Anda di halaman 1dari 3

Tatalaksana

Non-Farmakoterapi

I. Etiologi fisik gangguan somatisasi tidak diketahui. Oleh karena itu, pendekatan untuk
tatalaksana pasien yang mengalami gangguan tersebut adalah dengan mencari dasar
gangguan jiwa yang dialami pasien. Gangguan cemas dan depresi merupakan dua diagnosis
yang biasanya mendasari gangguan somatisasi. Walaupun untuk keadaan saat ini keluhan depresi
dan cemas sering ditemukan sudah tidak lagi memenuhi kriteria diagnosis, namun biasanya dari
riwayat pasien ditemukan adanya suatu gangguan depresi dan cemas di masa lalu. Tata laksana
pasien dengan kondisi somatisasi sebenarnya lebih bertumpu pada upaya psikoterapi dan
psikoedukasi.1 Psikoterapi baik yang individual maupun kelompok akan menurunkan
pengeluaran dana perawatan kesehatannya terutama untuk rawat inap di rumah sakit. Psikoterapi
membantu pasien untuk mengatasi gejala-gejalanya, mengekspresikan emosi yang mendasari dan
mengembangkan strategi alternatif untuk mengungkapkan perasaannya.2

Tiga pilar utama dalam penanganan kasus somatisasi :1

a. Hubungan dokter pasien yang kuat di antara keduanya

b. Edukasi pasien tentang sebab dan asal mula keluhan somatik

c. Dukungan dan bantuan yang menenangkan pasien

Fokus utama hubungan antara dokter dan pasien adalah bahwa dokter (psikiater) percaya bahwa
gejala dan penderitaan yang dialami pasien adalah benar. Kepercayaan terhadap pasien akan
memperlihatkan bahwa dokter mempunyai minat terhadap kondisi pasien dan niat yang tinggi
untuk membantu masalahnya.1

II. Edukasi pasien. Keluhan somatik adalah keluhan yang dikenal di dalam dunia medis. Untuk
itu dokter yang menangani pasien seperti ini perlu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
konsep biopsikososial, patofisiologi gangguan kejiwaan, neuropsikiatri, ilmu perilaku, dan
psikoneuroimunologi sebagai salah satu cabang ilmu terbaru yang mendukung penjelasan
tentang faktor stress psikososial dan hubungannya dengan terjadinya keluhan somatik pasien.1

III. Langkah ketiga adalah selalu memberikan kepastian kepada pasien. Pasien dengan
gangguan somatisasi sering kali tetap selalu memperhatikan tentang keluhan somatiknya
dari waktu ke waktu. Suatu waktu dalam masa kehidupannya, keluhan somatiknya akan berulang
dan inilah saat dokter diuji dalam memberikan dukungan kepastian tentang keadaan yang
sebenarnya. Hubungan yang kuat antara dokter dan pasien menjadi hal yang sangat penting
untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien. Pasien harus diberikan
pemahaman bahwa segala hal yang dianggap sebagai faktor penyebab kondisinya telah dinilai.
Tujuan jangka panjangnya adalah mengubah diskusi pasien mengenai keluhannya menjadi
diskusi tentang kehidupan pasien sehari-hari.1
Farmakoterapi

Gangguan cemas yang paling sering dialami oleh pasien dengan keluhan somatik adalah
gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh. Hampir semua gejala kecemasan melibatkan
sistem saraf otonom sehingga menimbulkan gejala khas, seperti palpitasi, nafas pendek, mual
atau perasaan tidak nyaman di perut, serta mulut kering. Hal tersebut yang membuat dokter
memberikan obat anti cemas golongan benzodiazepin ketika menemukan kasus keluhan
somatik di tempat praktiknya.1 Pengawasan ketat terhadap pemberian obat harus dilakukan
karena pasien dengan gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat-obatan tidak teratur
dan tidak dapat dipercaya.3

a) Obat golongan benzodiazepine

Sangat efektif mengatasi cemas. Efeknya yang beragam tergantung jenis obat. Namun,
penggunaan obat tersebut banyak menimbulkan penyalahgunaan, toleransi, dan ketergantungan.
Hal itu disebabkan oleh penggunaan benzodiazepin dalam jangka waktu panjang, tanpa dosis
yang tepat dan tanpa pengawasan dokter. Beberapa obat golongan benzodiazepin yang sering
digunakan dalam pengobatan keluhan cemas adalah alprazolam, clonazepam, lorazepam, dan
diazepam. Alprazolam dan clonazepam telah lama dipakai sebagai obat untuk gangguan panik
karena efektif dan cepat mengatasi gejala serangan panik. Dosis alprazolam yang digunakan
untuk pengobatan gangguan cemas panik lebih besar daripada pengobatan gangguan cemas
menyeluruh. Rentang dosis yang biasa digunakan dalam praktik sehari-hari adalah 0,5mg sampai
1,5 mg untuk kondisi gangguan panik dengan dosis terbagi. 1

b) Obat golongan trisiklik

Efektif untuk mengobati gangguan cemas panik. Imipramin adalah salah satu obat dari golongan
trisiklik yang merupakan pilihan utama. Namun, obat tersebut sulit ditemukan selain harganya
yang agak tinggi. Selain imipramin, terdapat beberapa obat golongan trisiklik lain ; Amitriptilin
dapat digunakan dengan dosis antara 12,5-50 mg. Obat tersebut merupakan antidepresan trisiklik
yang sangat murah dan banyak terdapat di pusat pelayanan primer di Indonesia. 1

Rujuk Psikiatri

Merujuk pasien kepada dokter ahli jiwa. Untuk mendapatkan penatalaksanaan yang lebih tepat.

Prognosis
Dengan intervensi yang tepat, prognosis untuk sebagian besar gangguan somatisasi pada anak-
anak dan remaja sangat baik. Sayangnya banyak anak yang tidak diobati berisiko melakukan
somatisasi kontinu saat dewasa. Bentuk yang paling parah, kelainan somatoform yang tidak
berdeferensiasi, terkait dengan gangguan kepribadian, berdurasi cukup lama, dan memiliki jalur
yang terus menerus.4

Referensi

1. Andri. Konsep biopsikososial pada keluhan psikosomatik. J Indon Med Assoc September
2011; 61(9):377-79.
2. Utama H. Buku ajar psikiatri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
Hal : 290
3. Kaplan HI, Sadock BJ. Buku ajar psikistri klinis. Edisi ke-2. Jakarta : EGC, 2010. Hal :
270
4. Silber TJ. Somatization Disorders : Diagnosis, Treatment, and Prognosis. Washington
DC : Department of Pediatric. 2011. available from :
http://pedsinreview.aappublications.org/content/32/2/56

Anda mungkin juga menyukai