Anda di halaman 1dari 25

PARAGRAF

PENDAHULUAN
Berbicara mengenai karangan, baik yang berupa karangan pendek maupun
panjang, maka harus diawali oleh beberapa hal yang ada di sekitar masalah karangan
tersebut. Pertama, tentang topik yang menjadi karangan. Kedua, masalah struktur atau
pengorganisasian karangan. Kemudian menyusul pengisian struktur karangan seperti
bab, anak bab, dan paragraf. Selanjutnya muncul masalah bahasa, seperti penggunaan
kata, kelompok kata, frase, dan klausa serta beberapa hal yang berkaitan dengan
pembentukan dan penyusunan kalimat.
Adapun karangan yang baik dan sempurna, betapa pun panjang atau pendek,
selalu mengandung tiga bagian utama. Ketiga bagian tersebut memiliki fungsi yang
berbeda, yakni (1) bagian pendahuluan/introduction, (2) bagian isi/body, dan
(3) bagian penutup/conclusion. Fungsi bagian pendahuluan adalah untuk: (a) menarik
minat pembaca, (b) mengarahkan perhatian pembaca, (c) menjelaskan secara singkat
ide pokok atau tema karangan, dan (d) menjelaskan di bagian mana suatu hal akan
diperbincangkan. Fungsi bagian isi karangan sebagai jembatan yang menghubungkan
antara bagian pendahuluan dan bagian penutup. Bagian isi merupakan penjelasan
terperinci pada bagian pendahuluan. Fungsi bagian penutup ialah memberikan:
(a) kesimpulan, (b) penekanan bagian-bagian tertentu, (c) klimaks, dan
(d) melengkapai dan merangsang pembaca mengerjakan sesuatu yang telah
dijelaskan.

PENGERTIAN PARAGRAF
Istilah paragraf, alinea atau ‘paragraph’ sudah biasa didengar baik dalam
percakapan maupun dalam praktik. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran
dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang
didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal,
kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat
penutup. Himpunan kalimat-kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk
membentuk sebuah gagasan. Cobalah perhatikan contoh berikut:

1
Secara umum komunikasi antarpribadi dapat didefinisikan sebagai komuni-
kasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Dengan perkataan
lain, komunikasi jenis ini dapat dikatakan berlangsung dari hati ke hati karena antara
kedua individu yang berkomunikasi tersebut terdapat hubungan saling mempercayai.
Komunikasi secara pribadi dapat terjadi dalam berbagai situasi dan tempat. Ia dapat
muncul ketika seorang pramuwisata melayani seorang wisatawan, seorang pedagang
melayani pembeli, seorang ibu dengan anaknya, atau antara seorang guru dengan
muridnya.

Gagasan tentang komunikasi antarpribadi, hubungan saling mempercayai


dalam komunikasi antarpribadi, komunikasi dapat berlangsung di berbagai situasi dan
tempat, dan dapat terjadi antara dua pihak pada siapa saja, dijalin sedemikian rupa
dalam kalimat-kalimat yang membentuk sebuah kesatuan.
Oleh karena itu, paragraf dapat juga dikatakan sebagai karangan yang paling
pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan suatu gagasan
dimulai dan berakhir. Tanpa adanya paragraf dalam sebuah tulisan atau buku, maka
kita akan kepayahan membacanya. Kita merasa dicambuk untuk membaca terus-
menerus sampai selesai.

KEGUNAAN PARAGRAF
Kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik baru
atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya. Cobalah perhatikan contoh
paragraf berikut:
Dalam pertarungan matador yang resmi, biasanya ada 6 ekor banteng yang
dibunuh oleh tiga orang laki-laki. Setiap laki-laki membunuh dua ekor banteng.
Banteng-banteng itu harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: berumur 4-5 tahun,
tidak cacat,dan telah mempunyai tanduk yang runcing dan bagus. Banteng-banteng
ini telah diperiksa oleh dokter hewan setempat sebelum bertanding. Dokter hewan
berhak menolak banteng yang tidak me-menuhi syarat, misalnya masih di bawah
umur, tanduknya masih lemah, ada kelainan mata, atau penyakit lainnya.
Laki-laki yang bertugas membunuh mereka disebut matador. Plihan banteng
yanag akan mereka bunuh tergantung dari hasil undian. Setiap matador atau pembu-
nuh mempunyai tiga candrilla yang terdiri dari 5 sampai 6 orang yang dibayar dan
diperintah oleh matador. Tiga dari lima orang tersebut menolongnya di lapangan.
Mereka memakai mantel tanpa lengan dan atas pe-rintahnya menempatkan bande-
rillas yaitu kayu yang panjangnya 3 kaki dengan ujung yang tajam yang berbentuk
garpu yang disebut peones atau banderilleros. Dua orang yang lain dinamakan
picadors. Mereka muncul dengan menunggang kuda di arena.

2
Dalam contoh tersebut dapat dilihat adanya peralihan antara paragraf pertama
dan paragraf kedua. Pertama bercerita tentang banteng, sedangkan paragraf kedua
tentang laki-laki yang bertugas membunuh dan bertarung dengan banteng-
anteng itu. Namun, kedua paragraf itu berhubungan erat.
Kegunaan lain dari paragraf adalah untuk menambah hal-hal yang penting
atau untuk memerinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya.
Misalnya pada contoh paragraf di bawah ini:
Tanda-tanda lalu lintas agaknya sudah dijadikan sebagai simbol (lambang)
yang berlaku di mana-mana dan mudah dipahami. Setiap pengendara atau masyarakat
sebagian besar mengetahui arti dan fungsinya. Sekarang tim-bul pertanyan, apakah
sebenarnya simbol itu? Dengan singkat dapat dikatakan simbol ialah sesuatu yang
mengandung arti lebih dari yang terdapat dalam fakta. Di sekeliling kita banyak
simbol-simbol yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.
Simbol yang pemakaiannya begitu umum terdapat juga dalam puisi. Bahkan,
dalam puisi pemakaian simbol cukup dominan. Justru di sinilah letak unsur seninya
karena simbol itu menyarankan kepada suatu arti tertentu. Pemakaian simbol itu erat
sekali hubungannya dengan tujuan penyair untuk menyarankan sesuatu secara tepat
berkaitan dengan pengimajian.

Dapat dilihat, bahwa pada paragraf kedua diuraikan hal-hal yang berkaitan
dengan paragraf pertama dan memberi contoh spesifik penggunaan simbol-simbol
dalam bidang yang lain.

MACAM-MACAM PARAGRAF
Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi paragraf pembuka,
paragraf penghubung (isi), dan paragraf penutup. Pembagian ini sama halnya dengan
pembagian unsur dalam suatu karangan.

Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah
yang akan diuraikan. Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat menarik minat
dan perhatian serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan
diuraikan.
Tidak ada satu format baku yang dapat dipakai sebagai panduan untuk
menyajikan sebuah paragraf pembuka yang menarik. Namun demikian, ada sebuah
3
saran yang dapat dipergunakan dalam menyusun paragraf pembuka, misalnya:
mulailah dengan sebuah kutipan, peribahasa atau anekdot; atau mulailah dengan
membatasi arti dari pokok atau subjek yang dibicarakan; menunjukkan mengapa
subjek itu sangat penting; membuat tantangan atau pernyataan atau pendapat;
menciptakan suatu kontras yang menarik; serta dapat juga membuka karangan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Perhatikanlah bagian pendahuluan dari kutipan ini:

“Setiap anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan kecukupan


pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani untuk mencapai perkembangan yang
optimal. Pengasuhan anak secara benar disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan anak, merupakan kunci sukses dalam mengasuh dan mendidik anak.
Ahli anak terkemuka Dr. A.H Markum, pernah mengatakan “Siapapun dapat
mengasuh anak secara berhasil asalkan mengerti betul tahap-tahap dan tugas
perkembangan, sehingga dalam masing-masing tugas perkembangan dapat diajak
maju dan dipacu mencapai perkembangan yang optimal”.
Sebenarnya sebagian besar kaum guru dan orang tua sudah mengerti betul
pandangan semacam ini. Namun tak jarang mereka menjadi begitu erat lekat dengan
kariernya dan kurang menyadari bahwa anak memerlukan pengasuhan dan bantuan
secara optimal.
Kendati demikian, ketidakmampuan anak dalam proses belajar belum tentu
diakibatkan oleh kegagalan orang tua dalam mengasuh anak. Bisa jadi anak sendirilah
yang mengalami hambatan dalam perkembangan intelegensi sesuai dengan standar
yang wajar bagi anak seusianya. Kunci penting yang perlu dipahami antara anak,
orang tua dan guru ialah menemukan jenis gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak sedini mungkin dan segera dapat mengambil keputusan untuk
memberikan pertolongan secara lebih tepat dan efektif.

