Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Tauhid, Aqidah dan Syirik

Disusun Oleh:
Sitti Mu’mina
21901033

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI


2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya Alam ciptaan-Nya. Sholawat
serta salam kita haturkan kepada teladan kita semua Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa
Sallam yang telah memberitahu kepada kita jalan yang benar berupa ajaran agama yang
sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas dalam
mata kuliah Agama Islam dengan judul “Tauhid, aqidah dan Syirik”. Selain itu, penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah membantu sampai
makalah ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, penyusun sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami butuh kritik dan sarannya yang bertujuan untuk memperbaiki
karya-karya kami selanjutnya di waktu yang akan datang.

Kendari, 09 Desember 2019

Penyusun
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi seperti ini, ke Tauhidan harus dipertahankan agar kita senantiasa
jauh dari berbagi bentuk kemusyrikan. Kedudukan tauhid dalam Islam sangatlah
fundamental, karena dari pemahaman tentang tauhid itulah keimanan seorang muslim mulai
tumbuh dan terhindar dari kemusyrikan. Konsep tauhid dalam Islam merupakan salah satu
pokok ajaran yang tidak dapat diganggu gugat dan sangat berpengaruh terhadap keislaman
seseorang. Apabila pemahaman tentang tauhid seseorang tidak kuat, maka akan goyah pula
pilar-pilar keislamannya secara menyeluruh.
Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud
Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat, sifat-sifat
maupun perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka
dengan sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pasti tidak ada keraguan
dalam hatinya dan tidak tercampuri oleh kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan
melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Beriman kepada Allah juga
harus beriman kepada Malaikat, Nabi, kitab, hari akhir, qada dan qadar Allah.
Kehidupan setiap manusia tidak akan lepas dri unsur sosial yang mempengaruhi pola
pikir dan cara pandangnya. Dalam hal ini berkaitan erat dengan unsur warisan kebudayaan
yang berhubungan dengan suatu tradisi yang masih dipercayai oleh masyarakat. Tradisi
dalam sekelompok masyarakat merupakan sesuatu yang sudah mendarah daging dari
keturunan – keturunan sebelumnya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu sebuah tradisi
bisa menjadi malapetaka apabila menyimpang dari ajaran agama, terutama agama islam.
Perbuatan itu adalah menuhankan sesuatu selain Allah dengan menyembahnya, meminta
pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan perbuatan lain yang tidak boleh
dilakukan, kecuali hanya kepada Allah SWT. Salah satu contohnya adalah sebuah tradisi
yang mempercayai atau menganggap sebuah benda mempunyai kekuatan. Tradisi ini
merupakan suatu tindakan syirik atau menyekutukan Allah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan menggali aspek-aspek tauhid sebagai
landasan aqidah umat Islam agar dapat terhindar dari Syirik. Melalui penggalian konsep-
konsep di atas, maka diharapkan pemahaman penulis tentang keesaan Allah akan meningkat
pula dan pada akhirnya meningkatkan pula ibadah kepada Allah SWT.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan masalah yang akan dikaji
dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan tauhid?
2. Apa saja jenis - jenis tauhid ?
3. Apa pengertian aqidah?
4. Apa manfaat aqidah bagi kehidupan?
5. Apakah yang dimaksud dengan syirik?
6. Apa saja jenis – jenis syirik?
7. Apa bahaya syirik bagi kehidupan manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tauhid
Tauhid (Arab), adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan
Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan.
Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa.
Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid
ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. ( al-
Baqarah:163, Muhammad 19 ). Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai
dan norma Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu
agama yang mengesakan Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal
dengan nama gerakan muwahhidin ( yang memperjuangkan tauhid ). Dalam
perkembangan sejarah kaum muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah
satu cabang ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan terutama yang menyangkut
masalah ke-Maha Esa-an Allah.
Tauhid merupakan pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan
manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya. Hanya
amal yang dilandasi dengan tauhidlah -menurut tuntunan Islam- yang akan
menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di
alam Akhirat nanti.
Allah berfirman: "Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl:
97)
Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka
wajib bagi setiap muslim untuk mempelajarinya. Tauhid bukan sekedar mengenal dan
mengerti bahwa pencipta alam semesta ini Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti
rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan)-Nya dan wahdaniyah (keesaan)-Nya, dan
bukan pula sekedar mengenal asma' dan shifat-Nya.
Iblis mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah; bahkan mengakui ke-Esaan
dan ke-Mahakuasaan Allah dengan permintaannya kepada Allah melalui Asma' dan
Shifat-Nya. Kaum Jahiliyah kuno yang dihadapi rasulullah juga mayakini bahwa Tuhan
pencipta, pengatur pemelihara dan penguasa alam semesat ini adalah Allah. Namun
kepercayaan dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk
yang berpredikat Muslim, yang beriman kepada Allah. Dari sini lalu timbul pertanyaan:
"Apakah hakikat tauhid itu?"
Tauhid ialah permunian ibadah kepada Allah yaitu menghambakan diri hanya
kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut
kepada-Nya.
Untuk inilah sebenarnya manusia itu diciptakan Allah. Dan sesungguhnya, misi
para rasul adalah untuk menegakkan tauhid dalam pengertian tersebut, mulai dari rasul
pertama hingga rasul terakhir, Nabi Muhammad.

