Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK PANCASILA

SILA KETIGA
“PERSATUAN INDONESIA”

Kelompok : 5
Anggota :

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.4244574
2018
Daftar Isi

Daftar Isi ....................................................................................................................................1


Makna Sila Ke-3 Persatuan Indonesia .......................................................................................2
Teori Negara dalam Hubungan Integralistik Wilayah ..............................................................4

Implementasi Nilai Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan


Bernegara ...................................................................................................................................7
Daftar Pustaka ............................................................................................................................9

Makna Sila Persatuan Indonesia

1
Persatuan dan Kesatuan sendiri sebenarnya berasal dari kata “satu” yang mana
memiliki arti utuh atau tidak terpecah-belah. Jika dari arti luasnya pengertian
persatuan sendiri diartikan sebagai perkumpulan berbagai corak mulai dari kalangan, ras,
budaya hingga adat istiadat. Sedangkan untuk pengertian kesatuan adalah hasil dari
persatuan yang sudah menjadi utuh atau tidak terpecah belah. Sehingga hal tersebutlah
yang membuat persatuan dan kesatuan sangatlah erat hubungannya dan tidak dapat
dipisahkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persatuan dan kesatuan memiliki
makna bersatunya berbagai corak yang beraneka ragam menjadi utuh dan serasi.
Persatuan dan kesatuan Bangsa tersebut didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas
dalam sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.

Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.


Yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam
wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Menurut Darmodihardjo (1979), persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan; sedangkan Indonesia yang dimaksudkan dalam sila ke-3 ini mengandung makna
bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di dalam wilayah tersebut. Jadi ‘Persatuan
Indonesia’ ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang
bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat (Darmodihardjo, 1979).

Makna Sila Ke-3

Sila Persatuan Indonesia ini didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab serta mendasari dan dijiwai sila kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama di antara elemen-elemen yang
membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama.
Oleh karena itu perbedaan adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri
khas elemem-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam
tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu
seloka Bhinneka Tunggal Ika. Adapun dalam pengamalan atas Isi pada Sila ketiga Pancasila
ini, memiliki makna yang berandil besar dalam masyarakat, makna-makna tersebut antara lain
adalah sebagai berikut :

1. Menghormati Perbedaan

Makna yang terkandung dalam Sila 3 Pancasila ialah memberikan rasa pengakuan dan
menghormatan adanya perbedaan dalam masyarakat Indonesia. Perbedaan ini bisa ditinjau dari
ras, budaya, ataupun dalam pengalaman agama.

2. Kebersamaan

2
Arti yang melekat dalam Sila Ketiga Pancasila ialah memberikan sejumlah jaminan untuk
melakukan kerja sama yang erat dalam kehidupan masyarakat. Prilaku ini bisa diwujudan
dengan mengedepankan sikap kebersamaan dan kogotongroyongan antar individu dalam
masyarakat.

3. Persatuan Bangsa

Makna yang terkandung dalam Pancasila selanjutnya berisi tentang kebulatan tekad yang
dilakukan dengan bersama-sama. Tujuan kebersaaan tersebut ialah untuk mewûjudkan
persatuan bangsa yang bebas dari segela bentuk konflik masyarakat.

4. Kepentingan Pribadi dan Golongan

Makna yang berkaiatan dengan inivdiu dalam pengalaman Pancasila khususnya untuk
“Persatuan Indonesia” ialah mengutamakan secara penuh dan ikhlas atas kepentingan bangsa
di atas kepentingan pribadi dan golongan, dalam menyelasrakan dengan tujuan pembangunan
nasional.

5. Rasa Nasionalisme

Tujuan dari sisitem penerapan dalam Pancasila, khususnya sila ketiga ini ialah menanamakan
rasa bangga dan cinta terhadap komponen bangsa dan kebudayaan yang ada di seluruh
Indonesia. Perwujutan sikap ini dilakukan sebagai upaya menjaga keutuhan kearifan lokal yang
lekat dengan kehidupan masyarakat.

