Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

PEMBAHASAN

PT. AIR MANCUR


Perusahaan PT Air Mancur adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam
usaha pembuatan jamu tradisional yang besar dan modern di Indonesia. Selaras
perkembangan dunia pengobatan secara tradisional tidak kalah dengan perkembangan
pengobatan secara modern. Bahkan pengobatan secara tradisional ini selalu mendapat
perhatian di hati masyarakat Indonesia. Kecenderungan ini pada dasarnya bukan hanya
sekedar karena masyarakat indonesia konsumen terhadap jamu, tapi masyarakat Indonesia
juga percaya bahwa obat tradisional tidak mempunyai efek samping secara serius di
banding obat medis.
Sejarah berdirinya PT. Air mancur diawali dengan mencari informasi untuk
merintis. Awalnya dirintis oleh 3 sahabat, yaitu Lambertus Wono Santosa sebagai
marketing atau bagian pemasaran, Imun Ongko Sanjoyo sebagai spesialis proses
produksi, dan Rudi Hendro Tanodjo sebagai spesialis meramu resep. PT Air Mancur
berdiri pada tanggal 23 Maret 1963 yang bertempat di Desa Pucang Sawit. Pertama kali
membuat obat jamu pegal linu yang berkhasiat untuk pencegahan saja.
Bapak Lambertus Wono Santoso berinisiatif untuk memasarkan produknya ke
Jakarta. Alasan memilih Kota Jakarta adalah masyarakatnya yang majemuk dan Kota
Jakarta dikenal oleh banyak orang. Bapak Lambertus Wono Santoso berjualan di depan
Hotel Indonesia dan sasarannya adalah pengunjung Hotel Indonesia dan juga orang yang
melewati bundaran Hotel Indonesia.
Awal pemberian nama PT. Air mancur yaitu ketika melihat air mancur pada
bundaran HI. Air mancur tersebut muncrat ke bawah dan terbawa oleh angin ke
lingkungan sekitar, yang akan menumbuhkan kehidupan baru, seperti lumut, rumput dan
sebagainya. Sehingga beliau bertiga berdiskusi untuk mencetuskan nama dan dipilih air
mancur. Tujuannya agar produk-produk yang di hasilkan akan memberikan nilai yang
positif bagi masyarakat yaitu kesehatan.
Awalnya Pabrik jamu ini adalah sebuah Home Indusry yang letaknya didepan UNS
atau Kentingan dengan karyawan berkisar 9 – 19 orang. Setelah 9 bulan terciptanya nama
Air mancur tepatnya tanggal 23 Desember 1963, akhirnya Pabrik jamu yang awalnya
adalah home industry itu berubah menjadi perusahaan yang berbadan hukum Perseroan
Terbatas (PT) dengan nama perusahaan jamu PT Air Mancur dengan Akte Notaris Tan
Sioe di Semarang no.65 serta Akte Pembetulan no.56 yang dikeluarkan pada tanggal 5
Juli 1964 dan Lambertus Wono Santoso menjadi direkturnya. Sebagai tempat usahanya
mereka menyewa pabrik di Wonongiri tepatnya di Jalan Seng.
Pada tanggal 11 Januari 1964 saat itu lokasi perusahaan sudah pindah dari lokasi
pucang sawit pindah ke jalan no.51 Wonogiri. Di tempat baru ini produksi di perbesar
dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 50 orang. Tahun 1971, membeli lahan untuk di
bangun pabrik di desa Salak, Wonogiri Kemudian tahun 1974 mulai ada expansi
pengembangan di Palur. Tahun 1996 membeli bekas pabrik di daerah Jetis, Jateng.
Berawal sebagai bisnis obat herbal (Jamu), sejak tahun 1996 Perseroan telah
melakukan diversifikasi ke makanan kesehatan dan industri kosmetik dengan
mempertahankan bahan herbal dan alami sebagai kekuatan inti. Untuk mendukung
kualitas tinggi standar keselamatan Jamu, Makanan Kesehatan dan tanaman Kosmetika
telah dilengkapi dengan sejumlah laboratorium, yaitu Laboratorium Farmakologi,
pharmacognosy dan fitokimia, Mikrobiologi Analisis dan Fabrikasi.
Sejak tahun 1970-an Perusahaan telah mengekspor produknya ke berbagai negara
termasuk Malaysia, Singapura, Brunei Darusallam dan Taiwan. Saat ini Perusahaan
sedang memperluas pasar ke Asia dan negara-negara Timur Tengah sejalan dengan tren
dunia. Perseroan telah aktif mengembangkan produk baru dan inovatif dalam suplemen
herbal, kesehatan makanan dan minuman, kosmetik. Jumlah tenaga kerja terus mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu sehingga pada tahun 1973 telah mencapai sekitar 1000
karyawan.
Tahun ini mulai dibangun pabrik lagi di Palur tepatnya di Dusun Tegalharjo,
kelurahan Dagen Kecamatan Jaten Karanganyar, karena keperluan ruangan kerja yang
mendesak maka pada tanggal 24 Februari 1974 L.W. Santoso segera meresmikan pabrik
di Karanganyar itu walaupun sebenarnya pembangunannya belum selesai seluruhnya.
Pada perkembangan selanjutnya dibangun lagi pabrik baru pada tahun 1976 di Desa Jajar,
Kleco dalam Kota Surakarta. Peresmian pabrik baru di Kleco yang disediakan untuk
kegiatan logistik dan laboratorium penelitian dan pengembangan ini dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI pada tanggal 10 Desember 1976. pada tahun 1978 di bangun
lagi pabrik baru di Desa Giriwono, kira-kira 4 km dari arah Wonogiri kota ke arah Solo.
Dari tahun ketahun PT. Air mancur terus mengalami kemajuan yang cukup berarti.
Pada tahun 1995 dibangun lagi perusahaan di Jetis khusus untuk memproduksi kosmetik.
Namun PT. Air Mancur bukan berarti tanpa masalah, karena pada tahun 1997 mendapat
musibah dimana salah satu bagian dari pabrik yang terletak di Palur yaitu bagian
pengemasan mengalami kebakaran sehingga untuk proses pengemasan di pindahkan
ketempat terdekat dengan Unit Palur yaitu Celep yang terletak ± 400m dari Unit Palur.
Semua produk yang telah lulus standar kualitas tertentu dan bersertifikat 'dijual
bebas' di dalam wilayah Indonesia oleh Food Indonesia Pengawasan Obat dan Otoritas
(Badan POM). Sertifikasi untuk ekspor oleh otoritas yang sama akan disusun berdasarkan
kebutuhan negara. Sejak tahun 2001 Plant Jamu telah disertifikasi ISO 2001 dan saat
tanaman lainnya yang mengadopsi standar kualitas yang sama. Untuk Memenuhi
kebutuhan konsumen umat Islam. Perusahaan juga memperoleh Sertifikat HALAL dari
Indonesia.
Produk yang dihasilkan PT. Air Mancur, yaitu :
1. OHT(Jamu,Ekstrak):