2. Pembagian Tauhid
 Tauhid Rububiyah
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan,
menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak
mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al
Quran surat Az Zumar ayat 62 :"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia
memelihara segala sesuatu". Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak
ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti
kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena
kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui
bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya.
Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman
Allah “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang
menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah
menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin
Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid ini.
Sebagaimana firman Allah, “Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang
tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan
Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah
yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi,
tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka
akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu
ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).

 Tauhid Uluhiyah / Ibadah


Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu
bangiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga
menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang
Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran : 18). Beriman terhadap uluhiyah
Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan
Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar,
menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah
lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya
kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan
merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana
yang difirmankan Alloh mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia menjadikan
sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-
benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum
musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya
ditujukan untuk Alloh semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka
dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Alloh
adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
 Tauhid Asma wa Sifat
Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al
Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa
merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk
pembahasan yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah
Washithiyah, Qowaidul Mutsla, dll.
Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa
berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam.

3. Pengertian Aqidah
Dalam bahasa Arab, aqidah berasal dari kata al-'aqdu yang berart ikatan, at-
tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang berarti
mengokohkan (menetapkan) dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan
kuat.
Sedangkan menurut istilah atau terminologi, aqidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang sama sekali tak ada keraguan sedikitpun untuk orang-orang yang
meyakininya.
Menurut Hasan al-Banna:
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu,
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan”
Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di
dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”
Dasar aqidah itu sendiri adalah ajaran Islam yang menjadi sumber-sumber hukum
dalam Islam, yang ada pada Al Quran dan Al Hadits. Al Quran dan Al Hadits menjadi
pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan banyak mengenai kriteria atau ukuran
baik buruknya suatu perbuatan manusia.
Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk melakukan perbuatan yang
baik dan selalu menjauhi perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk sudah diungkap
dalam Al Quran. Karena memang Al Quran menjadi firman Allah, maka kebenarannya
haruslah diyakini oleh setiap umat muslim di seluruh belahan dunia. Sementara itu, dasar
aqidah yang kedua untuk seorang muslim adalah Al Hadits atau Sunnah Rasul.
Dalam memahami Al Quran lebih jauh lagi, maka umat Islam diperintahkan
dalam mengikuti segala ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah menjadi
contoh yang nyata bisa dilihat dan dimengerti bagi setiap umat Islam.
Pengertian aqidah islam merupakan suatu bentuk kepercayaan dan keyakinan
terhadap Allah SWT dengan meyakini mengenai :
- Iman kepada Allah SWT
- Iman kepada Malaikat
- Iman kepada Kitab
- Iman kepada Rasul
- Iman kepada Hari Akhir
- Iman kepada Qada dan Qadar

4. Manfaat Aqidah
Hidup setiap orang berbeda-beda. Namun, hampir setiap orang menjalani
kehidupan ini dengan perjuangan yang tidak mudah. Hampir tidak ada orang yang hidup
bebas tanpa melalui persoalan hidup. Jadi jika saat ini Anda merasa kesulitan dengan
suatu permasalahan hidup, janganlah terus berkeluh kesah! Sebab di luar sana masih ada
orang-orang yang memiliki permasalahan hidup lebih berat namun tetap semangat
berjuang mencari solusi.
Aqidah memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan sehari-hari yang dimana
jika Anda mampu mengamalkannya maka berbagai kemudahan hidup akan Anda
dapatkan. Berikut ini diulas mengenai fungsi aqidah dalam kehidupan sehari-hari.

