Anda di halaman 1dari 16

IDENTIFIKASI ORGAN LIMFOID PADA AYAM DOC, AYAM

BROILER, AYAM BURAS, DAN KELINCI

Oleh :
Kelompok 2 Sub Grup I

Agus Satria Is, S.KH 1802101020033


Cindy Trie Permatasari Hosea, S.KH 1802101020048
Dina Khairani Daulay, S.KH 1802101020032
Inayatul Hari, S.KH 1802101020073
Muhammad Fauzih Asjikin, S.KH 1802101020077

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2019
A. Anamnesa dan Status Present
1. Ayam DOC

Nama Pemilik : Pak Hendra


Jenis Hewan : Ayam
Umur : 3 hari
BB : 60 gram
Jenis Kelamin : Tidak diketahui
Alamat Pasien : Tungkop
Status Gizi : Baik

Gambar 1. Ayam DOC (Day Old Chicken)

2. Ayam Broiler

Nama Pemilik : Pak Ali


Jenis Hewan : Ayam
Umur : 16 hari
BB : 620 gram
Jenis Kelamin : Betina
Alamat Pasien : Lambaro
Status Gizi : Baik
Lain-lain : Ada sedikit alopesia dan bulu kusam
Gambar 2. Ayam Broiler

3. Ayam Buras
Nama Pemilik : Zainal Abidin
Jenis Hewan : Ayam
Umur : 1 Tahun
Berat Badan : 2 kg
Jenis kelamin : Jantan
Alamat Pasien : Darussalam
Status Gizi : Baik
Lain-lain : Bulu kusam

Gambar 3. Ayam Buras


4. Kelinci
Nama Pemilik : Furqan
Jenis Hewan : Kelinci
Umur : 7 bulan
Berat Badan : 2 Kg
Jenis kelamin : Jantan
Alamat Pasien : Rukoh
Status Gizi : Baik
Lain-lain : Ada alopesia ringan disekitar telinga

Gambar 4. Kelinci

B. DIAGNOSA LABORATORIUM

Teknik pengambilan sampel

Cara Kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti : nampan, ember berisi air,
cawan petri, pisau cutter, gunting, pinset, spoit 3 cc, dan alat tulis.
2. Hewan dikelompokkan berdasarkan perbedaan umur.
3. Hewan disembelih dan bagian tubuh dibasahi dengan air.
4. Organ limfoid diambil (timus, limfoglandula, bursa fabricius dan limpa) dan
diamati
5. Organ limfoid ditimbang, catat berat masing-masing organ.
6. Bandingkan ukuran dan berat organ limfoid berdasarkan kelompok umur.
C. HASIL PENGAMATAN
 Organ Limfoid pada Ayam

Hasil pemeriksaan organ limfoid pada beberapa ayam dengan umur yang
berbeda ditemukan bahwa pada ayam DOC berumur 3 hari belum ada
perkembangan organ limfoid. Ditemukan sisa kuning telur pada abdomen yang
menunjukkan bahwa proteksi ayam berumur 3 hari yaitu imunitas maternal.
Sedangkan pada ayam broiler berumur 16 hari dan ayam buras berumur 6 bulan
ditemukan organ limfoid yaitu timus, bursa fabricius, dan limpa, seperti disajikan
pada Gambar 6. Hasil pemeriksaan pada masing-masing organ diterangkan sebagai
berikut :

1. Timus
Timus pada kedua ayam ditemukan pada sisi sinistra dan dextra dari lateral
trachea, berlobus-lobus dengan jumlah lobus yang berbeda-beda. Hasil
pengamatan timus pada ayam broiler yaitu timus kanan berjumlah 5 lobus dan
timus kiri berjumlah 4 lobus. Setelah ditimbang, berat timus kanan mencapai
0,91 gram dengan panjang 5 cm dan timus kiri 0,62 gram dengan panjang 5 cm.
Sedangkan pada ayam buras, timus kanan berjumlah 5 lobus dengan panjang
total 8,9 cm dan timus kiri berjumlah 5 lobus dengan panjang 14 cm yang
disajikan pada Gambar 5. setelah ditimbang, timus kanan ayam buras mencapai
berat 3,12 gram dan timus kiri 2,7 gram.

