Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya antar dua zat
murni.Suatu bentuk yang paling lazim dan campuran adalah larutan reaksi
kimia telah mempengaruhi kehidupan kita. Di alam sebagian besar reaksi
berlangsung dalam larutan air. Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari
yang menggunakan reaksi kimia seperti, makanan yang kita konsumsi setiap
saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan hydrogen
bergabung membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk. Bahan bakar
dan plastik dihasilkan oleh minyak bumi, pati tanaman dalam daun disintesis
dan oleh pengaruh sinar matahari.

Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal sebagi


“stokiometri”. Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajari
hubungan kuantitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia. Bila
senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif
stokiometri, artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun
demikian terdapat suatu reaksi dimana salah satu reaktan habis, sedangkan
yang lain masih tersisa. Reaktan yang habis disebut pereaksi pembatas. Dalam
setiap persoalan stokiometri, perlu untuk menentukan reaktan yang mana
yang terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan. Oleh karena
itu percobaan ini dilakukan. Diharapkan kita mengerti tentang pereaksi
pembatas dan pereaksi sisa.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui titik maksimum dan titik minimum dari campuran
NaOH – H2SO4
2. Mengetahui suhu campuran dari larutan NaOH dengan larutan H2SO4
3. Menentukan reaksi pembatas dan reaksi sisa pada percobaan

1
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Stoikiometri

Stoikiometri ialah cabang kimia yang berhubungan dengan suatu hubungan


kuantitatif yang terdapat antara reaktan dan juga produk dalam reaksi kimia.
Reaktan ialah suatu zat yang berpartisipasi didalam reaksi kimia, dan juga produk
ialah suatu zat yang diperoleh sebagai hasil dari reaksi kimia. Stoikiometri tersebut
bergantung pada kenyataan ialah bahwa unsur-unsur berperilaku dengan cara yang
bisa atau dapat diprediksi, dan juga materi yang tidak dapat diciptakan atau juga
dihancurkan.

Oleh Sebab itu, pada saat unsur digabungkan kemudian menghasilkan


reaksi kimia, sesuatu yang dikenal dan juga spesifik yang akan terjadi serta hasil
reaksi bisa untuk diprediksi dengan berdasarkan unsur-unsur dan juga jumlah yang
terlibat. Stoikiometri ialah matematika di balik ilmu kimia. Perhitungan
stoikiometri tersebut bisa menemukan bagaimana unsur-unsur dan juga komponen
yang diencerkan dalam suatu larutan yang konsentrasinya diketahui, bereaksi di
dalam kondisi eksperimental. Kata “Stoikiometri” tersebut berasal dari kata
“stoicheion” Yunani, berarti “unsur” dan juga “metron” berarti “ukuran”.

B. Jenis – Jenis Stoikiometri


1. Stoikiometri Reaksi
Stoikiometri tersebut sering digunakan untuk dapat menyeimbangkan
persamaan kimia yang dapat ditemukan pada stoikiometri reaksi. Hal
tesebut menggambarkan bahwa hubungan kuantitatif antara zat disebabkan
karena mereka berpartisipasi dalam reaksi kimia.
2. Stoikiometri Komposisi
Stoikiometri komposisi ini menjelaskan ialah kuantitatif (massa) hubungan
antara suatu unsur-unsur dalam senyawa. Misalnya ialah, stoikiometri
komposisi tersebut menggambarkan (massa) nitrogen dengan hidrogen yang
bergabung dan menjadi amonia kompleks. yakni 1 mol nitrogen dan juga 3

2
mol hidrogen dalam tiap-tiap 2 mol amonia. Mol ialah satuan yang
digunakan didalam kimia untuk jumlah zat.
3. Stoikiometri Gas
Jenis stoikiometri ialah berkaitan dengan suatu reaksi yang melibatkan gas,
yang mana gas berada pada suatu suhu, tekanan dan juga volume yang
dikenal dan juga dapat dianggap gas ideal. Untuk gas, perbandingan volume
idealnya tersebut sama dengan hukum gas ideal, Namun rasio massa reaksi
tunggal tersebut harus dihitung dari massa molekul reaktan serta
juga produk,yang mana massa molekul ialah massa 1(satu) molekul zat.