Paragraf pertama dari kutipan ini, merupakan paragraf pembuka, menunjuk-


kan bahwa kebutuhan jasmani dan rohani sangat dibutuhkan oleh setiap anak guna
mencapai perkembangan yang optimal.

Paragraf Penghubung
Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Paragraf
penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karena itu, secara
kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang. Hubungan antar paragraf harus
terjalin secara logis dan berkesinambungan.

4
Paragraf Penutup
Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya paragraf ini berisi
kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga paragraf penutup berisi penegasan
kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung.
Seorang penulis diharapkan dapat mempertimbangkan bentuk penyelesaian dalam
sebuah karangan.
Perhatikan contoh paragraf berikut:

Kita mengetahui bahwa tanah air kita dihuni oleh ribuan jenis tumbuhan-
tumbuhan yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Di antaranya ada yang sudah
dibudidayakan, ada yang sudah dipergunakan tetapi belum dibudidayakan, dan ada
pula yang belum diketahui manfaatnya. Kita juga mengetahui adanya kekhawatiran
bahwa jumlah persediaan makanan semakin gawat, berhubung jumlah manusia
bertambah terus, meskipun keleuarga berencana dikatakan berhasil, bayang-banyang
“Malthus” menghantui terus.
Salah satu usaha untuk mencukupi kebutuhan persediaan pangan yang lebih
baik ialah dengan mengusahakan bibit unggul. Penting dicatat bahwa bibit unggul
tidak tercipta begitu saja. Untuk menciptakan bibit unggul ini diperlukan keanekara-
gaman sifat pada tanaman yang akan saling dikawinkan dengan maksud mencari bibit
unggul tersebut. Usaha ini dikenal dengan istilah pemuliaan. Keanekaragaman dijum-
pai pada kerabat-kerabat liar yang terdapat di hutan-hutan atau tempat-tempat lain
yang belum dibudidayakan. Kelompok inilah yang disebut plasma nutfah.
Jenis tumbuh-tumbuhan yang kita makan sekarang ini diturunkan dari jenis-
jenis yang dimakan oleh nenek moyang kita dahulu. Bagaimana mereka tahu bahwa
tumbuh-tumbuhan yang satu dapat dimakan sedangkan yang lain tidak, tentunya
mereka mencoba lebih dahulu untuk memakannya. Pada saat-saat kehdupan masih
sederhana itu, hutan merupakan gudang makanan bagi manusia.
Bagi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, padi menempati
urutan atas dalam kelompok tanaman pangan. Karena itu, tidaklah mengherankan
kalau sebagian besar dana dan daya yang ada dikerahkan untuk mengembangkannya,
baik melalui program intensifikasi maupun perluasan areal. Di bidang intensifikasi
selain dilakukan penerapan teknologi pertanian modern, juga dikembangkan berbagai
jenis bibit unggul terus-menerus.
Di IRRI (International Rice Rwsearch Institute) yang berada di Los Banos
Filipina, terdapat puluhan ribu jenis padi yang berasal dari seluruh dunia. Juga plasma
nutfah padi yang berasal dari Indonesia disimpan di sana. Dengan jalan menyilang
berjenis-jenis padi ini, akhirnya akan didapat jenis-jenis padi unggul. PB 5 misalnya,
terjadi dari hasil perkawinan padi yang berasal dari Indonesia dan Taiwan. Kalau
ternyata hasilnya kurang unggul, maka dicari lagi jenis-jenis padi yang ada. Makin
banyak jenis padi atau pasma nutfah yang tersedia, makin besar kemungkinan untuk
menemukan jenis padi yang lebih unggul.
Usaha untuk menemukan bibit unggul bertujuan untuk menyejahterakan
manusia, khususnya untuk mencukupi persediaan pangan. Makanan pokok penduduk
Asia Tenggara, khususnya Indonesia ialah padi. Jadi tidak, mengherankan kalau
5
sebagian besar dana dan daya dikerahkan pemerintah untuk keperluan ini. (Sabarti
Akhadiah, 1988:146-147)

Wacana di atas terdiri dari 6 paragraf. Paragraf pertama merupakan pembuka.


Paragraf 2,3,4, dan 5 merupakan paragraf penghubung. Paragrag 6 merupakan
paragraf penutup. Dalam masing-masing paragraf di atas dapat dicermati masalah
yang dipaparkan dalam paragraf pembuka, penghubung dan penutup.

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF


Untuk mengorganisasikan gagasan ke dalam paragraf-paragraf harus memper-
hatikan beberapa persyaratan. Adapun persyaratan untuk menyusun sebuah paragraf
yang baik dan efektif meliputi: kesatuan, kepaduan, dan pengembangan.

Kesatuan
Setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Oleh
karena itu, semua kalimat yang dikembangkan dalam paragraf harus berpusat pada
gagasan pokok tersebut. Tidak boleh ada kalimat yang menyimpang. Penyimpangan
akan menyulitkan pembaca.
Perhatikan contoh paragraf di bawah ini:

Setiap negara pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari
kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi, tidak setiap wilayah
kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau mempuyai potensi yang
cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang bermukim di wilayah itu,
sehingga harus mencukupinya dari tempat lain yang hampir selalu menyangkut
kepentingan negara lain. Untuk itu dibinalah hubungan internasional yang memung-
kinkan terbukanya peluang bagi setiap negara untuk mencukupi kebutuhannya dari
negara lain melalui jalan damai Namun, untuk mencukupi kebutuhan ini tidak jarang
pula ditempuh jalan kekerasan. Oleh sebab itu, masalah utama setiap negara selain
meningkatkan kesejahteraan negaranya, juga mempertahankan eksistensinya yang
meliputi kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan bangsa, dan keutuhan wilayahnya.

Gagasan pokok atau tema paragraf di atas adalah masalah utama setiap nega-
ra (meningkatkan kesejahteraan dan mempertahankan eksistensinya). Gagasan pokok
ini diperinci atau dijelaskan oleh beberapa gagasan penunjang berikut:
(1) setiap negara seharusnya mampu menghidupi dirinya sendiri
6
(2) tidak semua negara kondisinya memungkinkan
(3) diperlukan hubungan dengan negara lain
Perincian gagasan ini diurut sedemikian rupa sehingga huibungan antara satu kalimat
dengan kalimat yang lain merupakan satu kesatuan yang bulat.
Sebaliknya, bandingkan dengan paragraf berikut:

Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidak sama.


Hal ini sangat tergantung dari besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga yang
berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit dipenuhi. Lain
halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat enyumbangkan
sebagian penghasilannya untuk pembangunan tempat-tempat beribadah, atau untuk
kegiatan sosial lainnya. Tempat-tempat ibadah memang perlu bagia masyarakat. Pada
umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotomg-royong dan sangat
mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang besar dalam
masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.

Terlepas dari struktur kalimat yang digunakan, paragraf di atas tidak didukung
oleh kesatuan. Ada beberapa kalimat yang tidak berhubungan dengan gagasan pokok.
Gagasan pokok tentang penghasilan suatu keluarga, namun dalam pengembangannya
dijumpai gagasan pokok lain yaitu tentang tempat beribadah. Hubungan antara satu
kalimat dengan kalimat lain tidak merupakan kesatuan yang bulat dan utuh dalam
menunjang gagasan utama.

Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah pargarf adalah kepaduan atau
koherensi. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang
masing-masing berdiri sendiri. Sebaliknya, sebuah paragraf hendaknya dibangun oleh
kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dengan mudah
memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya
loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur akan memperli-
hatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubung-
an antara kalimat dengan kalimat.
Unsur kebahasaan yang dapat dimanfaatkan dalam menciptakan kepaduan
sebuah paragraf antara lain:
(1) repetisi atau pengulangan kata kunci
7
(2) kata ganti
(3) kata transisi atau ungkapan penghubung
Kepaduan sebuah paragraf dapat diamankan dengan mengulang kata-kata
kunci, yaitu kata-kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci ini
mula-mula muncul dalam kalimat pertama lalu diulang dalam kalimat-kalimat
berikutnya. Kehadiran kata yang berulang-ulang pada setiap kalimat dalam sebuah
paragraf berfungsi untuk memelihara koherensi atau kepaduan.
Perhatikan contoh paragraf di bawah ini:

Salah satu fungsi berfikir ialah menetapkan keputusan. Sepanjang hidup kita
selalu menetapkan keputusan. Sebagian dari keputusan itu ada yang menentukan
masa depan kita. Ketika anda menetapkan keputusan untuk masuk Fakultas
Keguruan, anda tahu nasib anda tidak secerah dokter atau pegawai pemda yang
mengurus proyek. Begitu pula, ketika anda memutuskan memilih dia, anda siap
meenerima hidup bersama dia. Setiap keputusan yang diambil, akan disusul oleh
keputusan-keputusan lainnya yang berkaitan. Ketika memutuskan belajatr ke luar
negeri, anda juga harus memutuskan untuk tidak menikah dahulu, untuk mening-
galkan keluarga, untuk hidup sendiri di rantau, dan seterusnya. (Psikologi Komuni-
kasi, 1989:80)

Kata keputusan merupakan bentuk yang diulang secara berturut-turut dalam setiap
kalimat. Keputusan merupakan kata kunci yang mampu menjaga kepaduan dalam
keseluruhan paragraf di atas.
Kata ganti merupakan gejala yang universal dalam berbahasa. Sebuah kata
yang mengacu kepada manusia, benda atau hal tidak akan dipergunakan secara
berulang-ulang dalam sebuah konteks yang yang sama. Pengulangan kata yang sama
tanpa suatu tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak. Untuk
menghindari segi-segi negatif dari adanya pengulangan, maka setiap bahasa di dunia
memiliki sebuah alat yang dinamakan kata ganti.
Perhatikanlah paragraf berikut:

Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari Adi dan Boy
selali kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah, karena
rumah Adi lebih jauh letaknya dari rumah Boy. Adi dan Boy selalu siap sedia
menolong kawan-kawan Adi dan Boy bila kawan-kawan Adi dan Boy mengalami
kesulitan atau kesukaran. Guru Adi dan Boy sangat senang dan bangga melihat
kelakuan Adi dan Boy yang demikian itu. Watak dan kelauan Adi dan Boy selalu
dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya. Walaupun demikian Adi dan Boy
8
tidak pernah menjadi sombong atau angkuh, karena pujian yang sering Adi dan Boy
terima.

Dari segi kesatuan, paragraf di atas baik. Tiap kalimat dalam paragraf tampak
jelas idenya. Namun, ada sedikit hambatan yang mengganggu kelancaran dalam
memahami keseluruhan gagasan yang disampaikan, karena banyaknya bentuk pengu-
langan kata nama diri, yakni Adi dan Boy.
Untuk itu, perlu memperbaiki paragraf di atas dengan menggunakan penanda
kepaduan kata ganti agar tidak menimbulkan kebosanan pada para pembaca. Coba
bandingkan paragraf di atas dengan paragraf di bawah ini:
Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari keduanya selalu
kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah, karena
rumahnya lebih jauh letaknya dari rumah Boy. Mereka selalu siap sedia menolong
kawan-kawannya bila mereka mengalami kesulitan atau kesukaran. Guru mereka
sangat senang dan bangga melihat kelakuan kedua sahabat yang demikian itu. Watak
dan kelakuan mereka selalu dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya. Walau-
pun demikian keduanya tidak pernah menjadi sombong atau angkuh, karena pujian
yang sering mereka terima.

Kata-kata transisi fungsinya terletak antara kata ganti dengan repetisi. Bila
repetisi menghendaki pengulangan kata-kata kunci, serta kata ganti tidak menghen-
daki pengulangan kata benda, maka dalam transisi ditempuh jalan tengah.
Sering terjadi bahwa hubungan antara gagasan-gagasan agak sulit dirumus-
kan. Oleh sebab itu, diperlukan bantuan sebagai penghubung gagasan yang dimaksud.
Dalam hal ini, bantuan kata-kata atau frase transisi sebagai penghubung atau katali-
sator antara satu gagasan dengan gagasan lainnya atau antara satu kalimat dengan
kalimat lain.
Untuk lebih mengkonkretkan gambaran di atas, yakni pemakaian unsur transi-
si maka perhatikan paragraf berikut:
Mansour Fakih memandang salah satu tidak lengkapnya menyoal dan mencari
jalan keluar kasus perkosaan adalah tidak memadainya alat analisis yang diperguna-
kan. Jalan keluar yang tepat adalah memadainya alat analisis dan ketepatan memilih
analisis. Analisis gender menurutnya dapat dianggap sebagai alat analisis yang tepat
untuk memahami perkosaan. Hal ini disebabkan, pertama definisi gender berbeda
dengan jenis kelamin, karena gender membedakan antara laki-lak dan perempuan
berdasarkan atas konstruksi sosial dan kultural. Kedua, gender sebagai alat analisis
9
memusatkan perhatian pada ketidak adilan struktur dan sistem yang disebabkan oleh
gender. Ketiga, dengan meletakkan persoalan kejahatan terhadap perempuan dalam
analisis gender, maka perkosaan dapat dilihat sebagai persoalan hukum hingga jalan
keluar terhadap perempuan pun memakai jalur hukum (Pernik-pernik pendidikan,
2002:153).

Paragraf di atas memanfaatkan beberapa bentuk unsur kebahasaan sebagai


penanda kepaduan, seperti repetisi atau pengulangan kata kunci serta kata transisi.
Wujud pemakaian kata transisi sebagai penanda kepaduan antarkalimat dalam para-
graf tersebut sebagaimana kata yang tercetak miring.
Kata atau frase transisi itu biasanya digunakan dalam tulisan ilmiah dalam
bermacam hubungan, misalnya:
(1) Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut sebe-
lumnya. Bentuk transisi yang digunakan biasanya: lebih-lebih lagi, tambahan,
selanjutnya, di samping itu, lalu seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya,
kedua, ketiga, akhirnya, dan demikian juga.
(2) Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebut
sebelumnya, biasanya digunakan: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demi-
kian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
(3) Hubungan yang menyatakan perbandingan, menggunakan: lain halnya, seperti,
dalam hal yang sama, sebagaimana, dalam hal yang demikian.
(4) Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil, dengan kata transisi: sebab itu,
oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya.
(5) Hubungan yang menyatakan tujuan, dengan kata penghubung: untuk maksud itu,
untuk maksud tersebut , dan supaya.
(6) Hubungan yang menyatakan singkatan, menggunakan kata peghubung: pendek-
nya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, yakni,
yaitu, sesungguhnya
(7) Hubungan yang menyatakan waktu, misalnya: sementara itu, sesudah itu, bebera-
pa saat kemudian, kemudian.
(8) Hubungan yang menyatakan tempat, digunakan: di sisi, di sana, di seberang,
berdekatan dengan, berdampingan dengan.

