Anda di halaman 1dari 16

MODUL

PERTOLONGAN
PERTAMA GAWAT
DARURAT (PPGD)
PADA ANAK
BERBASIS
MASYARAKAT
MODUL
KEJANG DEMAM

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta pelatihan dapat
a. Menjelaskan definisi kejang demam
b. Menjelaskan penyebab kejang demam
c. Menjelaskan tanda dan gejala kejang demam
d. Melakukan cara penanganan kejang demam
B. Pengertian
Kejang demam adalah kejang-kejang yang terjadi pada anak-anak akibat
kenaikan suhu tubuh secara drastis dan mendadak. Kondisi ini biasanya terjadi
ketika anak menderita infeksi. Kejang demam umumnya terjadi pada anak usia
enam bulan hingga tiga tahun.
C. Penyebab
a. Penyakit infeksi misalnya : infeksi pernapasan bagian atas, otitis media akut.
b. Infeksi di dalam otak, misalnya meningitis.
c. Penyakit demam, gangguan metabolisme, trauma, gangguan sirkulasi dan
penyakit degeneratif susunan saraf.
D. Tanda dan Gejala
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
e. Hasil pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kerjang normal.
f. Frekwensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
E. Cara Penanganannya
a. Terapi obat
b. Pengobatan penunjang
d. Semua pakaian ketat dibuka
e. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah keluarnya isi lambung.
f. Usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
g. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
h. Mngamati secara ketat fungsi vital, seperti kesadaran, suhu, tekanan darah,
pernapasan dan fungsi jantung.

F. Pendidikan Kesehatan
a. Baringkan anak yang mengalami kejang di tempat yang rata, kepala
dimiringkan dan pasangkan sulip lidah/ sendok untuk membebaskan jalan
napas pasien
b. Singkirkan benda-benda tajam yang ada di sekitar pasien.
c. Isap lendir sampai bersih
d. Bila suhu tinggi berikan kompres dingin untuk menurunkan suhu tubuh
e. Berikan minum yang banyak untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
f. Segera dibawa ke rumah sakit/ puskesmas terdekat untuk mendapatkan
pertolongan dari petugas kesehatan.
MODUL
LUKA BAKAR

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta pelatihan dapat
a. Menjelaskan definisi luka bakar
b. Menjelaskan penyebab luka bakar
c. Menjelaskan tingkatan luka bakar
d. Melakukan cara penanganan luka bakar

B. Pengertian Luka Bakar


Luka Bakar adalah Suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam

C. Penyebab Luka Bakar


a. Api, air panas, kuah panas, logam panas.
b. Bahan kimia
c. Tersengat listrik, tersambar petir, terpapar sinar matahari
d. Udara panas, ledakan petasan

D. Tingkatan Pada Luka Bakar


Luka bakar umumnya di bagi menjadi (1) luka bakar tingkat pertama, (2) luka
bakar tingkat kedua, dan (3) luka bakar tingkat ketiga. Makin tinggi
tingkatannya, makin serius kerusakan pada kulit. Luka bakar tingkat ketiga
adalah yang paling parah.
a. Luka bakar tingkat pertama. Hanya bagian atau lapisan atas kulit yang
terbakar. Kulit berubah menjadi merah, kering, dan membengkak. Bagian
kulit yang terbakar dapat mengelupas dan sakit sekali. Biasanya perawatan
luka bakar pada tingkat ini tidak membutuhkan seorang dokter, kecuali kulit
yang terbakar cukup luas. Luka bakar tingkat pertama biasanya sembuh dalam
waktu 5-6 hari dan jarang meninggalkan bekas.
b. Luka bakar tingkat kedua. Dua lapisan kulit atas terbakar. Luka bakar tingkat
kedua dapat membahayakan nyawa seseorang apabila lebih dari setengah
badan terbakar. Apabila hanya sedikit kulit yang terbakar, korban masih dapat
dirawat tanpa bantuan seorang dokter. Namun, apabila kulit yang terbakar
lebih dari 3cm2 atau bila kulit melepuh atau luka terdapat di bagian tangan,
wajah, dan selangkangan maka harus dibawa ke dokter.
c. Luka bakar tingkat ketiga. Ketiga lapisan atas kulit terbakar, dapat merusak
jaringan otot, urat saraf, tulang, atau lemak di bawah kulit. Pada luka bakar
tingkat ketiga, kulit berubah menjadi merah, putih, berlilin, atau hitam hangus.
Apabila urat sarafnya terbakar, korban mungkin tidak akan merasa sakit.
Daerah tubuh yang terbakar mengeluarkan cairan bening. Korban harus
segera dibawa ke dokter. Perawatan dari ahli kulit atau bedah plastik
dibutuhkan, karena luka ini akan meninggalkan bekas pada kulit.

