Dosen:
Prof. Dr. Waluyo Hatmoko, M.Sc
Disusun Oleh:
Sumber: http://regional.liputan6.com/read/3324568/status-darurat-banjir-cirebon-timur-
berlaku-hingga-8-maret-2018
Pemerintah Kabupaten Cirebon belum mencabut status darurat banjir yang terjadi di
kawasan timur Cirebon. Hingga saat ini, upaya penanggulangan banjir terus dilakukan,
termasuk penyaluran bantuan korban.
Dari data yang dihimpun, banjir yang melanda Kabupaten Cirebon dalam beberapa hari
terakhir merendam 9.398 unit rumah warga. Kasie Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten
Cirebon Eman Sulaeman menyebutkan, rumah yang terendam tersebar di lima kecamatan.
Perinciannya adalah di Kecamatan Losari ada 278 rumah, Kecamatan Waled 1.306 rumah,
Kecamatan Pasaleman 3.537 rumah, Kecamatan Pabedilan 1.388 rumah, dan Kecamatan
Ciledug ada 2.889 rumah.
"Jumlah warga yang terdampak banjir ada 10.649 kepala keluarga (KK), 43.268 jiwa," ujar
Eman, Senin, 26 Februari 2018.
Dia menyebutkan, ribuan warga tercatat terdampak banjir parah yang ada di timur Cirebon.
Yakni 1.360 jiwa di Kecamatan Losari, 5.345 jiwa di Kecamatan Waled, 15.498 jiwa di
Kecamatan Pasaleman, 6.493 jiwa di Kecamatan Pabedilan, dan 14.772 jiwa di Kecamatan
Ciledug.
Pemkab Cirebon, kata dia, telah menetapkan status tanggap darurat terkait bencana banjir
selama 14 hari. Penetapan itu dilakukan setelah rapat terbatas di Balai Desa Cilengkrang
Girang, Kecamatan Pasaleman, Jumat, 23 Februari 2018 lalu.
Rapat dipimpin Plt Bupati Cirebon, Selly Andriani Gantina bersama Dandim 0620 Kabupaten
Cirebon, Letkol Infantri Irwan Budiana, selaku Komandan Tanggap Bencana di wilayah
Kabupaten Cirebon.
"Untuk memenuhi kebutuhan logsitik bagi korban banjir, kami sudah bekerja sama dengan
seluruh stakeholder yang ada," sebut Plt Bupati Cirebon, Selly Andriani Gantina.
ari hasil kaji cepat di lapangan, tercatat ada tiga korban jiwa meninggal dunia. Eman Sulaeman
menyebutkan, dari tiga korban jiwa itu, satu orang meninggal terendam di lokasi banjir dan
dua orang meninggal di rumah sakit.
Dari ketiga korban, dua di antaranya merupakan warga Desa Jatiseeng, Kecamatan Ciledug
dan satu orang warga Desa Ciledug Lor, Kecamatan Ciledug. Tiga korban meninggal dunia
tersebut masing-masing bernama Tarilah (43), warga Desa Ciledug Lor, Kecamatan Ciledug,
Kabupaten Cirebon.
Korban meninggal lainya adalah Unel (70) dan Encing (40), warga Blok Jatiseeng, Kecamatan
Ciledug. Keduanya, kata Eman, meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit.
"Karena faktor usia dan ada penyakit juga dan dua yang lain meninggal di rumah sakit setelah
dilakukan evakuasi," ujar dia,
Eman mengatakan, selain korban jiwa, banjir yang terjadi kemarin juga menyebabkan beberapa
orang mengalami luka-luka, pingsan, serta kedinginan. Namun, Eman mengaku tidak bisa
menyebutkan data pasti karena masih dalam pendataan oleh tim medis.
"Kalau yang mengalami luka banyak, ada yang jatuh dari atap, ada juga yang pingsan karena
kedinginan, namun kami masih berkoordinasi dengan dinas terkait untuk jumlah pastinya,"
kata Eman.
Banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Cirebon timur mengakibatkan kerugian hingga
miliaran rupiah. Untuk Desa Japurabakti, Kecamatan Astanajapura, kerugian materil ditaksir
Rp 5 miliar. Sama halnya kerugian materi di Desa Kanci, kecamatan setempat.
Menurut Saya : Banjir Cirebon merupakan peristiwa alam karena intensitas curah hujan yang
sangat tinggi akhir-akhir ini. Dampak yang terjadi sangatlah besar karena menelan kerugian
dana sebesar Rp.5 miliar dan para penduduk harus rela mengungsi selama 14 hari. Mengenai
upaya dan manajemen resiko yang telah dilakukan, saya rasa Pemkab Cirebon sangat tepat dan
tanggap. Akan tetapi saya menyarankan harus ada pengerukan dan pelebaran sungai, agar
peluang resiko bencana banjir ini akan kecil dengan harapan tidak akan terjadi dikemudian
hari.
Kekeringan:
Kepala BMKG wilayah V Jayapura Zem Paddama mengatakan, secara umum wilayah
Provinsi Papuabagian barat, tengah, dan utara, termasuk klasifikasi normal hingga sangat
kering. Kemarau panjang ini diduga diakibatkan adanya penurunan tingkat curah hujan di
wilayahRI.
Sementara, kata Zem Paddama, monitoring hari tanpa hujan dasarian 3 bulan ini, sebagian
besar wilayah Papua sudah masuk dalam kategori sangat pendek, yakni 1-5 hari. Untuk
kategori pendek berkisar 6-10 hari terjadi di wilayah Mamdda, Yansu, dan
Nimbokrang. "Sebelum kemarau tiba sejak awal Juli lalu, terjadi peningkatan suhu di atas
permukaan tanah dengan ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut," sambung
dia.
Namun, Zem Paddama menambahkan, meningkatnya suhu itu mengakibatkan munculnya
embun beku yang terjadi 2 pekan, dan menyebabkan tanaman warga layu dan mati. Udara
dingin ini sangat terasa di 3 kabupaten, seperti di Kabupaten Puncak, Kabupaten Lanny Jaya,
dan Kabupaten Nduga. (Rmn/Mvi)
Sumber : http://news.liputan6.com/read/2284311/sejumlah-wilayah-di-papua-dilanda-
kekeringan
Puncak Agustus ke September. Prediksi kami sampai November,” kata Subahari, Observer
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meterorologi Wamena
kepada Mongabay, Jumat (21/8/15) di Wamena. Dia mengatakan, peningkatan suhu udara
di laut pasifik menyebabkan perubahan angin dan tekanan udara hingga curah hujan
berkurang. Dampaknya, Pegunungan Tengah dengan ketinggian 5.100 kaki di atas
permukaan laut menyebabkan siang sangat panas, malam dan pagi sangat dingin.
“Di Wamena seminggu lalu suhu udara pagi sempat empat derajat Celcius. Siang 27
derajat. Ini tingkat tinggi. Selama 20 tahun terakhir pertama kali empat derajat,
sebelumnya hanya sembilan derajat.” Kondisi ini, di Wamena, Ibukota Jayawijaya
merupakan pusat kota di lembah pegunungan. Dia memperkirakan, wilayah-wilayah lebih
tinggi dari Wamena suhu di bawah empat derajat. Kecepatan angin juga meningkat,
mencapai 38 knot. Batas normal di bawah 20 knot. Keadaan ini, sangat berbahaya bagi
landing dan take off pesawat serta bisa menimbulkan kerusakan pada bangunan dengan
konstruksi tidak kuat. Pepohonan roboh sudah terjadi di beberapa tempat di Jayawijaya.
Karena lambat penanganan, api juga membakar perkampungan warga hingga honai beserta
isi juga ternak peliharaan. Berdasarkan data Polres Jayawijaya, kebakaran di 12 tempat,
terdapat 120 rumah terbakar, dua gereja. Jumlah titik api tidak terdeteksi BMKG, namun
kasat mata petugas BMKG menghitung per 20 Agustus 2015, di Wamena ada lebih 15 titik
api ditemukan di Distrik Walelagama dan Maima. Angin kencang memperparah luas
kebakaran. Asap kebakaran menyebabkan gangguan penerbangan dan kualitas udara.
Tak hanya itu. Sumber-sumber air juga mengering. Pusat Listrik Tenaga Hidro (PLTH)
Welesi yang menjadi sumber listrik di Kota Wamena kekurangan daya. Debit air Kali Uwe
makin berkurang membuat daya listrik berkurang hingga PT. PLN mengatur pemadaman
bergilir wilayah-wilayah Wamena. Sumur-sumur sumber air warga juga kering, terutama
di gunung.
Natalia Itlay dari Distrik Pisugi menunjukkan sumur sumber air mereka mengering.
“Sekarang kita ambil air dibawah bukit, sekitar tiga km dari sini,” katanya. Lahan
pertanian juga mengering. BMKG Stasiun Wamena memantau seluruh wilayah
Pegunungan Tengah. Data BMKG, kemarau panjang sekarang sama seperti 1997. Kala
itu, di Yahukimo, Pegunungan Tengah mengalami bencana kelaparan hingga
menimbulkan korban jiwa.
Upaya yang telah dilakukan Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah Jayawijaya telah
membuka posko penanggulangan bencana diketuai Wakil Bupati John Richard Banua.
Palang Merah Indonesia (PMI) membuka Posko sama. Posko ini menyediakan bantuan
berupa makanan, peralatan maupun tenaga medis. Polres Jayawijaya juga membuka posko
bantuan. Di media massa, pemerintah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar
tidak membakar lahan-lahan kosong dan berhati-hati saat menggunakan api dalam rumah.
Menurut Saya: Kejadian yang terjadi permasalahan kekeringan di daerah papua tersebut
terjadi karena menurunnya tingkat curah hujan, maka upaya yang harus di lakukan adalah:
1. Pra bencana
a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku
untuk air bersih.
c. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang
ada di lingkungan tinggal kita.
d. Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan
plester semen atau ubin keramik.
f. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
h. Panen dan konservasi air
Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran
permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan
rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang
sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh
tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi air.
Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering
(dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan
pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang
berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim
kemarau. Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman, sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta
mengurangi risiko erosi pada musim hujan.
1) Rorak
- Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang
mempunyai waduk.