Anda di halaman 1dari 17

KOMPETENSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA:

ANALISA KONSEP, PENGATURAN DAN APLIKASI

DR. H. MOHAMMAD RYAN BAKRY, S.H., M.H,


DISAMPAIKAN PADA KELAS HUKUM PEMERINTAHAN NEGARA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TARUMANAGARA

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


PENGANTAR
Dalam konteks Negara Hukum Modern, Pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya dilaksanaka
n melalui pengambilan keputusan pemerintah (regelingsbesluit) yang bersifat strategi, policy, aqtau kete
ntuan-ketentuan umum (algemene bepalingen), dan melalui tindakan-tindakan pemerintah (regeringsm
aatregelen) yang bersifat menegakkan ketertiban umum, hukum wibawa negara, dan kekuasaan negar
a.
Dasar legalitas dari suatu tindakan pemerintahan yang dilakukan oleh Badan-Badan ata
u Pejabat Tata Usaha Negara adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
secara formal menjadi petunjuk dan arahan setiap tindakan tersebut.
Kompetensi Pejabat Administrasi Negara dalam menjalankan fungsinya adalah melalui
Atribusi, Delegasi dan Mandat.
Sumber kewenangan kompetensi adalah Original Legislator (Legislatif Power) dan Deleg
ated Legislator (Executive Power).
Delegated Legislator hanya digunakan dengan fungsi
1. Penjabaran secara normatif ketentuan undang-undang menjadi peraturan pelaksana
nya
2. Interpretasi pasal undang-undang yang dijadikan peraturan
3. Penentuan atau penciptaan kondisi nyata untuk membuat ketentuan/ undang-undan
g agar dapat direalisasikan/ dioperasionalkan / dijalankan.
(Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara)
SKEMA KOMPETENSI KEWENANGAN ADMINISTRASI NEGARA
“ Government acquires its power to act from parliement in statute. The statute legimases the action (co
mpulsory to purchase property, to allow a refugee into the country to award and educational grant, etc”).
It may well lay down the parameters of the power to act, by specifying the power.” Peter Leyland and Te
rry Woods, Administrative Law
Secara konsep, sumber kewenangan ATRIBUSI, DELEGASI dan MANDAT sebagai berikut:

Kompetensi
Delegasi
Original Kompertensi
legislator Atribusi
Kompetensi
Mandat
Legislator
Kompetensi
Delegasi
Delegated Kompetensi
legislator Atribusi
Kompensi
mandat
RIBUSI, DELEGASI DAN MAND

ATRIBUSI
“Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan... (yang berfungsi pula)
membantu apakah suatu badan berwenang atau tidak... (kewenangan atribusi dalam
an harus) didasarkan atas undang-undang formal...(setidaknya) yang memberikan ke
diatas para masyarakat...perihal pertanggung-jawaban adalah melekat pada suatu ja
arikan dari pendapat P. Hadjon, Pengantar Hukum Adminstrasi Indonesia

Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh suatu ketentuan da
dangan baik yang diadakan oleh original legislator ataupun delegated legislator
–Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Nega

Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh suatu peraturan pe
(produk hukum legislatif) untuk melaksanakan pemerintahan secara penuh.