Gambar 5. Timus pada Ayam Buras. a) Timus kanan; b) Timus kiri


2. Bursa Fabricius
Bursa fabricius pada ayam terletak pada bagian dorsal kloaka yang
berfungsi sebagai tempat pematangan sel B. Organ bursa fabricius pada ayam
broiler berumur 16 hari ditemukan berkembang dengan baik dengan ukuran 
1,5x1 cm dengan berat 1,30 gram. Sedangkan pada ayam buras, bursa fabricius
berukuran sangat kecil yang ditemukan tepat di bagian dorsal dari kloaka. Bursa
fabricius pada ayam buras berumur 6 bulan memiliki berat 0,23 gram dengan
ukuran  0,5 cm.
3. Limpa
Organ limpa pada ayam ditemukan di dalam rongga abdomen, tepatnya
bagian dextra ventrikulus. Limpa berbentuk bulat dengan salah satu tepi runcing
dan tepi lainnya berbentuk cembung, berwarna merah kecoklatan. Hasil
pemeriksaan menunjukkan limpa pada ayam boiler berumur 16 hari memiliki
berat limpa 1,6 gram dengan ukuran 1,2 x 0,9 cm. Sedangkan limpa pada ayam
buras berumur 6 bulan memiliki berat limpa 3,5 gram, yang disajikan pada
Gambar 7.

Gambar 6. Organ limfoid pada Ayam Broiler


Gambar 7. Organ limpa Ayam Buras

 Organ Limfoid pada Kelinci


Pemeriksaan organ limfoid pada kelinci ditemukan organ timus, limpa, dan
beberapa limfoglandula seperti disajikan pada Gambar 9, dengan hasil sebagai
berikut :
1. Timus
Timus pada kelinci ditemukan pada bagian Basis cordis melekat pada Aorta
jantung. Pemeriksaan berat organ timus kelinci dengan menggunakan
timbangan digital menunjukan bahwa berat dari timus sebelah kanan yaitu 1,95
gram dengan panjang 1,8 cm, sedangkan organ timus sebelah kiri yaitu 1,95
gram dengan panjang 2,1 cm.
2. Limpa
Anatomi limpa pada kelinci sangat berbeda dengan ayam. Sebagai hewan
mamalia, organ limpa pada kelinci memiliki bentuk yang sama dengan hewan
seperti anjing, kucing, dan mamalia lainnya. Pemeriksaan berat organ limpa
kelinci menunjukkan berat limpa yaitu 0,7 gram dengan panjang 5,2 cm. Organ
limpa yang diangkat dari tubuh kelinci disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Limpa kelinci
3. Limfoglandula
Pemeriksaan limfoglandula pada kelinci ditemukan Ln. submandibularis
pada bagian ventral Os mandibula, Ln. axillaris pada bagian brachialis
(perbatasan bahu dan lengan), dan Ln. poplitea pada bagian plantar Extremitas
caudalis. Pemeriksaan berat organ limfoglandula kelinci dengan menggunakan
timbangan digital menunjukkan bahwa berat Ln. submandibularis kanan yaitu
1,34 gram, Ln. submandibularis kiri 1,25 gram, Ln. axillaris sebelah kanan
seberat 0,11 gram, sedangkan Ln poplitea sudah digantikan oleh jaringan
lemak. Pengukuran panjang pada Ln. submandibularis kanan, Ln.
submandibularis kiri, Ln. axillaris, berturut-turut yaitu 1,9 cm, 1,7 cm, 0,7 cm.

