Anda di halaman 1dari 15

KARANGAN ILMIAH POPULER

Tri Mastoyo Jati Kesuma


Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

A. Pengertian dan Ciri Karangan Ilmiah Populer


Karangan ilmiah populer (popular writing) adalah karangan yang
bersifat ilmiah, tetapi disajikan dengan cara yang mudah dimengerti oleh
pembacanya (Suhadi, 2001:81). Karangan ilmiah populer biasanya dijumpai
pada surat kabar atau koran. Bahasa yang digunakan dalam surat kabar adalah
bahasa populer. Oleh karena itu, karangan ilmiah populer menggunakan ba-
hasa populer. Bahasa populer adalah bahasa yang dimengerti oleh semua la-
pisan masyarakat pembaca.
Ciri karangan ilmiah populer adalah (a) enak, menarik, teratur, lancar,
dan merangsang untuk dibaca; (b) tidak terlalu terikat oleh tata cara serta
langkah-langkah penulisan akademis; (c) objektif; (d) bukan fiksi sain, bukan
pengetahuan khayal, bukan fantasi, dan bukan rekaan yang memburu sensasi
belaka; dan (e) tidak bersifat spekulatif (Suhadi, 2001:81-82). Sementara itu,
Sarwono (2010:11-12) dan Dalman (2015:27-28) mengemukakan ciri khas ka-
rangan ilmiah populer dari banyak segi. Menurut kedua pakar tersebut, ka-
rangan ilmiah populer mempunyai sembilan ciri berikut.
a. Adanya pesan yang dipergunakan untuk menarik perhatian pem-
baca, yang dapat juga dikatakan bersifat persuasif. Hal ini terjadi
karena pada umumnya pembaca yang ditargetkan ialah umum atau
bukan spesialis di bidang ahli mengenai topik bahasan yang ditulis.
b. Isi tulisan diusahakan untuk memikat pembaca agar yang bersang-
kutan tetap terus membaca tulisan tersebut sampai selesai.
c. Penulis melakukan kontekstualisasi data hasil riset ke dalam tulisan
sehingga data dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca umum.
d. Bahasa yang digunakan bersifat umum dan tidak menggunakan
terminologi khusus yang hanya dipahami oleh ilmuwan atau kelom-
pok tertentu.
e. Biasanya struktur kalimat yang dipergunakan ialah kalimat aktif.
f. Gaya penulisan tidak baku.
g. Umumnya, informasi dipaparkan dalam bentuk narasi.
h. Uraian dipaparkan ke dalam bentuk umum yang dapat menarik, baik
aspek intelektual pembaca maupun menyentuh emosi pembaca yang
bersangkutan.
i. Secara implisit, tulisan kadang mengandung pesan tertentu berupa
keinginan penulis agar pembaca melakukan tindakan tertentu.

1
2

B. Tujuan Karangan Ilmiah Populer


Pada umumnya, kadar kerelevanan, keterujian, kekonsistenan, keber-
sisteman, kelengkapan, dan kehematan penjelasan-penjelasan dalam karangan
ilmiah populer tidak begitu ketat, tinggi, atau disesuaikan dengan tingkat ke-
mampuan pembacanya (Effendi, 1992:8). Tidak seperti dalam karangan aka-
demis (academic writing), penjelasan-penjelasan dalam karangan ilmiah
populer lebih sederhana atau tidak begitu rumit (lih. Effendi, 1992:8). Ka-
rangan ilmiah populer disusun dengan tujuan untuk (a) menjelaskan sesuatu
yang bertalian dengan apa yang ditulis kepada pembaca, (b) meyakinkan
pembaca bahwa apa yang dijelaskan itu benar, dan (c) memerikan atau
mendeskripsikan hal-hal penting yang bertalian dengan sesuatu dengan bahasa
yang populer (lih. Effendi, 1992:9).

