genetik, konsumsi obat

tertentu, atau kondisi medis lain. (Febrianti, Utomo, & Adriana, 2013)

Lama menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti makanan

yang dikonsumsi dan aktifitas fisik faktor hormon dan enzim didalam tubuh,

masalah dalam vaskular serta faktor genetik (keturunan). (Basith, Agustin, &

Diani, 2017)

Lama menstruasi juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis dan

fisiologis. Secara psikologis biasanya berkaitan dengan tingkat emosional

remaja putri yang labil ketika baru menstruasi. Sementara secara fisiologis

lebih kepada kontraksi otot uterus yang berlebihan atau dapat dikatakan

mereka sangat sensitif terhadap hormon ini akibat endometrium dalam fase
35

sekresi memproduksi hormone prostaglandin. Prostaglandin terbentuk dari

asam lemak tidak jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada di dalam

tubuh. (Anurogo & Wulandari, 2011)

3. Indek Massa Tubuh Remaja Putri MAN 1 Sleman

Indeks massa tubuh adalah nilai hasil perhitungan berat badan (BB)

dan tinggi badan (TB). Indikator kadar adipositas dalam tubuh seseorang

dapat dilakukan dengan perhitungan indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh

menunjukkan pengukuran fisik secara langsung dan tidak menghitung kadar

lemak dalam tubuh. (Sari, 2018)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh

remaja putri MAN 1 Sleman sebagian besar memiliki indeks massa tubuh

kategori normal sebanyak 34 (48,6%), sehingga dapat diketahui bahwa

sebagian besar remaja putri MAN 1 Sleman memiliki indeks massa tubuh

dengan kategori normal. Usia merupakan faktor yang mempengaruhi indeks

massa tubuh pada remaja. Usia seseorang yang lebih tua mempunyai

hubungan yang bermakna dengan indeks massa tubuh kategori obesitas

(sangat gemuk). (Sari, 2018)

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari pada tahun

2018 pada remaja putri SMA Negeri 2 Klaten yang menunjukkan bahwa

remaja putri dengan indeks massa tubuh normal sebanyak 25 (44,6%)

responden dari jumlah keseluruhan 56 responden. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki indeks massa tubuh

kategori normal.

Peningkatan gizi sesuai dengan usia diperkirakan karena proses

metabolisme yang lambat, aktifitas fisik yang menurun dan lebih sering
36

mengkonsumsi makanan. Sedangkan indeks massa tubuh seseorang dengan

indeks massa tubuh kurus akan mengalami gangguan fungsi reproduksi serta

mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ tubuh. (Sari, 2018) Hal ini

banyak berkaitan dengan berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

indeks massa tubuh.

Faktor kegemukan pada wanita termasuk salah satu penghambat

kesuburan, selain karena faktor hormonal juga ikut berpengaruh. Perubahan

hormonal atau perubahan pada system reproduksi bisa terjadi akibat timbunan

lemak pada wanita obesitas. Timbunan lemak itu memicu perubahan

hormone, terutama estrogen. Pada wanita yang kelebihan berat badan,

estrogen ini tidak hanya berasal dari ovarium tetapi juga dari lemak yang

berada dibawah kulit.

Hal ini menyebabkan keluarnya luitenizing hormone (LH) sebelum

waktunya. LH yang terlalu cepat keluar menyebabkan telur tidak bisa pecah

dan progesterone tidak terangsang, sehingga siklusnya berantakan, jumlah

menstruasi yang keluar cukup banyak dan juga masa menstruasi yang lebih

lama. LH yang keluar terlalu cepat akan merangsang keluarnya hormon

progesteron dan estrogen. Pada wanita obesitas, androgen yang keluar terlalu

cepat tidak akan diubah menjadi estradiol karena hormon androgen yang

keluar itu yang tidak berikat. Inilah yang membuat sel telur tidak

berkembang. Akibatnya ovulasi tidak terjadi. (Nisa, 2012)