6. Patriotisme

Peranan yang diberikan dalam memahami makna pancasila ini ialah adanya wujud sikap untuk
rela berkorban demi kehormatan bangsa dan negara Indonesia. Sikap ini erat kaitannya dengan
patriotisme yang menjadi bentuk kekuataan bagi kesatuan.

Lambang Sila Ketiga: Pohon Beringin

Lambang sila ketiga dalam Pancasila yang melakat dan disahkan secara legalistasnya
beradasarkan Undang-Undang Dasar ialah Pohon Beringin. Pohon ini diilutrasikan sebagai
gambaran akan perlindungan sisitem negara terhadap semua golongan masyarakat Indonesia.

3
Arti Pohon Beringin dalam Sila Ketiga

 Pohon beringin: Ilustrasi tentang tumbuhan besar


yang digambarakan bisa untuk berteduh bagi
masyarakat Indonesia
 Akar Pohon Beringin: Memiliki arti bahwa
meskipun menjalar kebeberapa lokasi akan tetapi
tujuan tersebut berasal dari satu sumber. Untuk itulah
banyaknya budaya akan menjadi kekuataan dan ciri
khas yang melakat pada Indonesia.

Berdasarkan makna dan lambang dalam Sila Ketiga


Pancasila di atas dapat dipahami bahwa makna nilai persatuan Indonesia merupakan
perwujudan paham kebangsaan yang memberi tempat bagi keragaman budaya atau etnik di
Indonesia.

Teori Negara dalam Hubungan Integralistik Wilayah


Setiap negara merdeka mempunyai ciri khas untuk membedakan dengan negara lain.
Pandangan Soepomo di waku sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945 tentang Dasar
Pemikiran Negara. Dalam filsafat dasar pemikiran negara dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :

1. Individualis atau perseorangan yaitu Negara adalah masyarakat hukum (legal society)
yang disusun atas kontrak seluruh individu dalam masyarakat (contract social).
Susunan negara atas dasar individualisme kebebasan individu yang diutamakan,
sebagaimana yang di ikuti di negara negara Eropa Barat dan Amerika.
2. Kolektif atau teori golongan atau kelas yaitu negara sebagai alat suatu golongan yang
mempunyai kedudukan ekonomi yang paling kuat untuk menindas golongan lain yang
kedudukannya lemaah. Contoh negara seperti ini dalah Negara Komunis.
3. Integralistik menyatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat integral yang
menjamin kepentingan seluruh rakyat sebagai persatuan untuk mengatasi kepentingan
golongan.

Menurut Supomo, Negara Integralistik adalah paham negara yang mengatasi semua
golongan. Posisi individu dengan negara dalam Negara Integralistik melebur atau
menyatu ke dalam negara. Kepentingan umum (negara) selalu berada di atas kepentingan
individu. Selain kepada tiga pemikir di atas, Supomo mengkalim bahwa padangannya
tentang Negara Integralistik sesuai dengan kebudayaan timur, kebudayaan asli Indonesia
yang ada di desa-desa.

Menurut sifat tatanegara Indonesia yang asli, dapat dilihat dalam suasana desa di
Jawa, maupun di Sumatera, maka para pejabat negara ialah pemimpin yang bersatu-jiwa
dengan rakyat dan para pejabat negara senantiasa berkewajiban memegang teguh akan

