Anda di halaman 1dari 23

Matriks

1. Pengertian Matriks

Definisi:

Matriks adalah himpunan skalar yang disusun secara empat persegi panjang menurut
baris dan kolom. Skalar-skalar tersebut disebut dengan elemen matriks. Skalar-skalar itu
disebut elemen matriks. Untuk batasanya, biasanyan digunakan ( ), [ ] atau || ||

Notasi Matriks

Matriks diberi nama dengan huruf besar misalnya A, B, C, P, Q dan lain-lain. Sedangkan
elemen-elemennya dengan huruf kecil misalnya a11, b21, c34 dan lain-lain. Secara lengkap
ditulis A = (aij) artinya suatu matriks A yang elemen-elemennya aij dimana indeks i
menyatakan baris ke i dan indeks j menyatakan kolom ke j dari elemen tersebut.

Pandang matriks A = (aij), i = 1,2,3…. m dan j = 1,2,3,…n, yang berarti bahwa banykanya
baris = m serta banyaknya kolom = n

𝑎11 𝑎12 𝑎13 ⋯ 𝑎1𝑛


𝑎21 𝑎22 𝑎23 … 𝑎2𝑛
𝐴=[ ]
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝑎𝑚1 𝑎𝑚2 𝑎𝑚3 … 𝑎𝑚𝑛

Boleh juga ditulis A(mxn) = (aij), dimana (mxn) adalh ukuran (ordo) dari matriks. Matriks
dengan dimensi baris m = 1, seperti:

B = [b1, b2, ……, bn]

Disebut dengan vector baris atau matriks baris. Sedangkan dengan dimensi kolom n = 1,
seperti

𝑐1
𝑐2
𝐶 = 𝑐3

[𝑐𝑚 ]

Disebut dengan vector kolom atau matrik kolom


2. Operasi – Operasi Pada Matriks
a. Kesamaan Dua Buah Matriks
Dua buah matriks A dan B dikatakan sama (A = B) bila ukurannya sama dan berlaku
[aij] = [bij] untuk setiap I dan j ( I = 1,2,3,….m; j = 1,2,3,….n)
Contoh 1
6 5 6 5
𝐴=[ ] dan 𝐵 = [ ] maka A = B
2 0 2 0
b. Penjumlahan Matriks
Jumlah dua buah matriks A + B bisa dilakukan asalkan kedua matriks tersebut
berukuran sama, yaitu:
(𝑎11 + 𝑏11 ) (𝑎12 + 𝑏12 ) … (𝑎1𝑛 + 𝑏1𝑛 )
(𝑎 + 𝑏21 ) (𝑎22 + 𝑏22 ) … (𝑎2𝑛 + 𝑏2𝑛 )
𝐴 + 𝐵 = [𝑎𝑖𝑗 + 𝑏𝑖𝑗 ] = [ 21 ]
⋮ ⋮ ⋱ ⋮
(𝑎𝑚1 + 𝑏𝑚1 ) (𝑎𝑚2 + 𝑏𝑚2 ) … (𝑎𝑚𝑛 + 𝑏𝑚𝑛 )

Contoh 2

6 5 0 4
𝐴=[ ] dan 𝐵 = [ ] maka
2 0 15 10

6 5 0 4 6+0 5+4 6 9
𝐴+𝐵 =[ ]+[ ]=[ ]=[ ]
2 0 15 10 2 + 15 0 + 10 17 10

Contoh 3

1 2 3 2 3 0
Jika 𝐴 = [ ] dan 𝐵 = [ ]
0 1 4 −1 2 5

Maka

1+2 2+3 3+0 3 5 3


𝐴+𝐵 =[ ]=[ ]
0 + (−1) 1+2 4+5 −1 3 9

1 2 3 1 2 3 1 2 3 3 6 9
𝐴+𝐴+𝐴 =[ ]+[ ]+[ ]=[ ]
0 1 4 0 1 4 0 1 4 0 3 12

c. Perkalian matriks dengan skalar


Kalau k suatu skalar, maka matriks Ka = (kaij) diperoleh dengan mengalikan semua
elemen matriks A dengan k
𝑘𝑎11 𝑘𝑎12 … 𝑘𝑎1𝑛
𝑘𝑎 𝑘𝑎22 … 𝑘𝑎2𝑛
𝑘𝐴 = [𝑘𝑎𝑖𝑗 ] = [ 21 ]
⋮ ⋮ ⋱ ⋮
𝑘𝑎𝑚1 𝑘𝑎𝑚2 … 𝑘𝑎𝑚𝑛
Contoh:
6 5 2.6 2.5 12 10
𝐴=[ ] maka 2𝐴 = [ ]=[ ]
2 0 2.2 2.0 4 0
2 −2 2 −2 10 −10
Jika 𝐴 = [ ] dan k = 5, maka 𝐵 = 𝑘𝐴 = 5 [ ]=[ ]
4 3 4 3 20 15

