Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

REPRODUKSI REMAJA DENGAN MEDIA


ULAR TANGGA GENRE DI MAN II
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
Annisa Rima Aswidiyanti
1810104400

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA DENGAN MEDIA
ULAR TANGGA GENRE DI MAN II
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Terapan Kebidanan
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
Annisa Rima Aswidiyanti
1810104400

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN


REPRODUKSI REMAJA DENGAN MEDIA
ULAR TANGGA GENRE DI MAN II
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Annisa Rima Aswidiyanti
1810104400

TelahMemenuhiPersyaratandanDisetujui untukDipublikasikan
Program StudiKebidanan Program Sarjana Terapan
FakultasIlmuKesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing : Yekti Satriyandari, S.ST.,M.Kes


Tanggal : 30 Juli 2019

Tanda tangan :

ii
GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA DENGAN MEDIA
ULAR TANGGA GENRE DI MAN II
YOGYAKARTA
Annisa Rima Aswidiyanti, Yekti Satriyandari
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Email: annisarima01@gmail.com

ABSTRAK:Berdasarkan SDKI KRR (2017) 8% remaja laki-laki dan 2% remaja


perempuan pernah melakukan hubungan seksual pranikah, remaja yang
menggunakan NAPZA 45% dari total pengguna, presentase kasus AIDS tertinggi
kedua pada kelompok umur 20-29 tahun (29,0%). Ketiga masalah remaja tersebut
dikenal dengan TRIAD KRR, maka BKKBN harus mewujudkan tercapainya
peningkatan kualitas remaja melalui Program Generasi Berencana (Program GenRe).
Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui gambaran pelaksanaan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja dengan media ular tangga genre di MAN II Yogyakarta.
Merupakan penelitian kuantitatif derkriptif, responden sejumlah 30 orang dengan
instrumen kuisioner. Pelaksanaan program Genre Kit dengan media ular tangga
genre di MAN II Yogyakarta sudah baik dengan ditandai mean atau rata-rata nilai
skor lebih besar dari median, yaitu dengan nilai 20,03. Disimpulkan bahwa
pelaksanaan PIK-R dan ular tangga genre di MAN II Yogyakarta sudah baik.
Diharapkan bagi pihak sekolah melalui peran Bimbingan Konseling (BK) agar dapat
lebih mengembangkan program PIK-R khususnya permainan ular tangga genre
dengan meningkatkan partisipasi pendidik sebaya untuk lebih giat memberikan
informasi kepada remaja tentang TRIAD KRR.
Kata Kunci : Remaja, Kesehatan Reproduksi, Ular Tangga, Genre
ABSTRACT: Based on Indonesian Demographic and Health Survey Adolescent
Reproductive Health in 2017, 8% of male adolescents and 2% of female adolescents
had premarital sexual intercourse; about 45% of teenagers are drug users; and the
second highest percentage of AIDS cases was in 20-29 (29.0%) age group. These
three problems are known as TRIAD KRR or Three Basic Threats of Adolescent
Reproductive Health. Thus, BKKBN must realize the achievement of improving the
quality of youth through Generation Program Plan (GenRe Program). The purpose of
this study is to determine the implementation description of adolescent reproductive
health education with genre snake ladder media in MAN II Yogyakarta.This is a
descriptive quantitative research, samples are 30 people with questionnaire
instruments. The implementation of Genre Kit program with the genre of snake
ladder method in MAN II Yogyakarta has been marked with an average score greater
than the median, which is a value of 20.03. The conclution is the implementation of
PIK-R program and snake ladder genre in MAN II Yogyakarta is good. It is
expected that the school through the role of Counseling Guidance (BK) in order to
develop the PIK-R program with snake ladder game simulation by further increasing
the participation of peer educators to more actively provide information to
adolescents about the KRR Triad.
Keywords : Adolescents, Reproductive Health, Snake Ladder, Genre