(1) Untuk wanita


(2) Untuk pria
(3) Untuk pria & wanita
(4) Untuk obat dalam
(5) Untuk obat luar
(6) Untuk anak
2. Kosmetik
Produk kosmetik ( bedak, lulur, mangir )
3. Makanan & Minuman
Minuman kesehatan ( madu, dll )
Bahan baku yang digunakan pada PT. Air Mancur adalah simplisia. Simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun, berupa bahan yang telah dikeringkan. Bahan alamiah yang digunakan
di PT. Air Mancur adalah simplisia nabati kering yang terdiri dari bagian-bagian tanaman
seperti akar, daun, batang, biji, buah dan sebagainya. Khasiat produk jamu sangat
dipengaruhi oleh mutu simplisia yang dipergunakan. Oleh karena itu, PT. Air Mancur
menerapkan kebijaksanaan yang sangat selektif terhadap simplisia yang dibeli. Standar
mutu untuk masing-masing jenis simplisia telah ditetapkan dengan criteria (fisik dan
struktur kimiawi) yang dinyatakan dalam istilah farmakologi. Misalnya untuk jenis
empon-empon disamping khasiat, penampilan fisik seperti warna, bau, kebersihan
menjadi pertimbangan penting untuk menetapkan standar mutu.
Secara garis besar, atas dasar keberadaannya simplisia dapat dibedakan menjadi
dua golongan besar yaitu simplisia yang bersifat musiman dan yang tidak musiman.
Golongan pertama terdiri atas jenis biji-bijian, bunga dan buah yang hanya terdapat pada
musim-musim tertentu sesuai dengan sifat musiman tersebut, perusahaan cenderung
menumpuk persediaan dalam jumlah besar untuk menghindari kemungkinan kehabisan
bahan. Gologan kedua adalah simplisia non-musiman yang terdapat sepanjang tahun.
Termasuk dalam golongan ini yaitu simplisia yang berupa daun-daunnan, kulit batang
dan akar.
Apabila dikelompokkan atas dasar jumlah pemakaiannya terdiri dari golongan
simplisia dominan dan golongan kurang dominan. Simplisia dominan adalah beberapa
jenis simplisia yang diperlukan dalam racikan hamper semua jenis produk jamu.
Termasuk dalam golongan ini adalah lengkuas (Languas galangal (L) Stuntz),
Lempuyang (Zingiber aromaticum Val), Kedawung (Parkia Javanica Lanc), dan jahe (
Zingiber oficinale). Yang termasuk golongan kedua adalah simplisia yang mempunyai
khasiat khas dan hanya diperlukan oleh produk-produk jamu tertentu.
Laboratorium yang ada di PT. Air Mancur adalah sebagai berikut:
1. Laboratorium kosmetik : tempat research dan pengembangan produk-produk kosmetik
skala laboratorium dan formulasi sediaan-sediaan kosmetik baik produk baru atau
pengembangan produk existing.
2. Laboratorium Obat Luar: tempat research dan pengembangan produk-produk Obat
Luar skala Laboratorium dan formulasi sedian Obat Luar baik produk baru atau
pengembangan produk existing.
3. Laboratorium Jamu: tempat research dan pengembangan produk-produk Jamu skala
Laboratorium dan formulasi sedian-sediaan Jamu baik produk baru atau pengembangan
produk existing.
4. Laboratorium Ekstraksi: tempat research dan pengembangan produk-produk ekstrak
baru atau ekstrak existing Skala Laboratorium.
5. Laboratorium Minkes: tempat research dan pengembangan produk-produk Minuman
Kesehatan skala Laboratorium dan formulasi sedian-sediaan Minuman Kesehatan baik