Gas ideal ialah suatu gas teoretis yang terdiri dari 1(satu) set partikel yang
bergerak acak, tanpa-berinteraksi yang mematuhi suatu hukum gas ideal.
Hukum gas ideal ialah suatu persamaan keadaan gas ideal. Persamaan
hukum gas ideal ialah sebagai berikut : “PV = nRT, yang mana P
ialah tekanan, V ialah volume dan juga T ialah temperatur absolut, n
ialah mol gas dan juga R ialah konstanta gas universal”.

3
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


Alat :
1. Tabung reaksi 4. Gelas kimia 100 ml
2. Pipet tetes 5. Termometer
3. Gelas ukur 25 ml

Bahan :

1. Aquadest (H2O)
2. Larutan NaOH 0.5 M
3. Larutan H2SO4 0.5 M

B. Prosedur Percobaan
1. Dimasukkan berturut – turut 2.5 ml, 5 ml, 7.5 ml, 10 ml, 12.5 ml larutan
NaOH ke dalam gelas ukur.
2. Dimasukkan berturut – turut 2.5 ml, 5 ml, 7.5 ml, 10 ml, 12.5 ml larutan
H2SO4 ke dalam gelas ukur yang lain.
3. Dicampurkan larutan NaOH ke dalam larutan H2SO4 sehingga
volumenya menjadi 15 ml.
4. Diukur suhu campuran dari larutan NaOH dengan larutan H2SO4
tersebut.

4
C. Cara kerja

1. H2SO4
NaOH
2.5 ml 12.5 ml 15 ml

2.
NaOH H2SO4
5 ml 10 ml 15 ml

3.
NaOH H2SO4
7.5 ml 7.5 ml 15 ml

4.
NaOH H2SO4
10 ml 5 ml 15 ml

5.
NaOH H2SO4 2.5
12.5 ml ml 15 ml

5
BAB IV
DATA & PEMBAHASAN
A. DATA
1. Perhitungan stoikiometri sistem NaOH-HCl
a. Percobaan 1:
2,5 ml NaOH + 12,5 ml H2SO4
n NaOH = M × V n H2SO4 = M × V
= 0,5 × 2,5 = 0,5 × 12,5
= 1,25 mmol = 6,25 mmol
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
m 1,25 6,25 - -
r 1,25 0,625 0,625 1,25
s - 5,625 0,625 1,25

T NaoH+TH2SO4 29+28 - Pereaksi pembatas: NaOH


Tm1 = = = 28,5 0C
2 2 - Pereaksi sisa: H2SO4
∆Ta = TA1 − Tm1 - Jenis Reaksi: non stoikiometri
= 30°C − 28,5°C = 1,5°C

b. Percobaan 2:
5 ml NaOH + 10 ml H2SO4
n NaOH = M × V n H2SO4 = M × V
= 0,5 × 5 = 0,5 × 10
= 2,5 mmol = 5 mmol
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
m 2,5 5 - -
r 2,5 1,25 1,25 2,5
s - 3,75 1,25 2,5
T NaoH+TH2SO4 29,5+28,5 - Pereaksi pembatas: NaOH
Tm1 = = = 29 0C
2 2
- Pereaksi sisa: H2SO4
∆Ta = TA1 − Tm1
- Jenis Reaksi: non stoikiometri
= 31°C − 29°C = 2°C

6
c. Percobaan 3:
7,5 ml NaOH + 7,5 ml H2SO4
n NaOH = M × V n H2SO4 = M × V
= 0,5 × 7,5 = 0,5 × 7,5
= 3,75 mmol = 3,75 mmol
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
m 3,75 3,75 - -
r 3,75 1,875 1,875 3,75
s - 1,875 1,875 3,75

