Anda di halaman 1dari 78

213

BAB IV
KEEKONOMIAN LAPANGAN MINYAK

Pada bab ini akan dibahas tentang analisa cash flow, indikator ekonomi,
sistem kontrak bagi hasil di Indonesia, analisa sensitivitas terhadap faktor resiko
dan ketidakpastian, analisa pengambilan keputusan, dan yang terakhir adalah
contoh kasus dalam industri perminyakan.
Cash flow analysis adalah ujung tombak dari suatu analisa keekonomian.
Disini akan diterangkan bagaimana melakukan perkiraan cash flow dari suatu
pengembangan ladang minyak yang potensial. Pada bagian ini juga akan
ditunjukkan bagaimana melakukan perhitungan tentang pajak, faktor eskalasi, dan
juga cara menghitung depresiasi suatu capital.
Indikator ekonomi akan memperlihatkan bagaimana suatu cash flow dirubah
menjadi satu indikator ekonomi dari suatu projek yang akan atau sedang
dilaksanakan. Pengertian dan metode perhitungan dari net present value, internal
rate of return, payback period, dan profit investment ratio akan dijelaskan.
Sistim kontrak bagi hasil di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan-
perubahan. Pada tahun 2001 terbit Undang-Undang Nomor 22 tentang Minyak
dan Gas Bumi, tahun 2002 terbit Peraturan Pemerintah No. 22 tentang Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, dan pada tahun 2004
terbit Peraturan Pemerintah tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Pada bagian ini juga akan dibahas tentang pembagian revenue antara Pemerintah
dengan kontraktor dan analisa indikator ekonominya.
Semua perhitungan cash flow dan indikator ekonomi dilakukan dengan
asumsi bahwa investasi yang akan ditanamkan bebas dari segala resiko dan
ketidakpastian. Bagaimanapun juga, dalam industri perminyakan faktor resiko dan
ketidakpastian adalah kritikal poin dalam suatu analisa sebelum mengambil
keputusan untuk melanjutkan investasi atau tidak. Walaupun tidak terlalu detail,
tapi masalah resiko dan ketidakpastian ini juga akan dibahas meliputi pengertian
tentang faktor resiko dan ketidakpastian dan bagaimana melakukan analisa
terhadap faktor resiko dan ketidakpastian tersebut dengan menggunakan analisa
214

sensitivitas yaitu suatu analisa untuk melihat pengaruh perubahan parameter-


parameter yang mempengaruhi keuntungan.
Salah satu kegunaan analisa keekonomian dalam industri migas adalah
sebagai pertimbangan dalam melakukan pengambilan keputusan. Dalam industri
migas yang penuh dengan resiko dan ketidakpastian, akan sangat sulit untuk
menentukan keputusan yang akan diambil karena selain waktu yang sangat
mendesak, nilai dari keputusan tersebut juga sangat besar. Dengan kata lain
apabila salah dalam mengambil keputusan maka perusahaan akan mengalami
kerugian yang tidak sedikit.
Dalam bab ini juga terdapat contoh kasus dari analisa keekonomian dalam
kegiatan eksplorasi. Pokok bahasan ini dibuat untuk memudahkan dalam
memahami pentingnya suatu analisa keekonomian terhadap proyek
pengembangan lapangan minyak sebelum maupun pada saat sedang dilaksanakan.

4.1. Analisa Cash Flow (Cash Flow Analysis)


Perkiraan (forecast) dari suatu cash flow adalah merupakan dasar
dari seluruh aspek analisa ekonomi dalam hal mengambil suatu keputusan
investasi yang akan dilakukan dalam industri minyak dan gas bumi.
Ada beberapa prinsip dasar dalam melakukan analisa cash flow
yang mempunyai pengaruh dalam melakukan analisa pemilihan investasi
yang dikehendaki yaitu: defenisi cash flow dan net cash flow, komponen
biaya dalam industri minyak bumi, gross revenue, perbedaan antara cash
flow dan profit, cara penanganan depresiasi, dan escalation rate.

4.1.1. Definisi Cash Flow dan Net Cash Flow


Cash flow adalah gambaran aliran dana masuk (cash in flow) dan
dana keluar (cash out flow) pada periode waktu tertentu. Bentuk cash flow
dapat berbentuk sederhana dan dapat pula sangat komplek dengan
perhitungan financial yang detail.
Net cash flow adalah aliran dana masuk (cash in flow atau cash
received) dikurangi aliran dana keluar (cash out flow atau cash expended)
215

pada periode waktu tertentu. Pengertian ini dapat ditulis dalam bentuk
hubungan matematika sebagai berikut:
Net cash flow = cash received – cash expended ……………(4-1)

4.1.2. Cash Flow untuk Proyek Minyak dan Gas Bumi


Pada industri minyak dan gas bumi, bentuk cash flow sangat
komplek. Hal ini terjadi dikarenakan umur dari projek minyak dan gas
bumi bisa lebih dari 20 tahun, sehingga harus bisa direncanakan dengan
baik kapan (t) harus dibayarkan (cost) dan kapan akan diperoleh
pemasukan (revenue) dengan perhitungan financial yang detail.
Periode waktu perhitungan dari cash flow dalam suatu industri
minyak dan gas bumi biasanya dilakukan tahunan, tapi bisa juga dalam
jangka yang lebih pendek yaitu kuartal ataupun bulanan. Perkiraan cash
flow (cash flow forecasting) dari suatu kesempatan investasi merupakan
dasar untuk dapat melakukan kajian keekonomian dari setiap invesatsi
yang dilakukan. Gambaran sederhana dari cash flow dapat dilihat pada
tabel IV-1.

Tabel IV-1.
Bentuk Sederhana dari Gambaran Cash Flow
(Allinson, G., 1992)

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4

Cash In Flow US$0 US$ 5 US$ 4 US$ 3

(-) Cash Out Flow US$50 US$ 0 US$ 0 US$ 0

(=) Net Cash Flow US$-50 US$ 5 US$ 4 US$ 3


216

Pada pengembangan lapangan minyak ada beberapa elemen di


dalam cash flow, yaitu: gross revenue, biaya (cost), net cash flow dan
profit, depresiasi, dan escalation rate.

4.1.2.1. Pendapatan Kotor (Gross Revenue)


Gross revenue dari suatu usaha minyak dan gas bumi pada
umumnya diperoleh dari hasil penjualan produk minyak dan gas itu
sendiri (misalnya; minyak, gas, dan kondensat).
Pada industri migas, produksi dikarakteristikkan dengan besarnya
produksi pada awal-awal tahun dan mencapai puncak produksi pada
tahun-tahun tertentu, selanjutnya akan mengalami penurunan sesuai
dengan kondisi reservoar yang bersangkutan. Bentuk sederhana dari
perhitungan gross revenue adalah seperti terlihat pada Tabel IV-2,
berikut:

Tabel IV-2.
Bentuk Sederhana dari Gross Revenue
(Allinson, G., 1992)

No Deskripsi Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4

1 Produksi Minyak, MMBbl 50 40 30 20

Harga Minyak, US$/Bbl 50 55 60 50

Pendapatan, US$ MM 2,500 2,200 1,800 1,000

Gas Ikutan (LPG),


2 0.5 0.4 0.3 0.2
MMTon

Harga LPG, US$/Ton 300 350 350 400

Pendapatan, US$ MM 150 140 105 80

Total Gross Revenue,


2,650 2,340 1,905 1,080
US$ MM
217

4.1.2.2. Biaya (Cost)


Biaya (cost) adalah merupakan cash out flow, yang terdiri dari
capital cost, non capital cost, operating cost, abandonment cost, tax
(government take), dan sunk cost.
1. Capital Cost
Biaya yang harus dikeluarkan pada saat awal projek dan
sifatnya “one-off cost” artinya satu kali pengeluaran dan pada
umumnya mempunyai jumlah yang besar. Capital cost bisa
juga diperlukan beberapa tahun sebelum lapangan tersebut
berproduksi dan umumnya digunakan untuk biaya pemboran
dan pengembangan sumur, yaitu;
 casing,
 tubing,
 platform, dan lain-lain.
Biaya untuk peralatan dipermukaan adalah sebagai
berikut;
 well head,
 tank,
 separator,
 flow line,
 artificial lift equipment, dan lain-lain.
2. Non Capital Cost
Non capital cost adalah biaya-biaya investasi yang
pada umumnya dikeluarkan pada saat awal projek yang bersifat
nonmaterial yang tidak bisa didepresiasikan, misalnya
pengurusan ijin-ijin, pembangunan infrastruktur, biaya untuk
seismic, dan lain-lain.
3. Operating Cost
Operating cost adalah biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk mempertahankan produksi. Operating cost
218

ini dicirikan dengan pengeluaran secara periodik dan bisa


dinyatakan didalam besaran $/bbl atau $/year.
Ada dua tipe dari operating cost, yaitu; variable cost
(biaya variable) dan fixed cost (biaya tetap).
a. Variable cost akan meningkat dengan bertambahnya
aktivitas misalnya; bahan atau material untuk kebutuhan
karyawan. Dimana kebutuhan akan bahan atau material ini
akan meningkat dengan meningkatnya kegiatan produksi,
tapi akan mengalami penurunan pada akhir projek.
b. Fixed cost pada umumnya akan konstan selama aktivitas
berlangsung. Gaji dan benefit dari management dan staff
adalah termasuk dalam fixed cost.
Beberapa contoh dari operating cost adalah sebagai berikut:
 Maintenance (pembersihan tank, perawatan mesin, dan
pengecatan)
 Pembelian material-material (filter, spareparts, safety
equipment, dan lain lain)
 Direct labor cost (untuk keperluan langsung dilapangan)
 Workover dan recompletion cost
4. Abandonment Cost
Abandonment Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan pada akhir projek untuk melakukan reklamasi
lingkungan tambang minyak, misalnya pemindahan offshore
platform ataupun rig di darat. Abandonment cost tidak akan
mempengaruhi secara langsung bentuk daripada cash flow.
5. Tax (Government Take)
Pajak adalah pendapatan pemerintah (government take)
yang merupakan suatu biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan minyak sebagai wajib pajak. Besarnya pajak
perusahaan-perusahaan minyak di seluruh dunia bisa mencapai
219

50 % dari net cash flow sebelum dipotong pajak. Di Indonesia


biasanya sebesar 48 %.
6. Sunk Cost
Sunk cost adalah biaya yang dikeluarkan dimana jika
tidak digunakan akan hangus. Biaya ini merupakan biaya yang
sudah tertanam atau dikeluarkan yang menyangkut proyek,
sebelum keputusan untuk menjalankan proyek itu diambil.
Misalnya, dalam membuat proyek baru atas suatu proyek yang
sudah lama terbengkalai, maka biaya – biaya yang pernah
dikeluarkan untuk proyek lama itu dinamakan sunk cost.
Sebagai gambaran lain dari sunk cost ini adalah sebagai
berikut; kontraktor A mengadakan perjanjian pembelian
separator dari supplier B dan telah membayar down payment
(DP) sebesar 25 % dari harga separator dimana DP ini tidak
bisa ditarik kembali jika perjanjian dibatalkan. Berselang
beberapa hari kemudian kontraktor A mendapatkan penawaran
dari supplier C harga sebuah separator 35 % lebih murah dari
harga supplier B dan dengan kualitas yang lebih baik.
Kontraktor A kemudian membatalkan perjanjian dengan
supplier B walaupun dengan kehilangan DP 25 % tadi.
Kehilangan DP 25 % ini adalah merupakan sunk cost.

4.1.3. Net Cash Flow dan Profit Oil


Net cash flow dan profit adalah dua konsep yang sangat penting
untuk dibedakan karena sering keduanya diartikan sama tapi pada
dasarnya kedua istilah ini sangat jauh berbeda. Diagram alir pada (Gambar
4.1.) di bawah ini akan menunjukkan perbedaan antara net cash flow dan
profit.
220

Gambar 4.1.
Diagram Alir Perbedaan Net Cash Flow vs Profit
(Allinson, G., 1992)
Perbedaan net cash flow dan profit akan lebih gampang dipahami
dengan melihat contoh perhitungan kedua pengertian tersebut seperti yang
terlihat dibawah ini:
Contoh 4-1:
Perusahaan “A” sedang mempertimbangkan untuk menanamkan investasi
sebesar US$ 100MM pada tahun pertama yang akan digunakan untuk
pembelian capital. Umur dari usaha ini diperkirakan selama 5 tahun
dengan biaya operasi sebesar US$ 10MM /tahun. Setelah tahun pertama
diperkirakan akan diperoleh pendapatan sebesar US$ 40MM setiap tahun
selama 4 tahun.
Dari data tersebut dapat dihitung cash flow dan profit sehingga didapat
gambaran perbedaan kedua istilah tersebut yang disajikan dalam Tabel IV-
3 (net cash flow) dan Tabel IV-4 (profit).
221

Tabel IV-3.
Contoh Perhitungan Net Cash Flow
(Allinson, G., 1992)

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

US$
Income - 40 40 40 40
MM

US$
(-) Capex 100
MM

US$
(-) Opex - 10 10 10 10
MM

Net Cash US$


(=) -100 30 30 30 30
Flow MM

Dengan perhitungan net cash flow pada Tabel 4-3, dapat dilihat estimasi
net cash yang akan diterima atau dikeluarkan (lost) pada setiap projek
berjalan.
Diasumsikan perusahaan “A” memutuskan untuk menanamkan
investasinya dan melanjutkan projek. Pada setiap tahunnya akuntan dari
perusahaan “A” akan membuat laporan tahunan dari projek tersebut. Pada
bagian laporannya, sang akuntan mengasumsikan bahwa capital awal
sebesar US$ 100MM adalah merupakan asset dari perusahaan dan dia
mendepresiasikannya secara straight line selama 4 tahun, jadi akuntan
membagi US$ 100MM selama 4 tahun sebesar US$ 25 MM.
Pada setiap laporan tahunannya akuntan perusahaan “A” tersebut akan
membuat laporan proyeksi keuntungan setiap tahunnya seperti terlihat
pada Tabel IV-4 dibawah ini.
222

Tabel IV-4.
Contoh Perhitungan Profit
(Allinson, G., 1992)

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

US$
Income - 40 40 40 40
MM
Deprecia- US$
(-) - 25 25 25 25
tion*) MM
US$
(-) Opex - 10 10 10 10
MM

Net Cash US$


(=) - 5 5 5 5
Flow MM
*)
Straight line Method

Dari laporan akuntan tersebut terlihat bahwa profit dari perusahaan


konstan sebesar US$ 5MM per tahunnya. Pada sisi lain (perhitungan net
cash flow), terlihat akan ada kehilangan sebesar US$ 100MM pada awal
projek tapi akan menerima sebesar US$ 30MM setiap tahunnya setelah
tahun pertama berjalan.
Dari dua gambaran perhitungan diatas dapat dilihat bahwa net cash
flow memberikan proyeksi dari suatu estimasi aktual uang yang akan
dikeluarkan dan uang yang akan diterima dengan jelas dengan pasti
sedangkan profit bersifat artificial (tidak memperlihatkan aktual aliran
uang yang keluar dan masuk) dan sangat tergantung pada metoda
depresiasi yang digunakan, jadi profit bukan suatu parameter yang baik
untuk mengambil keputusan dari suatu rencana investasi.