E. Cara Penanganan
a. Apabila pakaian korban terbakar, gunakan selimut, handuk, atau seprai tebal
untuk mematikan api. Pastikan bahwa korban tidak memiliki risiko menderita
luka bakar yang lebih parah dengan mematikan
b. api, membilas bahan-bahan kimia yang telah mengakibatkan
kebakaran, dll
c. Segera cari bantuan kesehatan

d. Periksa pernapasan dan saluran pernapasan korban. Apabila dibutuhkan,


berikan napas bantuan
e. Perhatikan tanda-tanda kejutan karena dapat berakibat fatal. Lihat bagian
mengenai kejutan untuk keterangan lebih lanjut
f. Hentikan pendarahan
g. Sambil menunggu bantuan datang, pindahkan korban ke tempat perawatan
h. Singkirkan benda-benda yang menahan panas, seperti pakaian atau
perhiasan. Gunakan gunting untuk memotong sekeliling pakaian yang dapat
dengan mudah dilepas, tetapi jangan memindahkan pakaian yang melekat
pada luka bakar
i. Dinginkan luka dengan air bersih. Jika memungkinkan, biarkan luka di
bawah air yang mengalir selama mungkin sampai benar-benar dingin
j. Tutupi luka yang sudah dingin dengan kasa atau kain basah yang bersih.
Jangan menggunakan kapas atau kain berbulu
k. Angkat bagian tubuh yang terluka
l. Apabila korban sadar dan haus, beri mereka banyak air minum hangat. Air
membantu menggantikan cairan yang hilang

Untuk luka bakar ringan

a. Dinginkan luka di bawah air yang mengalir selama 10 menit, atau gunakan
kain lembab
b. Tutupi luka dengan pembalut atau kain bersih yang tidak lengket. Pastikan
bahwa pembalut atau kain menutupi seluruh bagian luka. Daun pisang muda
juga dapat digunakan untuk menutupi luka. Lendir dari tanaman lidah buaya
dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit dan membantu penyembuhan
MODUL
KERACUNAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta pelatihan dapat
a. Menjelaskan definisi keracunan
b. Menjelaskan penyebab keracunan
c. Menjelaskan tanda dan gejala keracunan
d. Melakukan cara penanganan keracunan

B. Pengertian Keracunan
Keracunan adalah masuknya suatu zat racun kedalam tubuh yang mempunyai efek
membahayakan atau mengganggu fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah,
jenis, frekuensi dan durasi yang disengaja maupun tidak disengaja bahkan dapat
menimbulkan kamatian.