iii
PENDAHULUAN

Berdasarkan Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017


tentang kesehatan reproduksi remaja ini dilakukan terhadap remaja perempuan dan
laki-laki yang belum menikah.Hampir separuh remaja perempuan dan laki-laki
berumur 15-24 tahun yang belum menikah mulai berpacaran pertama kali pada umur
15-17 tahun 47% bagi remaja perempuan dan 45% bagi remaja laki-laki). Hasilnya
8% remaja laki-laki dan 2%remaja perempuan pernahmelakukan hubungan seksual
pranikah. Sedangkan remaja yang menggunakan NAPZA tercatat 51.986 atau sekitar
45% dari total pengguna NAPZA. Serta tercatat 45,9% remaja hidup dengan AIDS
(SDKI, 2017).
Data dari Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Yogyakarta tahun
2014 menunjukkan bahwa jumlah pengguna NAPZA di D.I.Yogyakarta berdasarkan
status pendidikan yang tertinggi adalah status pendidikan SMA yaitu sebanyak 460
orang. Selanjutnya pengguna NAPZA dengan golongan umur 19-24 tahun adalah
sebanyak 128 orang.Kasus AIDS di Yogyakarta, dari Juli sampai dengan September
2012, presentase kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (40,7%)
diikuti kelompok umur 20-29 tahun (29,0%) dan kelompok umur 40-49% tahun
(17,3%) (BNNP DIY, 2014).
Merespon permasalahan remaja tersebut, pemerintah telah bekerja sama
dengan BKKBN dengan membentuk Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R)
di sekolah. Program PIK-R sendiri telah mengeluarkan gagasan baru dalam
menyalurkan informasi kesehatan reproduksi dengan metode permainan yang
dinamakan Program Generasi Berencana (Genre) Kit (BKKBN, 2017).
Ular tangga genre adalah salah satu permainan yang ada di dalam Program
Genre Kit yaitu sarana atau media atau alat bantu Program Generasi Berencana yang
dipergunakan oleh Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya atau Pengelola Program PIK-
R/M jalur pendidikan dan jalur masyarakat. Pengadaan Genre Kit pada tahun awal
tahun 2017 ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku
remaja agar mereka dapat berperilaku sehat, dapat mendewasakan usia perkawinan,
terhindar dari risiko TRIAD KRR (HIV/AIDS, Seks bebas dan NAPZA) (BKKBN,
2017).
Berdasarkan studi pendahuluan di MAN II Yogyakarta yang dilakukan pada
tanggal 3 Desember 2018. MAN II Yogyakarta adalah salah satu Sekolah Menengah

1
Atas yang mendapatkan paket Genre Kit dari BKKBN DIY sejak awal tahun 2018.
PIK-R di MAN II Yogyakarta sendiri sudah berdiri sejak tahun 2012 yang
mempunyai nama Jembatan Berprestasi dengan guru Bimbingan Konseling (BK)
sebagai Pembimbing.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik sampling
dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling yaitu semua siswa yang
mengikuti program PIK-R sejumlah 30 orang. Analisis data yang digunakan adalah
analisis univariat serta analisis bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Hasil Penelitian Di
MAN II Yogyakarta

Gambaran Pelaksanaan
No Karakteristik Pendidikan KRR dengan Media
Ular Tangga Genre
F %
1 Umur
15 Tahun 1 3,3
16 Tahun 8 26,6
17 Tahun 21 70
2 Jenis Kelamin
Laki-Laki 10 33,3
Perempuan 20 66,6
3 Kelas
IPA 23 76,6
IPS 7 23,3
4 Lama Keanggotaan
<1tahun 24 80
>1tahun 6 20
5 Memiliki Teman Dekat/Pacar
Ya 18 60
Tidak 12 40
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa karakterisitik dari 30
responden sebagian besar berusia 17 tahun yaitu sebesar 70%.