4.1.4. Net Cash Flow dan Pajak (Tax)


Pada industri minyak dan gas bumi, bagian terbesar dari proyeksi
dari net cash flow adalah pajak. Pada industri ini, besarnya pajak ini bisa
lebih besar dari 50% dari net cash flow. Jika contoh 4-1 ditambah data
dengan besarnya pajak yang harus dibayar adalah 40% dari taxable
223

income, maka bentuk cash flownya dapat dihitung seperti terlampir pada
Tabel IV-5 dan Tabel IV-6, berikut:

Tabel IV-5.
Contoh Perhitungan Pajak
(Allinson, G., 1992)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Income US$ - 40
MM 40 40 40
(-) Depreciation*) US$ - 25
MM 25 25 25
(-) Opex US$ - 10
MM 10 10 10
(= Taxable US$ - 5
) Income MM 5 5 5
(*) Tax Rate % - 40
40 40 40
(= Tax Payable US$ - 2
) MM 2 2 2
*)
Straight line Method

Tabel IV-6.
Contoh Perhitungan Net Cash Flow Setelah Pajak
(Allinson, G., 1992)

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

US$
Income - 40 40 40 40
MM
US$
(-) Capex 100
MM
US$
(-) Opex - 10 10 10 10
MM
US$
(-) Tax - 2 2 2 2
MM
Net Cash US$
(=) 100 28 28 28 28
Flow MM
224

Dari contoh perhitungan Tabel IV-5, dan Tabel IV-6, terlihat bahwa
walaupun depresiasi dibutuhkan dalam perhitungan pajak tapi tidak
mempunyai efek langsung dalam perhitungan net cash flow setelah pajak.

4.1.5. Penyusutan (Depreciation)


Pada bagian terdahulu telah dijelaskan tentang perbedaan
perhitungan net cash flow dan profit. Net cash flow adalah selisih antara
pemasukan (cash received) dengan pengeluaran (cash spent). Pada bagian
lain, profit adalah perhitungan depresiasi dari capex yang dibagi-bagi
pada periode tahun berjalan.
Depresiasi ini tidak mempunyai efek langsung dalam menentukan
net cash flow tapi bukan berarti bukan sama sekali tidak ada pengaruhnya
terhadap cash flow. Bagaimanapun juga depresiasi ini mempunyai efek
tidak langsung, karena adanya perhitungan depresiasi akan mempengaruhi
besaran pajak yang harus dibayarkan perusahaan, dimana besarnya pajak
akan berpengaruh langsung terhadap net cash flow.
Mengingat besarnya pengaruh depresiasi terhadap penentuan
besarnya pajak yang dibayarkan perusahaan maka perlu diketahui
beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi dan
bagaimana depresiasi itu digunakan dalam perhitungan penentuan pajak.
Standar internasional yang digunakan pada industri minyak dan gas
bumi untuk menghitung depresiasi ada enam metode yaitu: straight line
method, declining balance method, double declining balance method, unit
of production method, dan sum of year digit method, serta loss carry
forward method. Untuk memudahkan pemahaman tentang keenam macam
metode ini, maka penjelasan dibawah ini akan disertai contoh perhitungan
untuk setiap metode.
225

4.1.5.1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


Straight line method adalah metode yang paling umum digunakan
pada beberapa industri. Metode ini mengasumsikan bahwa nilai dari asset
(capital) akan mengalami penurunan secara konstan pada periode waktu
tertentu. Perhitungannya adalah dengan cara mendistribusikan capital
secara linier (merata) pada tahun berjalan.
Andaikan US$ 100MM dinvestasikan dengan umur projek selama
4 tahun, maka untuk menghitung depresiasi per tahunnya adalah dengan
cara sebagai berikut:
Depresiasi per tahun = US$ 100MM/4 tahun = US$ 25MM per
tahun
Jika diterjemahkan dalam persamaan matematis, maka:

K
Di  …………………………………………(4-2)
N

atau:

Di  K * R …………………………………………(4-3)

dimana:
Di = Depresiasi, tahun
K = Capex, US$
N = Jumlah tahun dimana asset didepresiasikan
1
R = = faktor depresiasi
N
226

Tabel IV-7.
Contoh Perhitungan Penyusutan dengan Metode Garis Lurus
(Allinson, G., 1992)

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


US$
Nilai Awal 125 100 75 50 25
MM
US$
Depresiasi 25 25 25 25 25
MM
US$
Nilai Akhir 100 75 50 25 0
MM

4.1.5.2. Metode Declining Balance


Pada metode declining balance dicirikan dengan adanya harga
dari asset, waktu pemakaian asset, depresiasi yang menurun setiap tahun,
dan adanya nilai akhir jual asset (salvage value).
Metode declining balance ini akan lebih mudah dipahami dengan
contoh perhitungan seperti terlihat pada Tabel IV-8 berikut:

Tabel IV-8.
Contoh Perhitungan Penyusutan dengan Metode Declining Balance
(Allinson, G., 1992)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Nilai Awal US$


125.0 93.7 70.3 52.7 39.6
MM
(-) Depresiasi US$
31.3 23.4 17.6 13.2 9.9
MM
(=) Nilai Akhir US$
93.7 70.3 52.7 39.6 29.7
MM

Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

 K = US$ 125MM

 N = 4 tahun

 Rumus umum = Di  K .R 1  R 
 i 1
227

= 1  1  0.25
 R N 4

Perhitungan besarnya depresiasi per tahun adalah sebagai berikut:

D1  K * R * 1  R   US $125 * 0.25 * 1  0.25


 i 1  11
 31.3

D2  K * R * (1  R )  US $125 * 0.25 * (1  0.25)  21  23.4

D3  K * R * (1  R )  US $125 * 0.25 * (1  0.25)  31  17.6

D4  K * R * (1  R)  US $125 * 0.25 * (1  0.25)  41  13.2


 51
 D5  K * R * (1  R)  US $125 * 0.25 * (1  0.25)  9.9

Jika pola perhitungan tersebut diatas digunakan untuk


menghitung tahun berikutnya maka akan didapat gambaran perhitungan
seperti pada Tabel IV-9 berikut:

Tabel IV-9.
Persamaan Perhitungan Penyusutan dengan Metode Declining Balance
(Allinson, G., 1992)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Nilai Awal US$ K K*(1-R) K* (1-R)2 K* (1-R)3 K* (1-R)4
MM
Depresiasi US$ K*R K*R(1- K*R(1- K*R(1- K*R(1-
MM R)1 R)2 R)3 R)4
Nilai US$ K*(1-R) K* (1-R)2 K* (1-R)3 K* (1-R)4 K* (1-R)5
Akhir MM

Dari Tabel 4-9, dapat dibuat persamaan umum matematis untuk


dapat menghitung besarnya depresiasi setiap tahunnya, yaitu:
228

Di  K * R * 1  R 
i 1
............................................................(4-4)
Dan dari Tabel 4-9, juga dapat ditarik kesimpulan bahwa:
 Nilai akhir daripada asset akan semakin berkurang pada setiap
tahun berikutnya.
 Depresiasi pada setiap tahun akan mengalami penurunan.
 Masih memiliki nilai akhir capital (salvage value) pada akhir
proyek.

4.1.5.3. Metode Double Declining Balance


Metode double declining balance adalah satu dari variasi metode
declining balance. Kedua metode ini adalah hampir sama, tapi pada
double declining balance, rate depresiasinya adalah double (2 kali).

Tabel IV-10.
Contoh Perhitungan Penyusutan dengan Metode Double Declining Balance
(Allinson, G., 1992)
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
1 2 3 4 5
Nilai Awal US$
125.0 62.5 31.3 15.6 7.8
MM
Depresiasi US$
62.5 31.3 15.6 7.8 3.9
MM
Nilai US$
62.5 31.3 15.6 7.8 3.9
Akhir MM

Adapun Tabel IV-10 merupakan tabel yang memperlihatkan


contoh perhitungan besarnya depresiasi secara Double Declining
Balance. Dimana besarnya harga capital maupun faktor depresiasi (R)
mengikuti pada contoh perhitungan depresiasi sebelumnya.
Pada metode ini besarnya depresiasi pada setiap tahun ke i dapat
dilihat pada Persamaan 4-5, dan contoh perhitungannya adalah seperti
pada Tabel 4-10 diatas.

Di  K * 2 R * 1  2 R 
 i 1
……………………………(4-5)
229

4.1.5.4. Metode Unit of Production


Pada projek perminyakan, metode depresiasi dengan metode unit
of production adalah hasil kali investasi yang ditanamkan dengan
besarnya produksi pada tahun ke i dibagi dengan besarnya cadangan.
Secara matematis perbandingan ini dapat ditulis sebagai berikut:
K * Pi
Di  ………………………………………(4-6)
reserve
dan besarnya depreciation rate adalah:
Pi
R ……………………………………….(4-7)
reserve
dimana:
K = Investasi, US$
Pi = Produksi tahun ke i
reserve = Cadangan

Tabel IV-11.
Contoh Perhitungan Penyusutan dengan Metode Unit of Production
(Allinson, G., 1992)

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Cadangan US$ 75MM


Capex US$ 125MM
Produksi US$ MM 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0
Depresiasi US$ MM 41.7 33.3 25.0 16.7 8.3

Tabel IV-11 di atas, memberikan gambaran bagaimana


perhitungan depresiasi dengan metode unit of production.

4.1.5.5. Metode Sum of Year Digit


Metode sum of year digit adalah salah satu metode untuk
menghitung depresiasi. Pada metode ini mempunyai efek yang hampir
sama dengan metode unit of production, dimana pada awal periode akan
230

memberikan harga depresiasi yang jauh lebih besar dibanding dengan


pada akhir periode.
Tabel IV-12 menunjukkan contoh perhitungan metode sum of
year digit ini, sehingga lebih gampang untuk memahaminya.

Tabel IV-12.
Contoh Perhitungan Penyusutan dengan Metode Sum of Year Digit
(Allinson, G., 1992)
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
1 2 3 4 5
Capex US$
125MM
Jumlah
Tahun
(1+2+3+4+5) 15
Sisa Umur
5 4 3 2 1
Asset
Depresiasi
US$MM 41.67 33.33 25.00 16.67 8.33
tahun ke i

Persamaan yang digunakan dalam perhitungan pada Tabel IV-12,


adalah sebagai berikut:
Years Re maining
Di  * K  R * K ……………………(4-8)
SumOfYears

dimana:
Years Remaining = Sisa umur asset
Sum of years = Jumlah tahun
K = Capex
R = Depreciation rate

4.1.5.6. Metode Loss Carry Forward


Metode loss carry forward adalah suatu metode dimana depresiasi
dilakukan pada tahun pertama pada saat belum didapatkan pendapatan.
Depresiasi diawal tahun akan mempengaruhi besarnya texable income
231

dari perusahaan dan besarnya taxable income ini akan mempengaruhi


besarnya pajak yang harus dibayarkan.
Seperti halnya metode-metode sebelumnya maka metode
loss carry forward ini akan lebih gampang jika disajikan dalam
bentuk perhitungan langsung seperti terlihat pada Tabel IV-13.