Menurut Pradana, (2014) ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi indeks massa tubuh baik itu secara langsung maupun tidak

langsung. Beberapa faktornya yaitu, usia, genetik, pola makan, aktivitas fisik,

faktor lingkungan, faktor kemajuan teknologi. Semakin berkembangnya


37

zaman terjadi perubahan pola perilaku yang pasif. Maka peluang

meningkatnya berat badan semakin besar dikarenakan pemasukan dan

pengeluaran energi tidak seimbang. (Pradana, 2014)

Indek massa tubuh normal dapat diperoleh dengan cara asupan

makanan yang baik, pola makan yang teratur dan aktifitas yang tinggi

(kegiatan ekstrakurikuler). Keadaan ini perlu mendapat perhatian dari orang

tua bahwa perlu asupan yang baik kepada remaja. (Mulastin, 2011)

4. Dismenore Remaja Putri MAN 1 Sleman

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi

selama menstruasi. Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut

bagian bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi. nyeri

dapat bersifat kolik atau terus-menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi

disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai

dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pantat dan sisi

medial paha. (Nugroho & Bobby, 2014)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri MAN 1

Sleman sebagian besar mengalami dismenore sebanyak 45 (64,3%)

responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pundati pada

tahun 2016 yang menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami dismenore

sebanyak 67,1% responden mengalami dismenore dari keseluruhan jumlah

sampel 85 responden.

Menurut beberapa peneliti sebelumnya, Joharmi dkk, 2017. Faktor-

faktor yang mempengaruhi dismenore yaitu, menarche <10 tahun, lama

mesntruasi, status gizi (indeks massa tubuh), riwayatk keturunan, stress dan

aktifitas fisik.
38

Dismenore yang tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu

aktifitas sehari-hari karena lemah, gelisah atau depresi, bendungan haid

dirongga panggul, kram hebat yang menyertai keluarnya sebuah gumpalan

bekuan dari rahim, gangguan di rongga panggul akan mengakibatkan

berbagai gangguan didaerah tersebut, dan kontraksi rahim yang hebat, bahkan

ada yang sampai pingsan karena tidak dapat menahan rasa sakitnya. (B

Pribakti, 2012)

Selain dari dampak diatas, konflik emosional, ketegangan dan

kegelisahan semua itu dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan

tidak nyaman dan asing. Ketegangan biasanya menambah parahnya keadaan

yang buruk setiap saat. Sedikit tidak merasa nyaman saat dengan cepat

berkembang menjadi suatu masalah besar dengan segala kesalahan yang

menyertainya. Dengan demikian kegelisahan, perasaan tidak gembira atau

juga perasaan tertekan semua itu bukanlah hal yang tidak biasa. Oleh karena

itu pada usia remaja dismenore harus ditangani agar tidak terjadi dampak

seperti hal diatas. (B Pribakti, 2012)

5. Hubungan Lama Menstruasi dengan Dismenore

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana tersebut pada Tabel 4.5

diketahui bahwa tidak ada hubungan antara lama menstruasi dengan

dismenore pada remaja putri di MAN 1 Sleman. Sebanyak 35 (62,5%) remaja

putri dengan kategori lama menstruasi normal dan mengalami dismenore.

Tidak adanya hubungan antara kedua variabel ditunjukkan dari hasil uji

korelasi menggunakan Chi Square didapatkan nilai p=0,533>0,05, maka Ha

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara lama menstruasi dengan dismenore pada remaja putri MAN
39

1 Sleman.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sofia, (2013) pada

Siswi SMK Negeri 10 Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

responden yang mengalami dismenore terbanyak, yaitu mereka yang

mengalami lama menstruasi >7 hari (87,2%) dengan p value sebesar 0,046.

Sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama menstruasi dengan

dismenore. Dalam penelitian ini juga menyebutkan bahwa lama menstruasi

>7 Hari memiliki kemungkinan 1,2 kali lebih besar mengalami dismenore

dibandingkan siswi yang lama menstruasinya ≤7 Hari.