C. Bahasa Karangan Ilmiah Populer


Bahasa yang populer tampak jelas dalam penggunaan kata, kalimat,
dan paragraf. Kata-kata yang digunakan dalam karangan ilmiah populer adalah
kata-kata dengan makna harfiah (denotasi), bukan makna kias (konotasi); kata-
kata yang dikenal, bukan yang kurang dikenal pembaca; dan kata-kata dengan
makna yang tepat (Effendi, 1992:9-11). Dalam karangan ilmiah populer, istilah
teknis yang tidak terlalu perlu diganti dengan kata-kata yang dikenal oleh
pembaca awam. Kalaupun harus menggunakan istilah teknis, istilah itu digu-
nakan dengan makna yang konsisten. Contohnya sebagai berikut.

Kata Ilmiah Kata Populer


analogi kiasan
anarki kekacauan
andradit kalsium besi
anemia kekurangan butir darah merah
antipati rasa benci
antisipasi perhitungan ke depan
partisipasi ambil bagian
argumen bukti
argumentasi pembuktian
bibiliografi daftar pustaka
biodata riwayat hidup singkat
definisi pengertian, batasan
depresi kemunduran
deskripsi pemaparan
detail terperinci
diskriminasi perbedaan perlakuan
figur bentuk, wujud
3

filial cabang
filter saringan
finis/final akhir
formasi susunan
format ukuran
fragmen penggalan
friksi bagian, pecahan
frustrasi rasa kecewa
harmoni sesuai
indeks petunjuk
infeksi peradangan
informasi keterangan
introduksi pendahuluan
kapitulasi penyerahan
konklusi kesimpulan
konservatif kolot
konsesi izin
kontamninasi pencemaran
kontemporer masa kini, mutakhir
kontradiksi pertentangan
linguistik ilmu bahasa
matematika ilmu hitung
modern maju
narator pencerita
prediksi ramalan
pasien orang sakit
sinopsis ringkasan
sitat kutipan
sitasi pengutipan
urine air seni/kencing

Dari contoh tersebut, biasanya yang dipilih untuk digunakan dalam karangan
ilmiah populer adalah kata-kata populer, bukan kata-kata ilmiah.
Karangan ilmiah populer menggunakan kalimat-kalimat yang mudah
dipahami. Kalimat-kalimat yang demikian adalah kalimat-kalimat yang pen-
dek, bukan yang panjang; yang disusun dengan kata-kata yang tidak berlebihan
atau hemat; yang tidak berbelit; yang tidak rancu; yang disusun dengan bentuk-
bentuk kata yang sejajar atau parallel; yang tidak terpenggal; yang disusun
menurut kaidah tata bahasa; dan yang ditulis sesuai dengan kaidah ejaan resmi
(Effendi, 1992:11-16). Perhatikanlah kalimat-kalimat dalam karangan berikut.
4