Tabel IV-13.
Contoh Perhitungan Penyusutan dengan Metode Loss Carry Forward
(Allinson, G., 1992)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Pendapatan US$MM 50 50 50 50
Opex US$MM 15 15 15 15
Depresiasi US$MM
31.25 31.25 31.25 31.25
tahun ke-i
Net cash US$MM
-31.25 3.75 3.75 3.75 35.00
flow
LCF US$MM -31.25 -27.50 -23.75 -20.00 15.00
Taxable US$MM
0 0 0 0 15.00
income
Tax (40%) US$MM 0 0 0 0 6

Data awal dari perhitungan Tabel IV-13 adalah:


Investasi = US$ 125MM
Umur Projek = 5 tahun dan produksi awal pada tahun ke 2 sebesar
US$50MM.
Operating cost = US$ 15MM/tahun dimulai dari tahun ke 2

4.1.6. Net Cash Flow dan Inflasi


Dalam melakukan peramalan net cash flow ada baiknya
memperhitungkan kemungkinan inflasi dimasa yang akan datang. Pada
perhitungan sebelumnya capital cost dan operating cost masih berdasarkan
harga pada saat perhitungan net cash flow dibuat, belum memasukkan efek
kenaikan harga-harga akibat adanya inflasi.
Pada prinsipnya, setiap item pada cash flow akan dipengaruhi oleh
efek inflasi. Sebagai contoh, dimasa yang akan datang biaya untuk
232

membangun platform akan dipengaruhi kenaikan harga besi baja dan biaya
buruh yang akan digunakan untuk membangun platform tersebut. Begitu
juga dengan biaya pemboran akan lebih mahal akibat makin bertambahnya
harga biaya perpindahan rig akibat kenaikan harga bahan bakar dan
material yang dibutuhkan seperti casing, tubing, semen, lumpur pemboran
juga mengalami hal yang sama.
Efek dari inflasi ini harus diperhitungkan di dalam pembuatan net
cash flow dimana besarnya inflasi dinyatakan didalam “escalation rate”.
Untuk memudahkan, contoh perhitungan pada Tabel IV-14 akan
memberikan gambaran tentang escalation rate tersebut.

Tabel IV-14.
Contoh Perhitungan Efek Inflasi
(Allinson, G., 1992)
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Capex US$MM 200.00 100.00
Opex US$MM 25.00 25.00 25.00
Escalation Rate (%) 0.06 0.06 0.06 0.06
Escalation
1.00 1.06 1.12 1.19 1.26
factor
Escalated
Capex 200.00 106.00

Escalated Opex 28.09 29.78 31.56

Persamaan escalation faktor yang digunakan dalam perhitungan


Tabel IV-14, tersebut diatas adalah:
Esc. factor  1  esc.rate 
 n 1
……………………………(4-9)
dimana:
Escalation rate = ditentukan oleh perusahaan
n = tahun ke-n

4.1.7. Net Cash Flow Dengan Pembiayaan Project dari Modal Pinjaman
233

Pada industri padat modal seperti minyak dan gas bumi, setiap
perusahaan pasti membutuhkan modal kerja dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Modal kerja ini dibutuhkan untuk pembelian capital,
pembiayaan operational (operating cost) dan non capital cost.
4.1.7.1. Sumber Modal
Ditinjau dari asalnya sumber penawaran modal dapat dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu:
 Sumber internal (internal source)
 Sumber external (external source)
Modal dari sumber internal adalah dana yang dihasilkan dari
perusahaan sendiri yang disebut sebagai keuntungan yang ditahan
(retained net profit) dan dari penyusutan (depreciasions). Metode
pembelanjaan berdasarkan modal dari internal atau berdasarkan
kekuatan sendiri disebut “internal financing”.
Modal dari sumber external adalah dana yang dihasilkan dari
luar perusahaan. Metode pembalanjaan berdasarkan modal dari external
disebut sebagai “external financing”. External financing dapat dibagi
jadi 3 golongan, yaitu:
 Penjual barang (Supplier)
 Pasar Modal
 Bank
1. Penjual Barang (Supplier)
Pada suatu projek padat karya seperti pada projek minyak
dan gas bumi biasanya beberapa supplier akan berlomba-lomba
menawarkan barangnya dengan menawarkan beberapa kelebihan-
kelebihan yang dimilikinya. Bagi seorang buyer (pembeli) yang
profesional, maka dia akan membandingkan “apple to apple”
setiap penawaran yang diberikan oleh supplier dan selalu
menginginkan keuntungan yang lebih besar dari penjual. Salah satu
keuntungan yang bisa didapat dari penjual adalah suatu sistim
pembelian secara kredit, baik untuk jangka pendek (< 1 tahun),
234

maupun jangka menengah > 1 tahun tapi <10 tahun). Pemberian


kredit ini adalah merupakan sumber dana bagi perusahaan, karena
tanpa mengeluarkan biaya maka perusahaan bisa menggunakan
barang yang ditawarkan penjual.
2. Pasar Modal
Pasar modal (capital market) adalah sumber dana utama
bagi sebuah perusahaan. Pada pasar modal, calon pemodal dan
emiten secara abstrak saling bertemu untuk melakukan penawaran
dan permintaan dana jangka menengah dan jangka panjang.
Pemodal adalah lembaga atau perorangan yang
menanamkan dananya dalam bursa efek/stock exchange/securities
(misalnya: Bursa Efek Jakarta). Disisi lain, emiten adalah
perusahaan yang menerbitkan efek yang dijual kepada masyarakat.
Jika pemodal membeli efek yang ditawarkan suatu perusahaan,
maka perusahaan tersebut akan mendapat suntikan dana segar
untuk melanjutkan aktifitas usahanya. Jadi disini terjadi alokasi
dana secara efisien dari pemodal yang mempunyai surplus
tabungan dan emiten yang mempunyai defisit tabungan. Untuk
menjamin pemodal dari kebangkrutan, biasanya emiten yang
terdaftar di bursa efek harus mempunyai reputasi yang baik dan
sehat secara financial dan minimal telah membuktikan mampu
menghasilkan keuntungan minimal 2 tahun buku terakhir secara
berturut-turut.
3. Bank
Bank merupakan suatu lembaga yang mempunyai tugas
utama memberikan kredit disamping fungsi komersial yang
lainnya. Dalam menyalurkan kreditnya, bank yang profesional
mempunyai peraturan-peraturan dan kebijaksanaan yang sangat
ketat tentang bagaimana memberikan kredit baik jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang.
235

Sebelum memberikan kredit, bank akan melakukan


penilaian dari beberapa aspek dari pemohon kredit, misalnya;
profesionalisme dari pemimpin perusahaan, rencana kegunaan dan
pembayaran kredit, jaminan yang dapat diberikan, keadaan
keuangan perusahaan saat penilaian dan masa lampau, dan prospek
bisnis yang dijalankan pemohon. Jika permohonan pemohon
disetujui oleh bank, maka dana yang diperoleh dapat digunakan
sebagi modal untuk pembiayaan projek.

4.1.7.2. Perhitungan Net Cash Flow dengan Pembiayaan Project dari Bank
Pembiayaan proyek dari dana pinjaman (bank) mempunyai
perhitungan net cash flow yang berbeda dengan perhitungan
sebelumnya. Contoh perhitungan pada Tabel IV-15 akan membantu
memberikan pemahaman bagaimana perhitungan net cash flow jika
dana yang digunakan berasal dari pinjaman (loan) khususnya dari bank.

Tabel IV-15.
Contoh Perhitungan Net Cash Flow Dengan Dana Pinjaman dari Bank
(Allinson, G., 1992)

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


I DATA LAPANGAN (FIELD DATA)
1 Income 100 100 100 100
2 Capex 100
3 Opex 10 10 10 10
4 Net Cash Flow -100 90 90 90 90
II PERHITUNGAN FINANCIAL (FINANCING CALCULATIONS)
1 Loan 10
0.0
2 Nilai Pinjaman Awal 10 11 8 5
Tahun (Balance at 0.0 0.0 2.5 5.0 27.5
start) @ i=10%
3 Interest 1
236

1.0 8.3 5.5 2.8


4 Pembayaran Pokok 2 2 2
Pinjaman (repayment 7.5 7.5 7.5 27.5
of principal)
5 Nilai Pinjaman Akhir 11 8 5 2
Tahun (Balance at 0.0 2.5 5.0 7.5 -
end)
III PERHITUNGAN PAJAK (TAX
CALCULATION)
1 Income 1 10 10 1
00.0 0.0 0.0 00.0
2 Depreciation 25. 2 2
0 25.0 5.0 5.0
3 Opex 1 1
10.0 0.0 0.0 10.0
4 Interest
11.0 8.3 5.5 2.8
5 Net cash flow - 5 5
25.0 54.0 6.8 9.5 87.3
6 Loss carry forward -
25.0 29.0
7 Taxabel Income - 5 5
29.0 6.8 9.5 87.3
8 Tax Payment (40%) 2 2
11.6 2.7 3.8 34.9
IV NET CASH FLOW SETELAH PAJAK (NET CASH FLOW
AFTER TAX)
1 Pendapatan dari 100.0 100.0 100.0 100.0
projek
2 Funds borrowed 100.0
3 Total cash in 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
4 Capex 100.0
5 Opex 10.0 10.0 10.0 10.0
6 Loan repayment 27.5 27.5 27.5 27.5
7 Loan interest 11.0 8.3 5.5 2.8
8 Tax 11.6 22.7 23.8 34.9
9 Total cash out -100.0 -60.1 -68.5 -66.8 -75.2
NET CASH FLOW - 3 3
39.9 1.6 3.2 24.9

4.2. Indikator Ekonomi (Economics Indicators)


237

Pada sub bab cash flow analysis telah dibicarakan berbagai aspek
dalam memproyeksikan cash flow dari suatu pengembangan lapangan
minyak dan gas bumi. Fokus daripada cash flow analysis adalah
bagaimana mengetahui net after tax cash flow yang dimulai dari waktu
dimulainya projek sampai berakhir pada suatu saat dimasa yang akan
datang. Proyeksi daripada cash flow ini dibutuhkan untuk membantu
dalam memutuskan apakah suatu projek akan diambil atau tidak.
Bagaimanapun juga, proyeksi net cash flow ini tidak bisa langsung
menjadi suatu alat untuk memutuskan suatu projek diambil atau tidak,
dibutuhkan alat lain untuk menguji apakah cash flow akan memberikan
arus balik uang atau tidak, jika ya, seberapa banyak.
Indikator ekonomi (economic indicators or profit indicators or
decision criteria or economic yardstick or measures of investment worth)
adalah indikator tunggal untuk menguji net cash flow. Indikator ekonomi
akan menentukan seberapa cepat, dan seberapa besarnya keuntungan yang
akan diperoleh dari suatu investasi yang akan ditanamkan. Kemudian
membandingkannya dengan alternative investasi yang lain, sehingga
didapat gambaran apakah melanjutkan investasi atau mengalihkannya ke
investasi yang lain.
Pada industri minyak dan gas bumi, ada lima buah indikator
ekonomi yang utama, yaitu:
 Net Present Value (NPV)
 Pay out Time atau Payback Period (POT)
 Internal Rate of Return (IRR)
 Discounted Profit to Investment Ratio (DPR)
 Profit to Investment Ratio (PIR)
Semua indikator ekonomi tersebut di atas adalah merupakan
indikator tunggal (single indicator) untuk menilai aliran daripada cash
flow.
Parameter indikator ekonomi yang baik harus mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
238

1. Indikator ekonomi harus bisa menunjukkan tingkat keuntungan


sekecil mungkin.
2. Harus dapat membandingkan dan merankingkan tingkat
keuntungan dari beberapa alternatif investasi
3. Indikator ekonomi yang baik harus memperhitungkan /
merefleksikan resiko dan ketidakpastian (dalam bentuk kualitatif)
4. Indikator ekonomi harus dapat menyatakan adanya nilai waktu
terhadap nilai uang (time value of money).

4.2.1. Nilai Waktu dari Uang (Time Value of Money –Present Value Concept)
Waktu adalah faktor yang paling penting dalam daya pendapatan
(earning power) dari suatu investasi. Satu dollar yang diterima hari ini
adalah jauh lebih berguna daripada satu dollar yang diterima suatu saat
dimasa yang akan datang, karena satu dollar hari ini bisa digunakan untuk
membeli (untuk mendapatkan harga yang lebih murah daripada harga yang
akan datang) atau uang tersebut diinvestasikan dibank atau jenis usaha
yang lain (untuk menghasilkan keuntungan), jadi waktu adalah uang (time
is equal to money). Ini adalah prinsip dasar yang harus diterapkan dalam
suatu evaluasi keekonomian, (Gambar 4.2.), menggambarkan bahwa uang
yang akan diterima dimasa yang akan datang akan mempunyai nilai yang
berbeda dengan nilai saat ini, yaitu; jika $200 saat ini diinvestasikan maka
pada tahun ke-1 akan bernilai $220 (interest 10%).
239

Gambar 4.2.
Prinsip Present Value of Money
(Allinson, G., 1992)
Persamaan umum untuk mencari nilai uang di waktu yang akan
datang (future value) dan nilai uang pada saat sekarang (present value)
adalah sebagai berikut:
FVn  PV * 1  r  ………………………………………….. (4-10)
n

FVn
PV  ………………………………………….. (4-11)
1  r  n
dimana:
FVn = nilai waktu yang akan datang pada akhir tahun ke n
PV = nilai waktu sekarang
i = interest rate = discount rate = tingkat suku bunga tahunan
1 = discount factor
1  i  n
n = periode waktu, 0, 1, 2, …, n

4.2.2. Pay out Time (POT) atau Pay Back Periode


Pay out time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
harga kumulatif net cash flow sama dengan nol seperti terlihat pada
(Gambar 4.3.). Dengan kata lain, pay out time adalah waktu yang
dibutuhkan untuk mendapatkan investasi yang ditanamkan kembali.
240

Gambar 4.3.
Posisi Net Cash Flow dengan Memperlihatkan Pay Out Time
(Allen, F.H., 1993)
Contoh perhitungan pada Tabel IV-16 memperlihatkan tentang pay
out time, yaitu:

Tabel IV-16.
Kalkulasi Pay Out Period
(Allinson, G., 1992)

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4

US$
NCF -50.00 -150.00 100.00 175.00
MM
Cumulative US$
-50.00 -200.00 -100.00 75.00
NCF MM
Pay Out
3.57 Tahun
Time

Harga 0.57 bulan pada Tabel IV-16 didapat dari pembagian US$
-100MM kumulatif NCF pada tahun ke 3 dibagi US$ 175 NCF pada tahun
ke 4. Harga minus berarti ada kekurangan sebesar ‘x’ bulan. Untuk
pemilihan investasi harus dipilih investasi yang memberikan payback period
yang terkecil.
241

Metode payback period sangat banyak digunakan di beberapa


perusahaan karena sangat mudah perhitungannya dan sangat sederhana
tetapi payback period ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu:
 Metode payback period mengabaikan nilai waktu dari
uang (time value of money)
 Metode payback period tidak dapat menunjukkan
besarnya keuntungan yang akan diperoleh. Dengan kata lain,
payback period bukan alat pengukur “profitability”, tapi hanya alat
ukur “rapidity” atau kecepatan kembalinya dana.