10
Perhatikan contoh lain sebuah paragraf yang dibangun secara padu dengan
menggunakan kata atau frase transisi yang menyatakan hubungan antarkalimat.
Perkuliahan bahasa Indonesia seringkali sangat membosankan sehingga tidak
mendapat perhatian serius dari mahasiswa. Hal ini disebabkan, bahan bahan kuliah
yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh
mahasiswa, atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping
itu, mahasiswa yang mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku
Sekolah Dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia selama
dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya,
memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa,
merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar bahasa Indonesia.

PENGEMBANGAN PARAGRAF

Adapun syarat ketiga yang harus dimiliki oleh sebuah paragraf yang baik ada-
lah pengembangan. Pengembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian ga-
gasan-gagasan yang membina paragraf itu. Pengembangan paragraf mencakup dua
persoalan utama yaitu pertama, kemampuan memperinci secara mak-simal gagasan
utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan, dan kedua kemampuan
menurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam urutan yang teratur.
Gagasan utama paragraf hanya menjadi jelas bila diadakan perincian yang
cermat. Gagasan utama biasanya didukung oleh tugas topik. Gagasan-gagasan
bawahan dapat didukung oleh sebuah kalimat atau lebih. Ada juga kemungkinan
bahwa semua gagasan bawahan sudah tercakup dalam kalimat topik. Malahan ada
dua gagasan bawahan yang didukung oleh sebuah kalimat saja.
Untuk mengembangkan sebuah paragraf, baik untuk memperinci gagasan
utama, maupun untuk mengurutkan perincian-perincian itu dengan teratur, dikem-
bangkan bermacam-mcam metode pengembangan. Metode pengembangan mana
yang dipakai tergantung dari sifat paragraf itu. Dasar pengembangan paragraf dapat
terjadi karena adanya hubungan alamiah, hubungan logis serta ilustrasi-ilustra-si.
Hubungan alamiah didasarkan pada keadaan yang nyata di alam (urutan kejadian,
urutan tempat atau sudut pandang) sedangkan hubungan logis didasarkan pada tang-
gapan penulis atas relasi dari perincian-perincian itu.
Di bawah ini diuraikan beberapa metode pengebangan itu sesuai dengan dasar
pembentukan paragraf tersebut.
11
Klimaks dan Anti-klimaks
Pengembangan gagasan dalam sebuah paragraf dapat disusun dengan
memper-gunakan dasar klimaks, yaitu suatu gagasan utama mula-mula diperinci
dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya,
berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi
keduduk-annya atau kepentingannya. Dengan kata lain, gagasan-gagasan bawahan
disusun sekian macam sehingga tiap gagasan yang berikut lebih tinggi
kepentingannya dari gagasan sebelumnya, atau perhatian penulis terhadap gagasan
berikutnya selalu menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan perhatiannya
terhadap gagasan-gagasan sebelumnya.
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sejalan dengan
kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap sedang jaya-
jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan uap. Modelnya kira-kira seperti mesin
giling yang digerakkan oleh uap. Pada waktu tank sedang menjadi pusat perhatian
orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank. “Keturunan” traktor model
tank ini sampai sekarang masih di-pergunakan orang, yaitu traktor yang pakai roda
rantai. Traktor semacam ini adalah hasil perusahaan Caterpillar. Disamping Caterpil-
lar, Ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian
lainnya. Jepang tidak mau kalah saing dalam bidang ini. Produksi Jepang yang khas
di Indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami
perubahan dari model-model sebelumnya.

Gagasan utama paragraf di atas adalah “bentuk traktor mengalami per-


kembangan dari zaman ke zaman” yang terdapat dalam kalimat pokok pada awal
paragraf. Gagasan utama ini kemudian diperinci dalam empat gagasan bawahan,
yaitu: traktor yang dijalankan dengan uap, traktor yang pakai roda rantai, traktor
buatan Ford, dan traktor buatan Jepang atau padi traktor. Gagasan bawahan pertama
didukug oleh dua kalimat, gagasan bawahan kedua didukung oleh satu kalimat. Sebab
itu, terasa bahwa gagasan ini juga kurang jelas. Gagasan bawahan keempat ditunjang
oleh dua kalimat.
Demikian pula cara menganalisis paragraf-paragraf lainnya dengan macam-
macam metode pengembangan lain. Yang paling penting adalah menetapkan gagasan
utamanya, baru kemudian dipersoalkan bagaimana perinciannya. Paragraf yang ber-
sifat deduktif atau induktif lebih mudah dianalisis karena gagasan utamanya didukung

12
oleh semua kalimat topik. Sebaliknya, paragraf yang gagasan utamanya didukung
oleh semua kalimat (deskriptif dan naratif) agak lebih sukar karena harus dirumuskan
secara tersendiri dengan memperhatikan isi semua kalimatnya.
Variasi dari klimaks adalah anti klimaks, yaitu penulis mulai dari suatu
gagasan atau tema yang paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan me-
nurun melalui gagasan-gagasan yang lebih rendah.

Sudut Pandang
Yang dimaksud dengan sudut pandang adalah tempat dari mana seorang pe-
ngarang melihat sesuatu. Sudut pandang tidak diartikan sebagai penglihatan atas se-
suatu barang dari atas atau dari bawah, tetapi bagaimana kita melihat barang itu de-
ngan mengambil suatu posisi tertentu. Bagaimana seorang menggambarkan isi sebuah
ruang? Pertama-tama ia harus mengambil sebuah posisi tertentu, kemudian secara
perlahan-lahan dan berurutan menggambarkan barang demi barang yang terdapat
dalam ruangan itu, dimulai dari yang paling dekat berangsur-angsur ke belakang.
Sebab itu, urutan semacam ini disebut juga urutan-ruang.
Perhatikanlah lukisan di bawah ini.

Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari tebing di atas
jalan. Medasing menegakkan dirinya sambil mengawasi ke muka jalan dan iapun
berdiri tegak sebagai pohon di antara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih
terang dari perkataan itu maju sekalian temannya sejajar dengan dia.
Di antara daun kayu tampak kepada mereka tebing itu turun ke bawah; di
kakinya tegak pondok, sunyi-mati, tak sedikit jua pun kentara, bahwa ia melindungi
manusia yang hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran
sebentar-sebentar sapi mendengus dan binantang-binatang itu pun kelihatan kekabur-
kaburan dalam sinar bar yang kusam. Dari celah-celah dinding pondok keluar cahaya
kuning merah, tetapi tiada beberapa jauh sinar yang halus itu lenyap dibalut oleh
kelam yang maha kuasa. Disekeliling pondok itu tertegak pedati, ketiganya sunyi dan
sepi pula.

