Displasia bronkopulmoner adalah penyakit paru kronik yang sering diderita
bayi-bayi yang lahir dengan kurang bulan atau prematur 1 . Bayi prematur ini akan sangat beresiko menderita displasia bronkopulmoner jika usia kandungannya kurang dari 34 minggu, dan akan meningkat jika kurang usia kandungannya lebih dari 10 minggu. Resiko ini juga akan semakin meningkat dengan adanya bayi berat lahir rendah (BBLR) yang beratnya kurang dari 1.000 gram 2 . Bayi-bayi prematur ini sebagian besar memerlukan bantuan ventilasi mekanik untuk membantunya bernafas dan juga pemberian oksigen. Meskipun displasia bronkopulmoner ini juga dapat diderita oleh bayi dengan cukup bulan yang menggunakan bantuan ventilasi mekanik. Displasia bronkopulmoner tidak hanya berhenti sampai telah selesai diberikannya pengobatan. Namun penyakit ini akan memberikan efek pada kerja dari paru itu sendiri pada perkembangannya meskipun telah diberikan pengobatan. Hal yang dapat terjadi berupa edema paru, hipertensi pulmoner, keterlambatan perkembangan, dan resiko tinggi terhadap infeksi pneumonia 3 .
ETIOLOGI
Penyebab dari displasia bronkopulmoner ini adalah multifaktor dan banyak sekali yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah karena penggunaan ventilator mekanik. Pada bayi kurang bulan atau prematur, masih diperlukan bantuan dari ventilator mekanik untuk bernapas. Namun, pemakaian ventilator yang berlebihan justru dapat membuat kerusakan pada paru-paru bayi tersebut. Salah satunya adalah displasia bronkopulmoner ini 2 . Selain itu, diketahui juga bahwa displasia bronkopulmoner dapat terjadi pada bayi cukup bulan yang sebelumnya mengalami sindrom distres pernapasan, aspirasi mekonuim, pneumonia, maupun sepsis 4 . Resiko terjadinya displasia bronkopulmoner ini juga meningkat sehubungan dengan jenis kelamin laki-laki, baru saja menderita infeksi saluran pernapasan, sedang menjalani terapi oksigen, dan pada bayi dengan kelainan jantung kongenital 3 . Bahkan diketahui bahwa genetik juga mengambil peranan terhadap kejadian displasia bronkopulmoner ini. Pada kasus displasia bronkopulmoner, terjadi ekspresi berlebihan dari beberapa gen pada masa kehidupan hari ke-5, ke-14, dan hari ke-28 dibandingkan dengan bayi-bayi yang normal 5 .
EPIDEMIOLOGI
Displasia bronkopulmoner merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada bayi baru lahir, terutama pada bayi-bayi kurang bulan dan berat lahir rendah. Di Amerika, ada sekitar 5.000 sampai 10.000 kasus baru displasia bronkopulmoner setiap tahunnya 2 . Di Korea, ada pengelompokkan kasus ini sesuai dengan tingkat beratnya gangguan yang dialami bayi. Ada tingkatan ringan, sedang, dan berat. Berikut adalah grafiknya 6 :
Grafik A adalah angka kejadian displasia bronkopulmoner menurut berat lahir bayi. Terlihat bahwa berat yang sangat kecil (<500 gram) terbanyak adalah kejadian displasia bronkopulmoner sedang. Semakin besar berat lahirnya maka semakin tinggi angka kejadian displasia bronkopulmoner beratnya. Grafik B adalah angka kejadian displasia bronkopulmoner berdasarkan usia kandungan dalam minggu. PATOGENESIS
Perjalanan penyakit displasia bronkopulmoner pada bayi diawali dengan kurangnya bulan kehamilan atau rendahnya berat lahir bayi. Bayi-bayi yang lahir pada keadaan tersebut belum memiliki paru-paru yang berkembang dengan baik. Cairan surfaktan yang menjaga agar alveoli tidak kolaps juga masih sedikit produksinya atau bahkan belum diproduksi. Hal itu yang membuat bayi prematur atau dengan berat lahir rendah membutuhkan ventilator mekanik dan tekanan oksigen untuk membantunya bernapas dan menggunakan paru-parunya dengan baik. Namun, pemakaian ventilator mekanik dan pemberian oksigen (barotrauma dan volutrauma) yang terus menerus dan tidak sesuai dengan kebutuhan akan menimbulkan reaksi inflamasi pada saluran respiratorik bayinnya. Hal itu dibuktikan dengan meningkatnya sel-sel inflamasi, mediator inflamasi, dan sitokin pada kasus-kasus displasia brokopulmoner. Sel-sel ini banyak ditemukan di ruang antar sel dan rongga udara, juga sel epitel paru. Penggunaan intubasi juga dapat menimbulkan kerusakan jaringan sehingga patogen-patogen yang ada di saluran respiratorik dapat masuk dan menimbulkan infeksi. Pemberian oksigen yang berlebihan juga dapat meimbulkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan akut pada jaringan, peradangan, dan menghambat perkembangan peru. Reaksi inflamasi yang terus menerus atau persisten akan dikompensasi oleh tubuh dengan munculnya jaringan fibrosis sehingga terjadi displasia bronkopulmoner 4 .