4.2.3. Net Present Value (NPV)


Dengan kelemahan payback period, maka dicari indikator ekonomi
yang lain yang memperhitungkan “time value of money”. Salah satu
indikator ekonomi yang memperhatikan nilai waktu dari uang adalah net
present value (NPV).
Pada (Gambar 4-3), jika pada perhitungan net cash flow selama 8
tahun dibawa ke nilai sekarang (present value) dan kemudian dijumlahkan,
maka hal ini dinamakan net present value (NPV). Secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut:

NCF1 NCF2 NCF8 NCFn


NPV  NCF0    ..........   ..........  (4-12)
1  i  1
1  i  2
1  i  8
1  i  n

atau:

n
NCFn
NPV   …………………………………………… (4-13)
n 1 1  i  n
242

Dari Persamaan 4-13, terlihat bahwa harga NPV dari NCF


tergantung dari besarnya discount rate (i). Adapun kriteria pengambilan
keputusan adalah ambil harga NPV (+) dan terbesar.

4.2.4. Internal Rate of Return (IRR)


Internal rate of return, atau discounted rate of return, atau rate of
return adalah besarnya discount rate (i) yang menyebabkan harga net
present value (NPV) sama dengan nol.

Gambar 4.4.
Interpolasi ROR
(Allen, F.H., 1993)

Persamaan matematis dari ROR adalah:


NCF1 NCF2 NCF8 NCFn
NCF0    ..........   ..........   0 (4-14)
1  i  1
1  i  2
1  i  8
1  i  n
atau:
n
NCFn
 1  i 
n 0
n
 0 ……………………………………………….. (4-15)

dimana:
i = discount rate, %
243

Dalam perhitungan, harga rate of return dihitung dengan cara trial


and error untuk berbagai harga “i” sampai diperoleh harga yang
mengakibatkan harga NPV = 0.
Kriteria pengambilan keputusan adalah mengambil harga ROR
yang besar, karena dengan ROR yang besar akan dapat mengantisipasi jika
bunga bank begerak naik. Biasanya setiap perusahaan mempunyai batasan
nilai minimum dari ROR yang diinginkan yang dinyatakan dengan
Minimum Attractive ROR (MARR). Harga ROR harus lebih besar dari
MARR.

4.2.5. Profit to Investment Ratio (PIR)


Profit to investment ratio sering juga disebut sebagai return on
investment (ROI) adalah perbandingan antara total undiscounted net cash
flow dengan total investasi.

PIR 
 UndiscountedNCF ……………………………….. (4-16)
 Investasi
Hal ini merupakan ukuran dari seberapa banyak projek cash flow
dapat menutupi investasi. Dengan kata lain, PIR menggambarkan setiap
US$ 1 investasi akan menghasilkan X*US$ 1, jadi harga PIR yang harus
diambil adalah yang sebesar mungkin.

4.2.6. Discounted Profit to Investment Ratio (DPR)


Discounted profit to investment ratio (DPR) atau disebut juga
Discounted Return on Investment (DROI), hampir sama dengan profit to
investment ratio, yang berbeda adalah pada PIR atau ROI belum
didiscounted atau belum dibawa kenilai sekarang, sedangkan DPR sudah
didiscounted atau sudah dibawa kenilai sekarang, jadi:

DROI 
 DiscountedNCF ………………………………… (4-17)
 Investasi

4.3. Sistim Kontrak Bagi Hasil Di Indonesia


244

Pada umumnya di dunia perminyakan ada tiga tipe kontrak, yaitu;


konsesi (concession), sistim kontrak bagi hasil (production sharing), dan
jasa (service). Di Indonesia sistim kontrak bagi hasil adalah metode yang
digunakan saat ini. Sistim kontrak bagi hasil diterapkan pertama kali di
Indonesia yang kemudian diterapkan oleh beberapa Negara antara lain:
China, India, Malaysia, Vietnam dan Philipina. Ide ini dari hasil pemikiran
pembagian keuntungan antara pemilik wilayah kuasa pertambangan
dengan kontraktor yang ada di Indonesia.
Pada sistim kontrak bagi hasil berdasarkan undang-undang nomor
22 tahun 2001, kontraktor mengajukan Plant of Development (POD) dan
melengkapi formulir Authorization for Expenditure (AFE) untuk
dimintakan persetujuan kepada badan pelaksana kegiatan usaha hulu (BP
MIGAS).

4.3.1. Tinjauan Tentang UU Minyak dan Gas Bumi di Indonesia


Dalam rangka memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah
pembaharuan dan penataan kembali kegiatan usaha minyak dan gas bumi,
telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 menegaskan bahwa minyak
dan gas bumi sebagai sumber daya alam strategis tak terbarukan yang
terkandung di dalam Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan
kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara. Hal ini berpedoman pada
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan
bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Selanjutnya Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan
membentuk Badan Pelaksana untuk melakukan pengendalian Kegiatan
Usaha Hulu di bidang minyak dan gas bumi dimana semua Badan Usaha
dan Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan Kegiatan Usaha Hulu di
245

bidang minyak dan gas bumi wajib melakukan kontrak Kerja Sama dengan
Badan Pelaksana.

4.3.1.1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas


Bumi

A. Bab I Ketentuan Umum


Pada Pasal 1 tentang ketentuan umum dari Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2001, yang dimaksud dengan:
1. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon
yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa
fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau
ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses
penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan
hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari
kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak
dan Gas Bumi;
2. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon
yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa
fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak
dan Gas Bumi;
3. Minyak dan Gas Bumi adalah Minyak Bumi dan Gas Bumi;
4. Bahan Bakar Minyak adalah bahan bakar yang berasal
dan/atau diolah dari Minyak Bumi;
5. Kuasa Pertambangan adalah wewenang yang diberikan
Negara kepada Pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan
Eksplorasi dan Eksploitasi;
6. Survei Umum adalah kegiatan lapangan yang meliputi
pengumpulan, analisis, dan penyajian data yang berhubungan
dengan informasi kondisi geologi untuk memperkirakan letak
dan potensi sumber daya Minyak dan Gas Bumi di luar
Wilayah Kerja;
246

7. Kegiatan Usaha Hulu adalah kegiatan usaha yang berintikan


atau bertumpu pada kegiatan usaha Eksplorasi dan
Eksploitasi;
8. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh
informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan
memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di
Wilayah Kerja yang ditentukan;
9. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja
yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan
penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan,
penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan
pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan
lain yang mendukungnya;
10. Kegiatan Usaha Hilir adalah kegiatan usaha yang berintikan
atau bertumpu pada kegiatan usaha Pengolahan,
Pengangkutan, Penyimpanan, dan/atau Niaga;
11. Pengolahan adalah kegiatan memurnikan, memperoleh
bagian-bagian, mempertinggi mutu, dan mempertinggi nilai
tambah Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi, tetapi tidak
termasuk pengolahan lapangan;
12. Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan Minyak Bumi,
Gas Bumi, dan/atau hasil olahannya dari Wilayah Kerja atau
dari tempat penampungan dan Pengolahan, termasuk
pengangkutan Gas Bumi melalui pipa transmisi dan
distribusi;
13. Penyimpanan adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan,
penampungan, dan pengeluaran Minyak Bumi dan/atau Gas
Bumi;
14. Niaga adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor
Minyak Bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk Niaga Gas
Bumi melalui pipa;
15. Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia adalah seluruh
wilayah daratan, perairan, dan landas kontinen Indonesia;
247

16. Wilayah Kerja adalah daerah tertentu di dalam Wilayah


Hukum Pertambangan Indonesia untuk pelaksanaan
Eksplorasi dan Eksploitasi;
17. Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus-menerus
dan didirikan sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
18. Bentuk Usaha Tetap adalah badan usaha yang didirikan dan
berbadan hukum di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang melakukan kegiatan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan
perundangundangan yang berlaku di Republik Indonesia;
19. Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau
bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan Eksplorasi
dan Eksploitasi yang lebih menguntungkan Negara dan
hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat;
20. Izin Usaha adalah izin yang diberikan kepada Badan Usaha
untuk melaksanakan Pengolahan, Pengangkutan,
Penyimpanan dan/atau Niaga dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan/atau laba;
21. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri dari Presiden beserta para Menteri;
22. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat
Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;
23. Badan Pelaksana adalah suatu badan yang dibentuk untuk
melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu di bidang
Minyak dan Gas Bumi;
24. Badan Pengatur adalah suatu badan yang dibentuk untuk
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap penyediaan
dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi pada
Kegiatan Usaha Hilir;
248

25. Menteri adalah menteri yang bidang tugas dan tanggung


jawabnya meliputi kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi.
Pada Bab I Pasal 5, yang dimaksud dengan kegiatan usaha minyak
dan gas Bumi adalah kegiatan usaha hulu (eksplorasi dan eksploitasi) dan
kegiatan usaha hilir ( pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan
niaga).
Pada Pasal 6, kegiatan usaha hulu dilaksanakan dan dikendalikan
melalui kontrak kerja sama yang paling sedikit memuat persyaratan
sebagai berikut:
 Kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan Pemerintah
sampai pada titik penyerahan,
 Pengendalian manajemen operasi berada pada Badan
Pelaksana,
 Modal dan risiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha.
Pada Pasal 10 diatur bahwa setiap badan usaha yang melakukan
kegiatan usaha hulu dilarang melakukan kegiatan usaha hilir dan yang
melakukan kegiatan usaha hilir tidak dapat melakukan kegiatan usaha
hulu.

B. Bab IV-Kegiatan Usaha Hulu


Pada Pasal 11 mengatur tentang kegiatan usaha hulu yaitu; kegiatan
usaha hulu dilaksanakan oleh suatu badan usaha berdasarkan kontrak
kerjasama dengan Badan Pelaksana, setiap kontrak kerjasama yang sudah
ditandatangani harus diberitahukan secara tertulis kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Pasal 14 mengatur tentang jangka waktu kontrak kerja
dilaksanakan paling lama 30 tahun dan dapat mengajukan perpanjangan
jangka waktu kontrak kerjasama paling lama 20 tahun.
Pasal 15 menerangkan jangka waktu eksplorasi sebagaimana yang
terkandung dalam kontrak kerjasama dilaksanakan 6 tahun dan dapat
diperpanjang hanya 1 kali periode yang dilaksanakan paling lama 4 tahun.
249

Pasal 17 mengatur tentang badan usaha yang tidak melaksanakan


kegiatannya dalam waktu paling lama 5 tahun sejak berakhirnya jangka
waktu eksplorasi wajib mengembalikan seluruh wilayah kerjanya kepada
menteri.
Pasal 22 mengatur setiap badan usaha wajib menyerahkan paling
banyak 25 % (dua puluh lima persen) bagiannya dari hasil produksi
Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri, dimana pelaksanaan Pasal 22 ini diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

C. Bab IX Badan Pelaksana


Pada Pasal 44 diatur bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan
kontrak kerja sama kegiatan usaha hulu dilaksanakan oleh Badan
Pelaksana. Dimana fungsi dari badan pelaksana ini adalah melakukan
pengawasan terhadap kegiatan usaha hulu agar pengambilan sumber daya
alam minyak dan gas bumi milik Negara dapat memberikan manfaat dan
penerimaan yang maksimal bagi Negara untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
Tugas Badan Pelaksana antara lain;
 memberikan pertimbangan kepada Menteri atas
kebijaksanaannya dalam hal penyiapan dan penawaran Wilayah
Kerja serta Kontrak Kerja Sama,
 melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama,
 mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan
lapangan yang pertama kali akan diproduksikan dalam suatu
Wilayah Kerja kepada Menteri untuk mendapatkan persetujuan,
 memberikan persetujuan rencana pengembangan (POD-Plan
of Development)
 memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran (AFE-
Authorization for Expendeture)
250

 melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri


mengenai pelaksanaan Kontrak Kerja Sama;
 menunjuk penjual Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi bagian
Negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi
Negara.
Pada Pasal 45 ditentukan bahwa Badan Pelaksana adalah
merupakan badan hukum milik Negara dimana pimpinannya diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Presiden.