Jika A, B, C adalah matriks berukuran sama, dan  adalah skalar maka:

1. A + B = B + A (komutatif)
2. (A + B) + C = A + (B + C) (asosiatif)
3. (A + B) = A + B (distributif)
d. Pengurangan Matriks
Mengurangi matriks A dengan B, (A – B) adalah menjumlahkan matriks A dengan
matriks (-B)
Contoh:
6 5 0 4
Jika 𝐴 = [ ] dan 𝐵 = [ ] maka:
2 0 15 10
6 5 0 −4 6 1
𝐴 − 𝐵 = 𝐴 + (−𝐵) = [ ]+[ ]=[ ]
2 0 −15 −10 −13 −10
e. Perkalian Matriks
Pada umumnya matriks tidak komutatif terhadap operasi perkalian AB ≠ BA. Pada
perkalian matriks AB, matriks A kita sebut matriks pertama dan B matriks kedua.
Syarat perkalian matriks
Banyak kolom matriks pertama = banyak kolom matriks kedua

Defenisi:
Hasil perkalian antara matriks A = [aij] berordo m x p, dengan matriks B [bij] berordo
p x n, adalah matriks C = [cij] berordo m x n, dengan nilai
𝑝

𝑐𝑖𝑗 = 𝑎𝑖1 𝑏1𝑗 + 𝑎𝑖2 𝑏2𝑗 + ⋯ + 𝑎𝑖𝑝 𝑏𝑝𝑗 = ∑ 𝑎𝑖𝑘 𝑏𝑘𝑗


𝑘=1

Dimana untuk i = 1, 2, …, m dan j = 1, 2, …, n


Contoh:
2 7 4
3 7 6
𝐴=[ ] dan 𝐵 = [4 5 0]
6 9 6 8 4 8
Maka:
2 7 4
3 7 6 4
𝐶 = 𝐴𝐵 = [ ][ 5 0]
6 9 6 8
4 8
3.2 + 7.4 + 6.8 3.7 + 7.5 + 6.4 3.4 + 7.0 + 6.8 82 80 60
=[ ]=[ ]
6.2 + 9.4 + 6.8 6.7 + 9.5 + 6.4 6.4 + 9.0 + 6.8 96 111 72

Contoh

Contoh

Beberapa hukum pada perkalian matriks

Jika A, B, C matriks-matriks yang memenuhi syarat-syarat perkalian matriks yang


diperlukan maka:

1. A(B+C) = AB + AC; (B+C)A = BA + CA, memenuhi hukum distributif


2. A(BC) = (AB)C, memenuhi hokum asosiatif
3. Perkalian tidak komutatif AB ≠ BA
4. Jika AB= 0, yaitu matriks yang semua elemennya = 0, kemungkinannya
a. A = 0 dan B = 0
b. A ≠ 0 dan B ≠ 0
5. Bila AB = AC belum tentu B = C

3. Transpose Matriks

Pandang suatu matriks A = [aij] berukuran (m x n), maka transpose dari A adalah matriks A T
berukuran ( n x m ) yang didapatkan dari A dengan menuliskan baris ke-i dari A , i = 1,2, ..,m
sebagai kolom ke-i dari A T . Dengan kata lain:

Contoh:

𝟏 𝟓 𝟓 𝟏 𝟐 𝟎
𝑨 = [𝟐 𝟒 𝟓] 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝑨𝑻 = [𝟓 𝟒 𝟕]Beberapa sifat matriks transpose:
𝟎 𝟕 𝟔 𝟓 𝟓 𝟔
1. (A+B)T = AT + BT