DIAGNOSIS
Gejala dan tanda klinis dari displasia bronkopulmoner ini terlihat sangat umum. Biasanya bayi dengan displasia bronkopulmoner bernapas dengan cepat dan berat, terdapat sianosis pada bagian bibir dan kuku-kuku jari, batuk, wheezing, dan postur leher dan bahu yang buruk 7 . Sering kali penegakkan diagosis displasia bronkopulmoner ini memerlukan bantuan pemeriksaan penunjang, yaitu X-Ray. Gambaran foto rontgen thoraks yang nampak pada bayi dengan displasia bronkopulmoner akan ada bercak- bercak putih disekitar hilus. Bercak-bercak tersebut menandakan adanya fibrosis sebagai respon tubuh terhadap inflamasi yang berkelanjutan 1 . Berikut adalah gambaran foto rontgen thoraks bayi penderita displasia bronkopulmoner:
Displasia bronkopulmoner juga dibedakan berat ringannya penyakit sesuai dengan gangguan yang ditimbulkan. Berikut adalah derajatnya 4 : Usia Gestasi < 32 minggu >= 32 minggu Waktu penentuan diagnostik
BPD ringan 36 minggu pascakonspsi atau saat diizinkan ulang, bergantung pada yang mana yang lebih dulu Terapi oksigen > 21% untuk minimal 28 hari
Bernapas dengan udara Usia > 28 hari tetapi < 56 hari, atau saat diizinkan pulang
Bernapas dengan udara
BPD sedang
BPD berat
ruangan pada usia 36 minggu pascakonsepsi atau saat diizinkan pulang
Kebutuhan oksigen < 30% pada usia 36 minggu pasca konsepsi atau saat diizinkan pulang
Kebutuhan oksigen >= 30% dan/atau udara tekanan positif pada 36 minggu pascakonsepsi atau saat diizinkan pulang ruangan pada usia 56 hari atau saat diizinkan pulang
Kebutuhan oksigen < 30% pada usia 56 hari, atau saat diizinkan pulang
Kebutuhan oksigen >= 30% dan/atau udara tekanan positif pada usia 56 hari atau saat diizinkan pulang
TATALAKSANA
Penanganan kasus displasia bronkopulmoner pada bayi bertujuan agar bayi dapat bernapas spontan tanpa menggunakan alat bantu dan juga oksigen tambahan. Juga untuk mengurangi reaksi inflamasi yang telah muncul. Pengobatannya menggunakan kortikosteroid, bronkodilator, diuretik, dan jika perlu menggunakan antibiotik. Penggunaan kortikosteroid bertujuan untuk mengurangi reaksi inflamasinya. Kortikosteroid juga dapat membantu meningkatkan fungsi paru dalam pertukaran gas. Diketahui juga bahwa steroid dapat mengurangi ketergantungan oksigen pada bayi yang berusia 28 hari jika diberikan pada 96 jam pertama pasca kelahiran. Namun, penggunaan steroid ini menggunakan dosis rendah dan harus dengan pengawasan. Hal itu disebabkan penggunaan kortikosteroid pada bayi masih diperdebatkan. Juga efek sampingnya yang dapat mengganggu pertumbuhan kepala dan bahkan menimbulkan kematian 1 . Pengobatan selanjutnya menggunakan bronkodilator, yaitu nitrit oxide (NO). Penggunaan NO diketahui dapat mengurangi angka kejadian displasia bronkopulmoner pada bayi sampai dengan 50%. Penggunaannya juga berfungsi untuk mengurangi kejadian kerusakan otak karena berkurangnya suplai oksigen ke otak. Namun, penggunaan NO yang berlebihan pada hari pertama kelahiran bayi berat lahir rendah dapat menyebabkan pendarahan intrakranial 1 . Penggunaan diuretik pada kasus displasia bronkopulmoner ditujukan untuk mengurangi terjadinya resiko edema pulomoner yang sangat mungkin terjadi pada kasus ini. Pemberian antibiotik juga ditujukan untuk mencegah dan mengobati infeksi. Karena bayi-bayi dengan displasia bronkopulmoner sangat rentan mengalami pneumoni 2 .