Detail-detail dapat diarahkan kepada segi lain, misalnya pelukisan secara


cermat atas seseorang yang berjalan dari suatu bagian ke bagian yang lain dari suatu
objek yang diselidiki. Atau untuk melukiskan perbedaan antara dua hal, maka mula-
mula hal yang pertama dilukiskan secermat-cermatnya, kemudian pembicaraan
dialihkan kepada hal yang kedua dengan menggambarkan segi-segi yang menunjukan
13
perbedaan dengan hal yang pertama. Seperti halnya dengan menggambarkan suatu
hal dengan mepergunakan sudut pandangan yang biasa, maka dalam membuat
pertentangan ini, penulis tidak boleh memasukan detail-detail yang tidak dilihatnya
dari tempat itu, walaupun mungkin pengetahuannya tentang hal itu lebih banyak dari
pada yang dapat dilihatnya dari tempat itu.
Di samping menggambarkan hal atau barang secara detail dari segi pandangan
tertentu, pengarang dapat mencurahkan perhatiannya terhadap suatu suasana tertentu.
Suasana merupakan suatu bagian yang esensial dari sudut pandangan. Suatu suasana
yang tengah berlangsung hanya boleh diganggu apabila ada sebab yang sungguh-
sungguh dapat dipertanggungjawabkan, dan harus sudah diadakan persiapan-persiap-
an ke arah itu.
Walaupun agak menyimpang dari bagian ini, namun agar kita jangan mem-
punyai gambaran yang terlalu sempit tentang sudut pandang atau point of view ini,
maka perlu kiranya ditegaskan bahwa sudut pandangan juga mempunyai beberapa pe-
ngertian yang lain.
Pertama sudut pandangan juga mencakup apakah persoalan yang sedang
dibahas dilihat dari sudut pandangan orang pertama (saya, kamu, kita), atau sudut
pandangan orang kedua (engkau, kamu, saudara), atau dengan mempergunakan ben-
tuk tak berorang atau bentuk di-. Sudut pandangan ini sama sekali tidak ada hu-
bungan dengan dasar pengembangan sebuah paragraf, tetapi mencakup konsistensi
sudut pandangan dalam seluruh uraian. Bila sekali penulis mempergunakan suatu
pandangan orang pertama, maka dalam seluruh karangan itu ia harus tetap mem-
pergunakan orang pertama, jangan berpaling mempergunakan orang kedua atu bentuk
tak berorang.
Kedua, sudut pandangan juga mencakup pengertian bagaimana pandangan
atau anggapan penulis terhadap subyek yang tengah digarapnya itu. Seorang penulis
misalnya membuat suatu artikel tentang pemuda-pemudi yang sudah ketagihan ganja,
dengan bertolak dari sudut pandangan yang penuh simpati dan kesedihan, dan me-
ngemukakan bahwa terseretnya mereka dalam kebisaan yang terkutuk itu karena ke-
salahan orang tuanya. Atau mengenai pokok yang sama ia bertolak dari suatu sudut
pandangan yang penuh permusuhan, kemarahan bahkan perbuatan semacam itu

14
hanya merusak moral dan berbahaya bagi bangsa dan negara. Jadi sudut pandangan
yang terakhir ini membuat pengarangnya memilih nada tertentu, kata-kata dan frasa
tertentu. Sudut pandangan inilah yang boleh dikatakan membentuk bahan mentah
menjadi suatu karangan, ia membantu merumuskan maksud penulis dan membatasi
pokok yang akan digarapnya.

Perbandingan dan Pertentangan


Yang dimaksud dengan perbandingan dan pertentangan adalah cara pengarang
menunjukan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, objek atau gagasan dengan
bertolak dari segi-segi tertentu.
Kita dapat membandingkan misalnya dua tokoh pendidikan, bagaimana poli-
tik pendidikan yang dijalankannya dengan memperhatikan pula segi-segi lain un-tuk
menerangkan gagasan sentral itu. Maksud daripada perbandingan itu adalah untuk
sampai kepada gagasan sentralnya, misalnya mula-mula kita membandingkan rasa
humor mereka, cara mereka menghadapi lawan-lawannya, cara mereka menghargai
pendukung-pendukungnya, serta tingkah laku pribadi mereka; rangkaian perbanding-
an-perbandingan itu diarahkan kepada gagasan sentral, yaitu bagaimana humor
mereka menjadi politis, serta bagaimana mereka menghadapi lawan-lawan mereka
sekian macam sehingga tidak merugikan sahabat-sahabat dan sekutu-sekutu mereka.
Perhatikan kutipan dibawah ini, serta katakan apakah terdapat perbandingan
dan pertentangan dalam kutipan itu atau tidak:
Demokratisering yang menandai sepak terjang Angkatan ’66 yang juga sangat
terkenal dengan istilah 'Orde Baru' pada hakikatnya adalah bangkitnya kesadaran dan
keinsafan akan pentingnya kritik. Sebab demokrasi tanpa dikritik merupakan isapan
jempol belaka, demikian tulis Prof. Dr. R.C.Kwant. Kritik menyodorkan kenyataan
secara penuh mengadakan pemikiran kembali dan selanjutnya mengadakan perbaikan
diri atau self koreksi.
Mengapa demokratisering dan dinamisering dengan cita-cita yang begitu
luhur itu dapat kurang lancar jalanya, pada hemat kami memang bisa dimaklumi
dengan mengingat namanya sendiri yakni Orde Baru. Ini berarti bahwa kritik masih
merupakan hal yang baru. Hal ini jelas kalau kita taruhkan pada latar belakang Orde
Lama sebagai kebalikannya. Dalam kehidupan Orde lama kata ‘kritik’ tidak termuat
dalam kamus sehari-hari. Yang ada ialah kata-kata macam menjilat, mendukung
tanpa reserve dan sebagai kelanjutannya adalah merongrong, ganyang dan mendong-
kel. Kata-kata terakhir itu diperuntukan lawan-lawannya yang tidak sefaham, sebab
setiap gejala yang menunjukan akan adanya suatu pengertian kearah perbaikan tetapi
15
yang tidak begitu mendatangkan kenan lingkungan istana karena dipandang berten-
tangan dengan apa yang sedang berlaku maka disebutnya merongrong kewibawaan,
melawan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah. Kuliah filsafat yang
menjadikan manusia bisa berfikir lurus dan kritis dan karenanya telah dijadikan
studium generale kemudian harus dicabut dari lembaga ilmiah tertinggi ini dengan
dalil ‘karena menghidupkan alam pikiran liberal’. Karenanya harus diganyang oleh
setiap orang yang selalu siap men-dukung tanpa reserve pada setiap tindakan yang
mau merealisasikan gagasan’ ilmu untuk rakyat’ filsafat adalah ajaran kaum liberalis
borjuis, dengan sendirinya rakyat yang menciptakan masyarakat sosialis emoh filsa-
fat (Basis, Pebr.67).

Alinea pertama hanya berfungsi sebagai dasar untuk memahami alinea yang
kedua. Dasar yang dinyatakan dalam alinea pertama itu adalah pentingnya kritik.
Tetapi supaya persoalan kritik ini bisa lebih jelas fungsinya maka diuraikan dalam
sebuah perbandingan, yaitu orde lama dan Orde Baru. Dalam orde lama kritik tidak
ada. Karena tidak ada kritik, maka timbullah akibat selanjutnya: menjilat, mendukung
tanpa reserve: sedangkan untuk lawan-lawan politik dilontarkan kata-kata me-
rongrong, ganyang dan mendongkel; begitu pula kuliah filsafat yang membuat
manusia bisa berpikir kritis dilarang. Kalau kita sudah melihat ciri-ciri orde lama ini,
maka orde baru haruslah merupakan kebalikan dari itu. Yakni adanya kritik dengan
segala konsekuensinya.

Analogi
Bila perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah ketidaksamaan dan
perbedaan antara dua hal, maka analogi merupakan perbandingan yang sistematis
dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan memperhatikan kesamaan segi atau fungsi
dari kedua hal tadi, sekedar sebagai ilustrasi. Atau dapat dikatakan secara lebih
sederhana, perbandingan menunjukan kesamaan antara barang-barang dalam kelas
yang sama, sebaliknya analogi menunjukan kesamaan-kesamaan antara dua barang
atau hal yang berlainan kelasnya. Bila seseorang mangatakan: “Awan dari ledakan
atom itu membentuk sebuah cendawan raksasa”, maka perbandingan antara awan le-
dakan atom dan cendawan merupakan sebauh analogi, sebab kedua hal itu sangat ber-
beda kelasnya, kecuali kesamaan bentuknya.

