Anda di halaman 1dari 3

Atribusi,)Delegasi,)dan)Mandat)

)
)
Pertanyaan)
Apa$itu$atribusi,$delegasi$dan$mandat?$Apa$yang$dimaksud$dengan$diskresi?$

Ulasan)Lengkap)
Intisari:$
$
$
Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang
kepada organ pemerintahan.$
$
Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan
kepada organ pemerintahan lainnya.$
$
Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangan dijalannya oleh
organ lain atas namanya.$
$
Sedangkan yang dimaksud dengan diskresi adalah keputusan dan/atau tindakan yang
ditetapkan dan/atau dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan
konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan
perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau
tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.$
$
Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.$
$
$
$
Ulasan:$
$
Terima kasih atas pertanyaan Anda.$
$
Sumber Kewenangan$
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan
sebagai berikut:$
$
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.$
$
Indroharto dalam buku Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara: Buku I Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara (hal. 90),
sebagaimana yang kami sarikan, menjelaskan bahwa rumusan “berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku” selain mengandung makna untuk keabsahan
(legalitas) dari setiap perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara (“TUN”), juga menunjukkan bahwa wewenang pemerintahan berasal dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku saja.$
$
Hal serupa juga dijelaskan oleh Ridwan HR dalam buku Hukum Administrasi Negara (hal.
101-102). Ridwan menjelaskan bahwa seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu
asas legalitas, maka berdasarkan prinsip ini tersirat bahwa wewenang pemerintahan
berasal dari peraturan perundang-undangan, artinya sumber wewenang bagi pemerintah
adalah peraturan perundang-undangan. Secara teoritik, kewenangan yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara, sebagaimana yang
didefinisikan oleh H.D van Wijk/ Willem Konijnenbelt, sebagai berikut:$
a. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang
kepada organ pemerintahan.$
b. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan
kepada organ pemerintahan lainnya.$
c. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan
oleh organ lain atas namanya.$
$
Lebih lanjut, Ridwan HR (hal. 105) menjelaskan bahwa wewenang yang diperoleh
secara atribusi bersifat asli berasal dari peraturan perundang-undangan. Dengan kata
lain, organ pemerintahan memperoleh kewenangan secara langsung dari redaksi pasal
tertentu dalam peraturan perundang-undangan. Dalam hal atribusi, penerima wewenang
dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada.$
$
Pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang, yang ada hanya pelimpahan wewenang
dari pejabat yang satu kepada pejabat lainnya. Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada
pada pemberi delegasi, tetapi beralih pada penerima delegasi.$
$
Sementara pada mandat, penerima mandat hanya bertindak untuk dan atas nama
pemberi mandat, tanggung jawab akhir keputusan yang diambil penerima mandat tetap
berada pada pemberi mandat.$
$
Perbedaan Delegasi dan Mandat$
Ridwan HR (hal. 107) menjelaskan bahwa Philipus M. Hadjon membuat perbedaan
delegasi dan mandat sebagai berikut:$
$
$ Mandat$ Delegasi$
$
a. Prosedur Pelimpahan$ Dalam hubungan rutin Dari suatu organ
atasan-bawahan: hal biasa pemerintahan kepada
kecuali dilarang secara organ lain: dengan
tegas$ peraturan perundang-
undangan.$
$
b. Tanggung jawab dan Tetap pada pemberi Tanggung jawab dan
tanggung gugat$ mandat$ tanggung gugat beralih
kepada delegataris.$
$
c. Kemungkinan si pemberi Setiap saat dapat Tidak dapat menggunakan
menggunakan wewenang menggunakan sendiri wewenang itu lagi kecuali
itu lagi$ wewenang yang setelah ada pencabutan
dilimpahkan itu.$ dengan berpegang pada
asas “contrarius actus”.$
$
$
Diskresi$
Sedangkan mengenai diskresi, menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU 30/2014”), diskresi adalah
keputusan dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh pejabat
pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan
pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak
mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.$
$
Pejabat pemerintahan yang melakukan diskresi di sini adalah unsur yang melaksanakan
fungsi pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara
lainnya.[1]$
$
Contoh sederhana dari diskresi yang jelas dan dapat kita lihat di kehidupan sehari-hari
adalah seorang polisi lalu lintas yang mengatur lalu lintas di suatu perempatan jalan, yang
mana hal ini sebenarnya sudah diatur oleh lampu pengatur lalu lintas (traffic light).
Menurut Undang Undang Lalu Lintas, polisi dapat menahan kendaraan dari satu ruas jalan
meskipun lampu hijau atau mempersilakan jalan kendaraan meskipun lampu merah.
Demikian contoh yang disebut dalam laman resmi Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penjelasan lebih lanjut mengenai diskresi
polisi ini dapat Anda simak pula dalam artikel Penegakan Aturan Lalu Lintas dan
Diskresi Polisi.$
$
Selengkapnya mengenai diskresi dapat Anda simak dalam artikel yang berjudul Arti,
Tujuan, Lingkup, dan Contoh Diskresi.$
$
Demikian jawaban kami, semoga bermanfaat.$
$
Dasar hukum:$
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
telah beberapa kali diubah, terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara;$
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.$
$
Referensi:$
1. Indroharto. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara: Buku I Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negaral. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 2000.$
2. Ridawan HR. Hukum Administrasi Negara.Jakarta: Rajawali Pers. 2016.$
$
!

Anda mungkin juga menyukai