2
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Kuisioner dengan
IndikatorPelaksanaan Program PIK-R di MAN II Yogyakarta
Kategori
No Item pertanyaan Ya Tidak
F % F %
1. Apakah program PIK-R disekolah sudah berjalan
27 90 3 10
dengan baik?
2. Apakah program PIK-R bisa memotivasi anda
22 73 8 27
dalam belajar?
3. Apakah anda mengalami kesulitan dalam
6 20 24 80
membagi waktu dengan mengikuti PIK-R?
4. Apakah dengan anda mengikuti program PIK-R
20 67 10 33
anda bisa menjadi siswa yang aktif?
5. Apakah dengan mengikuti kegiatan PIK-R anda
lebih mengetahui tentang masalah kesehatan 28 93 2 7
reproduksi remaja?
6. Apakah menurut anda program PIK-R itu
23 77 7 23
membosankan?
7. Apakah menurut anda program PIK-R adalah
19 63 11 37
ekstrakurikuler yang menarik?
Berdasarkan tabel 4.2 sebanyak 93% responden menjawab bahwa dengan
mengikuti kegiatan PIK-R dapat lebih mengetahui tentang masalah kesehatan
reproduksi remaja, lalu 90% mengatakan PIK-Ryang sudah ada di sekolah
sudah berjalan dengan baik.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Kuisioner dengan Indikator
Pelaksanaan Ular Tangga Genre di MAN II Yogyakarta
Kategori
No Item pertanyaan Ya Tidak
F % F %
1. Apakah sebelum bermain ular tangga genre,
22 77 8 23
anda menentukan pemandu atau fasilitator?
2. Apakah sebelum bermain ular tangga genre,
anda sudah mempersiapkan lembar ular tangga
20 67 10 33
genre yang terdiri dari 36 kotak dengan gambar
dan instruksi yang berbeda-beda?
3. Apakah setiap kelompok memulai permainan
dari kotak selain kotak start dan menyelesaikan 14 47 16 53
nya selaindikotak finish?
4. Apakah dalam permainan ular tangga genre
kelompok yang kalah memberikan
26 87 4 13
hadiah/ucapan selamat pada kelompok yang
menang?
5. Apakah untuk menentukan giliran permainan
ular tangga pemain dari setiap kelompok harus 25 83 5 17
melempar dadu genre terlebih dahulu?

3
6. Apakah pemain yang berhasil melempar dadu
genre dengan angka yang paling besar akan 22 73 8 27
mendapatkan giliran pertama untuk bermain?
Pada tabel 4.3 dapat dilihat PIK-R MAN II Yogyakarta berdasarkan
hasil penelitian untuk kategori pelaksanaan ular tangga genre sebagian besar
sudah terjawab dengan baik, yaitu sesuai dengan acuan buku panduan dari
BKKBN DIY dan Nasional.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Kuisioner dengan Indikator
Kebermanfaatan dalam Pelaksanaan Program Genre Kit dengan Media Ular
Tangga Genre di MAN II Yogyakarta
Kategori
No. Item pertanyaan Ya Tidak
F % F %
1. Apakah melalui permainan ular tangga genre anda
lebih menguasai keterampilan tertentu dalam
25 83 5 17
situasi buatan tanpa menimbulkan kerugian pada
diri sendiri?
2. Apakah melalui permainan ular tangga genre,
dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas 24 80 6 20
siswa dalam pembelajaran?
3. Apakah melalui permainan ular tangga
25 83 5 17
genre,dapat meningkatkan berfikir secara kritis?
4. Apakah menurut anda permainan ular tangga
genre kurang berperan penting dalam 17 57 13 43
meningkatkan motivasi belajar siswa?
5. Apakah menurut anda dengan permainan ular
tangga genre tidak dapat belajar mengalami suatu 26 87 4 13
keadaan/kegiatan tertentu?
6. Apakah menurut anda pelaksanaan genre kit
bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan 17 57 13 43
praktek tetapi lahan praktek tidak memadai?
7. Apakah menurut anda permainan ular tangga
genre itu tidak meningkatkan kedisiplinan dan 24 80 6 20
kehati-hatian dalam diri siswa?
8. Apakah melalui permainan ular tangga genre anda
27 90 3 10
takut untuk berorganisasi?
9. Apakah melalui program media permainan genre
kit, khusunya ular tangga genre anda dapat lebih
27 90 3 10
waspada terhadap salah satu masalah kesehatan
reproduksi remaja yaitu HIV/AIDS?
10. Apakah melalui program media permainan genre
kit, khususnya ular tangga genre anda dapat lebih 28 97 2 3
waspada terhadap salah satu masalah kesehatan
reproduksi remaja yaitu Seksualitas?
11. Apakah melalui program media permainan genre
kit, khususnya ular tangga genre anda dapat lebih 28 97 2 3
waspada terhadap salah satu masalah kesehatan