Gambar 9. Organ limfoid kelinci


3.4 PEMBAHASAN
Imunologi tidak hanya berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh manusia.
Secara historis, studi tentang spesies lain telah berkontribusi besar pada
pengembangan pemahaman imunologis. Di antara spesies lain, unggas memiliki
sistem imunitas yang menarik. Unggas juga memainkan peran penting dalam
pengembangan vaksinologi dan penerapannya hingga hari ini (Olah and Vervelde.
2008). Infeksi Avian influenza menjadi ancaman saat ini yang mengingatkan kita
tentang perlunya mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang sistem kekebalan
pada unggas untuk mengembangkan strategi baru dan efektif dalam pengendalian
penyakit (Gandon, et al., 2001).
Beberapa perbedaan nyata system imunitas pada unggas terhadap hewan
mamalia telah ditemukan. Kompleks histokompatibilitas utama pada ayam (MHC)
dan MHC nonmamalia diketahui lebih kompak, jauh lebih kecil daripada yang
ditemukan pada hewan mamalia, dan sangat terkait dengan ketahanan terhadap
penyakit menular tertentu (Kaufman, 2000).
Sistem limfoid mengumpulkan kelebihan cairan interstisial ke dalam kapiler
limfe, mengangkut lemak yang diserap dari usus halus, dan berespons secara
imunologis terhadap benda asing yang masuk. Fungsi utama organ limfold adalah
melindungi organisme terhadap patogen atau antigen (bakteri, parasit, dan virus)
yang masuk. Respons imun timbul jika organisme mendeteksi adanya patogen,
yang dapat masuk ke dalam organisme dari mana saja. Karena itu, sel, jaringan, dan
organ limfe terdistribusi luas di seluruh tubuh (Eroschenko, 2008).
Sistem limfoid mencakup semua sel, jaringan, dan organ yang mengandung
kumpulan sel imun yaitu limfosit. Sel sistem imun, terutama limfosit, tersebar di
seluruh tubuh berupa sel tunggal, kumpulan sel terisolasi, nodulus limfoid tidak
berkapsul di jaringan ikat longgar sistem pencernaan, pernapasan, dan reproduksi,
atau sebagai organ limfoid berkapsul. Organ limfoid utama adalah limfonodus,
tonsil, timus, dan limpa. Karena sumsum tulang menghasilkan limfosit, sumsum
tulang dianggap sebagai organ limfoid dan bagian sistem limfoid (Eroschenko,
2008).
1. Bursa Fabricius
Bursa Fabricius merupakan organ limfoid yang hanya dimiliki oleh unggas
dan berfungsi sebagai penghasil dan tempat pendewasaan limfosit serta berisi
makrofag dan sel plasma. Sel-sel ini memegang peranan sangat penting dalam
respon pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Sel-
sel epitel dibentuk dan diinfiltrasi oleh stem cell yang berasal dari mesenkim
embrio, sehingga terbentuk folikel-folikel limfoid. Setiap folikel terdiri atas
medula dan korteks (Olah and Vervelde, 2008). Pada ayam jantan
perkembangan bursa fabricius sangat terhambat oleh hormon testosteron,
sedangkan hormon estrogen pada ayam betina tidak menghambat
perkembangan bursa fabricius (Rohyati, 2002).
Secara anatomi, bursa fabricius terletak di antara kloaka dan sakrum.
Saluran pada bursal menyatukan proctodeum dan lumen bursal. Sebagai
divertikulum kloaka, bursa dilapisi oleh epitel silinder yang dianggap berasal
dari entodermal. (Ciriaco et al., 2003). Bursa fabricius akan mengalami regresi
dan involusi secara lengkap pada saat ayam mencapai kematangan seksual yaitu
pada umur 14-20 minggu (Glick, 1956) dan 15-24 minggu (Rohyati, 2002).
Setelah mengalami involusi, bursa Fabricius akan mengalami atrofi, dimana
folikel akan mengecil dari ukuran normal dan dilanjutkan dengan regresi. Bursa
juga mengalami regresi folikel selama fase aktif reproduksi, jumlah yang relatif
lebih rendah dan mengalami penurunan folikel selama fase regresif, dan jumlah
folikel dengan kepadatan limfosit yang tinggi diamati di medula dan korteks
dari bursa fabricius (Akbar dkk., 2012).
Bursa dikelilingi oleh lapisan otot yang tebal dan halus seperti organ
berlumen lainnya. Selama kontraksi otot, kompresi folikel dapat meningkatkan
aliran sel di dalam medula dan berkontribusi pada pengosongan limfatik yang
terletak pada poros lipatan. Terdapat 15-20 lipatan memanjang di dalam lumen
bursa yang membentuk ruang seperti celah. Selama kontraksi otot, permukaan
lipatan bersentuhan satu sama lain, sehingga lumen bursal hampir membentuk
ruang virtual. Di dalam setiap lipatan folikel disusun menjadi dua lapisan yang
dipisahkan oleh struktur aksial (arteri, vena, limfatik, dan jaringan ikat).
Akibatnya, folikel bersentuhan dengan darah dan pembuluh limfatik serta
lumen bursal. Jaringan limfoid sekunder dibentuk di salah satu lipatan ventral
(Ciriaco, et al., 2003).