produk baru atau pengembangan produk existing.
6. Laboratorium Central Instrumen: Laboratorium tempat pemeriksaan analisis sample
bahan atau produk (kualitatif atau kuantitatif), stabilitas produk baru dan pengembangan.
7. Lab Farmakologi: Laboratorium pemeriksaan efektivitas produk baru atau produk
pengembangan dengan menggunakan sample hewan uji.
Laboratorium Quality Control terdiri dari:
(1) Laboratorium Farmakognosi : Pengawasan yang dilakukan meliputi pemeriksaan
mutu bahan baku contohnya penawaran dari suplier bahan baku. Sampel yang akan dibeli
diuji keaslian dan kadar kandungan zat berkhasiatnya sesuai dengan yang ditawarkan dan
kadar zat berkhasiat yang terkandung memenuhi Standar Air Mancur (SAM).
Pemeriksaan menyangkut makroskopis bahan dari bentuk, warna, bau dan rasa dan
pemeriksaan makroskopis dengan mikroskop untuk lebih menguatkan dan dapat melihat
konsentrasi dalam bahan. Pengawasan lain yang dilakukan pada saat jamu setengah jadi
yang telah distandarisasi, bahan diperiksa secara mikroskopis dengan melihat
menggunakan mikroskop bentuk fisik dan konsentrasi dalam bahan campuran.
Laboratorium Farmakognosi menentukan bahan baku dan bahan setengah jadi secara fisik
apakah sesuai SAM untuk selanjutnya ditandai kelolosan uji farmakognosi untuk
dilakukan proses produksi jamu. Tugas lainnya adalah membuat herbarium basah dan
kering dari simplisia yang masih utuh sebagai contoh standar baku PT. Air Mancur.
Mengumpulkan data untuk syarat pendaftaran produk jamu baru dan mendokumentasikan
tentang tanaman obat dari segi botani baru dan tanaman dari segi botani kultur teknis.
Fungsi Laboratorium Farmakognosi menyangkut determinasi, isolasi dan pemurnian
setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan melakukan pengembangan pemeriksaan
ke arah sintesa dari zat berkhasiat yang telah diisolasi
(2) Laboratorium Fitokimia : Pengawasan bahan baku oleh laboratorium ini yaitu
memeriksa kadar zat yang terkandung dalam simplisia secara destruksi, destilasi dan
ekstraksi atau sesuai dengan prosedur penetapan sesuai spesifikasi dari masing-masing
bahan. Kadar zat yang diperiksa diantaranya adalah kadar tanin, minyak atsiri, minyak
lemak, alkaloid, kumarin, kurkumin, dsb. Pemeriksaan kuantitatif untuk bahan baku di
laboratorium fitokimia yaitu memastikan kandungan kadar dari simplisia yang sudah
distandarisasi sesuai dengan SAM, pemeriksaan di laboratorium ini dilakukan secara
reaksi kimia. Pemeriksaan untuk bahan setengan jadi termasuk kontaminasi oleh logam
berat, kadar air dan kadar abu. Tugas lain meliputi penentuan berat jenis, rotasi optik,
indeks bias, pH zat berkhasiat dari bahan baku serta menetapkan kadar bahan pembantu.
(3) Laboratorium Mikrobiologi

Pemeriksaan meliputi : Khasiat bahan baku obat tradisional dan produk


(uji sensitivitas), Angka Lempeng Total, Angka Kapang Khamir,
Mikroba patogen negatif, Stabilitas produk, Pemeriksaan produk baru
untuk pendaftaran ke POM; Penelitian R&D.

4 Laboratorium Fabrikasi

Laboratorium sebagai pusat keluar masuk bahan yang akan diperiksa.