Berpegang Teguh Pada Jalan yang Lurus dan Jauh dari Kesesatan

Beriman kepada Allah dibuktikan tidak hanya melalui ucapan, tetapi juga perbuatan.
Dalam hal ini, wajib hukumnya bagi setiap umat Islam menjalani perintah Allah dan
manjauhi segala larangan-Nya. Setiap bentuk amalan atau ibadah yang dikerjakan harus
sesuai dengan ketentuan dalam Al Qur’an dan Hadits yang shahih Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
“Sungguh, Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menyucikan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur-an) dan al-Hikmah (as-Sunnah). Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.” (Qs. Ali ‘Imraan: 164).
Bagi setiap hamba yang beriman dan bertakwa, maka insya Allah akan terjaga dalam
lindungan Allah subhanahu wa ta’ala di tengah kehidupan yang berwarna ini.
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu (al-Qur’an)
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Yuunus : 57).

Menanamkan Akhlak yang Mulia dalam Diri

Aqidah yang dipelajari dengan benar akan memunculkan kesadaran diri dan membentuk
akhlak yang mulia. Sebab setiap sikap dan perbuatannya akan berdasar pada Al Qur’an
dan As-Sunnah. Pribadi dengan akhlak yang mulia merupakan agen terbaik untuk
membawa kehidupan yang lebih baik. Hubungan akhlak dengan iman dan ihsan tertuang
dalam dalil berikut ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” (HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-
Shahihah no. 284.)

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat timbangannya dari akhlaq mulia ketika
diletakkan di atas mizan (timbangan amal) dan sungguh pemilik akhlaq mulia akan
mencapai derajat orang yang mengerjakan puasa dan shalat.” (HR. Abu Dawud dan At
Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No.
876)
5. Pengertian Syirik
Menurut bahasa: Syirik adalah sebuah kata yang digunakan untuk
mengungkapkan sesuatu yang terjadi antara dua orang atau lebih.
Menurut istilah syar’i: Syirik kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa maksudnya
menjadikan sekutu bagi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, baik dalam rububiyahnya
ataupun uluhiyahnya, tetapi istilah syirik lebih sering digunakan untuk syirik dalam
uluhiyahnya. Atau menyamakan selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan Allah
Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam hal-hal yang menjadi hak Allah Subhaanahu Wa
Ta'aalaa.
Syirik dalam pengertian yang umum sering disebut dengan makna menyekutukan
Tuhan dengan yang lain. Mempersekutukan Tuhan berarti munculnya kepercayaan
terhadap sesuatu yang dianggap mampu melakukan sesuatu sebagaimana sifat-sifat atau
perbuatan Tuhan terhadap manusia, makhluk, atau alam. Padahal Tuhan (baca Allah)
tidak ada keserupaanya (laisa kamislihi syaiun), tidak ada membandingiNya (walam
yakun lahu kufuan ahad), satu-satunya Yang Maha Kuasa (innallahu ala kulli syaiin
qadir).
Aqidah (aqad-kepercayaan) seseorang muslim yang murni berarti ia mampu
memelihara ketunggalan-keyakinan-kepercayaannya hanya kepada Allah SWT sesuai
dengan petunjuk nash agama. Mempercayai mitos berarti merusak kemurnian aqidah
karena isi (substantif) kepercayaan telah terisi dengan yang lain / tercampur. Islam sangat
menentang kepercayaan tersebut. Al Qur`an menyatakan :
“Sesungguhnya mempersekutukan Allah (syirik) merupakan aniaya yang sangat besar”.
(QS.Luqman : 13).

6. Pembagian Syirik
Syirik ada 2 macam, yaitu : Syirik Besar dan Syirik Kecil.
Syirik Besar
Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya
kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat daripadanya.
Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah,
seperti berdo'a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan
penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau
syaitan, atau mengharap sesuatu selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat
maupun mudharat.
Syirik besar dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
- Syirik Do'a,
Yaitu di samping dia berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, ia juga
berdo'a kepada selainNya.
- Syirik Niat
Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu ibadah untuk selain Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
- Syirik Ketaatan
Yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah.
- Syirik Mahabbah (Kecintaan)
Yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan.