2. Timus
Timus unggas terletak sejajar dengan Nervus vagus dan Vena jugularis
interna. Warnanya pucat kemerahan, bentuknya tidak teratur dan berjumlah 3-
8 lobi pada leher. Setiap lobus dienkapsulasi dengan kapsul jaringan serat halus
dan tertanam ke dalam jaringan adiposa. Dari kapsul, septa menginvasi
parenkim timus dan membagi lobus menjadi lobulus. Lobus thymus berbentuk
tombol atau kacang mencapai ukuran maksimum diameter 6-12mm pada usia
3-4 bulan, sebelum involusi fisiologis dimulai (Ciriaco et al., 2003).
Timus tumbuh dari kantung faring yang ketiga dan keempat. Ukuran timus
sangat bervariasi, ukuran relatif paling besar terdapat pada hewan yang baru
lahir sedangkan ukuran absolut terbesar pada waktu pubertas. Timus mengalami
atropi seiring dengan bertambahnya umur sebagai tanda maturitas sistem imun
pada individu. Disamping involusi yang berhubungan dengan umur, timus juga
mengalami atrofi cepat sebagai reaksi stress sehingga hewan yang mati sesudah
menderita sakit yang lama mungkin mempunyai timus yang sangat kecil
(Tizard, 1987).
Kelenjar ini paling aktif pada hewan muda, dan setelah itu mengalami
involusi secara perlahan. Pada masa dewasa, organ ini terisi oleh jaringan
lemak. Kelenjar timus dibungkus oleh kapsul jaringan ikat, dan di bawahnya
terdapat korteks berwarna gelap dengan banyaknya anyaman ruang yang saling
berhubungan. Ruang-ruang ini kemudian ditempati oleh limfosit imatur yang
pindah ke tempat ini dari jaringan hemopoietik untuk mengalami maturasi dan
diferensiasi. Sel epitel kelenjar timus membentuk jaringan penunjang struktural
untuk limfosit yang populasinya terus bertambah. Pada medula yang berwarna
lebih muda, sel epitel membentuk kerangka kasar yang mengandung sedikit
limfosit dan gelungan sel epitel yang bergabung untuk membentuk
corpusculum thymicum (Hassall) (Eroschenko, 2008).
Selama perkembangan embrionik, massa timus secara bertahap meningkat
dengan kolonisasi sel-sel induk hematopoietik (Le Douarin dan Jotereau, 1975)
dan peningkatan yang cepat, beberapa hari sebelum menetas, medulla timus
terbentuk. Diferensiasi histologis berlanjut setelah menetas. Sel hematopoietik
yang dialirkan melalui darah menginvasi bagian epitel timus dan limfosit T
yang belum berkembang biak hadir di zona subcapsular. Pembentukan timus
dan invasi septa jaringan penghubung menghasilkan lobulasi kortikal, yang
bertepatan dengan emigrasi sel T dari timus. Retikulum thymus berkembang
dari endoderm kantong cabang ketiga dan keempat (Gumati, et al., 2003).
Timus pada kelinci dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran timus
yang disebabkan adanya thymoma/thymic carsinoma. Thymoma adalah tumor
pada timus kelinci, tumor jenis ini relatif jarang terjadi namun dapat berakibat
fatal jika tidak ditangani. Insidensi thymoma pada kelinci peliharaan sekitar 8%
dengan kejadian tertinggi terutama pada kelinci berumur tua. Perkembangan
tumor pada timus relatif lebih lambat dibanding jenis tumor pada organ lainnya
namun berpotensi metastasis/menyebar ke organ lainnya, misalnya paru-paru.
Umumnya bersifat asimptomatik hingga terlihat adanya massa di daerah
thoraks. Gejala klinis yang tampak meliputi pernapasan yang pendek, exercise
intolerance, kesulitan bernapas, dan bernapas dengan mulut yang terbuka.
Terkadang diikuti dengan penonjolan bola mata keluar dari tengkorak, serta
edema pada bagian leher dan kepala. Terapi penyakit ini adalah melalui
pembedahan dan radiotherapy (Morrisey, 2006).