Kegiatan yang dilakukan antara lain pemberian nomor batch, kode
produksi setelah bahan diperiksa sesuai spesifikasi masing-masing di
laboratorium pengawasa mutu dan telah ditandai kelolosan uji.
Pemeriksaan untuk produk bentuk serbuk yaitu memeriksa derajat
kehalusan memakai cara pengayakan mess 120 atau sesuai spesifikasi
serbuk yang dianalisa. Memeriksa derajat kehalusan serbuk, sifat
serbuk dalam penyeduhan dan serbuk yang berlendir dalam jangka
waktu tertentu. Untuk produk dalam bentuk kapsul, tablet, pil, obat luar
dalam bentuk padat dilakukan uji waktu hancur, uji kekerasan dan
keseragaman bobot. Tugas lainnya antara lain memeriksa dan ikuti
mengawasi kandungan zat aktif berkhasiat dalam produk dan
menentukan tanggal kadaluarsa untuk uji stabilitas. Yang dilakukan
lainnya yaitu stabilitas kemasan, pemeriksaan stabilitas fisik dari
produk baru yang akan diproduksi. Laboratorium fabrikasi berfungsi
sebagai tempat menyimpan arsip, mencocokkan tiket atau kemasan
sesuai SAM (Standar Air Mancur), membuat proses verbal dari arsip
laboratorium produk jamu yang akan dimusnahkan.

5 Laboratoium IPC (In Process Control)

Pemeriksaan meliputi: Kebersihan mesin dan peralatan produksi;


Menyiapkan bahan anti bakteri untuk pencucian bahan baku, Kontrol
temperatur oven dan waktunya. Kebenaran penyimpanan dan
penandaan bahan baku yang bersih, Kebenaran penimbangan bahan,
Kebenaran alur proses produksi, Kebenaran proses giling, mixing, dan
ayak (jamu serbuk), Kontrol kadar air, Kebenaran granulasi dan ayak,
Kebenaran temperatur oven dan waktu, Kebenaran nomor batch,
Kebenaran pemasangan nomer batch, Kebenaran filling, Kebenaran
sealing kemasan, Keseragaman bobot, Tes kebocoran kemasan,
Kebenaran jumlah pengepakan di inner dos, renteng, dan master box

Pembuatan jamu di Pabrik Jamu PT. Air Mancur, terdiri dari :

1. Penyiapan bahan baku

a . Sumber bahan

Bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan jamu di PT. JAMU


AIR MANCUR diperoleh dari empat sumber yaitu kebun
pembibitan PT. JAMU AIR MANCUR, petani, pemasok dari
dalam negeri dan pemasok luar negeri. Sebagian besar bahan baku
di peroleh dalam negeri, hanya sedikit yang diimport dari luar
negeri, misalnya gadung dan adas dari Cina, mungsi dan akar
manis dari India. Bahan-bahan tersebut diimport karena sulit
didapatkan di Indonesia atau kualitasnya tidak memenuhi syarat
seperti yang diterapkan oleh Standar Air Mancur (SAM).

b. Jumlah dan penyediaan

PT. JAMU AIR MANCUR di dalam memenuhi


kebutuhan/penyediaan bahan baku produksi, memasok bahan dari
berbagai pedagang. Jumlah dan macam kebutuhan bahan baku
yang dipasok untuk tiap tahunnya tidak selalu sama.
c. Spesifikasi bahan baku

Dalam memproduksi jamu, PT. JAMU AIR MANCUR


menggunakan bahan baku yang alami, baik bahan baku hewani maupun
nabati. Bahan baku tersebut sering disebut dengan simplisia. Simplisia
adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia hewani yang pernah
digunakan oleh PT. JAMU AIR MANCUR adalah ikan gemi, kripik
(ayam dan empot ayam). Simplisia nabati yang digunakan untuk
produksi PT. JAMU AIR MANCUR antara lain akar-akaran (akar
alang-alangan), kayu-kayuan (kayu ulet), daun-daunan (daun jambu
monyet), pokok batang/rimpang (temulawak), biji-bijian (biji botor),
bunga-bungaan (bunga cengkeh).

d. Penanganan bahan baku

Penanganan bahan baku di PT. JAMU AIR MANCUR meliputi :


penerimaan bahan baku dan pengolahan bahan baku.