2. (AT)T = A

3. k(AT) = (kA)T

4. (AB)T = BT AT

Beberapa Jenis Matriks

1. Matriks bujur sangkar


Matriks bujur sangkar adalah suatu matriks yang banyak baris dan kolomnya sama,
berukuran n. Baris elemen a11, a22, …., ann disebut diagonal utama dari matriks bujur
sangkar A tersebut.
Contoh:
4 10 20
𝐴=[3 8 2 ] adalah matriks bujur sangkar berukuran 3
41 5 3
2. Matriks Nol
Matriks nol adalah matriks yang semua elemen nya nol
Contoh :
0 0 0
𝐴 = [0 0 0] adalah matriks nol berukuran 3 x 3
0 0 0
3. Matriks Diagonal
Matriks diagonal ialah matriks bujur sangkar yang semua elemen di luar diagonal
utama adalah nol. Dengan kata lain A = [aij] adalah matriks diahonal jika [aij]= 0 untuk
i≠j
Contoh:
12 0 0
𝐴=[0 41 0 ] adalah matriks diagonal
0 0 38
4. Matriks Satuan atau Matriks Identitas
Matriks satuan adalah matris diagonal yang elemen-elemen diagonal utamanya
semuanya 1, sedangkan elemen lainnya adalah nol. Dengan kata lain A = [aij] adalah
matriks satuan jika [aij]= 1, untuk I = j, dan [aij] = 0 untuk i ≠ j. Matriks identitas
biasanya ditulis In dimana n menunjukkan ukuran matriks tersebut
Contoh:
1 0 0
𝐴 = [0 1 0] adalah matriks identitas
0 0 1
5. Matriks Skalar
Matriks skalar adalah matriks diagonal dengan semua elemen diagonal utamanya
sama, yaitu k
Contoh:
12 0 0
[0 12 0 ] adalah matriks skalar dengan elemen diagonal 12
0 0 12
1 0 0
Matrik tersebut dapat ditulis dengan 12.I = 12 [0 1 0]
0 0 1

6. Matriks Segitiga atas


Matriks segitiga atas adalah matriks bujur sangkar yang semua elemen dibawah
diagonal utamanya adalah 0. Dengan kata lain [aij] adalah matriks segitiga atas bila aij
= 0 untuk i > j.
−21 6 −15
[ 0 30 24 ] adalah matriks segitiga atas
0 0 25
7. Matriks Segitiga Bawah

Matriks segitiga bawah adalah matriks bujur sangkar yang semua elemen diatas
diagonal utamanya adalah 0. Dengan kata lain [aij] adalah matriks segitiga atas bila aij
= 0 untuk i > j.

17 0 0
[12 4 0] adalah matriks segitiga bawah
10 1 5

4. Determinan
Pengertian Determinan
Setiap matriks bujur sangkar A selalu mempunyai suatu besaran skalar yang disebut
determinan. Sebaliknya, setiap matriks yang tidak bujur sangkar tidak mempunyai
determinan. Determinan adalah nilai real yang dihitung berdasarkan nilai elemen-
elemennya, menurut rumus tertentu yang ditulis dengan simbol det(A) atau |A|. Jika nilai
determinan itu nol, matrik bujur sangkar tersebut singular, artinya tidak memiliki invers.
Jika nilai determinan atau matriks tidak nol, berarti matriks A tersebut nonsingular, yaitu
matriks tersebut punyai invers.

Perhitungan Determinan Matriks Bujur Sangkar


a. Determinan Matriks Ordo 2 x 2
𝑎11 𝑎12
Misalkan diketahui matriks 𝐴 = [𝑎 ]
21 𝑎22
Determinan matriks A didefinisikan sebagai berikut:
𝑎11 𝑎12
𝑑𝑒𝑡(𝐴) = [𝑎 ] = 𝑎11 𝑎22 − 𝑎21 𝑎12
21 𝑎22

Contoh:
𝟏 𝟑
𝑨=[ ] 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝐝𝐞𝐭(𝑨) = 𝟏. 𝟓 − 𝟑. 𝟓 = 𝟓 − 𝟏𝟓 = −𝟏𝟎
𝟓 𝟓

b. Determinan Matriks Ordo 3 x 3


𝑎11 𝑎12 𝑎13
Misalkan diketahui matriks 𝐴 = [𝑎21 𝑎22 𝑎23 ]
𝑎31 𝑎32 𝑎33

Untuk mencari determinan dari matriks berordo 3x3, digunakan metode Sarrus yang
langkah- langkahnya adalah sebagai berikut
1. Salin kembali kolom pertama dan kolom kedua kemudian tempatkan di sebelah kanan
tanda determinan.
𝑎11 𝑎12 𝑎13 𝑎11 𝑎12
𝑎
| 21 𝑎22 𝑎23 | 𝑎21 𝑎22
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑎31 𝑎32