PERANAN KONTEKS SITUASI DALAM BERBAHASA

Tri Mastoyo

Harian Berita Nasional, 9 Januari 1988, memuat artikel Bambang


Supriyono yang berjudul “Pertalian Bahasa dan Logika”. Artikel itu
pada prinsipnya menguak kenyataan berbahasa Indonesia dewasa ini.
Dinyatakan oleh penulisnya bahwa sebagian penutur bahasa Indonesia
dalam berbahasa Indonesia bertindak sesuka hati, tanpa memperhatikan
aturan logika serta melanggar kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia. Pertanyaannya ialah aturan logika dan kaidah berbahasa
Indonesia yang manakah yang tidak diperhatikan?
Pertanyaan tersebut muncul karena ketidakjelasan pernyataan
Bambang Supriyono. Apabila yang dimaksud adalah persesuaian an-
tara aturan logika dan kaidah berbahasa Indonesia, hal itu justru me-
nimbulkan persoalan. Dalam berbahasa, orang lebih sering tidak mem-
perhatikan aturan dan kaidah berbahasa. Orang lebih mengutamakan
kemungkinan tuturannya dapat ditangkap dan dipahami oleh orang lain
atau tidak. Jika bisa dipahami oleh orang lain, pastilah tuturan itu akan
tetap merambah, dan bila tidak, tentulah akan menghilang dari per-
edaran.
Adapun bila yang dimaksudkan adalah kelogisan dalam berbahasa,
perlu mendapat penjernihan lebih lanjut. Penjernihan itu penting karena
dalam berbahasa terdapat hal-hal yang meskipun tidak logis, tetapi
dapat terterima. Misalnya kata persilakan dalam tuturan Maka waktu
kami persilakan. Dari segi logika, tuturan itu memang tidk logis, tetapi
karena dapat dipahami dan terterima, toh tetap dipakai. Mengapa
begitu? Karena konteks situasi ikut berpengaruh. Tuturan itu muncul
karena sebelumnya telah ada tuturan lain. Bila tidak, barulah hal itu
dapat dianggap tidak logis. Apalagi, bila dipandang dari segi kaidah
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, bukankah tuturan itu taat kai-
dah? Sebab susunannya telah mematuhi kaidah bahasa Indonesia.
Demikian halnya dengan kata percetakan, disambung, dan jembatan,
misalnya, yang sering ditulis menjadi perceta-kan, dis-ambung, dan je-
mbatan. Penulisan seperti itu memang tidak logis, tetapi karena dapat
dipahami dan tidak taat kaidah persukuan bahasa Indonesia, tetapi dari
segi konteks situasi toh masih dapat dinalar.
Konteks situasi bersangkutan dengan keadaan yang dihadapi
dalam tindak komunikasi (lisan dan tulis). Kehadirannya justru sering
mengalahkan aturan logika dan kaidah struktur bahasa. Keberadaannya
pun akan menenukan kapan aturan logika dan kaidah bahasa itu dipa-
tuhi dan kapan tidak. Hal ini berakibat bahwa pertalian antara logika
5

dan bahasa sebenarnya justru terletak pada peranan konteks situasi itu.
Sekalipun terdapat tuturan yang tidak taat aturan logika dan kaidah ber-
bahasa yang benar, tetapi bila masih bisa dinalar, tuturan itu tetap akan
muncul dalam tindak komunikasi. Anggapan itu kiranya tidak berlebih-
an sebab yang bagaimanakah aturan logika dan kaidah berbahasa yang
baik dan benar itu dan di manakah letak persinggungannya sulit untuk
diraba. Dalam berkomunikasi, orang lebih banyak terpengaruh oleh
konteks situasi daripada atuan dan kaidah berbahasanya. Apakah
kenyataan seperti itu akan dikikis? Wallahu alam bisawab.
(dimuat pada Harian Berita Nasional, 23 Januari 1988:IV)

Jika diamati secara saksama, karangan tersebut mudah dipahami karena disam-
paikan dengan kalimat-kalimat yang tidak berbelit. Pilihan kata dalam kalimat-
kalimat pun tidak menyusahkan pembaca.
Paragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat
yang berhubungan satu sama lain. Dalam karangan populer, paragraf yang
dipilih adalah paragraf yang mudah dimengerti. Paragraf yang demikian adalah
paragraf yang memiliki kesatuan dan paragraf yang pendek, bukan yang pan-
jang (Effendi, 1992:17-18). Contohnya sebagai berikut.

PETANI: PAHLAWAN PEREKONOMIAN NASIONAL

Opik Mahendra SP MSc.


Kepala Seksi Bina Usaha, Dinas Pertanian dan Perkebunan Prov
Jateng.

Pertanian, khususnya pangan, masih bertumpu pada level menengah


kecil. Meski demikian, sektor ini menjadi fondasi yang kuat di bidang
pertanian. Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan
data tentang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal II-2020
tumbuh -5,32 % jika dibandingkan dengan kuartal II-2019 (year on
year/y-o-y), dan tumbuh -4,19 % jika dibandingkan dengan kuartal I-
2020 (quarter on quarter/q-o-q). Di balik angka tersebut, terdapat fakta
yang perlu kita syukuri sekaligus sadari bahwa PDB bidang pertanian
justru melesat mencapai 16,24 % pada triwulan II (q-o-q). Bahkan,
menurut catatan dari y-o-y, hanya pertanian yang tetap tumbuh positif
hingga 2,19 %. Kontribusi sektor pertanian pada kuartal II-2019 hanya
13,57 %, tetapi pada kuartal II-2020 meningkat menjadi 15,46 %.
Pertumbuhan sektor pertanian membuktikan bila sektor pertanian,
terutama petani, dalam masa pandemi merupakan pahlawan perekono-
mian nasional.
6