(1) Penerimaan bahan baku

Penerimaan bahan baku di PT. JAMU AIR MANCUR terdiri dari dua
tahap yaitu penerimaan bahan baku yang masih berupa sample dan
penerimaan bahan baku dalam jumlah besar. Bahan baku yang masih
berupa sample yang dibeli oleh PT. JAMU AIR MANCUR baik dari
petani, pemasok dalam maupun luar negeri maka diperiksa terlebih
dahulu oleh Laboratorium Penelitian dan Pengembangan yang
berlokasi di Palur. Pemeriksaan ini meliputi keaslian, kemurnian bahan
baku, kadar air dan kandungan zat berkhasiat.
Jika pihak laboratorium telah menyatakan bahwa bahan
tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan maka transaksi jual beli
dapat berlangsung, lalu pemasok membawa bahan dalam jumlah yang
diminta PT. JAMU AIR MANCUR. Penyiapan dari pemasok antara
lain pedagang, khususnya petani yang merupakaan binaan perusahaan
dengan membawa sampel simplisia dengan ketentuan kadar air sekitar
10% selanjutnya diperiksa yaitu Pemeriksaan oganoleptik dan
laboratorium. Pemberian label, Pencatatan, Pengeluaran FIFO (First In
First Out).

Pemeriksaan kadar air simplisia dilakukan pada saat pemasok


menawarkan sampel bersamaan dengan pemeriksaan mutu di
laboratorium fitokimia dan fitoterapi. Jika pihak laboratorium

menyatakan bahwa bahan tersebut diterima, maka bahan tersebut

dibawa masuk ke gudang kotor untuk selanjutnya dibawa ke bagian

sortasi.

2. Pengolahan bahan bakal jamu

a) Sortasi
Sortasi (dilakukan secara manual) adalah suatu kegiatan
untuk menghilangkan suatu kotoran atau benda-benda lain yang ada
pada bahan. Sortasi dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan bahan
baku dan kotoran yang terbawa pada saat penerimaan awal, misalnya
kotoran tersebut berupa tanah, kerikil, debu atau benda asing lainnya
dan bahan baku yang tidak sesuai SAM juga dipisahkan dan begitu
juga dengan bahan yang cacat, bahan yang berjamur.
Pada proses sortasi ini, bahan yang tidak terpakai mencapai
sekitar 8%-11%. Hasil dari sortasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

a. Bahan baku setengah bersih, diberi label biru, contoh :

empon-empon, temulawak, kunyit. Untuk bahan baku

bersih dilakukan proses pencucian dan standarisasi

sebelum peracikan.

b. Bahan baku langsung bersih berlabel kuning, contoh :

berupa biji-bijian, ketumbar, merica. Bahan ini harus

dilakukan standarisasi sebelum peracikan.

c. Bahan baku langsung standar (siap racik) masuk ke

gudang standarisasi diberi label berwarna hijau. Contoh

biji pala.

Hasil dari sortasi dimasukkan ke dalam karung dan

diberi label yang berisi kode nama bahan, nomor bahan, kadar

kandungan bahan, berat bahan per karung dan tanggal sortasi.

b) Pencucian
Bahan yang digunakan kira-kira 65 % mengalami proses
pencucian ulang guna menhilangkan pencemar fisik dan khemik serta
menurunkan angka mikrobiologinya. Air yang dipergunakan untuk
pencucian diberi desinfektan berupa kaporit sebanyak 0.05-0.09 %
yang diperhitungkan air pencucian tersebut mengandung sisa khlorin
bebas kira-kira 10 ppm. Dengan demikian, pencucian yang dilakukan
di PT. Air Mancur terdiri dari 2 tahap. Pencucian pertama dengan air
bersih dilakukan sebanyak tiga sampai berulang kali mengunakan bak
bertingkat. Sedangkan untuk pencucian kedua mengunakan cairan
disenfektan. Pencucian dilakukan guna menghilangkan sisa-sisa
pestisida.

c) Pengeringan
Pengeringan yang dilakukan di PT. Air Mancur digunakan
pada bahan yang mengalami proses pencucian. Bahan-bahan tersebut
adalah umbi-umbian, akar-akaran dan jenis rimpang. Tujuan dari
proses pengeringan adalah untuk menghasilkan keseragaman kadar air
dari bahan-bahan tersebut yaitu kurang dari 10%. Pengeringan
dilakukan dengan menggunakan mesin oven yang berbentuk gerbong
kereta api pada suhu 70⁰C dengan waktu 4-5 jam.
d) Penggorengan.
Penggorengan yang dilakukan pada bahan baku adalah jenis
goreng sangrai yaitu penggorengan tanpa memakai minyak. Contoh
bahan yang disangrai antara lain botor dan kedawung. Proses
penggorengan kedawung bertujuan untuk mengelupas kulit.
Penyimpanan bahan dilakukan didalam gudang yang bersih (steril)
denagn kondisi yang kering,tidak terlalu panas dan bebas dari hama
gudang yang kemudian diracik sesuai dengan komposisi.
e) Pengecilan Ukuran (Crusher)
Pengecilan ukuran dalam mesin crusher bertujuan
untuk memenuhi standar keseragaman bahan dan untuk memudahkan
proses selanjutnya. Pengecilan ukuran dilakukan agar bahan
mempunyai ukuran yang sama.