Pelekatan secara atribusi merupakan pembentukan kewenangan baru yang sebelum


khusus di bidang Pemerintahan. –Tri Hayati, Hukum Administrasi Negara
KONSEP ATRIBUSI, DELEGASI DAN MAND
AT
DELEGASI
“Delegasi pelimpahan/pemindahan/pengalihan suatu kewenangan yang ada... (yang berfungsi pula) se
bagai alat-alat membantu apakah suatu badan berwenang atau tidak... (kewenangan delegasi dalam m
embuat keputusan harus) didasarkan atas undang-undang formal...(setidaknya) yang memberikan kew
ajiban-kewajiban diatas para masyarakat...perihal pertanggung-jawaban adalah melekat pada jabatan p
emberi kewenangan tersebut.-disarikan dari pendapat P. Hadjon, Pengantar Hukum Adminstrasi Indone
sia
Delegasi adalah pelimpahan suatu wewenang yang sudah ada sebelumnya, oleh badan atau pejabat p
emerintah yang telah memperoleh wewenang pemerintah secara atribusi kepada badan atau pejabat p
emerintah lain –Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Delegasi yaitu suatu pelimpahan wewenang yang telah ada yang berasal dari wewenang atribusi, kepa
da pejabat administrasi negara, tidak secara penuh, oleh karena itu delegasi selalu didahului oleh atrib
usi wewenang. (pelimpahan tidak secara penuh artinya tidak termasuk wewenang untuk membentuk k
ebijakan
Catatan Van Wijk (dalam Tri Hayati): wewenang yang telah didapatkan melalui delegasi dapat disubd
elegasikan lagi kepada sub-delegataris dengan ketentuan yang mutatis mutandis bagi penerima delega
si tersebut
KONSEP ATRIBUSI, DELEGASI DAN MAND
AT
MANDAT
“Mandat adalah bukan merupakan pelimpahan/pemindahan/pengalihan suatu kewenangan yang ada, dis
ini menyangkut janji-janji kerja intern antara penguasa dan pekerja (yang berfungsi pula) sebagai alat-alat
membantu apakah suatu badan berwenang atau tidak-disarikan dari pendapat P. Hadjon
Mandat tidak terjadi perubahan wewenang yang sudah ada dan merupakan hubungan internal pada suat
u badan, atau penugasan bawahan melakukan suatu tindakan atas nama dan atas tanggung jawab mand
an (badan atau orang yang memberikan mandat)–Indroharto
Mandat adalah suatu organ yang secara resmi memiliki wewenang pemerintahan tertentu (yang didapat
dari atribusi atau delegasi) tidak dapat menangani sendiri wewenang tersebut, para pegawai dapat dip
erintah untuk menjalankan wewenang tersebut atas nama organ yang sesungguhnya diberi kewenangan.
Van Wijk disarikan oleh Tri Hayati, Era Baru Hukum Pertambangan
Mandat yaitu pemberian tugas dari mandans (pemberi mandat=menteri) kepada mandataris (penerima m
andat=direktur jenderal/sekretaris jenderal), untuk dan atas nama menteri membuat keputusan administra
si negara. Catatanpemberian mandat bisa dilakukan bukan kepada bawahan dengan syarat: a) mandat
aris mau menerima pemberian mandat; b) wewenang yang dimandatkan merupakan wewenang sehari-ha
ri seorang mandataris; c) ketentuan undang-undang yang bersangkutan tidak menentang terhadap pemb
erian mandat tersebut.
KONSEP ATRIBUSI, DELEGASI DAN MAND
AT
SAFRI NUGRAHA
Atribusi, yaitu pemberian wewenang pemerinatahan yang baru, yang sebelumnya tidak ada, oleh suatu
peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, secara penuh. Berarti p
elekatan kewenangan atribusi merupakan pembentukan kewenangan baru, yang sebelumnya tidak ada
dan khusus dibidang pemerintahan. Pelekatan tersebut dimiliki oleh pemegang wewenang, secaa penuh
dalam arti juga termasuk kewenangan untuk membuat kebijakan yang belaku keluar dan kedalam yang di
tuangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu penerima kewenangan berdas
arkan atribusi, bertanggung jawab juga secara penuh.
Delegasi, yaitu pelimpahan wewenang yang telah ada yang berasal dari wewenang atribusi kepada peja
bat administrasi negara, tidak secara penuh. Karenanya delegasi kewenangan selalu didahului oleh adan
ya wewenang atribusi. Kewenangan yang didelegasikan diberikan tidak secara penuh dalam arti bahwa ti
dak termasuk kewenangan untuk membentuk kebijakan yang dapat berlaku ke dalam dan ke luar. Tangg
ung jawab beralih ke tangan penerima delegasi kewenangan, sejauh yang didelegasikan
Mandat, yaitu pemberian tugas dari mandans (pemberi mandat) kepada mandataris (penerima mandat) u
ntuk dan atas nama pemberi mandat membuat keputusan administrasi negara atau melakukan tugas tert
entu. Dengan demikian, wewenang tetap berada di tangan pemberi mandat.
KOMPETENSI: ATRIBUSI, DELEGASI, DAN MANDAT

Menurut UU Administrasi Pemerintahan No. 30 Tahun 2014


Pasal 1 UUAP 30 Tahun 2014 butir
(22). Atribusi adalah pemberian Kewenangan kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang.

(23). Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat


Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung
gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.