16
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang tidak atau
kurang dikenal dengan sesuatu yang dikenal baik oleh umum, untuk menjelaskan hal
yang kurang dikenal umum. Perhatikan contoh berikut:
Percabangan suatu bahasa proto menjadi dua bahasa baru atau lebih, serta
tiap-tiap bahasa baru itu dapat bercabang pula dan seterusnya, dapat di-samakan
dengan percabangan sebatang pohon. Pada suatu waktu pohon tadi mengeluarkan
cabang-cabang baru. Cabang-cabang yang baru ini kemudian mengeluarkan ranting-
ranting yang baru. Demikian seterusnya. Begitu pula percabagan pada bahasa.
Tetapi harus diingat bahwa antara pencabangan bahasa dan pencabangan seba-
tang pohon terdapat suatu perbedaan. Setelah sebuah bahasa bercabang, maka antara
bahasa-bahasa yang baru itu masih terdapat kontak timbal-balik, masih terjalin
pengaruh mempengaruhi antara kedua bahasa itu. Lain halnya dengan cabang-cabang
pohon, sekali tumbuh menjadi sebuah cabang atau ranting yang terpisah, ia tidak
menghiraukan lagi nasib cabang atau ranting-rantingya.

Contoh

Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya, atau generalisasi-generalisasi


memerlukan ilustrasi-ilustrasi yang kongkrit sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Untuk ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum itu maka sering
dipergunakan contoh-contoh yang kongkrit, yang mengambil tempat dalam sebuah
alinea. Tetapi harus diingat bahwa sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk
membuktikan pendapat seseorang, tetapi dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud
penulis. Dalam hal ini pengalaman-pengalaman pibadi merupakan bahan yang paling
efektif untuk setiap pengarang.
Bagaimana pendapat saudara tentang kutipan berikut? Apakah terdapat contoh
yang kongkrit untuk menjelaskan sebuah gagasan utama? Gagasan utama yang mana?
Dalam bukunya 'The World and the West’ Arnold Toynbee mengemukakan
pendapatnya, bahwa hasil teknologi Barat tidak dengan serta merta dapat ditanamkan
ke dalam bumi Timur, berhubung tehnik itu merupakan hasil dari pada suatu perkem-
bangan yang telah berlangsung berabad-abad alamnya. Tehnik Barat modern merupa-
kan suatu bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari alam kebudayaan sekitar-
nya. Sehingga, barang siapa ingin mempergunakan hasil tehnik Barat, mau tidak mau
harus menyesuaikan alam kebudayaan sendiri dengan alam pikiran dan kebudayaan
Barat Modern.
Dengan sebuah contoh yang kongkrit dan sederhana pendapat ini dapat kita
terangkan sebagai berikut: sebelas tahun yang lalu Indonesia mengimpor gerbong-
gerbong kereta api dari Perancis. Rupanya cukup mentereng, dan sebagian dilengkapi
dengan alat-alat airconditioning. Manakah sekarang gerbong-gerbong itu? Sudah
17
rusak, dalam keadaan tak terpelihara, patut dipakai pada trayek-trayek tingkat tinggi 3
saja guna mengangkut anak-anak sekolah dan kaum petani dari pedusunan ke kota.
Siapa yang salah? Para pemakaikah? Para pegawai PNKA-kah? Mempergunakan
hasil teknik modern menuntut pula dari pihak para penumpang rasa tanggungjawab
terhadap milik negara dan bangsa, supaya dipelihara dan dipakai dengan rapi dan
bersih. Ternyata publik umum di Indonesia kadang-kadang belum cukup dewasa dan
masak untuk mempergunakan gerbong-gerbong itu dengan semestinya.(Basis, Agust.
1970)

Proses

Sebuah dasar lain yang dapat juga dipergunakan untuk menjaga agar
pengembangan sebuah alinea dapat disusun secara teratur adalah proses. Proses
merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk
menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau
peristiwa.
Untuk menyusun sebuah proses, pertama-tama penulis harus mengetahui
perincian-perincian secara menyeluruh. Kedua, ia harus membagi proses tersebut atas
tahap-tahap kejadiannya. Bila tahap-tahap kejadian ini berlangsung dalam waktu
yang berlainan, maka penulis harus memisahkan dan mengurutkannya secara krono-
logis. Ketiga, sesudah mengadakan pembagian sebagai diuraikan tadi, ia harus menje-
laskan tiap tahap dalam detail yang cukup tegas sehingga pembaca dapat melihat
seluruh proses itu dengan jelas.
Laporan tentang jalannya suatu peristiwa sejarah akan berbeda dengan
laporan-laporan tentang proses mekanis, lebih-lebih bila tahap-tahap dalam laporan
dalam peristiwa itu tidak bisa dibedakan dengan tegas karena berlangsung serempak.
Sering pula terjadi, bahwa disamping melukiskan proses itu, pengarang menyampai-
kan juga komentarnya mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Mereka yang bisa menghadapi seluk beluk pesawat, sering meng-hadapi problem
semacam ini. Bayangkan bila seorang ahli mesin harus memasang sebuah mesin baru.
Ia hanya menghadapi sebuah buku pedoman atau buku petunjuk tentang pemasangan
mesin-mesin itu, serta di pihak lain. Di sini ia menyadari sepenuhnya betapa penting-
nya untuk menerangkan cara pemasangan itu secara sederhana. Dengan bahasa yang
kongkrit.

18
Penulisan proses ini, juga merupakan bagian yang penting pada perguruan
tinggi, yaitu pada waktu menuliskan laporan-laporan laboratoria. Proses laboratoria
itu dapat bersifat mekanis (memasang sebuah mesin, atau percobaan-percobaan
fisika), dapat bersifat alamiah atau organis (pernapasan, reaksi-reaksi kimia). Dalam
tulisan-tulisan yang bersifat historis penulis juga mempergunakan urutan-urutan
berdasarkan proses: misalnya mengapa dan bagaimana Belanda menduduki
Yogyakarta.
Singkatnya proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:
Bagaimana mengerjakan hal itu? Bagaimana bekerjanya? Bagaimana barang itu
disusun? Bagaimana hal itu terjadi?
Sebagai contoh kita ambil ‘pertemuan angkasa’ Gemini-7 tanggal 15 Desem-
ber 1965. Gemini-7 sudah berhari-hari berada dalam peredarannya yang membentuk
lingkaran dengan tinggi 294 km. Sebetulnya telah diperhitungkan kapan bidang
lintasan Gemini-7 akan sama dengan bidang peluncuran Gemini-6. Ini bisa terjadi
tiap hari karena rotasi bumi. Kemudian ditunggu sampai Gemini-6 diluncurkan. Hasil
peluncuran Gemini-6: lintasannya berapogeum 261 km. dengan Gemini-7. Tetapi
Gemini-6 lebih rendah, jadi lebih cepat jalannya. Demikian Gemini-7 disusul sedikit
demi sedikit. Sekarang soalnya tinggal meninggikan lintasannya supaya bisa bertemu.
Setelah satu kali putaran, tepat pada perigeumnya Gemini-6 menghidupkan roketnya
untuk menghapuskan pengaruh hambatan udara sehingga apogeumnya tetap 261 km.
Setelah kembali mencapai apogeumnya Gemini-6 dipercepat sehingga perigeumnya
214 km. Sementara diadakan koreksi mengenai arahnya supaya bidang yang dilintasi
keduanya lebih tepat sama. Waktu sampai perigeumnya yang baru, dipercepat lagi
sehingga apogeumnya makin tinggi lagi: 274 km. Jarak dari Gemini-7 hanya 309 km.
Akhirnya percepatan yang paling penting dilakukan penting dilakukan sehingga
lintasannya menjadi lingkaran. Jarak dengan Gemini-7 hanya 25 km. Beberapa km
lagi diselesaikan pada fase terakhir selama 30 menit. Dengan cara berkali-kali
mengadakan pembentukan arah, pengukuran jarak dan percepatan. Akhirnya
bertemulah dengan Gemini-7”. (Basis. Nop. 1967).

Bagaimana pendapat saudara mengenai kutipan diatas? Apakah juga terdapat


sebuah deskripsi mengenai proses? Proses macam apa itu? Dapatkah saudara sepen-
dapat bahwa dengan cara itu telah dicapai sebuah alinea yang bulat?