Ketersediaan Pangan
Kesiapan dan ketersediaan bahan pangan pokok bagi masyarakat juga
perlu dipetakan strategi distribusi logistiknya. Fokus pada peningkatan
produksi pangan dengan stimulus pelaku usaha pertanian, seperti
relaksasi kredit usaha rakyat (KUR) pertanian, serta mempercepat
bantuan sarana dan prasarana serta subsidi pertanian. Subsidi
transportasi pangan dari daerah surplus ke daerah minus juga disiapkan
guna distribusi pangan dapat menjangkau seluruh wilayah.

Keamanan stok pangan merupakan bukti tangguhnya para petani dalam


keadaan kategori bencana nonalam yang tidak bisa diperkirakan,
seperti pandemi Covid-19. Bagi sektor lain, menjalankan protokol work
from home mungkin dijalankan. Namun, di sektor pertanian aktivitas
usaha tani tetap harus berjalan dengan rambu-rambu yang benar work
on field.

Kinerja bidang pertanian di sektor ekspor juga membanggakan. Ekspor


pertanian di April 2020 mencapai USD 0,28 miliar atau tumbuh 12,66
% (y-o-y). Kenaikan ekspor didapat dari empat subsektor unggulan:
perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan.

Upaya lain adalah menggerakkan Pasar-Pasar Tani dan Stasiun Termi-


nal Agrobisnis (STA) yang ada di sentra-sentra komoditas pertanian
dan memperbaiki penyerapan produksi pertanian yang ada. Pemasaran
dan informasi kebutuhan konsumen, khususnya di perkotaan, bisa
terbantu melalui platform pemasaran di sektor jasa distribusi dan
logistik yang tujuannya agar masyarakat dapat mengakses bahan
pangan berkualitas dengan harga terjangkau di tengah menurunnya
daya beli.

Insentif
Insentif bagi petani saat pandemi didorong berupa insentif benih,
peningkatan anggaran guna menyubsidi kebutuhan pupuk, dan asuransi
petani, termasuk pembiayaan atau keringanan kredit bagi petani. Petani
dalam usaha taninya pasti membutuhkan input berupa modal, baik
berupa dana segar maupun sarana produksi, apalagi jika petani
mengalami risiko kerugian dalam proses usaha taninya, termasuk
dalam kondisi social/physical distancing.
7

Aksesibilitas terhadap permodalan juga menjadi permasalahan paling


mendasar yang sering dihadapi petani. Keterbatasan modal juga mem-
buat kuantitas dan kualitas hasil yang didapat petani tidak maksimal.
Permasalahan modal ini juga menjadi penyebab utama banyaknya
petani yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Hanya sekitar 15% petani yang mengakses kredit di bank. Mayoritas


sebesar 52% masih mengandalkan modal sendiri, kerabat, dan lembaga
keuangan nonbank lainnya. Sementara itu, 33% petani lainnya
mengandalkan kredit usaha rakyat (KUR). Menurut Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), pemahaman petani pada produk keuangan yang
tersedia memang masih rendah. Hadirnya Kredit Usaha Tani (KUT)
dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dirasa belum maksimal. Realisasi
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor pertanian 2019 masih
di bawah 7%.
(Dikutip dari harian Kedaulatan Rakyat, 7 September 2020 dengan
perbaikan tata tulis)

D. Jenis-jenis Karangan Ilmiah Populer


Setidak-tidaknya terdapat tiga jenis karangan ilmiah populer, yaitu be-
rita ringan (soft news), feature, dan artikel (Soeseno, 1993). Ketiga karangan
ilmiah populer itu berbeda satu sama lain.