2. Hitunglah jumlah hasil kali elemen-elemen pada diagonal utama, dan diagonal lain yang
sejajar dengan diagonal utama (lihat gambar). Nyatakan jumlah hasil kali tersebut dengan
A(+).
𝑎11 𝑎12 𝑎13 𝑎11 𝑎12
|𝑎21 𝑎22 𝑎23 | 𝑎21 𝑎22
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑎31 𝑎32

𝐴(+) = 𝑎11 𝑎22 𝑎33 + 𝑎12 𝑎23 𝑎31 + 𝑎13 𝑎21 𝑎32

3. Hitunglah jumlah hasil kali elemen-elemen pada diagonal sekunder dan diagonal lain
yang sejajar dengan diagonal sekunder (lihat gambar). Nyatakan jumlah hasil harga
tersebut dengan A(-).
𝑎11 𝑎12 𝑎13 𝑎11 𝑎12
𝑎
| 21 𝑎22 𝑎23 | 𝑎21 𝑎22
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑎31 𝑎32

𝐴(−) = 𝑎31 𝑎22 𝑎13 + 𝑎32 𝑎23 𝑎11 + 𝑎33 𝑎21 𝑎12

Determinan matriks A adalah selisih antara A(+) dan A(-), yaitu


- - -
𝑎11 𝑎12 𝑎13 𝑎11 𝑎12
|𝑎21 𝑎22 𝑎23 | 𝑎21 𝑎22
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑎31 𝑎32
+ + +

𝑑𝑒𝑡(𝐴) = (𝑎11 𝑎22 𝑎33 + 𝑎12 𝑎23 𝑎31 + 𝑎13 𝑎21 𝑎32 ) − (𝑎31 𝑎22 𝑎13 + 𝑎32 𝑎23 𝑎11 + 𝑎33 𝑎21 𝑎12 )

Contoh:
−𝟑 𝟒 𝟐
Diketahui matrik = [ 𝟐 𝟏 𝟑 ] , tentukan determinannya
𝟏 𝟎 −𝟏
Jawab:
−𝟑 𝟒 𝟐 −𝟑 𝟒
𝒅𝒆𝒕(𝑨) = | 𝟐 𝟏 𝟑| 𝟐 𝟏
𝟏 𝟎 −𝟏 𝟏 𝟎

𝒅𝒆𝒕(𝑨) = [(−𝟑). 𝟏. (−𝟏) + 𝟒. 𝟑. 𝟏 + 𝟐. 𝟐. 𝟎] − [𝟏. 𝟏. 𝟐 + 𝟎. 𝟑. (−𝟑) + (−𝟏). 𝟐. 𝟒]


= (𝟑 + 𝟏𝟐 + 𝟎) − (𝟐 + 𝟎 − 𝟖) = 𝟐𝟏

c. Minor dan Kofaktor


Didefinisikan bahwa minor dari matriks Aij adalah det(Aij) dan kofaktornya adalah (-1)i+j
det(Aij). Di sini Aij adalah matriks A dengan elemen-elemen baris ke-i dan elemen- elemen
kolom ke- j dibuang.
Contoh:
−𝟑 𝟒 𝟐
Diketahui matrik 𝑨 = [ 𝟐 𝟏 𝟑 ], tentukan minor dan kofaktor dari A11 dan A32
𝟏 𝟎 −𝟏
Jawab:
A11 = matriks A dengan elemen-elemen baris ke-1 dan elemen-elemen kolom ke-1
dibuang.

−𝟑 𝟒 𝟐
1 3
𝐴11 = | 𝟐 𝟏 𝟑 | = [ ]
0 −1
𝟏 𝟎 −𝟏
Minor A11 = det(A11) =1.(-1) - 0.3 = -1
Kofaktor A11 = (-1)i+j det(A11) = (-l)l+1 (-l) = -1

A32= matriks A dengan elemen-elemen baris ke-3 dan elemen-elemen kolom ke-2
dibuang.