Syirik Kecil
Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia
mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar.
Syirik kecil dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
- Syirik Zhahir (Nyata)
Yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk
ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain Allah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah
berbuat kufur atau syirik"[7]
Qutailah Radhiyallahuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang
datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan berkata:
"Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik. Kamu
mengucapkan: "Atas kehendak Allah dan kehendakmu" dan mengucapkan:
"Demi Ka'bah". Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para
Shahabat apabila hendak bersumpah supaya mengucapkan, "Demi Allah
Pemilik Ka'bah" dan mengucapkan: "Atas kehendak Allah kemudian atas
kehendakmu”.
Syirik dalam bentuk ucapan, yaitu perkataan.
"Kalau bukan karena kehendak Allah dan kehendak fulan"
Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah.
"Kalau bukan karena kehendak Allah, kemudian karena kehendak si fulan"
Kata (kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan
kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.

- Syirik Khafi (Tersembunyi)


Yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya' (ingin dipuji orang) dan
sum'ah (ingin didengar orang) dan lainnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda.
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.
"Mereka (para Shahabat) bertanya: "Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?"
.Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu riya’”.

7. Bahaya Syirik
Perbuatan syirik sangat berbahaya. Berikut ini beberapa bahaya yang akan menimpa
orang-orang pelaku syirik.
Pertama, syirik adalah kezhaliman yang nyata. Allah berfirman, “Innasy syirka
ladzlumun adziim(sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman
yang besar).” [QS. Luqman (31): 13]. Mengapa disebut kezhaliman yang besar? Sebab
dengan berbuat syirik seseorang telah menjadikan dirinya sebagai hamba makhluk yang
sama dengan dirinya yang tidak berdaya apa-apa.
Kedua, syirik merupakan sumber khurafat. Sebab, orang-orang yang meyakini
bahwa selain Allah –seperti bintang, matahari, kayu besar dan lain sebagainya– bisa
memberikan manfaat atau bahaya, berarti ia telah siap melakukan segala khurafat dengan
mendatangi para dukun, kuburan-kuburan angker, dan mengalungkan jimat di lehernya.
Ketiga, syirik adalah sumber ketakutan dan kesengsaraan. Allah berfirman, “Akan
Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan
tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal orang-orang yang zhalim.” [QS. Ali Imran (3): 151]
Keempat, syirik merendahkan derajat kemanusiaan si pelakunya. Allah berfirman,
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh
dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”
[QS. Al-Hajj (22): 31]
Kelima, syirik menghancurkan kecerdasan manusia. Allah berfirman, “Dan
mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan. Dan mereka berkata,
‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah.’ Katakanlah, ‘Apakah
kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak
(pula) di bumi?’ Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
mempersekutukan (itu).” [QS. Yunus (10): 18]
Keenam, di akhirat nanti orang-orang musyrik tidak akan mendapatkan ampunan
Allah dan akan masuk neraka selama-lamanya. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah
tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni
dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-
jauhnya.” [QS. An-Nisaa' (4): 116]
Allah juga berfirman, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [QS. Al-Maidah
(5): 72]
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan:
1. Tauhid adalah meyakini akan keesaan Allah dengan cara memelihara ciptaan Allah,
ikhlas beribadah kepadaNya dan mengimani nama-nama dan sifatNya.
2. Tauhid ada 3 macam, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah,dan tauhid asma' wa sifat.
3. Aqidah adalah sebuah ikatan atau kepercayaan kuat dalam diri seseorang terhadap apa
yang diimaninya.
4. Manfaat aqidah:
- Berpegang teguh pada jalan yang lurus dan jauh dari kesesatan.
- Menanamkan akhlak yang mulia dalam diri
5. Syirik adalah menyekutukan Tuhan dengan yang lain, atau menyamakan Allah dengan
Tuhan yang lain.
6. Macam-macam syirik yaitu, syirik besar dan syirik kecil.
7. Bahaya syirik :
- Membuat manusia menjadi dzalim.
- Sumber ketakutan pada hati manusia.
- Sumber khurafat.
- Merendahkan derajat kemanusiaan bagi yang melakukannya.
- Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html
https://dalamislam.com/info-islami/fungsi-aqidah-dalam-kehidupan-sehari-hari-seorang-
muslim
https://santri.web.id
Syaikh, Muhammad bin shalih al ustamin. 2014. Syarah Ushuluts Tsalatsah.
Suwaidi, Fahmi. 2011. Ensiklopedi Syirik dan Bid’ah. Solo: Aqawam.

Anda mungkin juga menyukai