4.3.1.2. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (PP Nomor 35 Tahun
2004).
Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai Kegiatan Usaha
Minyak dan Gas Bumi, yang antara lain meliputi pengaturan mengenai
penyelenggaraan Kegiatan Usaha Hulu termasuk pembinaan dan
pengawasannya, mekanisme pemberian Wilayah Kerja, Survey Umum,
Data, Kontrak Kerja Sama, pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi untuk
kebutuhan dalam negeri, penerimaan Negara, penyediaan dan
pemanfaatan lahan, pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat,
pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa dan
rancang bangun dalam negeri, serta penggunaan tenaga kerja dalam
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

A. Bab IV Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu


Pada Pasal 24 ditetapkan bahwa Kegiatan Usaha Hulu
dilaksanakan oleh Badan Usaha berdasarkan Kontrak Kerja Sama
dengan Badan Pelaksana dimana Kontrak Kerja Sama tersebut
paling sedikit memuat persyaratan sebagai berikut:
 Kepemilikan sumber daya Minyak dan Gas Bumi tetap
ditangan Pemerintah sampai pada titik penyerahan,
251

 Pengendalian manajemen atas operasi yang dilaksanakan


oleh Kontraktor berada pada Badan Pelaksana,
 Modal dan resiko seluruhnya ditanggung oleh Kontraktor.
Pada Pasal 26 diatur bahwa Kontrak Kerja Sama wajib
memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu :
 Penerimaan Negara, Wilayah Kerja dan pengembaliannya,
 Kewajiban pengeluaran dana,
 Perpindahan kepemilikan hasil produksi atas Minyak dan Gas
Bumi,
 Jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak,
 Penyelesaian perselisihan, dan berakhirnya kontrak,
 Kewajiban pemasokan Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk
kebutuhan dalam negeri, dan kewajiban pasca operasi
penambangan,
 Keselamatan dan kesehatan kerja, dan pengelolaan lingkungan
hidup,
 Pengalihan hak dan kewajiban, dan rencana pengembangan
lapangan,
 Pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri,
 Pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak
masyarakat adat, dan pengutamaan penggunaan tenaga kerja
Indonesia.

B. Bab V Pemanfaatan Minyak Dan Gas Bumi Untuk Memenuhi


Kebutuhan Dalam Negeri
Pada Pasal 46 diatur bahwa kontraktor bertanggungjawab
untuk ikut serta memenuhi kebutuhan Minyak Bumi untuk keperluan
dalam negeri. Dimana bagian kontraktor dalam memenuhi keperluan
dalam negeri ditetapkan berdasarkan sistem prorate hasil produksi
Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi. Besaran kewajiban kontraktor
adalah paling banyak 25 % dari bagiannya dari hasil produksi
252

Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi. Besaran tetap dari kewajiban


kontraktor akan ditetapkan oleh Menteri.

C. Bab VI Penerimaan Negara


Pada Pasal 52 diatur bahwa setiap badan usaha yang
melaksanakan kegiatan usaha hulu wajib membayar penerimaan
Negara yang berupa pajak dan penerimaan Negara bukan pajak.
Penerimaan Negara yang berupa pajak adalah; pajak-pajak,
bea masuk, dan pungutan lain atas impor dan cukai, pajak daerah dan
retribusi daerah.
Penerimaan Negara bukan pajak adalah; bagian Negara,
pungutan Negara yang berupa iuran tetap dan iuran eksplorasi dan
eksploitasi, dan bonus-bonus.
Penerimaan Negara bukan pajak sebagaimana dimaksud
diatas, merupakan penerimaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, yang pembagiannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peratuaran perundang-undangan yang berlaku.
Pada Pasal 54 ditetapkan bahwa ketentuan mengenai
penetapan besarnya bagian Negara, pungutan Negara, dan bonus-
bonus serta tata cara penyetorannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah tersendiri.
Pada Pasal 56 diatur bahwa pengeluaran biaya investasi dan
operasi dari Kontrak Bagi Hasil wajib mendapatkan persetujuan
Badan Pelaksana dan kontraktor akan mendapatkan kembali biaya-
biaya yang telah dikeluarkan untuk melakukan Eksplorasi dan
Eksploitasi sesuai dengan rencana kerja dan anggaran serta otorisasi
pembelanjaan financial (Authorization Financial Expenditure) yang
telah disetujui oleh Badan Pelaksana setelah menghasilkan produksi
komersial.
253

4.3.2. Sistem Kontrak Bagi Hasil (FTP-Production Sharing Contracts)


Seperti telah ditulis sebelumnya bahwa Indonesia adalah Negara
pertama yang menerapkan sistem kontrak bagi hasil. Di Indonesia sistim
ini terus berkembang dan berkembang mengikuti zamannya, sampai pada
generasi terakhir daripada sistim ini yaitu, First Tranche Petroleum
Production Sharing Contracts.
FTP-Production Sharing Contracts ini mempunyai pengertian
bahwa adanya pembagian awal sebesar 20% dari revenue antara kontraktor
dan Indonesia dengan formula yang sudah ditentukan.
Gambaran yang jelas tentang FTP-Production Sharing Contracts
ini dapat dilihat pada diagram alir (Gambar 4.5). Diagram alir (Gambar
4.5), ini adalah pengembangan dari diagram alir yang ditulis oleh Guy
Allinson. Untuk memahami diagram alir pada (Gambar 4.5) dapat
diuraikan tentang defenisi, pengertian, perhitungan seperti tertera dibawah
ini, yaitu:
4.3.2.1. Pendapatan Kotor (Gross Revenue)
Gross revenue merupakan hasil perkalian total produksi dengan
harga minyak. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Gross Re venue  Total Pr oduski  H arg aMinyak ............... (4-18)
4.3.2.2. First Tranche Petroleum (FTP)
Tagihan pertama kali dari hasil produksi yakni sebesar 20% dari
gross revenue dinamakan First Tranche Petroleum (FTP). Kontraktor dan
Pemerintah Indonesia kemudian membagi FTP ini dengan formula
pembagian sebagai tertera pada Tabel 4-17. Pada Tabel 4-17, terlihat
bahwa besarnya bagian kontraktor tergantung pada produksi minyak per
harinya, tapi hal ini tidak berlaku pada gas bumi, karena pada gas bumi
besarnya bagian kontraktor adalah 57.6923% tanpa melihat jumlah
produksinya.
Hubungan antara pembagian keuntungan sebelum pajak (share
before tax) dengan pembagian keuntungan setelah dikenai pajak (share
after tax) dapat dilihat pada Persamaan 4-19, berikut:
254

ShareAfterTax
ShareBeforeTax  ....................................... (4-19)
1  Tax 

Tabel IV-17.
Pembagian FTP antara Kontraktor dengan Pemerintah Indonesia
(Allinson, G., 1992)
Contractor’s Share
Gross Annual Average Production Rate (bopd)
Before Tax After Tax
< 50,000,- 48.08% 25%
50,000,- up to 150,000,- 38.46% 20%
> 150,000,- 28.85% 15%

Dari hasil perhitungan gross revenue dan FTP maka dapat dicari
Keuntungan sisa (Remaining revenue) daripada projek, yaitu:
Remaining revenue = Gross Revenue – FTP ……………… (4-20)

4.3.2.3. Cost Recovery dan Investment Credit


Dalam rangka meningkatkan penanaman investasi di Indonesia,
Pemerintah Indonesia memberikan insentif-insentif yaitu kontraktor
berhak menagih ulang biaya-biaya yang dikeluarkan (capital dan
operating cost) dibawah ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Recovery dari capital cost biasanya didepresiasikan dengan
metode declining balance selama lebih dari 5 tahun sebesar 25% setiap
tahunnya atau dengan metode straight line dan ditagihkan setelah
produksi dimulai.
Investment credit adalah bentuk insentif lain untuk
mendatangkan investor ke Indonesia. Kontraktor berhak mengajukan
investment credit sebesar 10% dari capital expenditure. Investment credit
ini akan dibayarkan setelah produksi dimulai.
Apabila jumlah produksi minyak tidak mencukupi untuk
membayar biaya yang ditagih (cost recovery), maka biaya yang tidak
255

tertagih (unrecovered) dapat ditagihkan pada tahun berikutnya dengan


perhitungan-perhitungan sebagai berikut:
IC n = 10% * CAPEX  n 1 ………………………………………. (4-21)
CRn = DEPn  OPEX n  UR1n ………………………………… (4-22)
UR1n = NCAP n 1  IC n 1  UR 2  n 1 …………………………….. (4-23)

UR2 n = IF(CRn>(Remaining Revenue)n,(CR-Remaining Revenue)n, (4-24)


REC n = IF(CRn>(Remaining Revenue)n,(Remaining Revenue)n,CRn) (4-25)

dimana:
ICn = Investment Credit tahun ke-n
CRn = Biaya yang ditagihkan tahun ke-n
DEPn = Depresiasi tahun ke-n
OPEXn = Operating Cost tahun ke-n
UR1n & UR2n = Unrecovered 1& 2 pada tahun ke-n
NCAP = Non Capital
RECn = Biaya yang terbayar tahun ke-n

4.3.2.4. Profit Oil atau Equity to be Split


Profit oil atau equity to be split adalah keuntungan dari hasil
penjualan minyak (gross revenue) setelah dikurangi FTP dan cost
recovery (plus investment credit). Dimana jumlah profit oil ini kemudian
dibagi antara kontraktor dan Pemerintah Indonesia berdasarkan kontrak
yang telah disetujui kedua belah pihak. Tabel IV-18 memperlihatkan
pembagian yang biasa dilakukan di Indonesia.
Secara matematis profit oil ini dapat ditulis sebagai berikut:
ESn = Remaining Revenuen - RECn ………………………. (4-26)
dimana:
REC n = Tagihan yang terbayarkan

Tabel IV-18.
Pembagian FTP antara Kontraktor dengan Pemerintah Indonesia
(Allinson, G., 1992)
256

Conventional Areas and


Frontier Area
Existing Contracts

Pre-tertiary
Pre-tertiary
or Water
Tertiary or Water Tertiary
Depth
Depth >200m
>200m

Marginal Discoveries 80/20 80/20 75/25 75/25

New Discoveries

- P<50 Mbopd 85/15 80/20 80/20 75/25

- 50<P<150 Mbopd 85/15 85/15 85/15 80/20

- P>150Mbopd 85/15 90/10 90/10 85/15

4.3.2.5. Contractor Share


Contractor share adalah bagian dari kontraktor sebelum dikenai
pajak yang didapat dari hasil pembagian profit oil berdasarkan peraturan
yang berlaku kemudian ditambah dengan FTP untuk kontraktor.

 0.15 
CS    ES   FTPcontractor ……………………… (4-27)
 1  0.48 
257

Gambar 4.5.
Diagram Alir Sistem Pembagian FTP-Production Sharing Contracts
(Allinson, G., 1992)
258

4.3.2.6. Kebutuhan Minyak Dalam Negeri (Domestic Market Obligation)


Domestic Market Obligation diatur dalam peraturan pemerintah
No. 35 tahun 2004, Bab V Pasal 46, yaitu kontraktor ikut
bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan Minyak Bumi untuk
keperluan dalam negeri, dimana besaran kewajiban kontraktor adalah
paling banyak 25 % dari bagiannya setelah 5 tahun produksi berjalan.
Besaran tetap dari persentase DMO ini ditetapkan oleh Menteri.
Besarnya DMO ini adalah hasil penjumlahan contractor share
dengan FTP ke kontraktor dikalikan dengan persen kewajiban kontraktor.
Hasil perkalian ini kemudian dikalikan dengan (1-0.1) atau 0.9 , dimana
0.9 adalah faktor pengali bahwa sebesar 10% dari kewajiban kontraktor
dibayar pemerintah berdasarkan harga pasar internasional atau hanya
90% saja yang diserahkan ke Indonesia.

DMO  0.25   CS   0.9 ………………………………….. (4-28)

4.3.2.7. Net Contractor Share


Net contractor share adalah penjumlahan contractor share
dengan FTPc dikurangi DMO. Hasil penjumlahan ini kemudian dikalikan
dengan faktor pajak perusahaan. Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut:

NCS   CS  DMO  Bonus   1  0.48 ………………… (4-29)

4.3.2.8. Bonus
Bentuk lain dari pendapatan Pemerintah Indonesia adalah
signature dan production bonuses. Bonus ini dibayarkan kontraktor pada
saat penandatangan kontrak dan dibayarkan hanya satu kali saja.
Besarnya bonus biasanya berdasarkan negosiasi antara kontraktor dan
Pemerintah Indonesia. Estimasi besarnya bonus dapat dilihat pada Tabel
IV-19.
259

Tabel IV-19.
Contoh Besaran Bonus Produksi
(Allinson, G., 1992)

Production Bonus

bopd US$ MM

25,000 3
50,000 5
100,000 10
200,000 20

Bonus bukan merupakan bagian biaya yang dapat ditagihkan


(cost recovery) tapi besarnya bonus dapat dimasukkan dalam perhitungan
net contractor share untuk mengurangi pajak pendapatan.

4.3.2.9. Pajak
Besarnya pajak pendapatan untuk minyak dan gas bumi adalah
sebesar 48%. Cost recovery tidak dikenakan pajak tapi 10% pendapatan
dari DMO ikut dikenai pajak. Untuk memperkecil pemotongan pajak, net
contractor share dapat dikurangi bonus.

4.3.2.10.Total Contractor Share


Total contractor share adalah penjumlahan net contractor share
setelah dikurangi pajak dan bonus dengan cost recovery. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:

TCS =   CS   DMO  Bonus * 1  0.48  RECn


= NCS + RECn ………………………………………. (4-30)
260

4.3.2.11. Expenses
Expenses adalah biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor yang
meliputi Capex, Non Capex dan OPEX. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut:
EXP  CAPEX  NonCAPEX  OPEX …………………… (4-31)

4.3.2.12.Contractor Cash Flow


Contractor cash flow adalah selisish antara total contractor share
dengan expenses. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
CCF  TCS  EXP
Jumlah CCF jika dibagi dengan total investasi adalah
merupakan Profit to Investment Ratio (PIR) dalam perhitungan indikator
ekonomi.