C. Tanda dan Gejala Keracunan


a. Luka bakar atau kemerahan disekitar mulut dan bibir akibat menelan racun
b. Nafas berbau bahan kimia, misalnya bensin atau cat
c. Timbul bercak atau bau bahan pada tubuh korban dan sekitarnya
d. Tempat obat yang telah kosong
e. Muntah, sulit bernafas, rasa kantuk yang berat, kebingungan, atau gejala lain
yang tidak diharapkan
D. Cara Penanganan Keracunan
a. Jika racun terhirup, pindahkan korban dari paparan ke udara segar, berikan
oksigen jika kesulitan bernafas
b. Jika racun kontak dengan kulit
1. lepaskan segala sesuatu yang terkontaminasi (exp: Baju, arloji, dll)
2. Cuci dan bilas dengan air mengalir selama 15-20 menit
3. Keringkan dengan handuk kering dan lembut
c. Jika racun kontak dengan mata
1. Segera cuci mata dengan air sekurangnya 1 L
2. Buka Kelopak mata sesekali sambal membilas sehingga tidak tersisa bahan
kimia
d. Jika racun tertelan
Lakukan rangsangan muntah jika pasien dalam keadaan sadar, jangan
dilakukan pada pasien tidak sadar & untuk penyebab dibawah ini

 Pestisida -- Jangan rangsang muntah, berikan arang aktif, misalnya norit.


Anak-anak < 1 Tahun: 10-25 g, 1-12 Tahun: 25-50 gram, >13 Tahun:25-
100 gram
 Bahan Korosif (pembersih keramik, KM)– jangan rangsang muntah,
segera berikan air minum jika pasien sadar sebanyak maks 100 ml bagi
anak-anak dan 250 Ml bagi dewasa
 Hidrokarbon (missal: Minyak Tanah)– Jangan rangsang muntah, bila
muntah posisikan kepala lebih rendah daripada panggul, tidak disarankan
pemberian norit dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya
muntah aspirasi paru
MODUL
CHOKING

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta pelatihan dapat
a. Menjelaskan definisi Choking
b. Menjelaskan penyebab Choking
c. Menjelaskan tanda dan gejala Choking
d. Melakukan cara penanganan Choking

B. Pengertian Choking
Gangguan jalan nafas adalah kondisi yang menyebabkan terganggunya
aliran udara masuk ke saluran nafas melalui mulut dan hidung. Gangguan jalan
nafas dapat terjadi secara tiba-tiba dan lengkap atau perlahan dan parsial.
Bentuk gangguan jalan nafas adalah sumbatan jalan nafas dimana terbagi
atas sumbatan jalan nafas total dan parsial (sebagian). Sumbatan jalan nafas total
terjadi pada seseorang yang tersedak benda asing, sedangkan sumbatan sebagian
disebabkan oleh adanya cairan seperti sisa muntah, darah, atau sekret dalam
rongga mulut. Tersedak sering Terjadi pada anak usia dibawah 9 Tahun. Lebih dari
90% kematian anak tersedak terjadi pada anak usia 5 tahun kebawah. 65%
korbanya adalah bayi

C. Tanda dan Gejala


1. Terlihat korban mendadak tidak bisa berbicara
2. Batuk
3. Sulit bernafas
4. Berontak sambil memegang leher
5. Kebiruan
6. Whezing
D. Cara Penanganan
a. Periksa kesadaran anak, lihat pada jalan nafas

b. Jika terlihat ambil menggunakan jari

c. Jika tidak bisa gunakan Back Blow pada anak anak atau kombinasi 5 kali back
blow 5 kali chest trust pada bayi

d. Jika pasien tidak sadar segera hubungi pelayanan medis terdekat dan lakukan
bantuan hidup dasar
MODUL
MULTIPLE TRAUMA, LUKA DAN FRAKTUR

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta pelatihan dapat
a. Menjelaskan definisi multiple trauma, luka dan fraktur
b. Menjelaskan penyebab multiple trauma, luka dan fraktur
c. Menjelaskan tanda dan gejala multiple trauma, luka dan fraktur
d. Melakukan cara penanganan multiple trauma, luka dan fraktur