4
reproduksi remaja yaitu NAPZA?
Pada tabel 4.4 pertanyaan indikator kebermanfaatan media ular tangga
genre 97% responden menjawab bahwa melalui program media permainan
genre kit, khususnya ular tangga genremereka dapat lebih waspada terhadap
salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu NAPZA dan seks
pranikah.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Kuisioner dengan Indikator Kendala
dalam Pelaksanaan Program Genre Kit dengan Media Ular Tangga Genre di
MAN II Yogyakarta
Kategori
No Item pertanyaan Ya Tidak
F % F %
1. Apakah anda mengalami kesulitan dalam
mendapatkan dukungan dari stakeholder seperti
10 33 20 67
Puskesmas dalam pelaksanaan PIK-R atau
program genre kit/ular tangga genre?
2. Apakah anda mengalami kesulitan dalam
menentukan fasilitator/konselor
11 37 19 63
sebaya/pemandu permainan genre kit/ular
tangga genre?
3. Apakah anda mengalami kesulitan dalam
memahami masalah kesehatan reproduksi
8 27 22 73
remaja karena belum adanya pelatihan dari
program PIK-R?
4. Apakah anda tidak mengalami kesulitan dalam
pembagian waktu dalam permainan genre 11 37 19 63
kit/ular tangga genre?
5. Apakah anda tidak mengalami kesulitan dalam
mengajak peserta untuk berpartisipasi dalam 19 63 11 37
permaian ular tangga genre?
Berdasarkan tabel 4.5 pertanyaan pada kuisioner dengan indikator
kendala yang diberikan pada responden yang berjumlah lima pertanyaan
dengan satu pertanyaan negatif dapat diketahui bahwa sebesar 37%
responden menjawab mengalami kesulitan dalam menentukan
fasilitator/konselor sebaya/pemandu permainan genre kit/ular tangga genre.