−𝟑 𝟒 𝟐
−3 2
𝐴32 = | 𝟐 𝟏 𝟑 | = [ ]
2 3
𝟏 𝟎 −𝟏

Minor A32 = det(A32) =(-3).3 - 2 . 2 = -13


Kofaktor A32 = (-1)i+j det(A32) = (-1)3+2 (-13) =13

d. Determinan Matriks Ordo n x n


Determinan matriks ordo n x n dihitung menggunakan teorema Laplace.
Teorema Laplace:
Determinan dari suatu matriks sama dengan jumlah perkalian elemen-elemen dari
sembarang baris/kolom dengan kofaktor-kofaktornya.
Secara matematis ditulis sebagai berikut:
𝑛

det(𝐴) = ∑ 𝑎𝑖𝑗 𝑘𝑜𝑓(𝐴𝑖𝑗 ) = 𝑎𝑖1 𝑘𝑜𝑓(𝐴𝑖1 ) + 𝑎𝑖2 𝑘𝑜𝑓(𝐴𝑖2 ) + ⋯ + 𝑎𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑓(𝐴𝑖𝑛 )


𝑗=1

dengan i sembarang disebut ekspansi baris ke-i, atau


𝑛

det(𝐴) = ∑ 𝑎𝑖𝑗 𝑘𝑜𝑓(𝐴𝑖𝑗 ) = 𝑎1𝑗 𝑘𝑜𝑓(𝐴1𝑗 ) + 𝑎2𝑗 𝑘𝑜𝑓(𝐴2𝑗 ) + ⋯ + 𝑎𝑛𝑗 𝑘𝑜𝑓(𝐴𝑛𝑗 )


𝑗=1

dengan j sebarang disebut ekspansi kolom ke-j. Kof(Aij) adalah kofaktor dari Aij.
Contoh:
2 1 5 7
Hitung determinan matriks 𝐴 = [0 0 3 0]
0 2 3 2
0 52 2

Ekspansi kolom ke 1:

𝟐 1 5 7 2 1 5 7 2 1 5 7 2 1 5 7
det(𝐴) = 2. [0 0 3 0 ] − 0 [𝟎 0 3 0 ] + 0. [0 0 3 0 ] − 0. [0 0 3 0 ]
0 2 3 2 0 2 3 2 𝟎 2 3 2 0 2 3 2
0 52 2 0 52 2 0 52 2 𝟎 52 2
0 3 0 1 5 7 1 5 7 1 5 7
det(𝐴) = 2 |2 3 2| − 0 |2 3 2| + 0. |0 3 0| − 0. |0 3 0|
5 2 2 5 2 2 5 2 2 2 3 2

0 3 0
= 2 |2 3 2|
5 2 2

Ekspansi baris ke 1

𝟎 3 0 0 𝟑 0 0 3 𝟎
det(𝐴) = 2.0. |2 3 2| − 2.3. |2 3 2| + 2.0 |2 3 2|
5 2 2 5 2 2 5 2 2

3 2 2 2 2 3
det(𝐴) = 2.0. | | − 2.3. | | + 2.0. | |
2 2 5 2 5 2

= 0 − 6. (−6) + 0 = 36

Sifat-Sifat Determinan
Sifat determinan yang penting adalah sebagai berikut:

1. Nilai determinan tidak berubah bila semua baris diubah menjadi kolom atau semua kolom
diubah menjadi baris, dengan kata lain:
det(A) = det(AT)
Contoh:
6 5 6 2
𝐴=[ ] , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐴𝑇 = [ ]
2 0 5 0

det(A) = 6.0 - 2.5 = -10

det(AT) = 6.0-5.2 = -10

2. det(AB) = det(A) det(B)


Contoh:

6 5 0 4 6 5 0 4 75 74
𝐴=[ ] 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = [ ] , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐴𝐵 = [ ][ ]=[ ]
2 0 15 10 2 0 15 10 0 8

det(A) = 6.0 – 2.5 = -10

det(B) = 10.0 – 4.15 = – 60

det(A) det(B) = (– 10).( – 60) = 600

det(AB) = 75.8 – 0.74 = 600


3. Jika dua baris/kolom dipertukarkan tempatnya, tanda determinan berubah.
Contoh:

0 1 4 2 1 1 1 0 4
𝐴 = [2 1 1] 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐵 = 𝐻12 (𝐴) = [0 1 4] 𝑑𝑎𝑛 𝐶 = 𝐾12 (𝐴) = [1 2 1]
0 0 1 0 0 1 0 0 1