4
keseimbangan di dalam masyarakatnya. Sistem otonomi daerah yang diterapkan pun
merupakan bentuk integralistik suatu negara.
Bila dirinci maka paham Negara Integralistik memiliki pandangan sebagai berikut :
 Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
 Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan
lainnya.
 Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang
organis.
 Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
 Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau perseorangan.
 Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.
 Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.
 Negara menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu kesatuan
integral.
 Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan.
Visi Soepomo untuk membuat negara menjadi satu dengan masyarakatnya, justru
diselewengkan menjadi state terorrism. Tak hanya itu, lembaga permusyawaratan--sebuah
lembaga yang juga direkomendasikan Soepomo--yang diharapkan menjadi suara rakyat,
malah sekedar menjadi tukang stempel untuk kebijakan pemerintah. Akhirnya, Indonesia,
selama 30 tahun, menjadi negara fasis yang bertopengkan demokrasi. Dari titik ini dapat
dilihat bahwa cita-cita Soepomo sesungguhnya lebih rasional untuk dikonkritkan melalui
negara yang, dalam bahasa Soepomo, menganut demokrasi Barat. Konsepsi negara
integralistik/totaliter malah rentan untuk diselewengkan menjadi negara diktatorial yang
tidak menghargai hak asasi manusia, yang di dalamnya termasuk kebebasan berpendapat,
berserikat, dan beragama. Meski terkesan sebagai sumber dari fasisme di Indonesia,
pemikiran Soepomo sesungguhnya sangat visioner. Pandangannya atas konsep negara
integralistik, berangkat dari kondisi riil Indonesia, yang pada tahun 1940an masih rapuh
dan berusaha mencari bentuk. Pilihan negara integralistik/totaliter, pada akhirnya, memang
tepat untuk menjawab pernyataan Soepomo bahwa negara harus disesuaikan dengan
panggilan jaman pada saat pra-kemerdekaan.
Pada masa pra-kemerdekaan, masyarakat Indonesia masih terpecah-pecah dalam
berbagai suku dan golongan. Kondisi ini juga diperparah dengan politik devide et impera
Belanda, yang terbukti ampuh untuk merontokkan perjuangan bangsa Indonesia. Tak
heran, pilihan negara yang kuat dan bisa menyatukan semua kepentingan adalah opsi yang
paling rasional.
Saat ini, panggilan jaman jelas sudah berbeda. Globalisasi yang tak terelakkan, serta
perkembangan teknologi yang membuat dunia menjadi tanpa batas, harus direspon dengan
jawaban yang tepat pula. Negara integralistik versi Soepomo, tentunya, tidak lagi menjadi
opsi. Sejarah telah mencatat bahwa negara integralistik--apapun ideologinya--hanya
menjadi legitimasi pelanggaran hak asasi manusia, serta menambah catatan panjang
kekelaman sejarah dunia.
Tetapi visi Soepomo agar Indonesia menyesuaikan dengan kondisi nyata dan panggilan
jaman; menjadi satu dengan rakyatnya; dan tidak berpihak pada golongan tertentu, akan
selalu relevan hingga masa mendatang. Indonesia dengan ideologi Pancasila, harus
dinamis, menyesuaikan bentuknya dengan lingkungan sekitar, tanpa harus meninggalkan

5
bentuk aslinya. Parlementer, republik, apapun bentuknya, hanyalah menjadi sarana untuk
mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

Pemahaman Integralistik Indonesia

 Tidak sama dengan Paham Integralistik ala Jerman


Paham integralistik ala jerman menimbulkan disiplin mati (kadaver discipline)
yang menumbuhkan negara kekuasaan totaliter.
ciri khas : du bist nicht deine volk ist alles
artinya : bahwa kamu sebagai orang seseorang tidak ada artinya, yang penting
adalah bangsa.

 Paham integralistik yang diungkapkan oleh Supomo dikombinasi dengan pemikiran


Bung Hatta menghasilkan Paham INTEGRALISTIK ala INDONESIA.
ciri khas : kepentingan masyarakat diutamakan, namun harkat dan martabat
manusia dihargai. ciri dan paham integralistik ini dapat dijumpai di
kehidupan desa.

·
 Paham Integralistik dalam kehidupan ketatanegaraan
Disebut sebagai Negara kekeluargaan. Asas Negara kekeluargaan merupakan
isi dan filsafat dari pancasila

 Asas kekeluargaan terdiri dari dua perkataan


sesuatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan
berpikir kekeluargaan.
 Kekeluargaan

Ciri-Ciri Tata Nilai Integralistik

 Bagian atau golongan yang terlibat berhubungan erat dan merupakan kesatuan organis.
 Eksistensi setiap unsur hanya berarti dalam hubungannya dengan keseluruhan.
 Tidak terjadi situasi yang memihak pada golongan yang kuat atau yang penting.
 Tidak tejadi dominasi mayoritas atau minoritas.
 Tidak memberi tempat pada paham individualisme, liberalisme dan totaliterisme
 Yang diutamakan keselematan maupun kesejahteraan, kebahagiaan keseluruhan
(bangsa dan negara).
 Mengutamakan memadu pendapat daripada mencari menangnya sendiri.
 Disemangati kerukunan, keutuhan, persatuan, kebersamaan, setia kawan, gotong
royong.
 Saling tolong menolong, bantu membantu dan kerja sama
 Berdasarkan kasih sayang, pengorbanan, kerelaan.
 Menuju keseimbangan lahir batin, pria dan wanita, individu maupun masyarakat serta
lingkungan.

6
Implementasi Sila Ke-3 dalam Kehidupan Berbangsa, Bernegara dan
Bermasyarakat
Sila Persatuan Indonesia merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak terpecah belah
atau bersatunya bermacam-macam perbedaan suku, agama, dan lain-lain yang berada di
wilayah Indonesia. Persatuan ini terjadi karena didorong keinginan untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat, memajukan
kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian
abadi. Butir-butir implementasi sila ketiga adalah sebagai berikut:
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan
negara atas kepentingan pribadi atau golongan.
Butir ini menghendaki warga negara Indonesia menempatkan kepentingan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Oleh sebab itu, perang antar suku, dan agama tidak perlu
lagi terjadi, kita harus saling menghormati dan bersatu demi Indonesia. Pemain politik dan
ekonomi tidak boleh mengorbankan kepentingan negara demi kelompoknya seperti penjualan
aset negara dan masyarakat dirugikan. Oleh sebab itu, setiap warga negara harus melakukan
pengawasan yang bersifat aktif terhadap penyelamatan kepentingan negara.
b. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
Butir ini menghendaki setiap warga negara rela memberikan sesuatu sebagai wujud kesetiaan
kepada negara. Pengorbanan kepada negara ini dapat dilakukan dengan menjadi militer
sukarela, menjaga keamanan lingkungan, menegakkan disiplin, dan sebagian besar warga
negara dilakukan dengan bekerja keras dan taat membayar pajak sebagai kewajiban warga
negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
Butir ini menghendaki setiap warga negara mencintai atau adanya keinginan setiap warga
negara memiliki rasa ke-Indonesiaan. Kecintaan akan Indonesia dapat dilakukan dengan
mengagungkan nama Indonesia dalam berbagai kegiatan seperti Olimpiade olahraga maupun
Ilmu Pengetahuan, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, dan melestarikan
kekayaan alam dan budaya Indonesia.

d. Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia.


Butir ini menghendaki adanya suatu sikap yang terwujud dan tampak dari setiap warga negara
Indonesia untuk menghargai tanah air Indonesia, mewarisi budaya bangsa, hasil karya, dan hal-
hal yang menjadi milik bangsa Indonesia. Sikap bangga ini ditunjukan dengan berani dan
percaya diri menunjukan identitas sebagai warga negara Indonesia baik lewat budaya, perilaku,
dan teknologi yang berkembang di Indonesia, mencintai produk Indonesia adalah wujud rasa
bangga bertanah air Indonesia.

7
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka
Tunggal Ika.
Butir ini menghendaki adanya pergaulan, dan hubungan baik ekonomi, politik, dan budaya
antar suku, pulau dan agama, sehingga terjalin masyarakat yang rukun, damai, dan makmur.
Kemakmuran terjadi karena pada dasarnya setiap suku, agama, dan pulau mempunyai
kekhususan yang bernilai tinggi, dan hal ini juga bermanfaat bagi yang lain, sehingga tukar-
menukar ini akan meningkatkan nilai kesejahteraan bagi manusia

8
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/4149120/Soepomo_dan_Jejak-
jejak_Negara_Integralistik_Indonesia

http://infoadasemua.blogspot.com/2014/11/paham-intergralistik-indonesia.html

https://www.kompasiana.com/moh41360/5cbefc733ba7f76f4c6dc182/negara-
individualis-kolektif-dan-integralistik

https://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/sila-persatuan-indonesia.html

R Moh Ali, 1994, Pandangan Negara Integralistik , Pustaka Utama Grafiti

Anda mungkin juga menyukai