3. Pengolahan
Pengolahan terdiri dari penggilingan; pengayakan;
pengadukan (homogenitas) dalam mesin mixing menjadi
produk setengah jadi.

a) Penggilingan (Grinding)

Setelah bahan baku jamu (simplisia) melalui berbagai proses


penanganan dari mulai penerimaan bahan baku awal hingga
peracikan, maka hasil racikan yang telah standarisasi bahan
memasuki tahap pengolahan jamu, yaitu proses penggilingan.

Proses penggilingan di PT. JAMU AIR MANCUR dilakukan


untuk memenuhi kebutuhan bahan baik obat luar maupun obat
dalam. Proses penggilingan bertujuan untuk memperoleh halusan
bahan yang akan mempermudah proses pengolahan selanjutnya.

Mesin giling (grinding machine) yang digunakan oleh PT. JAMU


AIR MANCUR terdiri dari dua tipe mesin :

Mesin giling dengan hammer mill, digunakan untuk menggiling


bahan yang mudah digiling seperti daun-daunan dan biji-bijian.

Grinder, digunakan untuk menggiling bahan yang keras dan ulet


seperti kayu-kayuan, alang-alang dan kulit atau pelepah kayu.

Penggilingan bahan disesuaikan dengan macam dan jenis jamu.


Mengingat tipe mesin mempunyai sifat yang berbeda walaupun
jenis mesinnya sama. Jika terjadi pergantian jenis ramuan yang
akan digiling, mesin dibersihkan dengan cara dihembus selama 5
menit. Pada umumnya, dalam sekali giling diperlukan bahan
racikan sebanyak 250 kg atau biasa disebut dengan 1 R = 1
Ramuan untuk setiap mesin giling. Rata-rata waktu yang
dibutuhkan tiap mesin untuk menggiling bahan racik 1 R tersebut
adalah 3 jam.

Selama penggilingan, suhu mesin giling khususnya pada


bagian hammer mill harus tetap terjaga agar tidak lebih dari 40ºC.
Jika suhu melebihi batas tersebut bahan jamu dapat
mengalami kerusakan terlebih lagi untuk bahan yang mengandung
minyak atsiri.

b) Pengayakan

Produk yang baru keluar dari bahan mesin giling keadaannya


masih panas. Dengan demikian, untuk menuju proses pengayakan
produk keluaran tersebut harus didiamkan beberapa saat (sekitar
setengah jam) agar dingin. Selanjutnya produk keluaran tersebut
baru dilakukan proses pengayakan.

Proses pengayakan ini selanjutnya bertujuan untuk


menyeragamkan derajat kehalusan yang memenuhi syarat juga
digunakan untuk memisahkan bahan dengan kotoran. Pengayakan
dilakukan secara manual dan dengan mesin. PT. JAMU AIR
MANCUR memiliki 2 buah mesin pengayak, dimana ukuran
pengayakan yang digunakan pada proses ini adalah 120 mesh,
dengan kapasitas mesin 86,9 kg/jam. Keluaran (out put) dari proses
ini berupa produk halusan dan kasar. Kedua jenis out put tersebut
masing-masing akan terpisah pada bagian yang berbeda dari mesin
ayak. Produk halusan yang dihasilkan ini harus sesuai dengan
Standar Air Mancur (SAM). Hal tersebut dilakukan karena produk
halusan akan berlanjut pada proses selanjutnya yaitu pengadukan.
Sedangkan untuk produk kasar akan dikembalikan lagi sebagai
proses ulang dalam proses penggilingan selanjutnya untuk proses
yang sejenis. Dalam penggilingan sebanyak 250 kg bahan dapat
menghasilkan produk kasar 20 sampai 25 kg (10% dari bahan
masukan).

c) Pengadukan (Pencampuran)

Pengadukan bertujuan untuk menyeragamkan campuran yang


dihasilkan. Pengadukan dilakukan setelah menerima hasil halusan
dari proses pengayakan dengan derajat kehalusan 120 mesh. Pada
proses pengadukan juga dilakukan proses penambahan bahan bantu
yang berupa ginseng, ekstrak cola dan bahan-bahan nabati lainnya

Proses pengadukan dilakukan secara mekanik dengan


menggunakan mesin pengaduk (mixer). Mesin pengaduk yang
digunakan PT. JAMU AIR MANCUR terdiri dari mixer

berkapasitas 3 ton/jam dan mixer berkapasitas 1,9 ton/jam. Untuk


mengaduk bahan pada kapasitas tersebut diperlukan waktu 2 jam.