1 4 0 4 0 1
det(𝐴) = 0. | | − 0. | | + 1. | | = −2 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑒 − 3
1 1 2 1 2 1

1 4 1 1 1 1
det(𝐵) = 2. | | − 0. | | + 0. | | = 2 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑒 − 1
0 1 0 1 1 4

0 4 1 4 1 0
det(𝐶) = 0. | | − 0. | | + 1. | | = 2 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑒 − 3
2 1 1 1 1 2

4. Pada suatu determinan terdapat 2 baris atau 2 kolom yang identik, maka harga determinan
itu = 0.
Contoh:
1 2 0
𝐴 = [1 2 0] 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑒 − 1 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒 − 2 𝑠𝑎𝑚𝑎, 𝑚𝑎𝑘𝑎 |𝐴| = 0
0 0 1

5. Bila nilai determinan tidak berubah, jika elemen-elemen sebuah baris/kolom ditambah atau
dikurangi dengan suatu kelipatan nilai real dari elemen-elemen dari baris/kolom lain.
Contoh:
𝟎 𝟏 𝟒 𝟎 𝟏 𝟐 𝟎 𝟏 𝟒
(−𝟐) (𝟑)
𝑨 = [𝟐 𝟏 𝟏] 𝒎𝒂𝒌𝒂, 𝑩 = 𝑯𝟏𝟑 (𝑨) = [𝟐 𝟏 𝟏] , 𝑪 = 𝑲𝟐𝟏 (𝑨) = [𝟐 𝟕 𝟏]
𝟎 𝟎 𝟏 𝟎 𝟎 𝟏 𝟎 𝟎 𝟏
1 4 0 4 0 1
det(𝐴) = 0. | | − 0. | | + 1. | | = −2 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑒 − 3
1 1 2 1 2 1

1 2 0 2 0 1
det(𝐵) = 0. | | − 0. | | + 1. | | = −2 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑒 − 3
1 1 2 1 2 1

1 4 0 4 0 1
det(𝐶) = 0. | | − 0. | | + 1. | | = −2 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑒 − 3
7 1 2 1 2 7

6. Besar determinan menjadi  kali, bila suatu baris/kolom dikalikan dengan skalar .
Contoh:
𝟎 𝟏 𝟒 𝟎 𝟏 𝟒
(𝟐) (𝟐)
𝑨 = [𝟐 𝟏 𝟏] 𝒎𝒂𝒌𝒂, 𝑩 = 𝑯𝟑 (𝑨) = [𝟐 𝟏 𝟏] , 𝑪 = 𝑲𝟏 (𝑨)
𝟎 𝟎 𝟏 𝟎 𝟎 𝟐
𝟎 𝟏 𝟒
= [𝟒 𝟏 𝟏 ]
𝟎 𝟎 𝟏
1 4 0 4 0 1
det(𝐴) = 0. | | − 0. | | + 1. | | = −2 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑒 − 3
1 1 2 1 2 1
1 4 0 4 0 1
det(𝐵) = 0. | | − 0. | | + 2. | | = −4 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑒 − 3
1 1 2 1 2 1
1 4 0 4 0 1
det(𝐶) = 0. | | − 0. | | + 1. | | = −4 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑒 − 3
1 1 4 1 4 1
7. Apabila semua unsur dalam satu baris atau satu kolom = 0, maka harga determinan = 0.
Contoh

0 0
𝐴=[ ] det (A) = 0.5 – 0.4 =0 – 0 =0
4 5

8. Jika suatu matriks merupakan matriks segitiga atas atau segitiga bawah, maka hasil
determinannya merupakan hasil kali dari elemen-elemen yang terletak pada diagonal
utamanya.
Contoh:

2 0 0
𝐴 = [1 3 0] 𝑚𝑎𝑘𝑎 |𝐴| = 2.3.2 = 12
4 1 2

2 7 7
𝐵 = [0 3 0] 𝑚𝑎𝑘𝑎 |𝐵| = 2.3.2 = 12
0 0 2

9. Jika A adalah matriks segitiga n x n maka det(A) adalah hasil kali elemen-elemen pada
diagonal utama
Contoh:
Menghitung Determinan Menggunakan Sifat- Sifat Determinan

