Salah satu perkembangan paling signifikan dalam praktik dunia usaba dewasa ini adalah
pertumbuhan pesat aktivitas internasional. Ekspor, investasi langsung asing dan penentuan
sumber pengadaan produk dan komponen di luar negeri telah merebak secara dramatis.
Dalam situasi seperti itu. banyak perusahaan yang memasuki pasar internasional untuk
mencari sumber komponen secara lebih efektif dan memasuki pasar produk yang
bertumbuh yang lebih menjanjikan dibandingkan pasar domestik.
Dalam, banyak kejadian, perusahaan besar unggul terhadap perusahaan baru dalam
kemampuan mereka mengatasi hambatan-hambatan sumber daya dan pasar, dan mencapai
skala ekonomis operasi. Masuk pasar telah menjadi ujian tertinggi bagi kemampuan
1
kompetitif Perusahaan tidak lagi membuktikan kemampuannya dalam lahan bisnis biasa,
melainkan membuktikan kompetensinya dalam. menjelajahi wilayah baru
Dalam rangka memperluas usahanya suatu perusahaan mungkin merasa perlu untuk
membuka suatu cabang atau memiliki perusahaan asifilisasi yang berada diluar negeri. Akan
tetapi ada beberapa hal yang menjadi tolak ukur perusahaan dalam mecapai keberhasilan
dalam hal ini, seperti yang dijabarkan dalam beberapa sub bab berikut ini :
Keputusan perusahaan dalam memilih entry mode tergantung pada beberapa faktor
yaitu :
Faktor eksternal :
Faktor eksternal yang mempengaruhi entry mode selection ini tidak dapat
dikendalikan atau dipengaruhi oleh perusahaan.
Yang termasuk faktor eksternal adalah:
a. Faktor negara target pasar (target country market factors), Jika target pasar besar
dan memiliki pertumbuhan potensial yang bagus,perusahaan cenderung ingin
menggunakan banyak sumber daya untuk pasar tersebut dan akan memilih
strategi entry mode FDI atau berpartisipasi dalam joint venture. Sebaliknya, jika
ukuran target pasar kecil atau di lokasi geografis terpencil, perusahaan dapat
memilih untuk menggunakan strategi entry mode ekspor atau perjanjian kontrak
seperti lisensi atau waralaba (Hollensen, 2012: 225).1
b. Faktor produksi negara target (target country production factors), Ketika biaya
produksi dalam negeri tinggi dan kurang/buruknya infrastruktur seperti
transportasi, pelabuhan dan komunikasi di dalam negeri, produksi lokal lebih di
negara target lebih disukai. Di sini perusahaan mungkin akan mempertimbangkan
entry mode hirarkis dan mendirikan anak perusahaan di dalam target pasar asing
yang mana biaya produksi lebih rendah (Hollensen, 2012: 225).
c. Faktor lingkungan negara target (target country environmental factors),
Yang termasuk faktor lingkungan adalah faktor politik, ekonomi, hambatan masuk
negara target dan sosial-budaya (Kaffash et al., 2012). Kestabilan ekonomi
menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam memutuskan entry mode.
Ketidakstabilan ekonomi seperti neraca pembayaran yang lemahberdampak pada
pengetatan impor atau devaluasi nilai tukar. Perang, resesi dan masalah politik
seperti kebijakan dan regulasi tarif, kuota dan batasan lainnya juga akan
memberikan dampak. Jika terjadi hal demikian maka entry modes hirarkis atau
entry modes menengah dapat digunakan.
1
Hollensen, Svend. 2012. Markleting management : relationship approach. USA : Pearson education inc
2
d. Resiko negara target (target country risk)
Hal lain yang mungkin akan dihadapi perusahaan ketika memasuki pasar baru
adalah resiko negara dan ketidakpastian permintaan. Resiko bisa saja berupa
resiko ekonomi, politik atau sosial budaya. Jadi diperlukan analisis metode dan
resiko pasar sebelum masuk ke dalam pasar baru. Bila resiko negara tinggi,
perusahaan lebih memilih entry mode yang melibatkan komitmen sumber daya
yang rendah seperti ekspor (Hollensen, 2012: 224).
e. Tingkat persaingan (competition level), Persaingan pasar yang ketat biasanya tidak
terlalu memberikan keuntungan dan investasi dan komitmen yang besar tidak
terlihat begitu berharga. Maka dari itu perusahaan lebih memilih ekspor di mana
tidak membutuhkan banyak sumber daya. Jika pasar terkonsentrasi di mana
hanya ada beberapa pemain besar, jenis pasar ini memberikan sedikit
kemungkinan untuk memberikan perusahaan daya tawar dan membawa kepada
situasi monopolistik. Pada situasi tersebut, biasanya pasar berada di bawah
beberapa perantara ekspor. Untuk menghindari perilaku tersebut, perusahaan
menggunakan entry mode hirarkis seperti akusisi atau greenfield investment
(Hollensen, 2012: 225).