Pembahasan
1. Gambaran Pelaksanaan Program PIK-R
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil diketahui pada tabel
4.2sebanyak 90%responden mengatakan PIK-R di sekolah sudah berjalan
sudah baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Prasti, D. (2015)
bahwa ada hubungan antara pengelolaan PIK-KRR dengan pemanfaatan
5
pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK-KRR) pada
siswa di MAN II Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 73% responden menjawab
program PIK-R bisa memotivasi dalam belajar.Sebanyak 80% responden
menjawab tidak mengalami kesulitan dalam membagi waktu dengan
mengikuti PIK-R. Lalu, sejumlah 67% responden menjawab bahwa dengan
mengikuti program PIK-R bisa menjadi siswa yang aktif.
Selanjutnya pada sebanyak 93% menjawab dengan mengikuti
kegiatan PIK-R dapat lebih mengetahui tentang masalah kesehatan
reproduksi remaja. Hal ini terbukti dalam penelitian Olgavianita (2015)
bahwa program PIK-KRR sangat berpengaruh sebagai salah satu wadah
informasi tentang kesehatan reproduksi di sekolah yang mana siswa dapat
langsung mendatangi PIK-KRR sekolah untuk membaca buku kesehatan
reproduksi ataupun berkonsultasi dengan guru sehingga dapat secara efektif
mendapatkan informasi yang benar dan terpercaya.
Pada penelitian ini diketahui juga sebanyak 63% responden
menjawab program PIK-R adalah ekstrakurikuler yang menarik. Menurut
BKKBN (2010) salah satu langkah-langkah kegiatan dalam pembentukan
PIK-KRR adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik
minat remaja untuk datang ke PIK-KRR (jambore remaja, pentas seni, lintas
alam dll). Sedangkan ada 77% orang menjawab bahwa program PIK-R itu
membosankan.Hal ini sesuai dengan penelitian Rochmiyati (2014) bahwa
sebesar 28,7% respondennya mengungkapkan keinginan bahwa kegiatan
PIK-KRR di kemas secara menarik agar peserta tidak merasa bosan dalam
mengikuti kegiatan PIK-KRR tersebut.
2. Gambaran Pelaksanaan Ular Tangga Genre
Berdasarkan hasil penelitian ini pada tabel 4.3sebanyak 77%
responden menjawab bahwa sudah menentukan pemandu permainan sebelum
dimulainya permaianan ular tangga genre. Lalu pada item selanjutnya dimana
sebanyak 67% menjawab sudah mempersiapkan lembar ular tangga genre
yang terdiri dari 36 kotak dengan gambar dan instruksi yang berbeda-beda
sebelum bermain. Berikutnya sebanyak 53% responden menjawab memulai
permainan dari kotak selain kotak start dan menyelesaikan nya selain di
kotak finish.Sesuai dengan pendapat Andang Ismail dalam Riva (2012)

6
tentang salah satu kekurangan permainan ular tangga genre yaitu kurang
efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya akan lebih efektif bila
dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil dan dibutuhkan waktu
yang lama, bila semua pembelajar harus melakukannya.
Kemudian pada itemberikutnya sebanyak 87% responden menjawab
sudah memberikan hadiah/ucapan selamat pada kelompok yang
menang.Selanjutnya, sejumlah 83% responden menjawab bahwa untuk
menentukan giliran permainan ular tangga pemain dari setiap kelompok harus
melempar dadu genre terlebih dahulu.Pertanyaan selanjutnya yakni sebanyak
73% responden menjawab giliran pertama dalam bermain harus ditentukan
sesuai kelompok yang berhasil mendapatkan angka terbesar pada dadu.
Sesuai dengan BKKBN pada tahun 2017untuk menentukan urutan giliran,
pemain dari tiap kelompok melempar dadu/kubus GenRe. Pemain yang
berhasil melempar dadu/ kubus GenRe dengan angka yang paling besar
mendapat giliran pertama.Letakkan poin di kotak start, lempar dadu/ kubus
GenRe(BKKBN, 2017).
3. Kebermanfaatan Program PIK-R dan Ular Tangga Genre
Pada tabel 4.4 hasil penelitian sebanyak 83% responden menjawab
melalui permainan ular tangga genre dapat lebih menguasai keterampilan
tertentu dalam situasi buatan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri.
Selanjutnya sebanyak 80% responden menjawab bahwa melalui permaianan
ular tangga genre ini adanya manfaat peningkatan keafktifan dan kreativitas.
Sebanyak 83% menjawab yakni melalui permainan ular tangga genre dapat
meningkatkan berfikir secara kritis. Hal ini sesuai dengan Andang Ismail
dalam Riva (2012)pada permaianan ular tangga, siswa dihadapkan pada suatu
peristiwa atau skenario yang menuntut berpikir secara kritis dan diplomatis,
sehingga responden merasa mereka memiliki kemampuan berpikir salam
memecahkan masalah.
Namun pada item berikutnya sejumlah 87% responden menjawab
permainan ular tangga genre kurang berperan penting dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
Fandhita, P. (2017) yang menyatakan bahwa media ular tangga efektif dalam
meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa SMK.