Contoh:
Hitung determinan matriks

Lakukan transformasi H2,1(-5), H3,1(-9), H4,1(-13), sehingga diperoleh matriks:

Baris ke-2,3,dan 4 berkelipatan sehingga dengan transformasi

Menggunakan ekspansi baris ke- 3

Contoh:

Hitung det(A) dimana

Jawab:
Membentuk matriks segitiga atas, sehingga

Contoh:
Aplikasi Determinan Pada Geometri
Apabila diketahui beberapa titik yang terletak pada bidang datar atau pada ruang 3-D,
permasalahannya adalah apa bentuk geometri dari gambar yang melewati titik-titik tersebut?
Untuk mengetahuinya diperlukan pengetahuan tentang penyelesaian sistem linier dan perhitungan
determinan.

Persamaan Garis Lurus yang Melalui Dua Titik:


Misalkan A1 = (x1, y1) dan A2 =(x2, y2) adalah dua titik pada bidang. Tentukan persamaan garis L
yang melewati kedua titik tersebut.

jawab:

Misalkan M= (x, y) adalah titik pada L, maka untuk persamaan garis lurus berlaku

ax + by + c = 0
Karena A1 dan A2 terletak pada L, maka berlaku

Persamaan di atas merupakan sistem persamaan linier homogen. Bila ketiga persamaan di atas
disusun kembali diperoleh

Agar persamaan di atas punya solusi nontrivial, maka determinan koefisien-koefisien matriksnya
harus nol:
Contoh:
Jika A1 =(-1, 2) dan A2=(0,1), maka persamaan garis L yang melalui kedua titik tersebut adalah

xy1- 1 2 1 0

atau
bisa diselesaikan dengan menggunakan sarrus atau ekspansi baris atau kolom
x+y–1=0

Persamaan Lingkaran yang Melewati Tiga Titik


Diketahui tiga titik A1 = (x1,y1), A2 =(x2, y2), dan A3 = (x3, y3) terletak pada bidang datar (dan
tidak berada pada garis yang sama), tentukan persamaan lingkaran yang melalui ketiga titik
tersebut.

Jika M =(x, y) adalah titik yang terletak pada lingkaran tersebut, maka berlaku persamaan berikut:

a(x 2 + y 2 ) + bx + cy + d = 0
dimana a, b, c, dan d adalah konstanta. Untuk ketiga titik di atas juga harus memenuhi naan berikut:

Persamaan di atas merupakan sistem persamaan linier homogen. Agar sistem mempunyai
nontrivial, maka determinan koefisien-koefisien matriksnya harus nol.
Contoh:
Tentukan persamaan lingkaran yang melewati tiga titik A1(l, 0), A2(-l, 2), dan A3(3, 1). Jawab:

Determinan dari koefisien-koefisien matriksnya adalah

Setelah disederhanakan didapatkan persamaan berikut:

6x2 + 6y2 - 14x - 26y + 8 = 0

Atau

𝑥−7 2 𝑦 − 13 2 37
( ) +( ) =
6 6 18

37
Lingkaran mempunyai pusat (7/6, 13/6) dan jari-jari sebesar √ satuan.
18

Persamaan Bidang Datar yang Melewati Tiga Titik


Misalkan tiga titik A1 = (x1 y1, z1), A2 =(x2,y2,z2) dan A3 =(x3, y3,z3) terletak pada bidang (tidak
pada garis yang sama). Tentukan persamaan bidang yang melewati ketiga titik tersebut.

Jawab:

Persamaan bidang secara umum dapat ditulis sebagai berikut: ax + by + cz + d = 0,

a,b,c  R
Jika M =(x, y, z) titik pada bidang tersebut dan setelah ketiga titik disubstitusi ke persamaan bidang
diperoleh sistem persamaan linier homogen berikut

Sekali lagi agar persamaan tersebut punya solusi, haruslah

Contoh:

Teintukan persamaan bidang yang melewati tiga titik (1, -1, 3), (0, 1, 7), dan (4,0,-1).

Jawab:
Setelah dihitung dan disederhanakan diperoleh persamaan bidang berikut:

12x + 8y - 7z + 41 = 0
3

5.

6.

8
17

18

19

20

21

22
23

Anda mungkin juga menyukai