Penggunaaan mesin pengaduk disesuaikan dengan macam dan


jenis jamu. Pada PT. JAMU AIR MANCUR terdapat 5 buah mesin
pengaduk, dimana satu mesin digunakan untuk keperluan obat luar,
dua mesin untuk jenis lulur, dan dua mesinnya lainnya digunakan
untuk jamu yang berupa serbuk. Pengkhususan penggunaan mesin
aduk dikarenakan pada tahap pengadukan dilakukan penambahan
bahan-bahan tertentu yang berbeda untuk jenis lulur, obat luar
maupun jamu serbuk.

Sampai pada tahap pengadukan ini produk jamu disebut


sebagai jamu setengah jadi. Bahan tersebut bukan hanya untuk
jamu serbuk akan tetapi untuk obat luar dan dalam. Bahan-bahan
tersebut kemudian disimpan dalam gudang setengah jadi.

d) Pemeriksaan laboratorium

Sebelum berlanjut pada proses berikutnya, jamu setengah jadi


ini diambil sampelnya terlebih dahulu untuk diperiksa di laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain meliputi
pemeriksaan kadar air, mesh (derajat kehalusan), khasiat, kandungan
logam berat dan toksisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya toksisitas,
maka dicoba pada hewan percobaan.

Selain itu juga dilakukan pemeriksaan mikrobiologis antara


lain penentuan angka kuman dan kandungan mikroba terutama bakteri
dan jamur yang justru dapat menyebabkan sakit (maka harus bebas dari
jamur maupun bakteri pathogen). Pemeriksaan tersebut dilakukan
selama 3 hari. Bagian laboratorium akan memberikan nomor batch
jika produk telah memenuhi persyaratan. Namun apabila hasil
pemeriksaan produk belum memenuhi standar mutu, Laboratorium
Fabrikasi yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan. Kemudian
laboratorium ini akan mengeluarkan surat permohonan untuk reproses
pada proses-proses yang dinilai belum memenuhi standar mutu.
Halusan jamu kemudian dimasukkan dalam gudang untuk selanjutnya
dibawa ke unit Celep yang merupakan gudang proses pengemasan.

4.Pembentukan Produk bentuk pil/tablet/kapsul


Proses pembentukan produk berupa pil/tablet/kapsul dilakukan
dalam mesin ekstraktor antara lain bahan dimasukan dalam kantong
transparan dengan berat 15 kg,pada mesin ekstraktor,sari diambil dari
bahan yang berbentuk kental selanjtnya diletakkan dalam loyang yang
berbentuk segi empat. Dikeringkan memakai oven dengan suhu 70⁰C
dalam waktu 4-6 jam hingga membentuk lempengan tipis. Digiling
dalam mesin giling ekstrak kemudian dilakukan proses pencampuran.
Produk dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Kapasitas produk dalam
sehari dengan menggunakan mesin ekstraktor menghasilkan 1,5 ton
ekstrak atau sekitar 3.000 liter ekstrak per jam. Melakukan penyortiran
untuk produk yang tidak sempurna.Kemudian dibungkus didalam
mesing filling.Selanjutnya pemeriksaan qualitiy control. Pemeriksaan
dimaksud mencakup pengujian farmakologi dan toksikologi dengan
menggunakan hewan uji seperti tikus putih.

5. Standarisasi Bahan

Mutu bahan yang diperoleh perusahaan sangat bervariasi. Oleh


karena itu untuk mendapatkan bahan siap racik yang memenuhi kadar
standar (Standar Air Mancur) dilakukan standarisasi bahan yang pada
prinsipnya mencampur secara homogen bahan dengan kadar yang
berbeda hingga diperoleh kadar akhir yang memenuhi Standar Air
Mancur. Bahan hasil standarisasi ini dimantapkan dengan pemeriksaan
ulang kadar bahan hasil pencampuran yang secara teoritis kadar
akhirnya telah memenuhi standar, maka perlu dilakukan pencampuran
ulang dengan bahan yang berkadar tinggi.