PENUTUP
Kesimpulan Displasia bronkopulmonar merupakan suatu keadaan klinis yang sangat sering terjadi pada bayi-bayi yang kurang bulan kehamilannya dan bayi dengan berat lahir rendah. Bayi-bayi lahir dengan cukup bulan dan berat cuku juga tidak menutup kemungkinan mengalami gangguan ini. hal ini berkaitan dengan pemakaian ventilator mekanik, pemberian oksigen yang berlebihan, serta adanya infeksi pada saluran pernapasan. Kerusakan yang terjadi bersifat permanen dan akan bertambah berat sejalan dengan pengobatan yang tidak tepat. Hal itu dapat membuat gangguan pada usia dewasanya kelak. Namun, dengan pengobatan yang tepat, gangguan yang ditimbulkan dapat dikurangi meskipun kerusakannya tidak dapat dihilangkan sehingga kesempatan hidup normal pada usia dewasa dapat bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jason G, John PK. Pathogenesis And Treatment Of Bronchopulmonary Dysplasia. National Institutes Of Health (serial online): 2011. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3767848/pdf/nihms348454.pdf Accessed on June 18, 2014. 2. Bronchopulmonary Dysplasia. Kids Health (serial online): 2011. Available from: http://kidshealth.org/PageManager.jsp?dn=KidsHealth&lic=1&ps=107&cat_id= 143&article_set=20809 Accessed on June 18, 2014. 3. Apa Itu Displasia Bronkopulmoner. Persify (serial online): 2013. Available from: http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions- diseases/displasia-bronkopulmoner-_-9510001031098 Accessed on June 18, 2014. 4. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama Cetakan Keempat. Jakarta: IDAI, 2013. 5. Jacek JP, dkk. Gene Expression Profiling in Preterm Infants: New Aspects of Bronchopulmonary Dysplasia Development. PLOS ONE (serial online): 2013. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3806835/pdf/pone.0078585.pdf Accessed on June 18, 2014. 6. Chang WC, dkk. Incidence of Bronchopulmonary Dysplasia in Korea. JKMS (serial online): 2012. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3410240/pdf/jkms-27-914.pdf Accessed on June 18, 2014. 7. Symptoms, Diagnosis, And Treatment. American Lung Association (serial online): 2011. Available from: http://www.lung.org/lung- disease/bronchopulmonary-dysplasia/living-with-bronchopulmonary- dysplasia/symptoms-diagnosis-treatment.html Accessed on June 18, 2014.
Displasia Bronkopulmoner Pada Bayi Biasanya Ditemukan Pada Bayi Yang Lahir Secara Prematur Atau Yang Mengalami Masalah Pernapasan Segera Setelah Lahir Berisiko Untuk Displasia Bronkopulmonalis