T NaoH+TH2SO4 28+29
- Pereaksi pembatas: NaOH
Tm1 = = = 28,5 0C
2 2 - Pereaksi sisa: H2SO4
∆Ta = TA1 − Tm1 - Jenis Reaksi: non stoikiometri
= 30°C − 28,5°C = 1,5°C

d. Percobaan 4:
10 ml NaOH + 5 ml H2SO4
n NaOH = M × V n H2SO4 = M × V
= 0,5 × 10 = 0,5 × 5
= 5 mmol = 2,5 mmol
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
m 5 2,5 - -
r 5 2,5 2,5 5
s - - 2,5 5
T NaoH+TH2SO4 29+28,5 - Pereaksi pembatas: -
Tm1 = = = 28,75 0C
2 2
- Pereaksi sisa: -
∆Ta = TA1 − Tm1
- Jenis Reaksi: stoikiometri
= 31°C − 28,75°C = 2,25°C

7
e. Percobaan 5:
12,5 ml NaOH + 2,5 ml H2SO4
n NaOH = M × V n H2SO4 = M × V
= 0,5 × 12,5 = 0,5 × 2,5
= 6,25 mmol = 1,25 mmol
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
m 6,25 1,25 - -
r 6,25 3,125 3,125 6,25
s - -1,875 3,125 6,25
- Pereaksi pembatas: -
T NaoH+TH2SO4 29+30,5
Tm1 = = = 29,75 0C
2 2 - Pereaksi sisa: -
∆Ta = TA1 − Tm1 - Jenis Reaksi: stoikiometri
= 31°C − 29,75°C = 1,25°C

2. Hasil pengamatan stoikiometri sistem NaOH-HCl

3. NaOH
N H2SO4 Campuran
mmol mmol mmol
o t NaOH H2SO4 Campuran
V Suhu V Suhu V Suhu

1 2,5ml 29o 12,5ml 28o 15ml 30o 1,5o 1,25 6,25 0,625

2 5ml 29,5o 10ml 28,5o 15ml 31o 2o 2,5 7,5 1,25

3 7,5ml 28o 7,5ml 29o 15ml 30o 1,5o 3,75 3,75 1,875

4 10ml 29o 5ml 28,5o 15ml 31o 2,25o 5 2,5 2,5

5 12,5ml 29o 2,5ml 30,5o 15ml 31o 1,25o 6,25 1,25 3,125

8
3. Grafik hubungan antara mmol NaOH dan H2SO4 dengan ∆T

Dari data diatas dapat kita gambarkan dalam grafik berikut ini:

∆t
2.5
Tmaks
(2.25-2,5)
(2-1,25)
2

Tmin
1.5 (1.5-1,875) (1.25-3,125)
(1.5-0,625)
1

0.5

0
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 2.25 2.5 2.75 3 3.25 3.5
mmol

Pada grafik ini dapat dilihat suhu campuran NaOH – H2SO4 .Pada
pencampuran 12,5ml NaOH 0,5 M dengan 2,5 ml H2SO4 0,5 M suhu campuran
mencapai 31’ yang merupakan titik minimum pada system NaOH – H2SO4 .
Sedangkan pada pencampuran 10 ml NaOH 0,5 M dengan 5ml H2SO4 0,5 M
suhu campuran mencapai 31’ yang merupakan titik maksimum sekaligus titik
stoikiometri pada system NaOH – H2SO4.