Sebab Akibat
Pengembangan sebuah alinea dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan
sebab-akibat sebagai dasar. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan
utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Tetapi dapat juga
19
terbalik: akibat dijadikan gagasan utama sedangkan untuk memahami sepenuhnya
akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-
akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila proses itu dipecah-
pecahkan untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat
dinamakan proses kausal, atau proses sebab-akibat.
Dalam mengemukakan hubungan sebab-akibat tersebut pengarang harus
menggarap persoalannya berdasarkan suatu rangka tertentu, misalnya berdasarkan
kepentingan relatifnya, berdasarkan kesederhanaan atau kekompleksannya, atau
ketidaklangsungan sebab atau akibat itu terhadap pokok utamanya.
Dalam uraian-uraian yang bersifat logis, misalnya tulisan-tulisan ilmiah, tesis,
skripsi dan sebagainya., sebab dan akibat memegang peranan yang sangat penting.
Dalam eksposisi biasa, sebab dan akibat dikemukakan berdasarkan observasi dan
refleksi yang ada. Seseorang yang menderita penyakit flu akan dihadapkan kepada
serangkaian sebab yang diduga mungkin telah mengakibatkan penyakit flu tadi. Ia
harus memilih di antara sebab-sebab yang paling mungkin: karena mengendarai
motor malam-malam, tidak menyelimuti badan dengan baik diwaktu tidur, terlalu
lama berjemur dipanas, terlalu kedinginan, atau karena kejangkitan oleh orang lain
yang juga menderita penyakit tersebut. Beberapa dari sebab-sebab lainnya. Dengan
me-misahkan mana merupakan sebab langsung dan mana yang tidak, maka dapatlah
diambil tindakan pencegahan mendatang.
Melihat sepintas lalu masyarakat kota bandar kita terkesan oleh kesibukan-
kesibukan kerja dan lalu-lintas sehari-hari. Hubungan dagang dengan relasi-relasi dari
luar daerah pulau ataupun asing yang pemberesannya harus selekas mungkin diada-
kan berhubung terikatnya perahu layar pada angin musim, pemuatan barang-barang
ekspor dan pembongkaran barang-barang impor, semuanya itu tak memungkinkan
orang bekerja pelan-pelan seperti menanti menguningnya padi di musim panen.
Kiranya inilah yang membentuk tipe manusia pesisiran, yang lain dari tipe manusia
pedalaman. Keluasaan muka-laut membentuk jiwa lepas dan bebas. Silih bergantinya
pergaulan dengan orang-orang dari berbagai suku dan kebangsaan, memberi sifat
kelonggaran dan suka menerima unsur-unsur baru. Tetapi sekali kita berjumpa
dengan rombongan bangsawan dengan pengiringnya yang sedang mengadakan
inspeksi didaerah bandar, kita lalu memperoleh kesan kesimpulan lain, yaitu: ke-
bebasan masyarakat pesisir yang terikat! Kesan demikian reasonable.(Basis, Mei
1968)

20
Contoh di atas lebih jelas membicarakan mengapa jiwa orang pesisir lebih
dinamis dan lebih bebas, bila dibandingkan dengan orang-orang di pedalaman.
Mengapa demikian? Bila kita dapat mengajukan pertanyaan itu, berarti kita harus
mencari sebab-sebabnya. Akibat yang disimpulkan dalam alinea di atas adalah
"kebebasan masyarakat pesisir yang terikat". Sebaliknya coba perhatikan kutipan di
bawah ini:

Dalam tekanan mental yang demikian hebat, tiba-tiba terjadi ledakan fitnah
Gerakan Tigapuluh September. Ternyata akibat peristiwa ini terjadilah kegoncangan
hebat dalam sendi-sendi kehidupan. Suara hati yang selama ini tertindis tipis-tipis,
membersit keluar dan menjadi banjir besar menantang sendi-sendi hidup lama.
Lahirlah angkatan baru yang berjuang atas dorongan hati nurani. Muncullah sanjak-
sanjak yang membawakan suara orde baru se-perti kumpulan-kumpulan sanjak
Taufik Ismail Tirani, Benteng, kumpulan sanjak-sanjak W. Situmeang kebangkitan,
dan lain-lain”. (BKI).

Bila dibandingkan dengan kutipan pertama di atas, kutipan kedua ini lebih
memperinci secara mendetail akibat-akibat. Sebab dinyatakan secara ringkas atau
umum yaitu ledakan fitnah Gerakan Tigapuluh September, sedangkan perincian-
perincian ditekankan kepada akibat-akibat. Kutipan pertama di atas sebaliknya
mempunyai dasar yang sama yaitu membicarakan sebab dan akibat.
Sebuah variasi dari sebab-akibat ini adalah pemecahan masalah. Pemecahan
masalah juga bertolak dari hubungan kausal, tetapi tidak berhenti disitu saja; ia masih
berjalan lebih lanjut menunjukan jalan-jalan jeluar untuk menjauhkan sebab-sebab
tersebut, atau menjauhkan akibat-akibat yang dihasilkan oleh sebab-akibat tadi.

Khusus Umum
Kedua cara ini, yaitu umum-khusus dan khusus-umum, merupakan cara yang
paling umum untuk mengembangkan gagasan-gagasan dalam sebuah alinea secara
teratur. Dalam hal pertama gagasan utamanya ditempatkan pada awal alinea, serta
pengkhususan atau perincian-perinciannya terdapat dalam kalimat-kalimat berikut-
nya. Sebaliknya dalam hal yang kedua mula-mula dikemukakan perincian-pe-rinci-
annya, kemudian pada akhir alinea generalisasinya. Jadi yang satu bersifat deduktif,

21
sedangkan lainnya bersifat induktif. Sebuah variasi dalam kedua jenis alinea itu
adalah semacam penggabungan. Yaitu pada awal alinea (jadi bersifat umum-khusus).
Tetapi pada akhir alinea gagasan tadi diulang sekali lagi (bersifat khusus-umum).
Sebuah teori fungsi bahasa yang sangat terkenal, ialah teori Karl Bühlr,
seorang ahli jiwa dan ahli teori tentang bangsa-bangsa Austria. Sejak tahun 1918
diperkenalkan teori fungsi bahasa dalam berbagai tulisan. Pada tahun 1934 terbitlah
bukunya ‘Spracteorie’ yang membela teori fungsi ba-hasanya. Mula-mula teori
Bühler itu tidak mendapat perhatian orang. Tetapi lambat-laun para pendidik tertarik
hatinya dan akhirnya mempengaruhi pe-ngajaran bahasa di sekolah-sekolah. Karl
Bühler membantah pendapat WilhelmWundt 1832-1920, bahwa bahasa itu hanyalah
ekspresi saja dari pada peristiwa-peristiwa yang berkecamuk dalam batin dapat
dinyatakan dengan berbagai cara. Dengan gerak-gerik, mimik, dan juga dengan
bunyi. Teori Wudt itu akan jelas kiranya, jika kita memperhatikan tingkah laku orang
primitif.” (SB).