Hal ini dikarenakan perbedaan lingkungan. Sebagaimana yang

diketahui bahwa perbedaan lingkungan penelitian juga akan mempengaruhi

hasil penelitian. Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

Jakarta dan Surabaya. Sehingga pergaulan remaja dan pola hidup remajapun

juga akan berbeda dengan daerah yang lain. Kabupaten Sleman merupakan

kabupaten yang masih tradisional dengan berbagai ragam budaya dan tingkat

social ekonomi yang berbeda-beda. Permasalahan kesehatan sangat

dipengaruhi oleh tingkat social ekonomi masyarakat.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Saryono & Sejati (2009), bahwa

perubahan gaya hidup remaja kota, seperti kurang olahraga, makan makanan

tidak bergizi. Perubahan gaya hidup akan menjadikan berbagai masalah

kesehatan. Khususnya ketidakteraturan lama menstruasi yang akan semakin

memperparah kejadian dismenore. Dan menjadi penyebab penyakit lainnya.

Ini berbanding terbalik dengan remaja yang tinggal di lingkungan yang masih

tradisional, yang masih memiliki pola hidup sehat seperti bermain di

lingkungan luar.
40

Selain itu dalam penelitian ini terlihat bahwa umur responden

banyak yang berumur 16 tahun. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh

Proverawati, (2009), bahwa dalam satu sampai tiga tahun setelah terjadinya

menarche, ketidakteraturan menstruasi masih sering jumpai. Karena proses

adaptasi hormon ketika awal terjadinya menstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak ada hubungan

antara lama menstruasi dengan dismenore. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Gustina, (2015) pada remaja putri di SMK Negeri 4 Surakarta.

Hasilnya menunjukkan bahwa responden yang mengalami dismenore

terbanyak yaitu mereka yang mengalami lama menstruasi ≤7 hari (85,0%).

Dengan p value sebesar 0,783 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara lama menstruasi dengan dismenore.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Utami,

Ansar, & Sidik, (2012) pada siswi SMA Negeri 1 Kahu di Kabupaten Bone.

Menunjukkan bahwa responden yang mengalami dismenore terbanyak yaitu

mereka yang mengalami lama menstruasi 7 hari (86,5%). Dengan nilai p

sebesar 0,324 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama

menstruasi dengan dismenore.

Lama menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti

makanan yang dikonsumsi. Selain itu aktifitas fisik, faktor hormon dan enzim

didalam tubuh juga mempengaruhi lama menstruasi. Karna berhubungan

proses peredaranan darah. Faktor lain yaitu masalah dalam vaskular serta

faktor genetik (keturunan). (Basith, Agustin, & Diani, 2017)

Lama menstruasi dapat disebabkan oleh faktor psikologis maupun

fisiologis. Secara psikologis biasanya berkaitan dengan tingkat emosional


41

remaja putri yang labil ketika baru menstruasi. Sementara secara fisiologis

lebih kepada kontraksi otot uterus yang berlebihan. Atau dapat dikatakan

mereka sangat sensitif terhadap hormon ini akibat endometrium dalam fase

sekresi memproduksi hormon prostaglandin. Prostaglandin terbentuk dari

asam lemak tidak jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada di dalam

tubuh. (Febrianti, Utomo, & Adriana, 2013)

Semakin lama menstruasi terjadi, maka semakin sering uterus

berkontraksi. Akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang

dikeluarkan. Akibat prostaglandin yang berlebihan maka timbul rasa nyeri

saat menstruasi (Gustina, 2015). Stress yang dialami oleh remaja akan

mempengaruhi ketidakteraturan lama menstruasi. Hal ini sebagaimana yang

dijelaskan oleh (Muntari, 2009), yang menyatakan bahwa stress yang dialami

oleh remaja putri bisa mengakibatkan gangguan menstruasi, salah satunya

gangguan lama menstruasi yang tidak teratur.

Stres yang dialami oleh seorang remaja beraneka ragam, antara lain

konflik dalam keluarga, teman maupun masalah prestasi disekolah. Selain itu

remaja juga harus aktif mencari tahu mengenai informasi kesehatan terutama

kesehatan reproduksinya. Peran keluarga, guru dan masyarakat akan sangat

membantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan remaja agar mereka

bisa tumbuh dengan sehat dan paham akan pentingnya kesehatan.

