Pengelolaan Obat Emergensi
Pengelolaan Obat Emergensi
Kelompok 3
Dewa Gede Sanjaya Putra 186070300111029
Ika Rizki Anggraini 186070300111011
Wirmando 186070300111014
Ivo Feorentina 186070300111025
Eky Madyaning Nastiti 166070300111022
Firdaus Kristyawan 186070300111012
Fredi Ardiansyah 186070300111025
(pokja terkait PKPO/MPO, Code Blue, pantia farmasi rumah sakit, K3RS) . Dikumpulkan ke
aurickyudha.fk@ub.ac.id 2 oktober 2018 sebelum pukul 23.59 . Seminar???
1. Panduan pengelolaan obat emergensi
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR : 800/203/R/Dir-SK/VII/2018
TENTANG
KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI EMERGENCY
RUMAH SAKIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT
MENIMBANG : 1. Bahwa perbekalan emergency adalah perbekalan emergency yang
digunakan dalam keadaan darurat dan disimpan dalam troli emergency,
ditempatkan di seluruh ruang keperawatan dan unit khusus dan
poliklinik rawat jalan.
2. Bahwa pengelolaan perbekalan farmasi di troli emergency yang baik dan
tepat dapat meningkatkan mutu pelayanan farmasi
3. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian khususnya
dalam hal pengelolaan perbekalan farmasi emergency diperlukan
adanya kebijakan Driektur Rumah Sakit.
MENGINGAT : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1963 tentang Farmasi.
3. Peraturan Menteri Kesehatan no 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Pengelolaan perbekalan farmasi di troli emergency menjadi tanggung jawab
Instalasi Farmasi bekerjasama dengan keperawatan
KEDUA : Setiap ruang keperawatan dan unit khusus menyimpan obat emergency
dalam troli emergency.
KETIGA : Daftar obat dan jenis obat yang disimpan dalam troli emergency terlampir
dalam surat keputusan ini.
KEEMPAT : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal
1 tahun sekali
KELIMA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan
dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.
Pengertian Trolley emergency adalah troli yang berisi peralatan dan obat-obat untuk
melakukan resusitasi dan digunakan pada kondisi gawat darurat. Trolley
emergency dalam keadaan tidak digunakan harus selalu terkunci untuk menjamin
keamanan dan kelengkapan obat/alat kesehatan.
Prosedur 1. Tekan nomor kode trolley emergency (ex. 123), jika menggunakan kode.
2. Arahkan kunci emergency dalam posisi open (terbuka)
3. Trolley emergency dalam keadaan terbuka dan siap digunakan
4. Ambil alat atau obat yang dibutuhkan sesuai dengan laci penyimpanan alat
atau obat tersebut.
5. Jika trolley emergency selesai digunakan, arahkan kunci emergency ke posisi
close (tertutup), tekan nomor kode trolley emergency dilanjutkan dengan
menekan tombol merah (“C”-Completed) maka lemari trolley emergency
akan terkunci kembali.
6. Letakkan pada daerah yang aman gampang untuk diakses jika dalam keadaan
gawat darurat.
Evaluasi 1. Trolley emergency pada kondisi tidak digunakan harus selalu dalam keadaan
terkunci
2. Trolley emergency harus selalu berada pada daerah yang aman dan mudah
untuk diakses.
3. Trolley emergency dan alat-alat dalam trolley emergency harus diperiksa
fungsi dan kelengkapannya secara berkala, minimal seminggu sekali.
4. Obat-obat dalam trolley emergency harus diperiksa kelengkapannya dan
tanggal kadaluarsanya minimal sebulan sekali
5. Kepala ruangan di ruangan masing-masing adalah orang yang bertanggung
jawab memeriksa fungsi dan kelengkapan trolley emergency.
3. Jenis dan jumlah obat obat emergensi yang disimpan di dalam troli sesuai dengan daftar yang
telah ditetapkan.
a. Daftar perbekalan farmasi yang disimpan di luar troli emergency:
- Oxygen Supply
- Defibrilator dengan monitor
- Stetoskop
- Lembar informasi khusu obat emergency
- Kartu pengendali stok
4. Kontrol stok perbekalan di troli emergensi dilakukan setiap sebulan sekali dilakukan oleh
tenaga teknik kefarmasian atau apoteker meliputi jumlah, jenis, kondisi fisik dan tanggal
kadaluarsa.
5. Setiap kali setelah obat dan alkes dalam troli emergensi digunakan harus segera diisi kembali
oleh perawat dengan cara permintaan ke depo farmasi rawat inap.
6. Petugas yang melakukan control troly emergensi digunakan harus mencatat setiap
pengeluaran kunci troli emergensi sesuai nomor urutnya.
7. Troli emergensi digunakan hanya untuk keadaan emergensi saja meliputi (kondisi pasien
sangat membutuhkan obat dan apabila obat tidak segera diberi akan membahayakan kondisi
pasien).
8. Isi dari troli emergensi bias ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan ruangan masing
masing.