Klasifikasi

Yang dimaksud dengan klasifikasi adalah sebuah proses untuk me-ngelom-


pokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan ter-tentu.
Sebab itu klasifikasi bekerja ke dua arah yang berlawanan, yaitu pertama, memper-
satukan satuan-satuan ke dalam suatu kelompok, dan kedua, memisahkan kesatuan
tadi dari kelompok yang lain. Dengan demikian klasifikasi mempunyai persamaan-
persamaan tertentu baik dengan pertentangan dan perbandingan maupun dengan
Umum-khusus dan Khusus-umum.
Persamaannya dengan pertentangan dan perbandingan adalah bahwa kedua-
nya bertolak dari penetapan ciri-ciri yang sama dan penetapan perbedaan-perbedaan
tertentu, tetapi dalam klasifikasi prosesnya masih berjalan terus untuk menentukan
pengelompokan. Di pihak lain umum, karena proses klasifikasi itu tidak lain daripada
membuat perincian itu untuk memperoleh kelas-kelasnya atau kelompok-ke-lompok-
nya.
Dalam klasifikasi, tiap kelompok yang diperoleh dalam langkah sebelumnya
mungkin masih diperinci lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil
lagi. Walaupun demikian penulis harus memegang prinsip yang jelas tentang dasar
klasifikasinya, baik untuk tingkat yang lebih tinggi maupun untuk tingkat-tingkat
yang lebih rendah:

22
Jika orang hendak membagi bahasa Melayu ataupun bahasa Indonesia itu
juga, maka pastilah tidak cukup, apabila ia hanya dibagi atas bahasa Melayu rendah
dan bahasa Melayu tinggi, pun tiada cukup apabila disisi-sisi-kan empat macam
bahasa: bahasa dalam, bahasa bangsawan, bahasa dagang, bahasa kacukan. Pun
perbedaan bahasa Melayu buku dan bahasa Melayu yang dipercakapkan tiada dapat
diterima oleh karena banyaknya jenis bahasa Melayu yang ditulis dan banyak pula
jenis yang dipercakapkan. Bahasa yang dipercakapkan oleh tukang penangkap ikan,
lain dari pada bahasa yang dipercakapkan oleh orang tani, lain pula dari pada yang
dipercakapkan oleh guru sekolah atau kuli di pelabuhan. Bahasa yang dipakai di Riau
lain dari-pada bahasa yang dipakai di Jakarta, yang di Banjarmasin lain daripada yang
di Padang. Tetapi sekalian yaitu masuk lingkungan bahasa Melayu yang satu. Dan
bahasa Indonesia sebagai sambungan bahasa Melayu, pastilah pula mem-punyai
corak dan warna yang terdapat pada bahasa Melayu itu dahulu (PBI).

Klasifikasi atas objek-objek yang kongkrit mungkin tidak banyak mendatang-


kan kesulitan, karena prinsip-prinsip yang dipergunakan juga bersifat kongkrit:
besarnya, bahannya, bentuknya, tujuannya, dan lain sebagainya. Tetapi bila kita
melangkah kepada gagasan-gagasan yang abstrak, maka selalu timbul kesulitan untuk
mempertahankan dasar itu. Klasifikasi dibuat oleh manusia, bukan inheren dalam
obyek yang diklasifikasikan itu. Sebab itu klasifikasi pertama-tama tidak menyangkut
soal “benar” dalam arti yang mutlak, tetapi “benar”dalam arti yang pragmatis, yaitu
cocok atau tidak untuk maksud-maksud tertentu. Sebab itu penolakan kita terhadap
sebuah klasifikasi pertama-tama diarahkan kepada hasil klasifikasi itu, tetapi
pertama-tama diarahkan kepada dasar yang dipakai untuk mengadakan klasifikasi itu.
Bila dasar yang dipergunakan itu kita terima, baru langkah selanjutnya adalah apakah
hasil klasifikasi itu benar-benar sesuai dengan dasar.

Definisi luas
Yang dimaksud dengan definisi dalam pembentukan sebuah alinea adalah
usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau
hal. Disini kita tidak menghadapi hanya satu kalimat. (lihat definisi dalam bagian
tentang kalimat), tetapi suatu rangkaian kalimat yang membentuk sebuah alinea.
Malahan kadang-kadang untuk memberi pegertian yang bulat tentang pengertian itu,
satu alinea dianggap belum cukup, sehingga diperlukan rangkaian dari pada alinea-
alinea, malahan dapat pula dalam bentuk sebuah buku. Namun prinsip-prinsip definisi

23
tetap sama. Disini kita lebih sering menghadapi sebuah definisi luas daripada definisi
formal biasa, atau definisi dengan menerangkan etimologi kata atau istilah tersebut.
Perhatikan bagaimana Moh. Said mencoba memberi batasan tentang Demo-
krasi Pancasila. Ia memerlukan suatu rangkaian alinea sebelumnya untuk kemudian
dapat sampai kepada pengertian Demokrasi Pancasila itu.
Istilah asing demokrasi biasanya diterjemahkan dengan kata kedaulatan rakyat
yang diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Demo-
krasi dalam arti ini hanya menggambarkan satu segi dari pada demokrasi, sedangkan
demokrasi dalam arti yang sebenarnya mempunyai makna yang lebih luas.
Demokrasi pada hakikatnya berupa suatu metalitas untuk membina suatu
kehidupan dalam masyarakat; mentalitas dalam arti cara berpikir, bersikap dan berbu-
at. Mentalitas demokrasi mempunyai ciri pokok yang mencita-citakan keselarasan
antara kebebasan (=liberté) serta kesamaan hak (=egalité) untuk menentukan nasib
pribadi (=the right of self determination) dan rasa tanggung jawab atas kebaikan nasib
bersama atau nasib kolektif sebagai masyarakat (=fraternité=persaudaraan).
Ketidakselarasan antara kebebasan serta kesamaan hak pribadi dan tanggung
jawab kolektif ini menyebabkan demokrasi di satu pihak menjurus ke liberalisme, dan
di pihak lain menjurus ke kolektivisme dipaksakan melalui pelbagai bentuk kedik-
tatoran.
Baik liberalisme yang menjadi sumber saling-lomba, saling-rebut dan saling-
rampas secara bebas (=free fight liberalism) dalam bidang semat (harta benda, ekono-
mi), drajat (kedudukan, sosial) dan kramat (kekuasaan politik), maupun kolektivisme
melalui kediktatoran yang melenyapkan kebebasan, hak dan tanggung jawab pribadi
demi kepentingan kolektif, bersifat penyelewengan dari cita-cita demokrasi, yakni
keselarasan personalisme yang memberi hak asasi kepada tiap manusia untuk
membina pribadi (persona) dan nasibnya menurut garis kodrat pribadinya dan
keyakinannya masing-masing dengan kolektifisme (tanpa kediktatoran) yang
menciptakan ke-makmuran dan kesejahteraan bersama.
Cita-cita demokrasi yakni keselarasan antara personalisme dan ko-lektifisme
itu tidak lain daripada suatu keadilan sosial yang berupa sosial-isme. Jadi cita-cita
demokrasi pada hakekatnya tidak lain dari pada masyarakat sosialis atau
masyarakat gotong royong.
Dengan demikain maka demokrasi Pancasila berupa demokrasi yang
mencita-citakan terwujudnya masyarakat sosialis pancasila, yakni suatu masyarakat
sosialis yang norma-norma keadilan sosialnya bersumber pada keselarasan kebebas-
an atau hak tiap orang dan bangsa untuk membina pribadi dan nasibnya menurut
garis kodrat pribadinya dan keyakinannya masing-masing (the right of self determi-
nation atau azas kemerdekaan) dengan rasa tanggung jawab tiap warga bangsa atas
kebaikan nasib sesama umat manusia (sila kemanusiaan); dan dengan rasa tangung
jawab tiap orang sebagai titah atau makhluk Tuhan yang berbudi, terhadap Tuhan-
Nya (=Sila Ketuhanan), demi ‘memayuhayu salira, memayuhayu bangsa,. Memayu-
hayu manungsa’ (kebaikan pribadi, bangsa dan umat manusia) dan demi penuaian
tanggung jawab manusia sebagai titah atau makhluk terhadap TuhanNya (Basis, Juni
1967).
24
Untuk sampai kepada batasan atau pengertian tentang demokrasi Pancasila
penulis mula-mula memberikan dasar-dasar pengertian tentang demokrasi pada
umumnya, baru kemudian membatasi pengertian demokrasi pancasila itu. Semua
rangkaian alinea itu menuju kepada kebulatan pengertian tentang demokrasi Panca-
sila.
Cara apapun yang dipergunakan untuk memperoleh kebulatan alinea, prinsip
kesatuan ide, perpaduan (koherensi) dan pengembangan yang baik tidak boleh
dilanggar begitu saja. Pelanggaran atas prinsip-prinsip tersebut mengakibatkan
terganggunya konsentrasi atas ide sentralnya.

25

Anda mungkin juga menyukai