3. Limpa
Limpa (lien) adalah suatu organ limfoid besar dengan banyak pembuluh
darah. Limpa dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang membagi bagian
dalamnya menjadi kompartemen-kompartemen tidak sempurna yaitu pulpa
limpa (pulpa lienalis) (Guyton and Hall, 2000). Pulpa putih (pulpa alba) terdiri
dari agregasi limfoid berwarna gelap atau nodulus limfoid yang mengelilingi
pembuluh darah yaitu arteri sentralis (arteria centralis). Pulpa putih terletak di
dalam pulpa merah yang kaya darah. Pulpa merah (pulpa rubra) terdiri dari
korda limpa dan sinusoid limpa (darah). Korda limpa (chorda splenica)
mengandung anyaman serat retikular yang ditemukan makrofag, limfosit, sel
plasma, dan berbagai sel darah. Sinus limpa (vas sinusoideum splenicum)
adalah saluran darah saling berhubungan yang mengalirkan darah limpa ke
dalam sinus yang lebih besar dan akhirnya meninggalkan limpa melalui vena
lienalis (Eroschenko, 2008).
Limpa pada unggas pertama kali muncul sebagai massa sel mesenkhim
dalam embrio berumur 48 jam. Berbeda dengan mamalia, limpa unggas tidak
dianggap sebagai reservoir untuk pelepasan eritrosit ke sirkulasi. Meskipun
bukan organ utama tempat diferensiasi dan proliferasi antigen-independen
limfosit, limpa memiliki peran penting dalam limfopoiesis embrionik, karena di
sinilah sel B menjalani pengaturan ulang gen Ig mereka sebelum ke bursa
fabricius (Masteller dan Thompson, 1994). Pada saat menetas limpa menjadi
organ limfoid sekunder yang menyediakan lingkungan mikro yang sangat
diperlukan untuk interaksi antara sel limfoid dan nonlimfoid. Kontribusi limpa
unggas terhadap sistem kekebalan secara keseluruhan mungkin lebih penting
daripada mamalia karena pembuluh limfatik dan kelenjar getah bening kurang
berkembang pada hewan ini (Davison, et al., 2008).
Ikegami et al., (2016) menyatakan bahwa kelinci memiliki limpa yang rata
dan memanjang dengan hilus membujur yang membentang di sepanjang
permukaan viseralnya. Jika suatu proses inflamasi terjadi, maka antigen akan
masuk melalui aliran darah ke dalam limpa dan merangsang pertahanan tubuh
oleh limpa. Kerja limpa yang lebih berat ini mengakibatkan terjadinya
pembesaran limpa.

4. Limfoglandula
Limfonodus (kelenjar getah bening) adalah satu-satunya jaringan limfoid,
yang terdapat di antara aliran limfe yang menyaring limfe sebelum memasuki
aliran darah. Organ ini paling teroganisasi dari seluruh organ limfatik, dan satu-
satunya yang memiliki pembuluh limfe eferen dan sinus. Limfonodus berperan
penting dalam pertahanan tubuh dan fungsi imun. Limfonodus bisa mengalami
atrofi maupun hipertrofi, atau bisa juga menjadi tempat dari inflamasi lokal
maupun umum. Penyakit inflamasi selalu berhubungan dengan perubahan pada
aliran limfatik dan daerah disekitar limfonodus (Cheville 2006).
Secara mikroskopik limfonodus terbagi atas tiga bagian, yaitu korteks,
parakorteks, dan medula. Korteks merupakan lapisan paling luar yang berisi sel
limfosit B, sel dendrit folikular, dan makrofag yang tersusun dalam nodul yang
disebut folikel limfoid. Folikel limfoid merupakan sebutan dari kumpulan sel-
sel yang terdapat pada bagian kortek ini dan terkadang dilengkapi dengan
germinal center. Folikel limfoid yang tidak dilengkapi dengan germinal center
disebut folikel primer sedangkan yang dilengkapi dengan germinal center
disebut folikel sekunder (Rao, 2010). Germinal center merupakan tempat
terjadinya poliferasi dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma dan sel memory.
Struktur folikel ini akan meluas pada saat terjadi respon antigen (Douglas 2006).