7
Pada tabel 4.4 hasil penelitian yaitu sebanyak 80% responden
menjawab tidak merasakan adanya manfaat ular tangga genre dalam
meningkatkan kedisiplinan dan kehati-hatian dalam diri siswa. Selanjutnya
yaitu 90% responden menjawab bahwa ikut bermain ular tangga genre dapat
membuat takut dalam berorganisasi. Hal ini tidak sejalan dengan teori
Andang Ismail dalam Riva (2012) bahwa siswa menjadi siswa yang aktif dan
mampu beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan sekitarnya serta tidak
takut untuk berorganisasi dan dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan
sikap kehati-hatian.
Selanjutnya sebesar 57% responden menjawab manfaat ular tangga
genre membantu untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek bila lahan
praktek tidak memadai. Pada penelitian Zulkifli (2012) memaparkan bahwa
permainan ular tangga sangat berperan dalam simulasi praktek yang belum
pernah atau bila tidak ada lahan praktek/kegiatan luar yang mencukupi.
Hasil penelitian mengenai meningkatnya kewaspadaan karena adanya
pengetahuan responden mengenai TRIAD KRR diperoleh hasil yaitu
sebanyak 90% responden menjawab meningkatnya kewaspadaan responden
mengenai HIV/AIDS. Lalu 97% responden menjawab meningkatnya
kewaspadaan tentang seksualitas/seks bebas serta 97% responden
mengatakan meningkatnya kewaspadaan NAPZA melalui program genre kit
khususnya media ular tangga genre.
4. Kendala dalam Program PIK-R dan Ular Tangga Genre

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 sebanyak 33%responden


menjawab ada kendala dalam mendapatkan dukungan dari stakeholderseperti
Puskesmas dalam pelaksanaan PIK-R atau program genre kit/ular tangga
genre. Berdasarkan penelitian Muthmainnah (2014) bahwa perlu adanya
penguatan komitmen dari berbagai stakeholder untuk membentuk sikap yang
mendukung melalui peraturan yang mengatur tentang batas kewenangan
masing-masing stakeholder didalam implementasi program PKPR (Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja) dan PIK-R baik ditingkat pengambil keputusan
sampai ke kelompok sasaran.
Kemudian didapatkan hasil yakni 37% responden menjawab adanya
kesulitan dalam menentukan pemandu atau fasilitator.Menurut Andang

8
Ismail dalam Riva (2012), mengenai salah satu kelemahan dalam permainan
ular tangga genre bahwapermainan ini kurang efektif untuk kelas yang
besar, karena umumnya akan lebih efektif bila dilakukan untuk perorangan
atau group yang kecil.
Kemudiandidapatkan hasil 37% responden menjawab ada kesulitan
dalam pembagian waktu untuk bermain ular tangga genre.Kendala ini
sendiri muncul karena kurang aktifnya anggota dalam membuat jadwal
pertemuan yang dialokasikan untuk memainkan permainan ular tangga
genre.Hal ini sesuai dengan Wijayati (2016) bahwa kendala utama dalam
pengembangan PIK-R adalah kurang adanya sumber daya manusia yang
berkompeten di bidang kesehatan reproduksi untuk pengelolaan PIK-R ini
sendiri.
Sebanyak 63% responden menjawab adanya kesulitan dalam
mengajak peserta untuk berpartisipasi dalam permainan ular tangga. Zahroh,
S. (2014) mengatakan mulai dari kurangnya antusisas peserta itulah muncul
kendala seperti sulitnya menentukan fasilitator saat bermain dan juga dalam
membagi waktu atau mengatur jadwal untuk bermain ular tangga genre.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Pelaksanaan Program PIK-R di MAN II Yogyakartasudah baik dengan
90% responden mengatakan PIK-R yang ada di sekolah sudah berjalan
dengan baik.
2. Pelaksanaan Program Genre Kit dengan Media Ular Tangga pada di
MAN II Yogyakarta sudah baik dengan ditandai mean atau rata-rata nilai
skor lebih besar dari median atau nilai tengahnya, yaitu dengan nilai
20,03.
3. Kendala dalam Pelaksanaan Program Genre Kit dengan Media Ular
Tangga Genre di MAN II Yogyakarta antara lain kesulitan dalam
mengajak peserta untuk berpartisipasi dalam permainan ular tangga genre,
kesulitan dalam menentukan fasilitator/pemandu/konselor sebaya, dan
kesulitan dalam pembagian waktu untuk bermainular tangga genre.