Menurut asumsi peneliti lama menstruasi tidak dapat dijadikan

faktor yang signifikan penyebab terjadinya dismenore. Karena dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami lama menstruasi

normal dan dismenore sebanyak 35 (62,5%) dari total 56 responden. Hasil

menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami lama menstruasi normal


42

juga beresiko mengalami dismenore.

Dari hasil penelitian diatas peneliti menyimpulkan asusmsi ketika

remaja putri mengalami menstruasi hal yang biasanya bisa normal tetapi bisa

sangat sensitif dirasakan oleh responden. Sehingga ketika awal menstruasi

responden sangat sensitif merasakan proses fisiologi menstruasi. Ketika

kondisi tubuh dalam keadaan lemah maka akan timbul dismenore seperti,

nyeri pinggang, kram perut, dan nyeri payudara. Oleh karena itu, perlu

adanya deteksi lebih dini untuk mengetahui gangguan yang terjadi pada

remaja putri guna pencegahan agar tidak semakin berkembang.

Peneliti juga sejalan dengan teori Gustina, 2015 yang mengatakan

semakin lama menstruasi terjadi, maka semakin sering uterus berkontraksi.

Akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang dikeluarkan. Akibat

prostaglandin yang berlebihan maka timbul rasa nyeri saat menstruasi. Karena

dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa lama menstruasi tidak normal

beresiko mengalami dismenore. Dengan hasil penelitian remaja putri yang

mengalami lama menstruasi tidak normal dan mengalami dismenore sebanyak

10 (71,4%) dari total 14 responden. Hasil ini menunjukkan bahwa remaja

putri yang mengalami lama menstruasi tidak normal beresiko mengalami

dismenore.

6. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Dismenore

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana tersebut pada Tabel 4.6

diketahui bahwa tidak ada hubungan indeks massa tubuh dengan dismenore

pada remaja putri di MAN 1 Sleman. Sebanyak 18 (52,9%) remaja putri

dengan kategori indeks massa tubuh normal dan mengalami dismenore. Tidak

adanya hubungan antara kedua variabel ditunjukkan dari hasil uji korelasi
43

menggunakan Chi Square didapatkan nilai p=0,272>0,05. Maka Ha ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

indeks massa tubuh dengan dismenore pada remaja putri MAN 1 Sleman.

Dari hasil penelitian diatas diketahui bahwa remaja putri dengan

kategori indeks massa tubuh sangat kurus dan mengalami dismenore

sebanyak 4 (57,1%) dari total 7 responden. Dapat disimpulkan bahwa remaja

putri dengan kategori indeks massa tubuh sangat kurus juga beresiko

mengalami dismenore. Pada remaja dengan status gizi yang rendah

(underweight) dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang,

termasuk zat besi. Yang dapat memicu terjadinya anemia pada remaja putri

karena mengeluarkan banyak darah saat menstruasi. Sehingga menimbulkan

dismenore saat menstruasi.

Dari hasil penelitian diatas diketahui bahwa remaja putri kategori

indeks massa tubuh sangat gemuk dan mengalami dismenore sebanyak 9

(81,8%) dari total 11 responden. Dapat disimpulkan bahwa remaja putri

dengan kategori indeks massa tubuh sangat gemuk beresiko besar mengalami

dismenore. Karena terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat

mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ

reproduksi wanita. Sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses

menstruasi terganggu dan mengakibatkan dismenore pada saat menstruasi.

Sehingga status gizi tidak normal memiliki resiko untuk dismenore.

Menurut asumsi peneliti dari hasil data penelitian diatas yang

menunjukkan bahwa sebagian remaja putri dengan kategori indeks massa

tubuh normal dan mengalami dismenore dipengaruhi beberapa faktor lain

yaitu, pola aktivitas yang padat, pola istirahat yang kurang karena tidak
44

seimbang antara kegiatan dan waktu istirahat, riwayat keluarga yang

mengalami dismenore dan stress. Riwayat keluarga yang mengalami

dismenore dapat berisiko terhadap terjadinya dismenore. Dikarenakan faktor

genetik dari ibu yang pernah mengalami dismenore sebelumnya sehingga

dapat mempengaruhi anak perempuannya.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

didapatkan bahwa mayoritas memiliki riwayat keluarga yang mengalami

dismenore sebanyak 54% (33 orang). Berdasarkan hasil penelitian tersebut

dapat dijelaskan bahwa faktor riwayat keluarga sangat mempengaruhi

terhadap kejadian dismenorea. (Wahyuni & Oktaviani, 2018)