9
B. Pembahasan
Stoikiometri sistem NaOH-H2SO4 terdapat lima kali percobaan, di mana pada
percobaan pertama antara 2,5 ml NaOH 0,5M dengan 12,5 ml H2SO4 0,5M
merupakan reaksi non stoikiometri karena terdapat reaktan yang bersisa yaitu
H2SO4 sebesar 5,625 mmol. Pada percobaan kedua antara 5 ml NaOH dengan
10 ml H2SO4 yang masing-masing memiliki molaritas sebesar 0,5 juga
merupakan reaksi non stoikiometri karena terdapat reaktan yang bersisa yaitu
H2SO4 sebesar 3,75 mmol. Dalam percobaan ketiga antara 7,5 ml NaOH 0,5M
dengan 7,5 ml H2SO4 0,5M merupakan reaksi non stoikiometri karena terdapat
reaktan yang bersisa yaitu H2SO4 sebesar 1,875 mmol. Pada percobaan keempat
antara 10 ml NaOH 0,5M dengan 5 ml H2SO4 0,5M merupakan reaksi
stoikiometri karena seluruh reaktan dalam reaksi ini habis bereaksi. Sedangkan
pada percobaan kelima antara 12,5 ml NaOH 0,5M dengan 2,5 ml H2SO4 0,5M
merupakan reaksi stoikiometri karena seluruh reaktan dalam reaksi ini habis
bereaksi
Dalam stoikiometri dikenal beberapa istilah yaitu reaksi stoikiometri, reaksi
non stoikiometri , pereaksi sisa, dan pereaksi pembatas. Reaksi stoikiometri
adalah suatu reaksi yang semua reaktannya habis bereaksi. Reaksi non
stoikiometri adalah suatu reaksi yang salah satu reaktannya tidak habis bereaksi
(bersisa) dan reaktan yang lain habis bereaksi. Pereaksi sisa adalah reaktan yang
berlebih atau tidak habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia dan memiliki
jumlah mol yang lebih besar dari reaktan yang lain. Pereaksi pembatas adalah
pereaksi yang lebih dahulu habis apabila zat-zat yang direaksikan tidak
ekivalen dan memiliki jumlah mol yang lebih kecil dari reaktan yang lain.
Selain yang telah disebutkan di atas, dalam stoikiometri dikenal pula titik
stoikiometri, titik maksimum, dan titik minimum, di mana titik stoikiometri
adalah titik di mana suatu reaksi menjadi seimbang, titik maksimum adalah
titik ketika suatu reaksi mencapai keadaan stoikiometri, dan titik minimum
adalah titk ketika reaksi mencapai keadaan non stoikiometri.

10
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

- Titik maksimum stoikiometri sistem NaOH – H2SO4 terletak pada suhu 31’C
- Titik minimum stoikiometri sistem NaOH – H2SO4 terletak pada suhu 30’C
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor atau energi dari
sistem ke lingkungan, sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang
menyerap kalor atau energi dari lingkungan ke sistem.
Pada stoikiometri sistem NaOH – H2SO4 yang merupakan reaksi stoikiometri
adalah reaksi antara 10 ml NaOH dengan 5 ml H2SO4 dan yang merupakan
reaksi non stoikiometri adalah reaksi antara 2,5 ml NaOH dengan 12,5 ml
H2SO4, 7,5 ml NaOH dengan 7,5 ml H2SO4, 5ml NaOH dengan 10ml H2SO4
dan 12,5 NaOH dengan 2,5 ml H2SO4.
B. Saran

- Setiap selesai melakukan sebuah percobaan sebaiknya alat yang digunakan


dicuci bersih dan dikeringkan, sehingga dalam pngukuran suhu
pada percobaan selanjutnya akan menghasilkan pengukuran yang akurat.
- Diharapkan bagi praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam mengamati
volume larutan yang diukur dan juga teliti dalam mengamati suhu disebuah
termometer dari suatu larutan agar data pengukuran yang didapat lebih
akurat.

11
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan: USU Pres.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Airlangga.
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.
Ahmad, Hiskia. 1985. Kimia Dasar (modul 1-5). Jakarta : UT
Brady, J.E.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid Satu.Binarupa
Aksara:Jakarta
Brady, J.E dan Humiston. 1986. General Chemistry. New York: John Willey and
Sons.
Luthfiya-blog.2012.LAPORANPRAKTIKUM KIMIA DASAR.www.luthfiya-
blog.blogspot.com. Diakses pada 17 Desember 2013 pukul 22.51 WITA
Sri Ayu, Risma.2012.LAPORAN MINGGUAN
STOIKIOMETRI.www.rismaayushy.blogspot.com. Diakses pada 17 Desember 2013
pukul 17.55 WITA
Trie Wahyuni, Ita.2012.LAPORAN KIMIA DASAR II
STOIKIOMETRI.www.itatrie.blogspot.com. Diakses pada 17 Desember 2013 pukul
17.33 WITA

12

Anda mungkin juga menyukai