V. KESIMPULAN
Hasil pemeriksaan organ limfoid pada unggas dan kelinci yaitu sebagai berikut :
 Organ limfoid primer pada ayam adalah timus, bursa fabricius dan bone
marrow, sedangkan organ limfoid sekunder pada ayam adalah limpa. Pada
ayam DOC, tubuh dilindungi oleh imunitas maternal hingga berumur 7 hari,
hal ini ditandai dengan ditemukannya kuning telur pada ayam DOC berumur
3 hari. Timus berjumlah 4-5 pasang lobus pada ayam yang berumur 16 hari
(ayam broiler) dan 6 bulan (ayam buras), dengan ukuran dan berat yang
berbeda-beda sesuai umur unggas.
 Kelinci memiliki organ limfoid primer yaitu bone marrow dan timus,
sedangkan organ limfoid sekunder yaitu limpa dan limfoglandula.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Z., A.S. Qureshi, and S.U. Rahman. 2012. Effects of Seasonal Variation in
Different Reproductive Phases on the Cellular Response of Bursa and
Testes in Japanese Quail (Coturnix japonica). Pakistan Veterinary Journal.
32 (4): 525-529.
rd
Cheville NF. 2006. Introduction to Veterinary Pathology. 3 ed. USA: Blackwell
Publishing.
Ciriaco, E., Pinera, P.P., Diaz-Esnal, B. and Laura, R. (2003). Age-related changes
in the avian primary lymphoid organs (thymus and bursa of Fabricius).
Microsc. Res. Tech. 62, 482–487.
Ciriaco, E., Pinera, P.P., Diaz-Esnal, B. and Laura, R. (2003). Age-related changes
in the avian primary lymphoid organs (thymus and bursa of Fabricius).
Microsc. Res. Tech. 62, 482–487.
Davison F., B Kaspers., and KA Schat. 2008. Avian Immunology. Elsevier. USA
Douglas, K. 2006. Media and Culture Studuies. Victoria: Blackwell Publishing.
Eroschenko, VP. 2008. diFior`s Atlas of Histology with Functional Correlations,
11th Ed. Lippincott Williams and Wilkins. USA
Gandon, S., Mackinnon, M.J., Nee, S. and Read, A.F. (2001). Imperfect vaccines
and the evolution of pathogen virulence. Nature 414, 751–755
Glick, B, T.S. Chang, and R.G. Jaap. 1956. The bursa of Fabricius and antibody
production. Poultry Science. 35: 224
Gumati, M.K., Magyar, A., Nagy, N., Kurucz, E., Belfoldi, B. and Oláh, I. (2003).
Extracellular matrix of different composition supports the various splenic
compartments of guinea fowl (Numida meleagris). Cell Tissue Res. 312,
333–343.
Guyton A.C and Hall. 2000. Textbook of Medical Physiology. Twelfth Edition.
Department of Physiology and Biophysics Associate Vice Chancellor for
Research University of Mississippi Medical Center Jackson, Mississippi.
Ikegami R, Y Tanimoto, M Kishimoto, and Shibata H. 2016. Anatomical variation
of arterial supply to the rabbit spleen. The Journal of Veterinary Medical
Science. 78 (2)
Kaufman, J. (2000). The simple chicken major histocompatibility complex: life and
death in the face of pathogens and vaccines. Philos. Trans. R. Soc. Lond.
Biol. Sci. 355, 1077–1084.
Masteller, E.L. and Thompson, C.B. (1994). B cell development in the chicken.
Poult. Sci. 73, 998–1011. McCorkle, M.F., Stinson, R.S., Oláh, I. and
Glick, B. (1979). The chicken’s femoral-lymph nodules: T and B cells and
the immune response. J. Immunol. 123, 667–669.
Morrisey, J.K. 2006. Thymomas in Rabbits Online. Tersedia pada http://www.-
rabbit.org. Diakses pada 29 Juli 2017.
Olah, I and L, Vervelde. 2008. Structure of the avian lymphoid tissue: in Avian
Immunology. Davison F., B Kaspers., and KA Schat. Elsevier. USA
Rao, DG. 2010. A Text Book on Systemic Pathology of Domestic
Animals. Lucknow: ibdc publisher. Hlm: 205-425
Rohyati, N. 2002. Pengaruh pemberian probiotik B-mix dan infeksi Salmonella
enteritidis terhadap gambaran mikroskopis bursa Fabrisius pada ayam
broiler. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Tizzard, I. R. 1987. Veterinary Immunology an Introduction. 3 td. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai