KASUS 1
Ca-Mammae
AP
Pasien PR (45 th), mengunjungi unit operasi dengan nyeri moderat dan memiliki
pembengkakan di payudara kanan. Uji lab. 3 bulan lalu menunjukkan bahwa pasien
mengalami Ca mammae dextra stadium II. Neneknya meninggal karena Ca mammae.
Rencana terapi:
4 siklus AC (Doxorubicin dan Cyclofosfamide)
4 siklus TH ( Trastuzumab dan Docletaxel)
Setelah kemoterapi pertama, pasien mengalami kelelahan, mual dan konstipasi sejak
hari pertama. Pengobatan: dexamethason 20 mg, Tropisetron 5 mg dan Tramadol 100
mg.
Patofisiologi
NF-KB
Proliferasi
Metastasis
Etiologi
1. Oncogen
2. Estrogen meningkat
3. Mutasi gen
Faktor Risiko
•Kurang aktivitas fisik
•Diet kurang sehat Genetik
•Obesitas
•Konsumsi alkohol
•Radiasi
•Kombinasi HRT
Lingkungan
dan life-style
Standar Terapi
Menurut Normal Comprehensive Cancer Network (NCCN) Tahun 2016:
1. Operasi
Tujuan :
- Mengurangi nyeri dan gejala
- Mengurangi ukuran tumor
- Mengangkat tumor
2. Kemoterapi
Diberikan sebelum operasi atau setelah operasi
3. Radiasi
- Merusak sel kanker dengan radiasi
- Target perusakan : sel DNA
- Membunuh sel kanker & menghentikan sel kanker baru
- Biasanya diberikan setelah kemoterapi selesai
4. Terapi endokrin
- Menghentikan pertumbuhan sel kanker yang disebabkan oleh pengaruh
hormon (estrogen dan progesteron).
- Mencegah kembalinya kanker setelah operasi.
- Hanya untuk kanker dg hormon-reseptor positif.
- Dimulai setelah kemoterapi selesai.
- Bisa dimulai selama atau setelah radioterapi
- Diberikan setelah operasi.
RENCANA PC
Problem Klinis Indikasi Obat Pengobatan, dosis, rute, frekuensi,
jadwal
4 siklus AC
Doxorubicin 60 mg/m2 97.98 mg iv
Cyclofosfamid 600 mg/m2 979,8
mg diberikan i.v
Pasien Ca mamae Hari pertama setiap 3 minggu.
stadium II 4 siklus T, kemudian H
Membunuh dan
BB : 60 Kg. Docetaxel 100 mg/m2 163,3 mg
menghentikan
TB: 160 cm diberikan i.v setiap 3 minggu.
pertumbuhan sel kanker
LP = √(𝑻𝑩 × 𝑩𝑩)/3600 Trastuzumab 4 mg/kg (240 mg) iv
2 selama 90 menit pada mgu pertama,
LP : 1,63 m
kemudian 2 mg/kg (120 mg) selama 30
menit i.v slm 11 mgu, selanjutnya 6
mg/kg (360 mg) setiap 3 mgu hingga
tercapai 1 thn terapi dgn trastuzumab.
Tramadol 1 x sehari 100 mg
Nyeri kanker Mengatasi nyeri
Ukur skala
Tramadol Skala nyeri VAS 1 Setiap hari
nyeri
AL dan ANC ANC: Hindari
1500- pencetus
ketika akan
Filgastrim 8000/mm3 infeksi
kemo
AL >
5000 mm3
EDUKASI
- Latihan fisik ringan, yoga
- Hindari pemicu infeksi/luka
- Perbanyak konsumsi makanan berserat dan air putih
KASUS 2
Pasien berusia 60 tahun (BB 70kg) mengunjungi dokter penyakit dalam karena sulit
berjalan dan sakit saat berjalan. Ada luka di kaki kanannya yang semakin lebar, sejak
1 bulan yang lalu. Ia mendapat pengobatan DM yaitu metformin dan glibenklamid
sejak 6 tahun yang lalu. Pada 6 bulan terakhir, pasien tidak patuh dengan obatnya
karena sering lupa. Dokter menyarankannya untuk dirawat di rumah sakit. Obat-
obatannya adalah injeksi novomix, CD herbal, valsartan 160mg, ciprofloxacin
500mg, klindamisin 300mg, dan tramadol 100mg.
Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg atau
bila pasien menggunakan obat hipertensi.
(Priyanto, 2009 : 183)
Diabetes mellitus adalah sekumpulan dari gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemi dan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Priyanto,
2009:157).
Etiologi Hipertensi
- Hipertensi primer : > 90 pasien hipertensi esensial disebabkan oleh faktor
genetik (keturunan)
- Hipertensi sekunder :
• Hipertensi sekunder dari penyakit komorbid/obat-obatan
• Penyakit ginjal kronis, hiperaldosteron primer, penyakit renovaskuler,
tiroid/paratiroid
• Kortikosteroid, ACTH, Estrogen, NSAID, PPA, Antidepresan(terutama
Vabroxyn).
Diabetes Mellitus
1. DM tipe 1 (Insulin dependent/DM tergantung insulin)
Faktor imunologi
Terjadi karena kerusakan sel-sel β pulau langerhans yang disebabkan oleh
reaksi otoimun.
Disebab kan oleh virus diantaranya virus Cocksakie, rubella, Cmvirus,
herpes dll
2. DM tipe 2 (Non-insulin dependent/tidak tergantung insulin)
Faktor genetik
Pengaruh lingkungan seperti obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat
serta kurang gerak badan (aktivitas).
(Binfar, 2005)
Faktor Resiko Hipertensi
Dapat dimodifikasi :
Kebiasaan merokok
Konsumsi garam
Konsumsi lemak jenuh
Konsumsi minuman beralkohol
Obesitas
Kurang aktivitas
Stress
Penggunaan estrogen
Tidak dapat dimodifikasi
Umur
Jeniskelamin
Riwayatkeluarga
Genetik
Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis,
yang biasanya terjadi di telapak kaki. Separo lebih amputasi non trauma merupakan
akibat dari komplikasi ulkus diabetes. Luka kaki diabetes disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu neuropati, trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan
penyakit vaskuler perifer. Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang
menyeluruh dan sistematik dapat membantu memberikan dan arahan perawatan yang
adekuat.
Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu debridement,offloading, dan
kontrol infeksi. Ulkus kaki pada pasien diabetes harus mendapatkan perawatan
karena ada beberapa alasan, misalnya unfuk mengurangi resiko infeksi dan amputasi,
memperbaiki fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya pemeliharaan
kesehatan. Tujuan utama perawatan ulkus diabetes sesegera mungkin didapatkan
kesembuhan dan pencegahan kekambuhan setelah proses penyembuhan.
Teori yang mendasari perawatan luka dengan suasana lembap antara lain : a.
Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan
lebih cepat oleh neutrofil dan sel endotel dalam suasana lembab. b. Mempercepat
angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
pembentukan pembuluh darah lebih cepat. c. Menurunkan risiko infeksi; kejadian
infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering. d.
Mempercepat pembentukan growth factor. Growth factor berperan pada proses
penyembuhan luka untuk membentuk stratum korneum dan angiogenesis. e.
Mempercepat pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembap, invasi neutrofil yang
diikuti oleh makrofag, monosit, dan limfosit ke daerah luka berlangsung lebih dini.
PATOFISIOLOGI
Neuropati Perifer Neuropati perifer pada diabetes adalah multifaktorial dan
diperkirakan merupakan akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa nervorum,
disfungsi endotel, defisiensi mioinositol-perubahan sintesis mielin dan menurunnya
aktivitas Na-K ATPase, hiperosmolaritas kronis, menyebabkan edema pada saraf
tubuh serta pengaruh peningkatan sorbitol dan fruktose. 2 Neuropati disebabkan
karena peningkatan gula darah yang lama sehingga menyebabkan kelainan vaskuler
dan metabolik. Peningkatan kadar sorbitol intraseluler, menyebabkan saraf
membengkak dan terganggu fungsinya. Penurunan kadar insulin sejalan dengan
perubahan kadar peptida neurotropik, perubahan metabolisme lemak, stres oksidatif,
perubahan kadar bahan vasoaktif seperti nitrit oxide mempengaruhi fungsi dan
perbaikan saraf. Kadar glukosa yang tidak teregulasi meningkatkan kadar advanced
glycosylated end product (AGE) yang terlihat pada molekul kolagen yang
mengeraskan ruangan-ruangan yang sempit pada ekstremitas superior dan inferior
(carpal, cubital, dan tarsal tunnel). Kombinasi antara pembengkakan saraf yang
disebabkan berbagai mekanisme dan penyempitan kompartemen karena glikosilasi
kolagen menyebabkan double crush syndrome dimana dapat menimbulkan kelainan
fungsi saraf motorik, sensorik dan autonomik. 8 Perubahan neuropati yang telah
diamati pada kaki diabetik merupakan akibat langsung dari kelainan pada sistem
persarafan motorik, sensorik dan autonomik. Hilangnya fungsi sudomotor pada
neuropati otonomik menyebabkan anhidrosis dan hiperkeratosis. Kulit yang terbuka
akan mengakibatkan masuknya bakteri dan menimbulkan infeksi. Berkurangnya
sensibilitas kulit pada penonjolan tulang dan sela-sela jari sering menghambat deteksi
dari luka-luka kecil pada kaki. 5 Neuropati autonomik mengakibatkan 2 hal yaitu
anhidrosis dan pembukaan arteriovenous (AV) shunt. Neuropati motorik paling
sering mempengaruhi otot intrinsik kaki sebagai akibat dari tekanan saraf plantaris
medialis dan lateralis pada masing-masing lubangnya (tunnel)
KASUS 3
A 58 yo male patient in the emergency room of a hospital has hematemesis,
bloody stool and loss of appetite. Patient had a story of hepatitis B due to the
drug abused and used antiviral for that. Current diagnosis is cirrhosis.
Medication were Nexium, Vitamin K, Inpepsa, Kalnex, Metoclopramid,
Spironolacton, Propanolol, Ceftriaxon inj. and Lactulosa
Sirosis adalah hasil akhir dari rusaknya hepatosit yang ditandai dengan rusaknya
struktur normal hati akibat terbentuknya jaringan ikat dan nodul
Patofisiologi sirosis
Etiologi
Penyabab yang paling umum dari ascites adalah penyakit hati yang telah lanjut atau
cirrhosis. Kira-kira 80% dari kasus-kasus ascites diperkirakan disebabkan oleh
cirrhosis.
Adanya penahanan garam dan air.
Beberapa penyebab-penyebab lain dari ascites berhubungan dengan gradien tekanan
yang meningkat adalah gagal jantung kongestif dan gagal ginjal kronik yang
disebabkan oleh penahanan cairan keseluruhan dalam tubuh.
Beberapa juga disebabkan karena kanker, yang disebut malignant ascites.
Tanda dan Gejala
1. Meningkatnya ukuran perut (ascites).
2. Napas pendek-pendek atau sulit bernapas (pulmonary edema).
3. Volume air kencing yang dikeluarkan sangat sedikit meskipun minum air dalam
takaran normal harian.
4. Pada tahapan yang parah, tanda-tanda edema itu dapat berupa kesulitan
bernapas, napas pendek-pendek ketika berbaring, batuk, dan tangan serta kaki
jika disentuh atau dipegang terasa dingin.
GRADE ASCITES
3. ensefalopati Hepatik
Ensefalopati hepatik (EH) merupakan sindrom neuropsikiatri yang dapat terjadi pada
penyakit hati akut dan kronik berat dengan beragam manifestasi, mulai dari ringan
hingga berat, mencakup perubahan perilaku, gangguan intelektual, serta penurunan
kesadaran tanpa adanya kelainan pada otak yang mendasarinya.
Derajat Ensefalopati Hepatik
Tabel Stadium Ensefalopati Hepatikum sesuai kriteria West Haven18
Patofisiologi
SEFALOSFORIN
• Sefotaksim, sefalosporin generasi ketiga, telah terbukti lebih unggul
dibanding ampisilin dan tobramycin dalam uji coba terkontrol. Sefotaksim
atau sefalosporin generasi ketiga yang lain tampaknya menjadi terapi pilihan
untuk terapi SBP.
Mekanisme dari antibiotik golongan cephalosporin sama dengan antibiotik golongan
penisilin, yaitu mengganggu sintesis dinding sel bakteri.
Dosis sefotaksim 2 g iv tiap 8 jam selama 5 hari telah terbukti menghasilkan tingkat
cairan asites yang lebih baik.
Mekanisme Kerja Obat
KUINOLON
Ofloksasin merupakan antibiotik golongan kuinolon dengan mekanisme
menghambat DNA gyrase sehingga dapat menghambat proses sintesis DNA bakteri.
Ofloksasin oral (bid mg 400 selama 8 hari) telah dilaporkan sama ekfetifnya dengan
sefotaksim dalam pengobatan SBP pada pasien tanpa muntah, shock, ensefalopati hati
kelas II (atau lebih tinggi), atau kreatinin serum lebih dari 3 mg/dL.
KUINOLON
DATA OBJECTIVE
DRP
Rekomendasi Terapi
Plan Assesment
Hepatitis B
KASUS 4
DIARE + ARF (ACUTE RENAL FUNCTION)
AP
Seorang anak laki2 A berumur 10 tahun masuk UGD di RS mengeluh kelelahan,
demam, mual, mata cekung. Pasien mengalami diare sejak seminggu yang lalu dan
frekuensinya 7x per hari, tidak berdarah dan tidak berlendir pada feses dan juga
mengalami penurunan BB sebesar 3 kg. Diare dikarenakan makanan yang tidak sehat.
Kakinya sekarang bengkak. Hasil diagnosis menyatakan diare disertai ARF. Pasien
hanya tinggal dengan kakek yang sebagai petani. Obat yang diresepkan adalah
furosemide, PCT, cefotaxim, metoclopramid, dan kaolin pektin.
DIARE
Definisi : Suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair,bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya 3x /
lebih) dalam 1hari. Diare terbagi menjadi dua macam yaitu diare spesifik dan diare
non spesifik.
Etiologi Diare
E. Coli, Salmonella sp, Vibrio
Bakteri cholerae
Faktor Resiko
Kurangnya higienitas
Gizi kurang
Menurunnya daya tahan tubuh
Berkurangnya keasamaan lambung
Menurunnya motilitas usus
Derajat Dehidrasi
Patofisiologi Dehidrasi
output
ARF
Goal Therapy
Diare (WHO, 2009)
1. Mengobati dehidrasi
2. Mencegah perburukan status nutrisi
3. Mengurangi durasi dan keparahan diare dan kejadian diare berulang
1. Standar Terapi
Terapi A
Terapi B
Terapi C
Oralit
NaCl 2.6 g
NaCO3 2.9 g
Komposisi :
KCl 3.5 g
Glukosa 13.5 g
5 ml/kg/jam
Dosis
Diberikan 1-2 jam (anak)
Diberikan 3-4 jam (bayi)
Zink
Standar Terapi
1. Terapi nutrisi
2. Farmakologi
3. Rehidrasi Normal Saline
4. Furosemid, dosis awal i.v. bolus 40 mg.
note :
Jika pasien mengalami overload cairan, harus diperhatikan mortalitas,
morbiditas dan renal outcome.
Mekanisme Kerja
PC
A 10 year old boy in emergency room of a hostpital due to fatigue, fever,
nausea, and sunken eyes. Patient experienced diarrhea since oneweek ago 7
time/day, unbloody and mucus stool,also experienced weight loos about 3kg.
Diarrhea was cause by unhealth food. His legs are swollen now. The
grandfather as a farmer.
Subjektif
Tanda TD : TD : TD : TD :
vital 110/70 120/80 120/80 120/80
mmHg mmHg mmHg mmHg
HR: HR: HR: HR:
90x/ 80x/ 80x/ 80x/
mnit mnit mnit mnit
RR: RR: RR: RR:
22x/m 22x/m 20x/m 20x/m
enit enit enit enit
Suhu : Suhu Suhu : Suhu :
39 : 37,6 37 36,7
Data leukosit: 9000 µL Albumin: 3,3g/L
lab Scr : 1,1 NA: 110mmol/L
28/8/2 Hb: 13gram/dl Kalium: 3mg/L
015 Hmt:37% Cl: 95mmol/L
Trombosit: 170.000 pH urin:5
SGOT: 37 Bj urin: 1,005
SGPT: 36
Assessment (DRP)
TANGGAL DRP KETERANGAN
Ada obat tanpa Cefotaxim tidak digunakan
indikasi karena tidak ada tanda infeksi
28-29 Agustus
2015 Pemilihan obat PCT tidak boleh digunakan
tidak tepat karena SGOT pasien cukup
tinggi.
Under dose Furosemid dosis 20 mg 1 kali
sehari
30/8/2015
Ada obat tanpa Pct masih digunakan padahal
indikasi suhu tubuh sudah normal
ASSESSMENT
Diare non dehidrasi arf
Plan
Terapi Nonfarmakologi
1. Menghindari makanan berpurin tinggi
2. Konsumsi banyak mineral
3. Rutin olahraga
KASUS 5
Seorang pasien (47 thn) wanita datang ke RS dengan batuk berdarah dan
berlendir sejak 2 minggu yang lalu. lendir berwarna hijau-kuning. pasien
sudah mendapat terapi OAT selama 2 bulan dan mendapat tambahan 1 bulan
karena BTA positif. setelah 3 bulan terapi, BTA masih positif, kemudian
dokter mendiagnosis TB MDR. Pasien tidak patuh karena kelupaan. terapi
yang diberikan yaitu, FDC tablet, oksigen, dan ambroxol tab.
Data lab
Hb 11,5g/dL
Leukosit 14,5 mm3
Trombosit 256
Limposit 1,8
Granulosit 11,7
RBC 3,5
MCH 32,9
MCV 93,9
MCHC 35
Cr 0,76 mg/dL
BUN 15 mg/Dl
AST 90 u/L
ALT 100 u/L
Albumin 3,95 g/Dl
PCO2 35 mEq/L
PO2 80 mEq/L
Faktor Resiko :Lingkungan, Ras, Usia, Gender, Pasien HIV, Kontak dengan
penderita TB
Patofisiologi
MENYUSUN PADUAN PENGOBATAN
LAMA PENGOBATAN
Lamanya pengobatan berdasarkan konversi kultur. Panduan yang direko-
mendasikan adalah meneruskan peng-obatan minimal 18 bulan setelah kon-
versi kultur. Sampai saat ini belum ada data yang mendukung pengurangan
lama pengobatan. Pengobatan lebih dari 24 bulan dapat dilakukan pada ka-sus
kronik dengan kerusakan paru luas.
PENGOBATAN TAMBAHAN
DRP
AP
Pasien laki-laki (57 th, BB 75 kg) datang ke IGD dengan keluhan susah
bernafas, mual, muntah, penglihatan kabur, sakit kepala dan lemas. Dia adalah
seorang petani dan dia merasakan keluhan itu 5 jam setelah menyemprotkan
pestisida di sawah padinya, dan dia lupa menggunakan masker. Dokter
mendiagnosa keracunan organofosfat. Ventilator digunakan utuk membantu
bernafas. Setelah 3 hari menggunakan ventilator, pasien mengalami demam,
susah bernafas, batuk berdahak dan leukositosis. Diagnosa terbaru adalah
keracunan organofosfat dan ventilator pneumonia.
Obat : oksigen, atropin sulfat 1 mg i.v, parasetamol dan amoksisilin
Definisi
Keracunan
Suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun buatan yang
dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup yang bisa
menyebabkan cedera atau kematian.
Ventilator pneumonia
Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia dapat disebabkan
oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan
protozoa (Himpunan dokter paru Indonesia, 2003)
Etiologi
ORGANOFOSFAT
Gejala
Gejala Awal
Mual
Muntah
Lemas
Sakit kepala
Gangguan penglihatan
Gejala Lanjutan
Hipersaliva
Sulit nafas
Faktor Risiko
Internal
Usia
Jenis kelamin
Eksternal
Dosis
Lama kerja sebagai petani
Tindakan penyemprotan
Penggunaan APD
Patofisiologi
terjadi rangsangan
terus-menerus pada menumpuknya
Gejala keracunan reseptor asetilkolin neurotransmitor
pada sistem saraf asetilkolin
sentral maupun perifer
Tujuan Terapi
• Mengurangi keluhan akibat keracunan
• Menyembuhkan infeksi pneumonia akibat penggunaan ventilator
• Meningkatkan kualitas hidup pasien
Standar Terapi
Terapi Farmakologi :
ANTIDOTUM
• golongan oksim (prolidoksim, oksidoksime, HI-6 dan HLo7) 2 g i.v
• Atropin (pengendalian efek biokimia asetilkolin) 1-3 mg i.v
(Parmod K., Sinha, Ashok Sharma, 2003)
Mekanisme Kerja Obat
Obat Mekanisme kerja
Data Lab
HR : 90
RR : 23
Suhu : 39C
TD : 150/90 mmHg
Leukosit : 15000mm
Hb : 11 g/dl
TK : 200mg/dl
HDL : 40 mg/dl
LDL : 130mg/dl
TG : 150 mg/dl
Blood gas : PH 7,6. pCo2 32 mmHg, pO2 75 mmHg
KASUS 7
Case 7
Preeklampsia Berat
1. Primigravida
Primigravida diartikan sebagai wanita yang hamil untuk pertama
kalinya. Preeklampsia tidak jarang dikatakan sebagai penyakit primagravida
karena memang lebih banyak terjadi pada primigravida daripada multigravida
(Wiknjosastro,2002).
2. Primipaternitas
Primipaternitas adalah kehamilan anak pertama dengan suami yang kedua.
Berdasarkan teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin dinyatakan
bahwa ibu multipara yang menikah lagi mempunyai risiko lebih besar untuk
terjadinya preeklampsia jika dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
4. Hiperplasentosis
Hiperplasentosis ini misalnya terjadi pada mola hidatidosa, kehamilan
multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, dan bayi besar.
8. Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat menganggu kesehatan.
Indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan berat badan lebih
dan obesitas pada orang dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT). Seseorang
dikatakan obesitas bila memiliki IMT ≥ 25 kg/m2.
Antikonvulsan
ulangan, lakukan pemeriksaan: Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian
Antihipertensi
Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat
diulang sampai 8 kali/24 jam
Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg
sublingual Nifedipin 10 mg sublingual.
Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit,
berikan lagi Labetolol 20 mg oral.
ACE-I
Diuretics
Beta blockers
Ca channel blockers
Labetolol
Hidralazine
Metildopa
Keterangan :
Recommended
Definitely contraindicated
Nifedipin
Persalinan
AP
Kasus :
Tn. A (50 th) datang ke IGD mengalami kekakuan bagian kanan tubuh saat bangun tidur.
Anaknya mengatakan bahwa pasien mengalami ketidak jelasan berbicara dan sulit
mengucapkan. Hasil GCS adalah E4M5V4 dan CT Scan menunjukkan stroke infark
disebabkan emboli.
Riwayat penyakit Px: Hiperlipidemia, Hipertensi yang tidak terkontrol.
Kebiasaan Px: Suka makanan bersantan dan gorengan
Riwayat pengunaan obat di RS : infus RL, Inj Citicolin, Inj Piracetam, CPG 75 mg,
Aspilet 80 mg, dan Simvastatin 20 mg.
Data Lab : HB 14,2 g/dL; Leokosit 11900 mm3 ; Trombosit 283000; BG 111 mg/dL;
BUN 12,1 mg/dL; SrCr 1,08 mg/dL; LDL 200 mg/dL; HDL 40 mg/dL; Kolesterol 305
mg/dL; dan Trigliserida 201 mg/dL
Definisi Stroke : Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus
akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi kematian sel-sel pada
sebagian area di otak
(Dipiro, 2008)
Menurut Penyebab Stroke dibagi :
1. Stroke Hemoragik
Penyakit stroke disebabkan karena pembuluh darah di otak pecah baik karena faktor
penuaan sehingga rapuh ataupun hipertensi sehingga saraf menjadi rusak.
Stroke jenis ini dibagi menjadi 2 macam, antara lain :
a. Intra Cerebral Hemoragik (ICH)
Pendarahan ini terjadi di intracerebral atau didalam otak. Pendarahan disebabkan
karena terjadi hipertendi maligna, tumor otak yang sudah berdarah, malformasi
atau kelainan pembuluh darah yang telah pecah.
b. Sub Arachnoid Hemoragik (SAH)
Pendarahan ini ialah masuknya darah yang berada di ruang subarachnoid dari
tempat lain atau di tempat rongga itu sendiri
2. Stroke Non Hemoragik (Iskemik)
Penyakit stroke yang disebabkan oleh pembuluh darah di otak mengalami penyumbatan.
Hal ini disebabkan oleh karena Arteriosklerosis, DM, Hypercolesterolemia, Asam urat,
hyperagregasi trombosit.
Stroke iskemik dibedakan berdasarkan penyebab sumbatan arteri
a. Stroke trombotik: Sumbatan disebabkan trombus,gelembung di dalam arteri otak
yang sudah sangat sempit.
b. Stroke embolik: Sumbatan disebabkan trombus,gelembung udara atau pecahan
lemak (emboli) yang terbentuk di bagian tubuh lain seperti jantung dan pembuluh
aorta di dada dan leher, yang terbawa aliran darah ke otak.
TANDA DAN GEJALA
MAYOR MINOR
- Gangguan motorik = mati rasa, sulit - Pusing dan vertigo
bergerak
- Sakit kepala yang terlokalisir
- Gangguan sensorik
- Penglihatan yang kabur dikedua mata
- Gangguan berbicara
- Diplopia
- Hemianopia (gangguan pada separu
- Cadel
sisi lapang pandang)
- Gangguan fungsi kognitif
- Apraxia dengan kondisi akut
- Gangguan kesadaran
- Kejang
- Sakit menelan
(WHO, 2006)
PATOFISIOLOGI
FAKTOR RESIKO
ETIOLOGI
DIAGNOSA
• Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien, apakah pasien itu
dalam keadaan coma atau tidak, dengan menilai respon pasien terhadap rangsang yg
diberikan.
• GSC dapat digunakan untuk pasien yang mengalami cedera traumatik otak, stroke,
serangan jantung, keracunan.
• Penilaian terhadap respon: buka mata, motorik, verbal
• Jumlah poin = 15
≥ 13 : cedera ringan
9-12 : cedera sedang
≤8 : cedera berat
TERAPI
Dipiro, edisi ke 9.
MEKANISME KERJA OBAT
ASPIRIN
Sebagai antiplatelet dengan menghambat secara irreversible enzim siklooksigenase, sehingga
mencegah konversi asam arakidonat menjadi tromboksan A2 yang merupakan vasokontriktor
kuat dan stimulator agresi platelet.
CLOPIDOGREL
Mencegah adenosin difosfat yang merupakan media pengaktifasi platelet secara selektif dan
irreversible menghambat ikata adenosin difosfat dengan reseptor platelet (gibbons et al.,
2002)
SIMVASTATIN
Menghambat HMG-CoA reduktase
PC
Pasien laki-laki (50 tahun) masuk ke IGD dengan keluhan mati rasa bagian kanan setelah
bangun tidur. Putrinya berkata pasien tidak jelas berkata dan sulit untuk berbicara. Hasil GCS
menujukkan E4M5V4 dan CT Scan menunjukkan stroke infrak karena emboli.
Riwayat penyakit: hiperlipidemia, hipertensi tidak terkontrol
Kebiasaan hidup : suka makanan bersantan dan gorengan.
Terapi obat di RS : Infus RL, Citicolin inj, Piracetam inj, CPG 75 mg, Aspilet 80 mg, dan
Simvastatin 20 mg.
Lab : Hb 14,2 g/dl, Leukosit 11900 mm3, Trombosit 283000, BG 111 mg/dl, BUN 12,1
mg/dl, SrCr 1,08 mg/dl, LDL 200 mg/dl, HDL 40 mg/dl, Kolesterol 305 mg/dl, Tg 201 mg/dl
ASSESSMENT
Problem
Objective :
Mati rasa bagian kanan setelah bangun tidur, tidak jelas berkata dan sulit untuk
berbicara.
Actual problem
Stroke iskemik
Hiperlipidemia
Potential problem : Infeksi
Hasil Lab
2. ASSESSMENT
- Clinical Problem
• Stroke Iskemik
• Hiperlipidemia
Priority Rank
Monitoring