(24). Mandat adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat


Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung
gugat tetap berada pada pemberi mandat.
ATRIBUSIUU AP
Pasal 12 UUAP 30 Tahun 2014
(1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh
Wewenang melalui Atribusi apabila: a. diatur dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan/
atau undang-undang; b. merupakan Wewenang baru atau
sebelumnya tidak ada; dan c. Atribusi diberikan kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan.
(2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh
Wewenang melalui Atribusi, tanggung jawab Kewenangan
berada pada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
bersangkutan.
(3) Kewenangan Atribusi tidak dapat didelegasikan, kecuali diatur
di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan/atau undang-undang
DELEGASI UU AP
Pasal 13 UUAP 30 Tahun 2014
(1) Pendelegasian Kewenangan ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh Wewenang
melalui Delegasi apabila: a. diberikan oleh Badan/Pejabat
Pemerintahan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lain
nya; b. ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, dan/atau Peraturan Daerah; dan c. merupakan
Wewenang pelimpahan atau sebelumnya telah ada.
(3) Kewenangan yang didelegasikan kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak dapat didelegasikan lebih lanjut, kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.
DELEGASI  UU AP
Pasal 13 UUAP 30 Tahun 2014
(4) Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan menentukan lain sebagaimana d
imaksud pada ayat (3), Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh
Wewenang melalui Delegasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
mensubdelegasikan Tindakan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lain
dengan ketentuan: a. dituangkan dalam bentuk peraturan sebelum Wewenang
dilaksanakan; b. dilakukan dalam lingkungan pemerintahan itu sendiri; dan c. paling
banyak diberikan kepada Badan dan/ atau Pejabat Pemerintahan 1 (satu) tingkat di
bawahnya.
(5) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Delegasi dapat menggunaka
n sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui Delegasi, kecuali ditentukan lain dal
am ketentuan peraturan perundang-undangan
(6) Dalam hal pelaksanaan Wewenang berdasarkan Delegasi menimbulkan ketidakefektifa
n penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
memberikan pendelegasian Kewenangan dapat menarik kembali Wewenang yang tela
h didelegasikan.
(7) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Delegasi,
tanggung jawab Kewenangan berada pada penerima Delegasi.
MANDAT
Pasal 14 UUAP 30 Tahun 2014
(1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh Mandat apabila:
a. ditugaskan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan di atasnya;
dan b. merupakan pelaksanaan tugas rutin.
(2) Pejabat yang melaksanakan tugas rutin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas: a. pelaksana harian yang melaksanakan
tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan sementara; dan
b. pelaksana tugas yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat
definitif yang berhalangan tetap.
(3) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Mandat
kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lain yang menjadi bawa
hannya, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang
-undangan.
(4) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menerima Mandat harus
menyebutkan atas nama Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
memberikan Mandat.
MANDAT
Pasal 14 UUAP 30 Tahun 2014
(5) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat
dapat menggunakan sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui
Mandat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang
undangan.
(6) Dalam hal pelaksanaan Wewenang berdasarkan Mandat menimbulkan
ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau P
ejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat dapat menarik k
embali Wewenang yang telah dimandatkan.
(7) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang
melalui Mandat tidak berwenang mengambil Keputusan dan/atau
Tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan
status hukum pada aspek organisasi, kepegawaian, dan alokasi a
nggaran.
(8) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang
melalui Mandat tanggung jawab Kewenangan tetap pada pemberi
Mandat.
DELEGATED LEGISLATOR
PEJABAT
ADMINISTRASI
NEGARA

PERATURAN KEPUTUSAN

Peraturan Penugasan/
Peraturan
Perundang- Penetapan Instruksi
Kebijakan surat perintah
Undangan

Juklak/Juknis Pedoman Surat Edaran SOP

14
PERATURAN KEPUTUSAN
Tujuan Kebijakan ditujukan untuk mengatur banyak orang, sebagai Tujuan untuk memberikan penetapan baik
pedoman tingkah laku berdasarkan hukum positif status, kondisi, pembentukan tim,
yang berlaku di Indonesia pembentukan organisasi dll, sehingga
UUD NRI Tahun 1945 Psl. 1 Ayat (3) “Negara tercipta status hukum
Indonesia adalah negara hukum”

Norma yang Adressat (pihak yang dituju norma) Adressat (pihak yang dituju norma)
memuat Banyak orang atau lebih dari Individu (orang tertentu)
Satu . Tindakan yang diatur atau status yang
Tindakan yang diharapkan masih abstrak yang diatur ditetapkan adalah kongkrit dengan sifat
sifat norma adalah UMUM-ABSTRAK norma INDIVIDU-KONKRIT

Keberlakuan Norma akan berlangsung TERUS MENERUS, Norma tersebut SEKALI SELESAI
dalam konteks peraturan perundang- Keputusan itu berlaku sekali selesai,
undangan maka akan berlaku terus memerus Setelah ditetapkan status hukum itu
sampai dengan peraturan tersebut ada yang ditetapkan, selesailah fungsi
mencabut atau merubah. keputusan tersebut
Substantive Justice
dimension filosofis
purpose
Intention
Practical Utility
Sosiologis
purpose dimension
stipulative theoretical

Precision Certainty
Extention Yuridis
purpose dimension

lexical

Non-
Stipulative
theoretical
FUNGSI ADMINISTRASI NEGARA

THANKS

Anda mungkin juga menyukai