9
Saran
1. Bagi MAN II Yogyakarta
Disarankan bagi pihak sekolahmelalui peran Bimbingan Konseling(BK)
agar dapat meningkatkan pelaksanaan PIK-Rdengan media permainan
ulartangga dengancara melibatkan pendidik sebaya dalam memberikan
informasikepada remaja tentang TRIAD KRR.
2. Bagi Responden
Disarankan untuk lebih meningkatkan komitmen dalam mengikuti
program PIK-R dan permainan ular tangga genre serta lebih giat dalam
mengikuti program-program dari PIK-R di sekolah.
3. Bagi Pihak BKKBN Kabupaten Kota Yogyakarta
Disarankan untuk melakukan tindak lanjut yang berkesinambungan
terhadap program-program PIK-R khususnyamengenai simulasi
permainan ulartangga GenRe dalam hal peningkatanmateri bagi pendidik
sebaya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan untuk mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dapat
melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pelaksanaan
pendidikan kesehatan reproduksi remaja dengan media ular tangga dan
dapat menjadikan penelitian ini sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN DIY. (2010). Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja
(PIK Remaja). Yogyakarta: BKKBN DIY

BNNP DIY. (2014). Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2014. (Online)
(http://yogyakarta.bnn.go.id/Files/F86/LAKIP/74/Laporan-Tahunan-BNNP-
DIY-TA-2014.pdf&usg=AOvVaw2lapxJ7M7mE3NEy__cPY70) Diakses
tanggal 10 November 2018

Fandhita, P. (2017). Efektivitas Penggunaan Permainan Ular Tangga Untuk


Meningkatkan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Akuntansi.Skripsi. (Online)
(https://repository.usd.ac.id/11974/2/131334056_full.pdf) Diakses pada tanggal 2
Juli 2019.

Olgavianita, K. (2015). Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan


pemanfaatan PIK-KRR Di SMAN 1 Nguter. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. (Online)
(http://eprints.ums.ac.id/38171/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf) Diakses pada
tanggal 30 Juni 2019.

Prasti, D. (2015). Hubungan Pengelolaan Pik-Krr Dengan Pemanfaatan Pusat


Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Pada
Siswa Kelas XI Di MAN II Yogyakarta. Skripsi. Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.
(Online)
(http://digilib.unisayogya.ac.id/370/1/DAVITA%20PRASTI%20KAROLINA%
20%28201410104042%29NASKAH%20PUBLIKASI.pdf) Diakses pada
tanggal 1 Juli 2019.

Rochmiyati, ND. (2014).Hubungan Akseptabilitas Dengan Pemanfaatan Pusat


Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Pada
Siswa Kelas X Di SMAN 2 Wates Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2014.
Skripsi. Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. (Online)
(http://digilib.unisayogya.ac.id/1129/1/NASKAH%20PUBLIKASIx.pdf)
Diakses pada tanggal 1 Juli 2019.

SDKI KRR. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017: Kesehatan
Reproduksi Remaja. (Online) (http://e-koren.bkkbn.go.id/wp-
content/uploads/2018/10/Laporan-SDKI-2017-Remaja.pdf) Diakses tanggal 3
November 2018

Wijayati, R.. (2016). Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling


KesehatanReproduksi Remaja Di SMA Negeri 5 Yogyakarta.Jurnal Hanata
Widya Agustus Tahun 2016. Vol.5,
No.5.(Online)(http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/fipmp/article/vie
w/2953)Diakses tanggal 8 November 2018

11

Anda mungkin juga menyukai