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pande &

Purnawati, (2015) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara IMT

dengan terjadinya dismenore dengan p value sebesar 0,202 (nilai p > 0,05).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Dwi, (2012) yang

menunjukkan bahwa hubungan antara IMT dengan dismenorea primer

mendapatkan nilai p sebesar 0,161. Studi dari Al Dabal et, al., mendapatkan

nilai p sebesar 0,661 pada hubungan IMT dengan dismenorea. Hal ini sama

juga diperoleh oleh Singh et, al., yang menemukan tidak adanya hubungan

antara IMT dengan dismenore dengan nilai p sebesar 0,222.

Tidak adanya hubungan bisa disebabkan karena pada indeks massa

tubuh dengan kategori normal juga beresiko mengalami dismenore. Hal ini

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar indeks massa tubuh. Menurut

Wiknjosastro dalam Muzafaroh, 2017 terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi dismenore antara lain: faktor kejiwaan (stress), faktor

konstitusi seperti anemia dan penyaki menahun, faktor obstruksi kanalis


45

servikalis, faktor endokrin hal ini berkaitan dengan kontraksi yang berlebihan.

Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi

prostaglandin F2 α yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah

prostaglandin F2 α berlebih akan dilepaskan ke dalam peredaran darah, maka

selain dismenore, dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea dan muntah.

Faktor alergin, teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara

dismenore dengan urtikaria, migraine dan asma bronkhiale. Beberapa faktor

resiko lainnya menurut French dalam Muzafaroh, (2017) yaitu, usia kurang

dari 20 tahun, usaha untuk mengurangi berat badan, depresi atau ansietas,

kekacauan dalam menjalin hubungan social, menstruasi berat, merokok,

riwayat keluarga positif pernah menderita dismenore.

Dismenore memiliki efek negatif baik jangka pendek maupun jangka

panjang. Untuk jangka pendek dismenore dapat mempengaruhi aktifitas

sehari-hari khususnya bagi remaja akan sangat menganggu dalam proses

belajar, sulit berkonsentrasi, memiliki lebih banyak hari libur (tidak masuk

sekolah), konflik emosional, ketegangan dan kecemasan. Sedangkan untuk

efek jangka panjang dismenore yang hebat dapat memicu terjadinya penyakit

pada endometrium.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan

penelitian ini yaitu pada area penelitian yang dilakukan masih terbatas pada

remaja putri MAN 1 Sleman dengan responden 70 orang.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MAN 1 Sleman, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar remaja putri mengalami lama menstruasi normal sebanyak 56

(80%) responden dan remaja putri mengalami lama menstruasi tidak normal

sebanyak 14 (20%) responden.

2. Sebagian besar remaja putri memiliki indeks massa tubuh normal sebanyak

34 (48,6%) responden, kategori indeks massa tubuh kurus sebanyak 15

(21,4%) responden, kategori indeks massa tubuh sangat gemuk 11 (15,7%)

responden, kategori indeks massa tubuh sangat kurus sebanyak 7 (10%)

responden, kategori indeks massa tubuh gemuk sebanyak 3 (4,3%) responden.

3. Sebagian besar remaja putri yang mengalami dismenore sebanyak 45 (64,3%)

responden sedangkan remaja putri yang tidak mengalami dismenore sebanyak

25 (35,7%) responden.

4. Tidak ada hubungan antara lama menstruasi dengan dismenore. Berdasarkan

hasil uji statistik dengan menggunakan teknik Chi Square bahwa hasil P value

0,533 dengan taraf signifikan α 5% (0,05).

5. Tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan dismenore.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan teknik Chi Square bahwa

hasil P value 0,272 dengan taraf signifikan α 5% (0,05)

89
47

B. Saran

1. Bagi Remaja Putri MAN 1 Sleman

a. Agar dapat melakukan beberapa cara yang dapat digunakan untuk

mencegah terjadinya dismenore antara lain: memiliki pola hidup sehat,

menjaga pola makan gizi seimbang. Pola istirahat yang cukup, rutin

berolahraga, rutin mengkonsumsi multivitamin untuk menunjang darah

yang keluar sehingga tidak menyebabkan anemia. Dan rutin

memeriksakan kesehatan reproduksinya ke pelayanan kesehatan.

b. Apabila terjadi dismenore, cara yang dapat dilakukan agar dapat

mengurangi rasa sakit, antara lain; dengan melakukan relaksasi (yoga),

mendengarkan music, hipnoterapi (mengubah pola pikir dari negative ke

positif), penggunaan suplemen (minyak kan, vitamin e, minuman herbal),

teknik nafas dalam, banyak mengkonsumsi sayur dan buah, pengobatan

herbal (kayu manis, cengkeh, kunyit, kedelai, jahe dll).

2. Bagi MAN 1 Sleman

Diharapkan bagi pihak sekolah agar dapat memaksimalkan lagi program

Pusat Informasi Konseling-Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dan

pelayanan kesehatan yang ada di Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Pihak

sekolah dapat membuat jadwal rutin untuk pendidikan kesehatan reproduksi

remaja, memperbarui metode promosi kesehatan agar lebih menarik dan tepat

guna. Bekerja sama dengan puskesmas terdekat, untuk memberikan

penyuluhan dan sosialisasi khususnya kepada para siswi terkait masalah

kesehatan reproduksi remaja.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya agar mengembangkan faktor-faktor lain


48

(menarche, stress, riwayat keluarga, aktifitas fisik dll) yang berhubungan

dengan dismenore dan menerapkan intervensi lain agar bisa lebih mengetahui

masalah kesehatan apa saja yang terjadi pada remaja khususnya masalah

dismenore.
DAFTAR PUSTAKA Commented [L32]: Pembuatan Daftar Pustaka menggunakan
aplikasi Mendeley atau memakai fitur References yang ada di
Ms.Word
Cetak bibliografi dengan APA style atau Harvard style
Abu Ubaidah Usamah bin Muhammad al Jamal. (2010). Shahih Fiqih Wanita.
Surakarta: Insan Kamil.
Adityawarman. (2011). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Komposisi Tubuh Pada.
Retrieved Desember 12, 2018 From
Http://Eprints.Undip.Ac.Id/22215/1/Aditya.Pdf
Al Dabal, B., Koura, M., & Al Sowielem, L. (2014). Dysmenorrhea And Associated
Risk Factors Among University Students In Eastern Province Of Saudi
Arabia. Journal Of Madicine & Society Volume 12 ISSN 1839-0188, 25.
Andira, D. (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: A Plus
Book.
Andriana, Utomo, W. B., & Febrianti. (2013). Lama Haid dan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Reproduksi Volume 4 Nomor 1, 11-15. e-
ISSN: 2354-8762.
Angel, S., Armini, A., & Pradanie, R. (2015). Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Dismenorea Primer pada Remaja Putri di MTS Negeri
Surabaya II. Pediomaternal, 3 (2) 274-281.
Anggraeni, A. (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Anindita, A. (2010). Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Kunyit Asam
Terhadap Keluhan Dismenorea Primer Pada Remaja Putri di Kotamadya
Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Anurogo, D., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, R. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
B Pribakti. (2012). Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Jakarta: CV Sagung Seto.
Basith, A., Agustin, R., & Diani, N. (2017). Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Retrieved November 3, 2018
From Https://Www.Researchgate.Net/Publication/327247922_Faktor-
Faktor_Yang_Berhubungan_Dengan_Kejadian_Anemia_Pada_Remaja_Putri
Beddu, S. (2015). Hubungan Status Gizi Dan Usia Menarche Dengan Dismenore
Primer Pada Remaja Putri. Retrieved November 3, 2018 from http://journal-
aipkind.or.id/index.php/SEAJoM/article/download/68/14/
50