SPO penggantian obat emergensi (di troley/box emergency)
SPO
Pengertian :
Pemenuhan kebutuhan obat demi keperluan penanganan bencana dengan daftar obat dan logistik
yang telah disusun berdasarkan :
riset epidemiologi menghasilkan kemungkinan jenis bencana, rencana penangann bencana dan
jenis penyakit yang mungkin muncul
permintaan set komplikasi logistik yang sesuai rencana pre disaster yang telah disusun tim medis
dan pihak terkait menjadi dasar penyusunan kebutuhan logistik
standart suplai peralatan medis daftar kebutuhan obat dan logitik standart minimal yang harus
disiapkan
Tujuan :
Prosedur
1. Pada saat terjadi bencana, rumah sakit siaga akan logistik dan obat sesuai dengan jenis bencana dan
kemungkinan penyakit serta kebutuhan obat dan logistiknya.
group E anasthetic apparatus and equitment list , terdiri dari peralatran dan perlengkapan
yang berhubungan dengan grup D
Kemudian seluruh obat didaftar berdasarkan alfabet dengan bentuk dan identifikasi kuantitas
seperti tabel di bawah. :
Tabel Jenis Penyakit, obat dan Perbekalan Kesehatan pada Tahap Tanggap Darurat Berdasarkan
Jenis Bencana
NO Jenis Jenis Penyakit Obat yang di Butuhkan
Bencana
1 Banjir Diare / Amubiasis Oralit, infus RL, NaCl 0,9 %, Metronidazole, Infus Set,
Abocath, Wing Needle
Dermatitis : Kontak CTM tablet, Prednison, Salep 2‐4, Hidrokortison
Jamur Bakteri salep, Betametason krim, Deksametason tab,
Prednison tab, Anti bakteri DOEN Salep,
Oksitetrasiklin salep 3%. Serbuk PK, Salisil Talk,
Larutan Rivanol Povidon Iodin salep, Asiklovir tab,
Asiklovir krim, Amoksisilin tab, Penisilin Prokain,
Griseofulvin Injeksi, Nistatin, Mikonazol Topikal Dan
Ketokonazol.
ISPA: Pneumonia Kotrimoksazol 480 mg, 120 mg tab dan suspensi,
Amoxycillin, OBH, Parasetamol,
PILIHAN I PILIHAN II
Kotrimoksazol Amoksisilin
Tablet Anak & tablet/syrup,
Dewasa, Parasetamol
Kotrimoksazol tablet/syrup
Syrup, dan
Parasetamol Salbutamol
tablet dan tablet
syrup
2. Unit Farmasi mencanangkan apoteker dan petugas farmasi tanggap bencana yang didinaskan secara
khusus untuk berdinas melakukan pelayanan korban bencana dan tetap di bawah tanggung jawab
kepala Farmasi dan Manajemen Rumah Sakit.
3. Unit Farmasi memastikan ketersediaan stock logistik dan obat yang dibutuhkan.
4. Unit Farmasi berkolaborasi dengan unit gawat darurat untuk mendapatkan data jumlah pasien korban
bencana, data penyakit serta men-list jumlah kebutuhan obat dan logistik.
5. Unit Farmasi atas persetujuan Manajemen Rumah Sakit mengirim daftar kebutuhan obat dan logistik
beserta jumlah kebutuhannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dengan masa follow up
selambat lambatnya 1x24 jam jika bantuan berasal dari kota/ provisi serta 2x24 jam jika bantuan
berasal dari pusat.
6. Obat dan Logistik yang dibutuhkan di letakkan dalam satu rak khusus korban bencana di apotik IGD.
7. Tiap tiap obat dan logistik terdapat kartu daftar pemakaian obat pada saat bencana.
8. Petugas Farmasi melayani petugas medis yang datang mengambil obat atau logistik sambil
menanyakan nama pasien. Petugas medis pada saat terjadi lonjakan pasien korban bencana di
perkenankan untuk tidak langsung menyerahkan resep obat.
9. Petugas Farmasi melakukan pencatatan di tiap tiap kartu pemakaian obat saat bencana meliputi
tanggal, jam , nama pasien, jumlah yang dibutuhkan dan nama petugas medis.
10. Obat dan Logistik yang tersedia di rumah sakit dapat digunakan terlebih dahulu kepada pasien yang
segera membutuhkan, penggantian obat dan logistik rumah sakit yang terpakai dapat digantikan
dengan obat dan logistik yang di dapat dari kota/kabupaten/provinsi/pusat sesuai dengan jumlah dan
jenis pemakaian.
11. Unit Farmasi tetap melakukan rekapitulasi data dan memasukkannya kepada sistem rumah sakit
terkait pemakaian obat. Hal ini dapat dilakukan di akhir setiap shift. Terkait resep obat yang
dibutuhkan, petugas farmasi dapat meminta petugas medis untuk menyerahkan resep obat sesuai
dengan daftar obat yang terpakai dan terdokumentasi pada kartu pemakaian obat.
12. Unit Farmasi membuat laporan pemakaian obat dan logistik terkait jumlah pasien, jenis penyakit serta
pemakaian obat dan logistik yang akan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
setiap minggu.
13. Setelah bencana berahir, Unit Farmasi melakukan inventarisasi terkait sisa jumlah obat dan logistik
yang berasal dari Kabupaten atau Kota ataupun dari Pusat.