1. Berita Ringan (Soft News)


Berita ringan merupakan karangan ilmiah populer yang paling seder-
hana (Soeseno, 1993:65). Berita ringan ini biasanya ditulis oleh wartawan.
Berita ringan berisi peristiwa, kejadian, atau keadaan masalah-masalah aktual.
Berita ringan disusun dengan menjawab enam pertanyaan, yaitu siapa (who)
(yang terlibat?), apa (what) (yang terjadi?), di mana (where) (terjadinya?),
kapan (when) (terjadinya?), mengapa (why) (sampai begitu?), dan bagaimana
(how) (duduk perkaranya?) (Soeseno, 1993:65). Susunan berita ringan itu
terkenal dengan sebutan 5 W + 1 H. Contohnya sebagai berikut.

MUDAH, BISNIS IMPOR BARANG DARI CHINA

Kini persaingan bisnis impor barang kian ketat, hingga membuat


produk-produk yang dijual harganya murah. Sebagian besar barang ter-
sebut berasal dari negara China.
“Siapa bilang impor barang dari China itu sulit, izinnya rumit, dan
butuh modal besar? Padahal, jika tahu rahasianya, orang bisa dengan
mudah impor barang dari China dengan harga murah,” ungkap Ilham
Idris, panitia penyelenggara seminar “Mudahnya Impor Barang Murah
8

dari China”. Seminar tersebut akan digelar di Hotel Dafam Fortuna


Malioboro, Jalan Dagen No. 60, Yogyakarta pada Rabu (25/3/2015)
pukul 18.15 WIB.
Menurut Ilham, narasumber seminar ialah Mr. Arif Nugroho (gu-
runya importir sekaligus pengusaha sukses yang sudah melahirkan
importir baru). Nantinya, seminar akan mengungkap rahasia impor
barang murah dari China yang tidak butuh modal besar. Bahkan, satu
biji barang pun bisa.
“Nantinya juga diajarkan cara mudah mendapatkan barang murah
dari China tanpa harus ke sana, cara mencari barang yang laku keras di
pasaran dan cara pembayaran ke suplier yang aman, dan lain-lain,” je-
lasnya.
Untuk tiket dapat diperoleh di Toko Buku Gramedia Sudirman
dengan harga Rp150.000,00 bagi 75 pendaftar pertama, selanjutnya ti-
ket jadi Rp250.000,00. Pendaftaran online bisa transfer ke rek. BCA
8160853451 (a.n. Leo Arby). (M-4)-f
(Dikutip dari Kedaulatan Rakyat, 22 Maret 2015:3)

2. Feature (Karangan Khas)


Feature adalah karangan kreatif yang terutama dirancang untuk
memberi informasi sambil menghibur tentang sesuatu kejadian, situasi atau
aspek kehidupan seseorang (Soeseno, 1993:76). Menurut Williamson, feature
menekankan unsur kreativitas (dalam penciptaannya), yang informatif (isi-
nya), menghibur (gaya penulisannya), dan boleh subjektif (penuturannya)
(Soeseno, 1993:76).
Feature merupakan karangan khas yang memiliki sifat kreatif, sub-
jektif, informatif, dan menghibur. Feature bersifat kreatif karena disusun me-
nurut daya kreasi penulis. Feature menonjolkan penulisan berdasarkan sub-
jektivitas penulis. Feature bertujuan memberikan informasi kepada pembaca.
Feature mempunyai fungsi untuk menghibur pembaca.
Feature terdiri atas beberapa jenis, misalnya news feature, feature
pengetahuan, dan human interest feature. News feature berisi penjelasan suatu
berita. Feature pengetahuan berisi informasi tentang suatu pengetahuan.
Human interest feature berisi informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kemanusiaan.
Struktur karangan feature berbeda sekali dengan karangan news. Me-
nurut Soeseno (1993:77-78), “kalau news disusun seperti piramida terbalik
yang hanya terdiri atas lead (teras), tubuh, dan penutup saja, feature disusun
seperti kerucut terbalik yang terdiri atas lead, jembatan di antara lead dan
tubuh, tubuh karangan, dan penutup. Bagian atasnya berupa lapisan lead dan
jembatan yang sama pentingnya, dan bagian tengah berupa tubuh karangan
9

yang makin ke bawah makin kurang kepentingannya.” Berikut disajikan


contoh feature human interest.