1. Discounted Contractor Cash Flow


Discounted contractor cash flow adalah perkalian antara
discount factor dengan contractor cash flow. Secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut:
1
DCCF=  TCS  EXP  *
1  i  n =CCF*DF ………(4-32)
dimana:
i = interest rate
n = tahun ke-n
1
= discount factor
1  i  n
Jumlah DCCF adalah merupakan Net Present Value
(NPV) dan jika dibagi dengan total investasi adalah merupakan
Discounted Profit to Investment Ratio (DPR) dalam
perhitungan indikator ekonomi.
261

4.4. Analisa Sensitivitas terhadap Faktor Resiko dan Ketidakpastian


Resiko adalah kumpulan dari suatu ketidakpastian dari besaran-
besaran yang mempengaruhi keuntungan. Ketepatan informasi dari
besaran-besaran tersebut akan mempengaruhi keuntungan atau kerugian
yang akan terjadi. Secara umum faktor resiko ini dapat dikategorikan
sebagai berikut:
 Teknis (Technical), resiko terhadap ketidakpastian terhadap
teknik yang digunakan sehingga dapat memberikan resiko kesalahan
terhadap hasil yang didapatkan khususnya dalam perhitungan
parameter-parameter perhitungan cadangan.
 Makro ekonomi, resiko terhadap ketidak pastian terhadap naik
turunnya nilai tukar uang, interest rate, inflasi, yang bisa
mempengaruhi naik turunnya harga minyak dan gas bumi
 Politik, resiko terhadap ketidakpastian politik atau berupa
godaan bagi militer untuk melakukan kudeta, intervensi dari suatu
Negara terhadap Negara lain khususnya Negara penghasil minyak
dunia.
(Gambar 4.6.), memberikan gambaran tentang beberapa parameter-
parameter yang paling berpengaruh (sensitif) terhadap suatu projek.

Gambar 4.6.
Contoh Spider Diagram
(Allinson, G., 1992)
262

Analisa sensitivitas adalah suatu analisa untuk melihat pengaruh


perubahan parameter-parameter yang mempengaruhi keuntungan.
Parameter-parameter yang sering digunakan untuk analisa sensitivitas
adalah harga, produksi, dan biaya operasi.

Pemanfaatan analisa sensitivitas mempunyai kelebihan yaitu:


 Analisa sensitivitas dapat membantu untuk mengidentifikasikan
parameter-parameter yang dapat mempengaruhi keuntungan dengan
cara melihat seberapa besar perubahan keuntungan akibat perubahan
parameter tersebut.
Disamping kelebihan dari analisa sensitivitas, terdapat juga
kelemahannya yaitu:
 Tidak ada suatu jaminan seberapa besar kemungkinan hasil analisa
berdasarkan asumsi perubahan dari parameter yang mempengaruhi
keuntungan dapat terjadi, jadi jika diasumsikan harga minyak akan
naik sebesar 30%, maka tidak ada jaminan bahwa harga minyak akan
benar-benar akan naik.

4.5. Analisa Keputusan Dengan Menggunakan Diagram Pohon.


Dalam sub bab ini ada beberapa hal yang akan dibahas yaitu dasar-
dasar probabilitas, konsep uang yang diharapkan, dan analisa diagram
pohon. Sebelum masuk pada analisa diagram pohon perlu dipelajari
terlebih dahulu mengenai dasar-dasar probabilitas, karena pokok bahasan
tersebut sangat penting peranannya dalam analisa diagram pohon. Selain
dasar-dasar probabilitas, teori tentang konsep uang juga perlu dipelajari
terlebih dahulu untuk dapat memahami analisa diagram pohon.

4.5.1. Dasar-dasar Probabilitas.


Dalam probabilitas suatu kejadian ada dua parameter yang perlu
diketahui yaitu sample space dan event. Sample space adalah daftar semua
kemungkinan kejadian yang dapat terjadi dari suatu ekperimen.
263

Kemungkinan suatu kejadian atau suatu keputusan terjadi pada kondisi


ketidakpastian. Kadang-kadang sample space disebut sebagai populasi.
Kata space dapat diartikan sebagai suatu dimensi / ruang volume. Sample
space dapat terbatas, sebagai jumlah suatu kejadian pada suatu percobaan /
ekperimen atau dapat terjadi secara tidak terbatas dari suatu seri
ekperimen.
Contoh 4-2:
Pada permainan kartu, yang standar memiliki 52 kartu dengan
pertimbangan pengambilan kartu secara acak (random), eksperimen atau
kemungkinan suatu kesempatan digambarkan sebagai pengambilan kartu
yang berjumlah 52 dan sample space adalah daftar dari semua
kemungkinan kartu yang dapat diambil, pada kejadian ini ada 52 elemen
sample space.
Pada kegiatan ekplorasi ada berbagai cara untuk mendefinisikan
sample space, tergantung analisa yang mendasarinya, contoh: semua nilai
kemungkinan (probabilitas) dari:
1. Penemuan cadangan pada suatu struktur
2. Jumlah sumur produksi pada suatu lapangan
3. Jumlah struktur yang mengandung/terisi minyak dari suatu basin.
Event adalah bagian dari suatu sample space, merupakan kejadian
yang tertentu (khusus) saja yang menjadi perhatian. Bagian dari suatu
sample space, merupakan kejadian yang tertentu (khusus) saja yang
menjadi perhatian. Event dapat terdiri dari satu elemen pada suatu sample
space, dapat juga terdiri dari dua atau lebih elemen pada suatu sample
space, semua elemen dapat merupakan bagian/anggota suatu sample space
atau bukan bagian dari sample space.
Definisi probabilitas perlu diperhatikan karena hal ini merupakan
salah satu hal yang penting. Adapun beberapa definisi probabilitas (event /
kesempatan / kepastian) suatu kejadian antara lain:

1. Relatif Frekuensi
264

Relatif frekuensi merupakan jumlah even yang terjadi / jumlah


elemen atau kemungkinan kejadian yang berulang beberapa kali.

 even 
 JumlahElemenDlmSample   Definisi Pr obabilitas …………..(4-33)
 

Apabila mempelajari percobaan/eksperimen yang berulang-


ulang, maka relatif frekuensi dapat dilakukan dengan merekam jumlah
even yang terjadi dibagi dengan jumlah total eksperimen atau jumlah
perulangan proses.

2. Definisi Probabilitas Secara Obyektif


Merupakan ukuran suatu tingkat (derajat) penilaian terhadap
suatu pendukung kejadian yang digunakan terhadap suatu hipotesa
(dugaan), ukurannya ditentukan secara obyektif logic dari pendapat
orang (ahli) berdasarkan observasi.
Contoh:
Cara yang umum, yaitu hipotesa struktur yang terisi oil,
lapisan batuan yang nampak memiliki korelasi dengan batuan induk
yang berada di sekitar ( di bawah) zona produktif, dsb. Maka dari sisi
obyektif murni, probabilitas di sini dinyatakan sebagai derajat yang
mendukung hipotesa (dugaan berdasarkan penelitian) “struktur terisi
oil”.
Secara praktis pernyataan definisi secara teori sukar
ditentukan, untuk kualifikasi secara obyektif murni tercapai karena
eksplorasi menganalisa bebas dari emosional, sehingga timbul definisi
probabilitas secara subyektif.

3. Definisi Probabilitas Secara Subyektif


Pendapat orang (ahli) terhadap suatu kemungkinan even yang
akan terjadi, pernyataan probabilitasnya secara subyektif merupakan
265

hasil perluasan pemikiran masing-masing individu terhadap even yang


akan terjadi, pernyataan probabilitas di sini tidak menggunakan
analisa statistik karena informasi yang diperoleh dari pendapat orang,
pengaruh emosional dan juga pengalaman seseorang akan memegang
peranan dalam penentuan probabilitas.
Probabilitas dinyatakan sebagai fraksi dari 0 sampai 1, pada
probabilitas sama dengan 1 menyatakan kejadian pasti terjadi dan
probabilitas sama dengan 0 menyatakan suatu kejadian pasti tidak
terjadi. Bila dinyatakan probabilitas dry hole 40%, penggambarannya
dikalikan 100, yaitu kemungkinannya 40% diartikan sumru kering
dinyatakan memiliki probabilitas 0,4. Probabilitas tidak memiliki
besaran dan selalu berharga positif (tidak ada probabilitas berharga
negativ).
Kadang-kadang kemungkinan suatu kejadian pada even
tertentu diartikan sebagai probabilitas sukses 5 sampai 6, ini diartikan
probabilitas sukses 6/11, bila kemungkinan 4 sampai 8 maka
probabilitas suksesnya adalah 8/12. Jika even memiliki kesempatan
50-50, probabilitas kejadian even tersebut adalah 0,5.
Selain definisi tentang probabilitas, sample space, dan event
suatu kejadian, perlu didefinisikan beberapa istilah lain yang penting
dalam teori probabilitas yaitu:
 Equality Likely Events (event yang sama/mirip) :
Dua event atau lebih dikatakan sama bila memiliki probabilitas
yang sama pada suatu kejadian.
 Mutually Exclusive Events (event yang satu sama lain berdiri
sendiri) :
Event yang satu dengan lainnya berdiri sendiri bila kejadian
terhadap kejadian yang lain tidak saling mempengaruhi. Event
mutually exclusive tidak mempengaruhi terhadap sample space
berikutnya.
 Independent Events :
266

Dua atau lebih event saling tidak mempengaruhi, bila kejadian


satu event tidak mempengaruhi atau dipengaruhi kejadian event
lainnya.
 Conditional Probabilitas :
Bila dua atau lebih kejadian yang tidak bebas (saling bergantung),
probabilitasnya dikatakan probabilitas kondisional pada suatu
kejadian, ini akan mempengaruhi probabilitas event yang lain.

4.5.1.1. Distribusi Probabiliti.


Distribusi Probabiliti merupakan suatu grafik yang menyatakan
suatu kisaran harga atau kemungkinan suatu kejadian pada harga-harga
yang mungkin terjadi yang dimiliki oleh random variabel. Dimana
random variabel adalah parameter atau variabel yang memiliki lebih dari
satu harga kemungkinan, harga-harganya tidak dapat diramalkan pada
saat membuat keputusan untuk masing-masing nilai yang tepat karena
berhubungan dengan kemungkinan atau probabiliti suatu kejadian.
Random variabel merupakan variabel stochastic, adalah variabel yang
tidak dapat ditentukan pada saat pengambilan keputusan sehingga
kepastiannya dinyatakan dengan probabiliti. Sedangkan deterministic
variable adalah variabel yang dapat diketahui harganya pada saat
pengambilan keputusan. Contoh random variabel antara lain: penentuan
ketebalan zona produktif, perkiraan cadangan dari suatu sumur atau
lapangan, biaya pemboran, perkiraan keuntungan bersih dari suatu
pemboran yang prospek. Harga random variabel dapat berharga positif
dan dapat pula berharga negatif, masing-masing harga atau kisaran harga
memiliki probabiliti suatu kejadian. Harga random variabel tersebut
dapat berbeda besarnya namun dapat memiliki probabiliti suatu kejadian
yang sama besarnya.
Distribusi probabiliti dapat diskrit atau menerus tergantung
keadaan alami random variabel. Pada skala horizontal dari distribusi
probabiliti adalah random variabel (x) yang tidak memiliki satuan dan
267

memiliki kisaran. Tingginya distribusi probabilitas dari sumbu vertikal


sebanding dengan harga probabiliti suatu kejadian (atau kisaran suatu
harga) pada random variabel.
 Distribusi frekuensi relatif.
Dalam penggunaan distribusi probabilitas, jarang digunakan
distribusi berdasarkan data tunggal, umumnya probabilitas yang
dipakai menggunakan data statistik yaitu probabilitas dengan
distribusi frekuensi relatif.
Sebagai contoh:
Ahli geologi mempelajari daerah baru yang akan dibor, telah
melakukan pemboran 20 sumur, satu variabel yang tidak diketahui
untuk mempertimbangkan membor pada daerah prospek yaitu
“ketebalan lapisan produktif”, untuk mendapatkan ketebalan ini pada
suatu kemungkinan, terlihat pada Tabel IV-20.

Tabel IV-20.
Ketebalan Lapisan Produktif pada 20 Sumur yang Telah Dibor
(Allinson, G., 1992)
No sumur Ketebalan,h
(ft)
1 111
2 81
3 142
4 59
5 109
6 96
7 124
8 139
9 89
10 129
11 104
12 186
13 65
14 95
15 54
16 72
17 167
268

18 135
19 84
20 154

Untuk itu dapat dilakukan dengan membuat kisaran (interval


kelas) dari data random variabel menjadi beberapa kelompok atau
interval dan ditabulasikan seperti pada Tabel IV-21, dibawah ini.
Kemudian dari tabel tersebut dapat dibuat dua grafik
distribusi yaitu histogramnya, sebagai skala vertikal adalah frekuensi
dan horizontal adalah interval kelas ketebalan (Gambar 4.7) dan
kurva relatif frekuensi sebagai skala vertikal adalah relatif frekuensi
dan skala horizontal interval kelas ketebalan (Gambar 4.8).

Tabel IV-21.
Pengolahan Data
(Allinson, G., 1992)
Kisaran tebal
Frekuensi Frekuensi relatif Frekuensi relatif %
h (ft)
50-80 4 4/20=0.2 20
81-110 7 7/20=0.35 35
111-140 5 5/20=0.25 25
141-170 3 3/20=0.15 15
171-200 1 1/20=0.05 5
Jumlah 20 1.00 100
269

Gambar 4.7.
Plot Interval Kelas (Ketebalan) vs Frekuensi
(Allinson, G., 1992)

Gambar 4.8.
Plot Interval Kelas (Ketebalan) vs Relatif Frekuensi
(Allinson, G., 1992)

 Distribusi Kumulatif Frekuensi.