Dwi, P. (2012). Hubungan Antara Karakteristik Individu, Aktivitas Fisik dan


Konsumsi Produk Susu dengan Dismenore Primer pada Mahasiswi FIK dan
FKM UI Depok. Skripsi. Universitas Indonesia. Kota Depok.
Fahimah, Margawati, A., & Fitranti, D. Y. (2017). Hubungan Konsumsi Asam
Omega-3, Aktivitas Fisik dan Persen Lemak Tubuh Dengan Tingkat
Dismenore Pada Remaja. Retrieved Novemberi 08, 2018 from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/18249
Faridah, A. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore Primer pada
Remaja Volume 5 No. 3. Retrieved November 3, 2018 from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1040
Febrianti, Utomo, W. B., & Adriana. (2013). Lama Haid Dan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri. Retrieved November 23, 2013 from
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/view/3897
Gustina, T. (2015). Hubungan Antara Usia Menarche dan Lama Menstruasi Dengan
Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di SMK Negeri 4 Surakarta.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kota Surakarta.
Harmono. (2012). Hubungan Antara Aktifitas Fisik, Menarche, Lama Menstruasi
dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1
Purbalingga. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Kabupaten
Purbalingga.
Icemi, S., & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Di Lengkapi
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Joharmi. (2017). Factors-Factors Related To The Event Dysmenorhea in Grade X
SMA As-Syifa Kosara Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Kohesi Vol.1 No.1, 158-
165.
Judha, M. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kementerian Kesehatan. (2015). Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable
Development Goals (SDG's). Jakarta: Kemenkes RI.
Kusmiran, E. (2014). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Manuaba, I. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Marmi, J. (2013). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Mulastin. (2011). Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore Remaja Putri di
SMA Islam Al-Hikmah Jepara. Karya Tulis Ilmiah. Akbid Islam Al Hikmah.
Muntari. (2009). Hubungan Stres pada Remaja Usia 16-18 Tahun dengan Gangguan
Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban. Skripsi.
STIKES NU Tuban. Kabupaten Tuban.
51

Nisa, H. (2012). Hubungan Berat Badan dengan Gangguan Mentruasi pada Remaja
Putri di SMAN 2 Tambun Selatan. Skripsi. STIKES Medistra Indonesia. Kota
Bekasi.
Nohara, M., Momoeda, M., Kubota, T., & Nakabayashi, M. (2011). Menstrual sycle
and Menstrual Pain Problem and Related Risk Factors among Japanese
Female Workers. Health Journal Volume 49 Nomor 2, 228-34.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, T., & Bobby, I. U. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurwana, Sabilu, Y., & Fchlevy, A. F. (2017). Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri di SMA Negeri 8 Kendari
Tahun 2016. Retrieved Desember 20, 2018 from
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/view/2873/2143
Paath, E. F. (2007). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Pande, N. U., & Purnawati, S. (2015). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh
Dengan Dismenorea Pada Mahasiswi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Jurnal Universitas Udayana Volume 5 (3)
Panggih, N. (2015). Hubungan Lama Menstruasi, Stress dan Kebiasaan Olahraga
Dengan Kejadian Dismenore DI SMK Swagaya 2 Purwokerto. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.
Pebrina, M. (2016). Hubungan Status Gizi dengan Dismenore. Jurnal Kesehatan
Saintika Medika Volume 7 Nomor 2, 35-44.
Pradana, A. (2014). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Lemak
Nilai Viseral. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Kota
Semarang
Pratiwi, F. E., Pratiwi, F. E., & Siregar, Y. R. (2016). Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: EGC.
Pratiwi, Z. (2017). Hubungan Antara Usia Menarche dengan Lama Siklus Menstruasi
dan Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri di SMA Negeri 1
Makassar. Abstract. Universitas Hasanuddin. Kota Makassar
Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Proverawati, A. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Pundati, T. M. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore
Pada Mahasiswa Semester VIII Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Jurnal Kesmas Indonesia Volume 8 Nomor 1, 40-48.
52

Pundati, T. M. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Dismenore Pada Mahasiswa Semester VIII Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto. Retrieved Dewember 21, 2018 from Jurnal Kesmas Indonesia
Vol.8 No. 1:
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/kesmasindo/article/view/140/129
Puspita Sari, C. F. (2018). Gambaran Lama Menstruasi Pada Remaja. Retrieved
Desember 19, 2018 from
http://eprints.ums.ac.id/59731/17/NASKAH%20PUBLIKASI%20ii.pdf
Putri, S. A. (2017). Hubungan Antara Nyeri Haid (Dismenore). Retrieved November
18, 2018 from
http://eprints.ums.ac.id/30517/2/02._ARTIKEL_PUBLIKASI.pdf
Putrie, H. C. (2014). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Usia Menarche, Lama
Menstruasi dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi di
SMP N 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Retrieved November 18, 2018
from http://eprints.ums.ac.id/30517/2/02._ARTIKEL_PUBLIKASI.pdf
Rahmania, K. (2014). Perbedaan Efektifitas Aromaterapi, Kompres Hangat dan Yoga
Dalam Penanganan Dismenore Primer Pada Siswi SMP Negeri 1 Wangon.
Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Kabupaten
Banyumas
Rahmawati, T. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dismenorea Mahasiswi
Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang Terhadap Sikap Mengatasi
Dismenorea Primer. Retrieved November 17, 2018 from
http://eprints.walisongo.ac.id/5933/1/123811065.pdf
Ramadona, E. T. (2018). Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Tingkat Aktivitas Fisik
Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas V di SD Negeri Samirono Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman. Retrieved November 9, 2018 from
https://eprints.uny.ac.id/56714/
Robi'ah, N. A. (2016). Hubungan Antara Status Gizi dengan Tingkat dengan Tingkat
Aktivitas Jasmani Siswa Kelas V MI Darul Hikmah. Retrieved November 9,
2018 from
https://eprints.uny.ac.id/41708/1/SKRIPSI_Nur%20Robi%E2%80%99ah%20
Al%20Adawiyah.pdf
Rustam, E. (2014). Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Nyeri
(Dismenore) dan Cara Penanggulangannya. Retrieved November 9, 2018
from http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/236
Sadiman. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Behubungan Dengan Kejadian
Dismenorhea. Retrieved November 3, 2018 from
https://www.researchgate.net/publication/324023369_Analisis_Faktor_yang_
Berhubungan_dengan_Kejadian_Dismenorhea
Sani, R. (2010). 24 Penyakit Yang Harus Diwaspadai Wanita. Yogyakarta: Getar
Hati.
53

Sari, C. P. (2018). Gambaran Lama Menstruasi Pada Remaja. Skripsi. Universitas


Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Saryono, & Sejati, W. (2009). Sindrom Premenstruasi Mengungkap Tabir
Sensitifitas Perasaan Menjelang Mentruasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sofia, D. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dismenore Pada Siswi
SMK Negeri 10 Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Kota Medan
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Taniredja, T., & Mustafidah, H. (2012). Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Utami, A., Ansar, J., & Sidik, D. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Dismenore Pada Remaja Putri di SMAN 1 Kahu Kabupaten Bone. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Kota Makassar.
Verrawaty, S. (2012). Wanita, Merawat & Menjaga Kesehatan Seksual. Bandung:
PT. Grafindo Media Pratama.
Wahyuni, R. S., & Oktaviani, W. (2018). Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan
Dismenore Pada Remaja Putri di SMP Pekanbaru. Jurnal Endurance,
Volume 3(3) 618-623.
Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
LAMPIRAN
TIME SCHEDULE

No Kegiatan Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus
2018 2018 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Studi Pendahuluan
3 Penyusunan BAB I
4 Penyusunan BAB II
5 Penyusunan BAB III
6 Seminar Proposal
7 Revisi Proposal
8 Pengurusan Ijin Penelitian
9 Melakukan Penelitian
(Pengumpulan Data)
10 Penyusunan BAB IV
11 Penyusunan BAB V
12 Ujian Hasil Penelitian
13 Revisi Hasil Penelitian
14 Pengumpulan Hasil
Penelitian

Anda mungkin juga menyukai