Menimbang : a. bahwa dokter pemilik ijin simpan obat tidak
dapat disamakan dengan apotik dokter, oleh karenanya haknya pun harus dibedakan. b. bahwa pemberian potongan harga oleh Pedagang Besar Farmasi Kepada dokter memiliki ijin simpan obat ternyata tidak dapat mencapai sasarannya.
Mengingat : 1. Undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Kesehatan (Tambahan Negara No. 131 tahun 1960); 2. Undang-undang No. 7 tahun 1963 tentang Farmasi (Lembaran Negara No. 81 tahun 1963); 3. Undang-undang Obat Keras (Stbl. 1949 No. 419); 4. Surat Keputusan kami tanggal 28 Januari 1964 No.8O9/P h/64/b;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : 1. Merubah pasal 3 Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI tanggal 28 Januari 1964 No.809/Ph/64/b, sehingga berbunyi : "Pedagang Besar Farmasi Tidak diperkenankan menjual obat langsung kepada dokter-dokter, dokter gigi dan 2. 2. Terhitung mulai berlakunya surat Keputusan ini semua dokter yang memiliki ijin simpan obat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan R I tanggal 8 Juni 1962 No. 33148/Kab/ 176 tidak berhak lagi untuk membeli obat langsung pada Pedagang Besar Farmasi, tetapi harus membeli obat-obat di apotik. 3. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 30 April 1973 A.n. MENTERI KESEHATAN RI DIREKTUR JENDERAL FARMASI