Setiap distribusi dapat diekpresikan dalam bentuk grafik yang
ekuivalen yang disebut dengan distribusi frekuensi kumulatif atau
270

grafik frekuensi kumulatif, ada dua alasan untuk membuat


penggambaran distribusi ke dalam grafik frekuensi kumulatif, yaitu:
1. Bila memiliki distribusi kumulatif, dapat dikatakan luas daerah
yang menggambarkan distribusi probabiliti tanpa
mengintegralkan fungsi probabiliti densiti.
2. Di dalam mekanisme analisa resiko yang disebut simulasi,
diperlukan distribusi konversi (pada harga-harga yang
memungkinkan) untuk setiap random variabel ke dalam bentuk
frekuensi kumulatif yang ekuivalen.
Ada beberapa cara untuk mengkonversi distribusi ke dalam
ekuivalen frekuensi kumulatif, tetapi mungkin hanya dua cara yang
sering digunakan yaitu dengan memplot data tabulasi harga-harga
relatif frekuensi seperti yang terlihat pada Tabel IV-21 atau dengan
metoda perkiraan.
Contoh :
Ditabulasikan data ketebalan net pay dari 20 sumur suatu
basin pada Tabel IV-21, pada tiga kolom pertama pada Tabel IV-22
merupakan perulangan Tabel IV-21, kolom ke-4 merupakan
kumulatif relatif frekuensi dan kolom ke-5 kumulatif relatif
frekuensi dalam persen.

Tabel IV-22 .
Data Ketebalan Dari 20 Sumur pada Suatu Basin
(Allinson, G., 1992)

Range h Frek Rel frek Kumulatif rel frek Kum rel frek %
50-80 4 0.2 0.2 20
81-110 7 0.35 0.55 55
111-140 5 0.25 0.8 80
141-170 3 0.15 0.95 95
171-200 1 0.05 1 100
jumlah 20
271

Plot batas atas masing-masing range terhadap frekuensi


kumulatif seperti yang terlihat pada (Gambar 4.9), frekuensi
kumulatif lebih kecil sama dengan (≤) terhadap harga-harga yang
mungkin minimum dari random variabel selalu berharga nol dan
frekuensi kumulatif ≤ dari harga maksimum pada random variabel
selalu 1 (100%).

Gambar 4.9.
Distribusi Frekuensi Relatif Terhadap Data Ketebalan
(Allinson, G., 1992)

Bila dinyatakan dimulai dari harga maksimum pada random variabel


menuju harga mengecil di sebelah kanan, ditunjukkan pada (Gambar 4.10)

Gambar 4.10.
Distribusi Kumulatif Frekuensi dari Ketebalan Net Pay
(Allinson, G., 1992)
272

Cara membaca: pada ketebalan (50-80) ft (80 ft batas atas)


probabiliti yang diperoleh (100-80) % = 20% (dalam %) atau 0.2
(dalam kumulatif frekuensi).

4.5.1.2. Parameter Nilai Tunggal Dari Suatu Distribusi.


Terdapat dua cara menentukan satu harga dari sutu distribusi:
1. Suatu parameter yang menggambarkan nilai rata-rata dari suatu
variable yang acak.
2. Suatu parameter yang menjelaskan variability atau kisaran suatu
random variable atau variabel acak yang terdistribusi.
A. Penentuan Nilai Rata-Rata.
Dengan mengetahui parameter dari distribusi yang
mempunyai kecenderungan berada ditengah-tengah dari suatu
distribusi dapat memberikan informasi tentang nilai rata-rata dari
variabel acak. Parameter yang sering digunakan adalah mean,
median, dan mode.
Mean
Menitik beratkan harga rata-rata dari random variabel,
dengan memusatkan perhatian pada probabilitas suatu kejadian.
Persamaan kata terhadap harga terduga (expected value)
pada suatu distribusi dari sekumpulan data statistik, bila
dihubungkan distribusi harga keuntungan moneter, harga rata-rata
distribusi keuntungan disebut Expected Moneter Value (EMV).
Semua distribusi (diskrit atau menerus) memiliki harga
rata-rata, satuannya sama seperti random variabel, diberi lambang
µ.
Dari sudut pandang statistik, harga rata-rata penting sekali
dan sebanding dengan harga yang diharapkan (expected value)
sebagai dasar pengambilan keputusan pada kondisi ketidakpastian,
adalah nilai rata-rata suatu bilangan/variabel acak dari probabilitas
kemunculannya.
273

Median
Harga dari suatu random variabel yang akan membagi dua
luas daerah distribusi probabiliti sama besar, harganya sebanding
dengan 50 persentil pada distribusi frekuensi kumulatif random
variabel yang berharga lebih kecil atau sama dengan median adalah
0,5. Probabiliti random variabel yang lebih besar atau sama dengan
mediannya juga adalah 0,5.
Nilai median dari suatu random variabel menyatakan
ukuran kecenderungan terpusat (rata-rata) sebagai harga mean,
alasannya median tidak dipengaruhi harga-harga random variabel.
Bila data statistik disusun secara numerik dalam order pertambahan
atau pengurangan, harga median merupakan daerah separuh ke
bawah dari susunan tersebut. Median pada distribusi log normal
sama dengan mean dari distribusi variabel.
Mode
Harga dari random variabel yang sering terjadi / muncul
sehingga tempatnya pada harga yang tertinggi dan merupakan
puncak dari suatu kurva distribusi, suatu distribusi dapat memiliki
lebih dari satu harga mode. Mode merupakan bilangan acak yang
nilainya terletak pada posisi tertinggi dari kurva distribusi.
 Aritmatic average (Nilai rata-rata secara aritmatik):
Persamaan yang digunakan untuk menentukan
aritmatic average adalah:

μ
x ……………………………(4-34)
N
dimana :
x = variabel.
N = jumlah data.
Jika jumlah data banyak, penentuan mean dapat dilakukan
dengan membuat interval-interval kelas dan menghitung jumlah
274

harga yang masuk ke dalam kisaran interval kelas tersebut,


sehingga persamaan yang digunakan untuk menghitung mean
menjadi (untuk distribusi menerus/kontinu):

μ
 ni xi …………………………………(4-35)
 ni
dimana :
n = frekuensi (jumlah data) pada masing-masing interval.
x = titik tengah interval kelas.
i = indek yang menyatakan interval variasi.
Harga μ diatas memiliki asumsi: harga-harga pada random
variabel interval tertentu pada tengah-tengah interval kelas.
(Untuk distribusi diskrit)
μ   (Pi)(xi) …………………………….(4-36)
dimana :
Pi = probabilitas suatu kejadian (relative frekuensi) pada harga
xi dari random variabel.

B. Penentuan Nilai Standar Deviasi atau Simpangan.


Nilai mean dari suatu distribusi dapat memberikan
informasi tentang nilai rata-rata atau nilai yang diharapkan dari
bilangan acak, tetapi mean tidak dapat menggambarkan
penyebaran atau penyimpangan dari nilai variabel lain yang berada
di luar nilai rata-rata. Untuk menentukan besarnya nilai
penyimpangan data dari rata-ratanya digunakan satu nilaiyang
menggambarkan penyimpangan dari data, nilai tunggal tersebut
disebut dengan standar deviasi.
Standar deviasi (σ) merupakan derajat penyimpangan dari
suatu distribusi terhadap harga rata-ratanya. Jika standar deviasi
bertambah maka deviasi suatu distribusi juga akan bertambah, jika
standar deviasi kecil akan memiliki deviasi yang sempit.
275

Gambar 4.11.
Dua Distribusi Data yang Memiliki Rata-Rata Sama
Tetapi Berbeda Standar Deviasinya
(Newendrop, P.D., 1975.)

Dari (Gambar 4.11) di atas σA < σB.


Jika suatu distribusi memiliki semua data statistik yang
lengkap yaitu: (N), X1, X2, X3,…..Xn, maka persamaan yang
digunakan untuk menghitung standar deviasi adalah:
N

 (xi  μ) 2
………………………………(4-37)
σ i 1

N
Keterangan :
xi = harga sebenarnya pada random variabel.
μ = harga rata-rata dari sejumlah data N.
N = jumlah data.
Harga (xi-µ) merupakan jarak atau deviasi xi dari harga
rata-rata. (xi-µ)2 = deviasi. Secara operasional matematika
merupakan jumlah penyimpangan kuadrat dibagi jumlah data (N)
yang merupakan rata-rata deviasi kuadrat, akhirnya diperoleh akar
dari deviasi kuadrat sebagai harga deviasi standar.

4.5.2. Konsep Uang yang Diharapkan (Expected Monetary Value).


Ada dua definisi yang penting untuk dipahami dari nilai harapan
(expected value) yaitu:
276

4.5.2.1. Expected value of an Outcome (Nilai Harapan dari Suatu Kejadian).


Merupakan hasil kali dari probabilitas dari kemungkinan muncul
kejadian tersebut dengan nilai kondisional yang diterima dengan
kemunculan/terjadinya kejadian tersebut. Nilai yang diterima bila suatu
kejadian terjadi/muncul dapat berupa: keuntungan moneter dan kerugian
moneter, kehilangan kesempatan, kehilangan pilihan, atau kehilangan
nilai utility (fasilitas) yang berasosiasi dengan keuntungan dan kerugian.
Pada kejadian khusus dimana nilai yang diterima berupa keuntungan atau
kerugian keuangan dari suatu produk biasa disebut dengan expected
monetery value (nilai yang diharapkan dari aspek moneter suatu kejadian
atau EMV). Kata kondisional menyatakan bahwa nilai yang diterima dari
suatu kejadian, karena kondisi tak tentu (tidak dapat dipastikan pada saat
pengambilan keputusan).
Besarnya nilai harapan (EMV) adalah sebagai berikut:
EMV = Probabiliti × Conditional Value (nilai kondisional) ……(4-38)
Misal probabiliti dry hole:
Probabiliti dry hole × moneter loss dry hole = expect value of out come
dry hole.

4.5.2.2. Expect Value of Decision Alternative (Nilai Harapan dari Suatu


Alternatif/ Pilihan).
Merupakan jumlah dari nilai harapan dari setiap kemungkinan
yang keluar yang mungkin terjadi apabila keputusan pilihan/alternatif
tersebut diambil. Nilai pilihan suatu alternatif dapat berupa harga positif,
nol, dan negatif. Nilai harapan suatu pilihan merupakan sejumlah kreteria
yang digunakan untuk membandingkan suatu keputusan karena adanya
persaingan, yang dilakukan pengambil keputusan.
Contoh:
Pada suatu permainan perjudian yang bermain dengan
melemparkan koin (yang terdiri dari 2 sisi yaitu kepala/head dan
ekor/tail), hadiah untuk pemain yang dapat menebak dengan tepat adalah
277

$ 2, sedangkan apabila tebakan pemain salah maka harus membayar $ 1.


Bandar menawarkan kepada pemain untuk memilih kepala.
Hal ini jelas merupakan keputusan yang penuh dengan
ketidakpastian, karena apabila pemain setuju terhadap penawaran bandar
dan memilih kepala maka akan mempunyai peluang untuk mendapatkan
$ 2 tetapi dapat juga kehilangan $ 1. Hal ini merupakan keputusan yang
sulit. Masalah ini dapat selesaikan dengan perhitungan dengan
menggunakan konsep nilai harapan.
Berikut ini merupakan perhitungan nilai harapan untuk
kemunculan “kepala”:

0,50 × (+ $ 2,00) = (+ $ 1,00)

probailtsdari  Nilakondisonalyng  Nilahrapndari 


   
kemungkianmucl ditermakrenakmunclan kemunclan“kepal”
Sedangkan untuk nilai harapan dari kemunculan “ekor” :

0,50 x (-$ 1.00) = (-$ 0.50)


278

 Nilai harapan dari 


 
 kemunculan “ekor”
Akhirnya, pemain judi dapat menghitung nilai harapan dari
sebuah pemilihan/ pengambilan keputusan menerima penawaran bandar
dengan menjumlahkan nilai harapan dari semua kejadian yang mungkin
akan terjadi, yaitu:

(+$1,00) + (-$0,50) = (+$0,50)


279

Nila har pandaripemilhan


Nila har pandari  Nila har pandari  
  keput sanmen rima 
k emunculankepal  kemunculanekor   
p enaw ranbandar 
Biasanya perhitungan nilai harapan dilakukan dengan
menggunakan tabel. Apabila kasus perhitungan nilai harapan diatas dibuat
dalam tabel menjadi sebagai berikut:

Tabel IV-23.
Perhitungan Expected Monetary Values
untuk Pilihan Menerima Penawaran Bandar
(Newendrop, P.D., 1975.)