B. Pengertian
Trauma dapat mengenai seluruh sistem tubuh. Misal trauma dada, trauma perut,
dll. Trauma yang terjadi pada banyak sistem disebut multiple trauma. Sejak abad
20, insiden trauma baik tumpul maupun tajam telah meningkat secara signifikan.
Trauma adalah penyebab kematian keempat secara umum (150.000
kematian/tahun), dan penyebab utama kematian pada orang usia 1-44 tahun
(Chamber, 2009).
Trauma pada sistem pertulangan tubuh manusia
1. Luka terbuka
Luka adalah kerusakan yang mnegarah kepada terputusnya jaringan kulit.
Penyebab dari luka beberapa antara lain akibat trauma (misalnya: mekanik,
kimia, fisik), luka yang disengaja (misal: pembedahan), karenaiskemia (misal
luka pada kaki), dan luka akibat tekanan (misal: ulkus dekubitus). Luka yang
diakibatkan oleh benda tajam bisa menyebabkan putusnya pembuluh darah
sehingga menyebabkan perdarahan (Dealey, 2005). Terkadang luka melibatkan
jaringan otot yang lebih dalam sehingga terjadi perdarahan hebat. Apabila
perdarahan tidak dihentikan maka akan menyebabkan syok hipovolia yang
dapat berujung dengan kematian.
2. Fraktur
Fraktur adalah terputusnya jaringan tulang. Dalam bahasa sehari hari adalah
patah tulang. Penyebab patah tulang adalah pukulan, tabrakan, terpluntir, dan
kontraksi otot yang ekstrim, terjadi krepitasi, dan pembengkakan di area
lokal(Smeltzer, et all, 2003). Secara umum fraktur dibagi menjadi 2 yaitu
fraktur tertutur dan fraktur terbuka. Dikatakan tertutup jika patahan tulang yang
patah didalam otot dan tidak tembus kulit. Sedangkan terbuka jika ada bagian
patahan tulang yang mencuat keluar. Kedua jenis fraktur baik tertutup dan
terbuka, sama-sama berbahaya.
3. Dislokasi
Dislokasi adalah suatu kondisi dimana permukaan sendi yang membentuk
tulang tidak lagi tersambung secara anatomis atau pada tempatnya. Secara
sederhanabisa kita bahasakan tulang keluar sendi. Dislokasi bisa terjadi secara
bawaan, spontan, penyakit sendi dan yang paling sering adalah karena trauma.
Penderita dislokasi biasanya sangat kesakitan. Mudah didiagnosa karena
perubahan anatomisnya sangat jelas seperti sendi tampak bengkak, sendi
bergeser.
4. Benda menancap
Bila menjumpai korban dengan benda menancap tubuh, jangan sekali-kali
mencabut benda tersebut. Lakukan stabilisasi benda tersebut dengan bantalan
agar tidak mengoyak jaringan atau struktur yang penting kemudian penderita
ke fasilitas kesehatan dalam keadaan benda masih menancap. Benda yang
menancapbiasanya dikeluarkan di kamar operasi (sartono, dkk, 2013, drajat,
dkk, 2008)
C. Tanda dan Gejala
a. Terdapat bunyi pada patahan tulang
b. Bagian yang terluka sangat sakit
c. Sulit menggerakkan bagian yang terluka
d. Gerakan tubuh tidak normal
e. Bengkak dan memar
f. Terlihat perubahan bentuk
g. Penurunan sensasi pada bagian yang terluka

D. Cara Penanganan
a. Jangan memindahkan korban ke tempat lain sampai ada petugas medis yang
dating, terutama apabila luka terlihat dikepala, leher dan tulang belakang
b. Jika korban terlihat mengeluarkan banyak darah, cari sumber perdarahan
dengan menggunting pakaian korban sebelum melakukan pertolongan. Jika
terlihat usahalan untuk dihentikan dengan menutup luka, tekan pada titik tekan
dan tinggikan jika tidak ada patah tulang
c. Jika terdapat benda yang tertancap pada korban diusahakan untuk jangan
dicabut, tetapi dipertahankan posisinya agar tidak terjadi perdarahan
d. Jangan berusaha untuk mengembalikan tulang yang terlihat keluar menembus
kulit
e. Jangan memberikan minuman atau makanan pada korban
f. Jika anda memiliki kemampuan untuk membalut bidai. Lakukan pemasangan
bidai dibagian atasdan bawah bagian yang patah. Jika bidai tidak ada gunakan
alat seadanya seperti majalah atau karton, atau kardus yang kaku
TEKNIK BIDAI

A. Tujuan:
a. Mencegah pergeseran tulang yang patah
b. Mencegah bertambahnya luka pada tulang yang patah
c. Mengurangi rasa nyeri
d. Mengistirahatkan daerah patah tulang

B. Prinsip Pembidaian:
a. Bidai melewati dua sendi: sendi awal dan sendi akhir tulang yang patah
b. Membentuk garis lurus (realignment)
c. Dapat untuk menilai perdarahan
d. Posisi anggota gerak terkunci

C. Pedoman Pembidaian:
a. Informasikan kepada korban
b. Siapkan alat-alat
c. Membidai sesuai dengan posisi saat ditemukan
d. Meliputi dua sendi atau tulang
e. Lapisi bidai dengan bahan lunak
f. Ikatan jangan terlalu keras atau longgar
g. Ikatan cukup jumlahnya
h. Jika ragu-ragu apakah ada fraktur/tidak sebaiknya lakukan bidai untuk
pencegahan

D. Prosedur Pembidaian:
a. Bidai Pada Kasus Patah Tulang Lengan Atas
1. Pasanglah bidai disepanjang lengan atas dan berikan balutan untuk
mengikatnya. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan bawah merapat ke
dada, lengan digantungkan keleher
2. Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku, biasanya siku tidakdapat
dilihat. Dalam hal ini dipasang jga bidai yang meliputi lengan bawah, dan
biarkan dalam keadaan lurus tanpa perlu digantungkan
b. Bidai Pada Kasus Patah Tulang Lengan Bawah
1. Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini dapat dibuat
dari dua bilah papan, dengan sebilah papan disisiluar dan sebilah lagi disisi
dalam, dapat pula dipergunakan bidai dengan setumpuk kertas koran
membungkus lengan
2. Berikan alas perban antara lengan dan bidai untuk mengurangi rasa sakit
3. Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut
4. Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu keras menjepit lengan sehingga
psien merasa lengannya menjadi sakit
5. Gantungkan lengan yang patah ke leher dengan menggunakan mytella atau
kain.

c. Bidai Pada Kasus Patah Tulang Paha


1. Sepasang bidai bagian yang patah berada di bagian atas paha maka bidai
sisi luar harus dipasang sampai pinggang.
2. Apabila bagian yang patah berada dibagian bawah paha maka bidai cukup
sampai pinggul. Bidai sudah harus dipasang sebelum dipindahkan ke
tempat lain

d. Bidai Pada Kasus Patah Tulang Betis


1. Dengan dua bidai, betis dibidai dari mata kaki sampai beberapa jari diatas
lutut. Papan bidai dibungkus dengan kain atau selimut untuk tempat
menempatkan betis. Dibawah lutut dan mata kaki diberi bantalan
2. Selama menunggu pengangkutan kaki diletakkan lebih tinggi dari bagian
tubuh lainnya, untuk menghambat pembengkakan dan mengurangi rasa
sakit
3. Apabila tulang yang patah terdapat diatas pergelangan kaki, pembidaian
berlapis bantal dipasang dari lutut hingga menutupi telapak
Referensi
1. Textbook Of Medical Surgical Nursing 12th Edition, Brunner and suddarth
2. Critical Care Nursing, Morton And Fontaine
3. Keperawatan Medikal Bedah, Smeltzer Dkk
4. Buku-Buku Pelatihan Terbitan PMI Pusat: Pertolongan Pertama,
Perawatan Keluarga, Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat,
Kesehatan Remaja
5. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, www. Idepfoundation. org

Anda mungkin juga menyukai