6. Pengemasan
Pengemasan primer, Pengemasan sekunder, Pemberian label,
dan pengemasan kebenaran produk, Pendistribusian ke gudang Finish
Goods.
Proses Pengolahan simplisia menjadi produk jamu mutlak
dilakukan untuk mendapatkan bahan siap racik yang memenuhi Standar
Air Mancur dan merupakan syarat utama untuk menghasilkan
fitoterapi. Untuk semua jenis simplisia perusahaan menetapkan standar
yang berbeda-beda satu dengan lain, tergantung khasiat masing-
masing.
Pengendalian Mutu Bahan Baku PT. Air Mancur
1. Pemeriksaan Mutu
Bahan baku yang berupa Simplisia yang ditawarkan oleh
levensiar kepada perusahaan akan dilakukan pemeriksaan keaslian atau
kemurnian bahan, kandungan berkhasiat dalam bahan, kadar air,
kandungan minyak atsiri, kadar tanin, kandungan abu tak larut dalam
air dan sari dalam etanol. Jika memenuhi syarat maka bahan baku akan
diterima oleh perusahaan dalam jumlah yang besar. Kemudiaan
dilakukan pemeriksaan yang kedua bahan yang lolos pada pemeriksaan
ini akan masuk ke gudang kantor. Sebelum masuk proses produksi
bahan yang disortasi, untuk bahan yang lolos akan digunakan untuk
proses selanjutnya. Sedang yang tidak lolos dibuang.
2. Sortasi dan pencucian.
Sortasi bertujuan untuk memisahkan bahan baku yang cacat
untuk diperoleh bahan yang baik. Pencucian bertujuan untuk
menghilangkan kotoran yang terbawa oleh bahan baku pada saat
pengangkatan dan penyimpanan. Pencucian dilakukan 2-3 kali
tergantung dari tingkat kekotoran bahan tersebut. Pencucian di PT. Air
Mancur melakukan pencucian bahan baku yang digunakan untuk bahan
jamu dengan dua tahap pencucian dengan air bersih dan pencucian
dengan desinfektan.
3. Formalinisasi
Formalinisasi dilakukan digudang kantor tempat
penyimpanan bahan baku yang baru diterima dari pemasok. Biasanya
dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan cara memanaskan kristal
formalin diatas kompor listrik dalam ruang tertup selama 10 jam.
Tujuan formalinisasi adalah membunuh mikroorganisme, serangga, dan
mengusir hewan pengganggu. Setelah dilakukan formalinisasi akan
dilakukan pemeriksaan oleh laboratorium mikrobiologi. Jika formalin
tidak kontak langsung dengan bahan baku maka dianggap tidak bahaya.
4. Fumigasi.
Fumigasi akan dilakukan sesekali ketika ada permintaan.
Tujuan fumigasi adalah untuk membunuh serangga dan tikus.
Fumigasi yang dilakukan di PT. Air Mancur menggunakan
fastototiksin dalam bentuk tablet.
5. Penggudangan.
Bahan yang telah dibeli disimpan dalam gudang untuk
menunggu proses selanjutnya. Pengendalian mutu yang dilakukan
dengan cara pengaturan keluar masuk bahan baku. Di PT. Air Mancur
menggunakan metode FIFO. Penggunaan bahan baku juga tidak
langsung bersentuhan dengan lantai tetapi ditaruh diatas kayu. Selain
pengendalian mutu diatas masih banyak pengendalian- pengendalian
mutu yang lain yaitu Pengendalian mutu proses yang mencakup proses
penggilingan, proses pengayakan, proses pencampuran, proses
pemeriksaan laboratorium, pembuatan adonan, dan pengemasan dan
proses pengendalian mutu produk dan keamanan.
Untuk hasil produk jamu PT. Air Mancur terdiri dari
beberapa jenis berupa cair,serbuk, pil,tablet dan serbuk. Untuk produk
jamu yang diinginkan dibedakan pada proses pembentukan produk
sesuai dengan bentuk yang diinginkan setelah melewati tahap
pencampuran (mixing).
Limbah PT. Air Mancur
Proses pengolahan jamu dalam bentuk serbuk menghasilkan
limbah berupa limbah padat dan gas.
1. Limbah padat adalah ampas jamu yang dihasilkan dari proses
penggilingan simplisia maupun penyaringan serbuk jamu.
2. Limbah berupa gas adalah asap yang dikeluarkan dari mesin
penggerak pada saat proses penggilingan dilakukan. Dari proses
pengolahan jamu ini tidak dihasilkan limbah cair karena bahan baku
simplisia sudah diterima dalam bentuk kering sehingga tidak perlu
dicuci lagi.
3. Untuk limbah cairnya sendiri diolah dalam unit instalasi pengolahan
limbah cair secara aerob maupun an-aerob.
Dampak lingkungan lain yang terjadi adalah suara bising
(polusi suara) yang diakibatkan oleh mesin penggerak yang sedang
dijalankan. Ampas jamu yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan
sekitar karena dimasukkan ke dalam karung. Ampas ini dapat dijual
kembali (untuk pakan ternak atau pemanfaatan lain). Limbah asap dan
suara bising yang dihasilkan oleh mesin penggerak dapat dikurangi
dengan membuat pipa cerobong yang tinggi sekitar 5 meter sehingga
tidak mengganggu masyarakat sekitar. Kenyataannya asap yang
dihasilkan tidak pekat dan suara yang ditimbulkan pun tidak terlalu
bising. Pada lokasi usaha tercium aroma jamu dari proses penggilingan
dan ceceran serbuk jamu yang senantiasa dibersihkan secara berkala.
Secara umum, industri ini tidak memberikan dampak lingkungan yang
mengganggu ataupun berbahaya bagi masyarakat sekitar lokasi usaha.

Anda mungkin juga menyukai