Faktor internal
Faktor internal menekankan kepada apa yang terjadi di dalam perusahaan.
Faktor ini terdiri dari besarnya perusahaan, jumlah pengalaman internasional dan
karakteristik produk atau jasa. Besar perusahaan (size of firm), Salah satu faktor
penting yang mempengaruhi pemilihan entry mode adalah ukuran perusahaan.
a. Faktor produk (product factors), Karakteristik produk atau jasa seperti nilai, berat,
ukuran dan bahan pembuatan. Sifat produk berbeda-beda dan menjadi faktor
penentu pemilihan entry mode. Contohnya, produk yang membutuhkan layanan
purna jual seperti instalasi, pelatihan dan sebagainya, bagian pemasaran dan
penjual perantara di dalam pasar asing mungkin tidak bisa menanganinya. Jadi
lebih baik perusahaan menggunakan entry mode hirarki dan mendirikan anak
perusahaan sendiri (wholly owned subsidiary) di mana memungkinkan untuk
menawarkan layanan purna jual tersebut dengan leluasa. (Hollensen, 2012: 223)
b. Pengalaman internasional (international experience), Selain itu pengalaman
internasional perusahaan dan karakteristik produk atau jasa merupakan faktor
penting di mana akan menentukan proses internasionalisasi suatu perusahaan.
c. Karakteristik entry mode yang diinginkan (desired mode characteristic), Setiap
pengambil keputusan mempunyai karakteristik sendiri dalam memilih entry
mode. Tergantung dari jenis dan umur perusahaan, produk atau jasa yang mereka
mau jual dan manajemennya, suatu perusahaan mungkin menginginkan kontrol
yang lebih banyak atas operasi internasional
3
B. STRATEGI MEMBUKA CABANG USAHA LUAR NEGERI.
Faktor dan kondisi yang berbeda memengaruhi pemilihan strategi memasuki
pasar internasional. Ada empat aliran pemikiran (schools of thought) dominan
berkenaan dengan pemilihan strategi masuk, yaitu: (Chandra, 2004:152-154). 2
1. Wholly-owned and full controlled entry modes, contohnya kantor cabang (branches &
subsidiaries), kantor perwakilan (representative office) dan kantor agen.
2. Shared-owend and shared controllrd entry modes, berupa joint venture, partially
mergers dan partially acquisitions.
3. Contractual entry modes, berupa lisensi, waralaba dan calculated alliance.
4. Purely marketing-oriented entry modes, berupa ekspor langsung dan ekspor tidak
langsung
2Chandra, G. Tjiptono, F. Chandra, Y. 2004. Pemasaran Global : Internsionalisasi Dan Internetisasi. Yogyakarta :
Penerbit Andi
4
Di kutip dari Hollensen (2008: 215-216), ada banyak cara memasuki pasar asing
yang kemudian dibagi menjadi tiga kelompok besar;
1. Mode ekspor (export modes), Yakni usaha suatu perusahaan memasuki pasar asing
dengan cara menjual barang yang diproduksi di negara perusahaan tersebut berasal.
(Kotler dan Armstrong, 2012: 562). 3
Ekspor biasanya pilihan strategi masuk pasar asing paling umum bagi
perusahaan-perusahaan yang berada di langkah awal mereka untuk
internasionalisasi. Ada beberapa saluran ekspor yang tersedia bagi perusahaan.
Saluran tersebut dapat dibagi menjadi tiga golongan:
Ekspor langsung,
Ekspor tidak langsung dan
Ekspor kooperatif
2. Entry Modes Menengah Disebut juga sebagai entry modes kontraktual, terdiri dari
seperangkat perjanjian, seperti waralaba, lisensi, joint venture dan kontrak manufaktur.
Strategi ini didasarkan pada kontrak tertentu antara dua atau lebih perusahaan yang
berbeda melakukan bisnis.
Lisensi (licensing).
Waralaba (franchising).
3. Mode hirarkis (hierarchical modes). Entry mode ini mengarah pada keinginan
perusahaan memegang kendali penuh atas operasi di pasar asing. Jenis entri ini
membutuhkan banyak komitmen, sumber dana finansial, dan keberanian untuk
mengambil resiko, tetapi di sisi lain, jenis entri ini paling menguntukan dan memberi
kendali (Hollensen, 2008: 242).
3
Kotler, Philip And Gary Armstorng. 2012. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1 Jakarta : Airlangga.