Alternatif keputusan
Kejadian yang Probabilitas “Menerima tawaran Bandar”
Nilai kondisional Nilai harapan dari
muncul suatu kejadian
yang akan diterima suatu kejadian
untuk muncul
head 0.5 +$ 2 +$ 1
tail 0.5 -$ 1 -$ 0.5
EMV (Nilai harapan keputusan menerima penawaran
+$ 0.5
Bandar)
280

Dari perhitungan diatas maka dapat diperoleh nilai harapan jika


menerima penawaran Bandar, perhitungan diatas juga dapat digunakan
untuk menghitung nilai harapan jika menolak penawaran Bandar. Pada
kasus ini maka nilai harapannya sama dengan nol. Dari kedua hasil ini
maka dapat diketahui nilai harapan dari pilihan keputusan apakah
menerima atau menolak tawaran Bandar.
Berikut ini akan dibahas contoh kasus mengenai perhitungan nilai
harapan pada kegiatan eksplorasi:
Pada suatu evaluasi prospek pemboran dimana perkiraan
probabilitas keberhasilan dari suatu pemboran adalah 0,6 dan probabilitas
dry hole adalah 0,4. Dalam kasus ini terdapat dua keputusan yaitu membor
sumur atau meninggalkan lapangan. Jika dilakukan pemboran sumur dan
ternyata dry hole maka biaya yang dikeluarkan adalah $ 200.000 dan
apabila pemboran sumur tersebut menemukan cadangan minyak maka net
profit yang akan diperoleh adalah $ 600.000. Jika keputusan yang diambil
setelah pemboran sukses menemukan minyak dan menyerahkannya ke
perusahaan lain (service company) maka akan mendapatkan uang sebesar
$ 50.000, apabila pada pemboran gagal (dry hole) maka perusahaan
tentunya tidak akan mendapatkan apa-apa.
Jelas sekali hal diatas merupakan pengambilan keputusan yang
penuh dengan ketidakpastian dan resiko. Terdapat dua kemungkinan yang
dapat muncul untuk setiap alternatif keputusan. Mungkin kebanyakan
orang akan lebih setuju untuk meninggalkan lapangan dari pada
menanggung resiko kehilangan $ 200.000 karena dry hole. Tetapi apabila
kemungkinan terdapatnya cadangan minyak adalah tinggi, maka pilihan
akan jatuh pada pilihan membor. Namun jika kasus yang terjadi seperti
hal diatas dengan probabilitas keberhasilan hanya 0,6 maka akan sangat
membingungkan, apalagi jika probabilitasnya hanya 0,3. Akan sangat sulit
sulit untuk menentukan pilihan mana yang harus diambil, apakah membor
atau meninggalkan lapangan. Disinilah kegunaan dari perhitungan nilai
281

harapan yang dapat menjelaskan alternatif pilihan yang paling baik untuk
diambil dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian.
Perhitungan dari kasus diatas diperlihatkan pada Tabel IV-24
berikut:

Tabel IV-24.
Perhitungan Expected Monetary Values
untuk Alternatif Pilihan Membor atau Farm Out
(Newendrop, P.D., 1975.)

Kejadian Alternatif Keputusan


Membor Farm Out
yang Nilai Nilai
Probabilitas EMV dari EMV dari
akan kondisional kondisional
kejadian kejadian kejadian
muncul moneter moneter
Dry hole 0.4 -$200.000 -$80.000 0 0
Producer 0.6 +$600.000 +$360.000 +$50.000 +$30.000
EMV EMV
Jumlah +$280.000 +$30.000
membor Farm Out

Dalam menentukan keputusan dengan menggunakan konsep EMV


maka ada peraturan yang harus diperhatikan yaitu:
“Apabila terdapat beberapa pilihan keputusan yang semuanya
menguntungkan maka pilihan yang paling tepat adalah pada alternatif yang
memberikan nilai EMV positif yang paling besar”.

4.5.3. Simulasi Monte Carlo


Simulasi merupakan cara untuk memodelkan keadaan sebenarnya.
Simulasi Monte Carlo adalah simulasi dengan menggunakan random
number (bilangan acak) yang bisa dihasilkan oleh rumus matematik
tertentu. Penggunaan bilangan acak ini dimaksudkan untuk memperbanyak
282

populasi dari besaran-besaran yang diamati. Dalam simulasi ini, mencari


distribusi besaran yang diamati (misalnya: cadangan) berdasarkan
pengetahuan terhadap distribusi dari besaran-besaran yang
mempengaruhinya (misalnya: luas, ketebalan, serta recovery), dengan
mengetahui distribusi besaran yang diamati tersebut dapat diketahui
kelakuannya termasuk risikonya.
Dalam kegiatan eksplorasi, data yang diperoleh dari lapangan
masih sangat minim. Oleh karena itu metode inilah yang paling cocok
untuk meramalkan besarnya cadangan suatu lapangan. Simulasi ini juga
dapat digunakan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Distribusi dari besaran dapat dinyatakan berdasarkan pengetahuan
(data) manusia tentangnya. Distribusi dapat berupa normal, log normal,
segitiga, segiempat dan lain-lain. Makin sedikit pengetahuan manusia,
misalnya hanya mengetahui minimun dan maksimum, maka makin
sederhana distribusinya.

4.5.3.1. Distribusi Segitiga.


Syarat utama penggunaan distribusi segitiga adalah adanya 3
nilai data yang diketahui, yaitu nilai minimal, most probable, dan
maksimal.
Untuk melakukan simulasi, hal pertama yang dilakukan adalah
mencari nilai m. Nilai m dapat dicari dengan persamaan berikut:

X mod e  X min
m …………………………………….. (4-39)
X max  X min

Setelah mengetahui nilai m, maka perhitungan simulasi dapat


dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
Untuk RN ≤ m, maka persamaan yang digunakan adalah:
X  X min   X max X min   RN  m  ………………….. (4-40)
Untuk RN  m, maka persamaan yang digunakan adalah:
283


X  X min   X max  X min  1  1  RN 1  m  ……….. (4-41)
dimana:
RN = random number atau cumulative frequency (CF).
Random number merepresentasikan probabilitas kumulatif yang
berupa fraksi yang bernilai minimum nol dan maksimum satu.
Untuk melakukan simulasi dapat juga menggunakan perhitungan
probabilitas kumulatif.

Gambar 4.12.
Bentuk Kurva Probabilitas dari Distribusi Segitiga
(Allinson, G., 1992)

Untuk menghitung probabilitas kumulatif dari suatu data, pertama


kali yang harus diketahui adalah nilai rata-rata dari data. Nilai rata-rata
atau mean dari data dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
berikut:
X1  X m  X 2
 …………………………………………. (4-42)
3

dimana:
 = nilai rata-rata
X1 = nilai minimal
X2 = nilai maksimal
Xm = nilai yang paling mungkin (most probable atau nilai mode)
Untuk nilai data (X) lebih kecil atau sama dengan , probabilitas
kumulatifnya adalah
284

PK 
 X ' 2 ……………………………………………….. (4-43)
m

dimana:

X  X1
X’ = ……………………………………………… (4-44)
X 2  X1

Untuk nilai data (X) lebih besar atau sama dengan , probabilitas
kumulatifnya adalah:

 1  X ' 2 
PK  1    ………………………………………… (4-45)
 1 m 

Setelah probabilitas dari data telah diketahui kemudian data dan


probabilitasnya diplot pada satu kurva. Dari kurva tersebut nilai hasil
simulasi dari random number tertentu dapat diketahui.

Gambar 4.13.
Contoh Kurva Probabilitas Kumulatif dari Distribusi Segitiga
(Allinson, G., 1992)
285

4.5.3.2. Distribusi Segiempat.


Distribusi segiempat digunakan jika data yang diketahui hanya
dua nilai saja, yaitu nilai minimal dan nilai maksimal.

Gambar 4.14.
Bentuk Kurva Probabilitas dari Distribusi Segiempat
(Allinson, G., 1992)

Rumus umum yang digunakan pada distribusi ini adalah:


X  X min  RN  X max  X min  ………………………(4-46)

Sedangkan probabilitas kumulatif dari distribusi segiempat adalah


garis lurus antara probabilitas = nol (0) pada X1 dan probablilias = satu (1)
pada X2.

Gambar 4.15.
Contoh Kurva Probabilitas Kumulatif dari Distribusi Segiempat
286

(Allinson, G., 1992)


4.5.4. Analisa Keputusan dengan Menggunakan Diagram Pohon (Decision
Trees Analysis).
Dalam prospek pemboran umumnya kesempatan untuk membuat
keputusan hanya ditentukan dengan satu pilihan yang dibuat dengan waktu
yang singkat. Satu keputusan tersebut dapat berupa membor atau farm out
dan lain-lain. Saat keputusan diambil, tidak ada kemungkinan atau opsi
lain yang dapat diambil oleh pengambil keputusan. Untuk tipe
pengambilan keputusan seperti ini prosedur perhitungan nilai harapan
yang telah dijelaskan diatas dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Pada dunia migas keputusan yang akan diambil tidaklah sederhana,
sering kali keputusan yang akan diambil begitu rumit dan kompleks. Oleh
karena itu diperlukan suatu metode analisa yang dapat mempermudah
pengambilan keputusan tersebut. Analisa tersebut harus dibuat dengan
mencantumkan konstruksi dari suatu diagram yang menunjukkan semua
kemungkinan dari even dan opsi keputusan yang akan muncul. Analisa ini
sering disebut dengan decision diagram. Karena bentuknya mirip dengan
gambar pohon, pada pengembangan metode/teknik ini orang-orang sering
menyebut decision trees.

4.5.4.1. Definisi Diagram Pohon.


Ada beberapa definisi yang harus diketahui dalam menyusun
dan menyelesaian diagram pohon. Penyelesain ini akan diilustrasikan
dengan menggunakan contoh yang sangat sederhana seperti yang
dinyatakan pada tabel berikut:
287

Tabel IV-25.
Contoh Data Prospek Pemboran
(Allinson, G., 1992)

Membor Tidak membor


Kemungkina Prob
n kejadian suatu Keuntungan Keuntungan
Nilai
(cad.) kejadian kondisional Nilai Harapan kondisional
Harapan
moneter moneter
Dry hole 0.7 -$50.000 -$35.000 0 0
2 BCF 0.2 +$100.000 +$20.000 0 0
5 BCF 0.1 +$250.000 +$25.000 0 0
1 EMV= + EMV=0
$10.000
BCF: Billion cubic feet cadangan gas.

Permasalahan diatas sangat sederhana karena hanya terdiri dari


keputusan membor atau tidak membor. Permasalahan ini dapat
diselesaikan dengan menggunakan perhitungan EMV seperti biasanya
yaitu ditunjukkan pada table diatas. Berdasarkan pada peraturan EMV
dimana pilihan yang diambil berdasarkan pada nilai EMV terbesar.
Kasus diatas merupakan kasus yang sederhana yang dapat pula
diselesaikan dengan menggunakan diagram pohon. Hal pertama yang
perlu dilakukan adalah menggambar diagram opsi pilihan keputusan dan
kemungkinan yang akan muncul. Hal ini ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 4.16.
Decision Tree Untuk Contoh Tabel IV-25.
(Allinson, G., 1992)
288

Sebuah decision tree merupakan sebuah diagram yang


menggambarkan rangkaian dari even dan kemungkinan yang akan muncul.
Decision tree yang ditunjukan pada (Gambar 4.16) mengambarkan
alternatif keputusan untuk membor dan tidak membor. Jika sumur dibor
maka akan muncul tiga kemungkinan yaitu dry hole, 2 BCF, atau
menemukan cadangan 5 BCF.
Diagram pohon tidak mempunyai skala baik panjang garisnya,
cabang, dan tebal tidak mempunyai ukuran tertentu. Pembacaan dan
penggambaran diagram pohon dilakukan dari kiri ke kanan dan digambar
sesuai dengan urut-urutan kejadian pengambilan keputusan dan titik
kesempatan (chance node) yang terjadi sesuai dengan kenyataan yang
terjadi.

Gambar 4.17.
Penyelesaian Sebagian Diagram Keputusan dengan Titik Kesempatan
(Chance Mode) dan Titik Keputusan (Decision Node)
(Allinson, G., 1992)
Titik dimana terdapat dua cabang atau lebih disebut node.
Node/titik dikotaki oleh garis, yang kemudian disebut decision node atau
titik keputusan. Decision node adalah titik dimana seorang pengambil
keputusan menentukan cabang mana yang akan diikuti atau dipilih.
Sedangkan titik/node yang dilingkari disebut dengan chance node atau
titik kesempatan yaitu merupakan titik dimana kemungkinan akan muncul.
Setelah menggambar cabang dari diagram pohon beserta
nodenya, langkah berikutnya dalam mengkonstruksi decision tree adalah
289

mencantumkan probabilitas dari kemungkinan muncul even tersebut. Hal


ini ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 4.18.
Contoh Decision Tree Secara Lengkap dengan Nilai Moneter dan Probabiliti
Suatu Kejadian Sesuai dengan Kemungkinan Kejadiannya pada Titik
Kesempatan (chance node)
(Allinson, G., 1992)
Akhir dari decision tree disebut terminal points. Maksud dari kata
terminal adalah tidak ada kemungkinan, pilihan, atau even yang dapat
terjadi setelah titik ini.

4.5.4.2. Penyelesaian Diagram Pohon.


Analisa diagram pohon diselesaikan mulai dari bagian akhir
kemudian berjalan mundur ke bagian depan/awal. Hal pertama yang
dilakukan adalah membuat perhitungan EMV pada terminal point pada
chance node yang terakhir dalam diagram pohon. Untuk mempermudah
penjelasan maka digunakan contoh kasus yang sama dengan kasus yang
telah dibahas diatas pada Tabel IV-25.
Perhitungan EMV pada chance node yang diberi label A adalah
sebagai berikut:
EMVA = (0,7)(-$50.000) + (0,2)(-$100.000) + (0,1)(+$250.000)
EMVA = +$10,000
Nilai harapan ini ditulis diatas chance node seperti ditunjukkan
pada gambar berikut:
290

Gambar 4.19.
Decision Tree yang Menunjukkan Nilai Harapan pada Chance Node A
(Allinson, G., 1992)

Sesuai dengan peraturan pengambilan keputusan pada semua


decision node yaitu memikih alternative pilihan yang mempunyai EMV
tertinggi, yang pada kasus ini adalah melakukan pemboran. Analis
mencoret pilihan cabang yang mewakili tidak membor karena nilai
EMVnya adalah nol. Pemilihan keputusan ini diilistrasikan pada gambar
berikut:

Gambar 4.20.
Gambaran Skema yang Menunjukan Keputusan
yang Diambil pada Decision Node B
(Allinson, G., 1992)

Anda mungkin juga menyukai