PEDAGANG LOUHAN

Ek Febry Abdul Aziz

Saeful (54) biasa di panggil Mang Eep, saat itu sudah tidak bekerja lagi
di salah satu perusahaan yang memproduksi aksesoris motor seperti
pijakan karet untuk kaki. Eep bingung untuk menghidupi keluarganya.
Eep kerap melakukan banyak hal, mulai mengambil botol bekas,
berdagang hinga mencari pekerjaan baru. Namun, semua itu tidak
cukup untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya. Eep juga
berpikir jika harus bekerja lagi dia takutnya akan berakhir sama seperti
di tempat kerjaan yang dulu.

Eep berkunjung ke temannya yang merupakan pengusaha ikan hias.


Eep menceritakan kisah hidupnya yang semakin hari semakin sulit
karena dia sudah tidak lagi bekerja di pabrik yang dulu. Kemudian,
Ma’mun memperlihatkan bisnis usaha ikan hias yang dia miliki kepada
Eep. Ma’mun pun mengajak Eep untuk menjadi penjual ikan hias “Eep
mending kamu ikuti usaha saya saja, nanti saya ajari bagaimana usaha
menjual ikan hias daripada harus kerja mulu”, Ucap Ma’mun. Setelah
bercerita mengenai kisah hidupnya, Eep pun pulang ke rumah dan
memikirkan apa yang diucapkan oleh Ma’mun temannya.

Beberapa bulan setelah pertemuan itu, Eep kerap berpikir mungkin jika
menjadi pengusaha akan lebih enak, memiliki banyak waktu, dan tidak
harus terpikat oleh jam kerja pabrik lagi. Eep kemudian kembali ke
rumah temannya dan ingin belajar bisnis usaha ikan hias tersebut.
Mengawali bisnis ikan pada tahun 2000-an, Eep mendapatkan saran
dari Ma’mun untuk berdagang ikan louhan, awal mulanya Eep ragu
untuk berdagang ikan louhan, namun karena dipaksa oleh temannya
dan saat itu penjualan ikan louhan sedang bumingnya. Eep akhirnya
mempelajari teknik dan budidaya bersama temannya. Ikan yang berasal
dari Taiwan tersebut pernah populer di awal tahhun 2000-an. Banyak-
nya permintaan membuat pedagang senang karena transaksi yang
didapat setiap bulannya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Dengan
penghasilan segitu, Eep bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
dan bisa menyekolahkan anaknya hingga kuliah.

Namun, sayang, penjualan ikan louhan perlahan mulai redup. Masa


10

keemasan ikan louhan di Indonesia hanya sampai di tahun 2005. Harga


ikan louhan pun jatuh ke titik terendah. Eep menjelaskan penyebab
rusak harga ikan louhan di 2005 adalah karena banyak penjual nakal
yang menawarkan bibit ikan louhan palsu yang membuat banyak
penghobi ikan hias merasa kecewa. “Banyak orang yang kecewa ada
saja pedagang menjual louhan yang harga aslinya Rp10 ribuan, tapi
dijual dengan harga Rp100 ribuan, kan orang pada kecewa”, Ucap Eep
dengan nada pelan.

Tidak hanya itu, turunnya penjualan ikan louhan di 2005 juga dise-
babkan adanya tren Aquascape. Aquascape adalah seni yang mengatur
tanaman, air, batu, karang, ikan hias, dan kayu di dalam satu akuarium.
Persoalannya adalah ikan louhan merupakan jenis ikan yang tidak bisa
dicampur dengan beberapa jenis ikan lain atau tanaman di dalam satu
aquarium. Ini yang menyebabkan orang enggan memelihara ikan
louhan. “Mungkin juga orang sekarang lebih milih Aquascape. Satu sisi
karena bagus terus ikan juga bisa beragam, beda kalau louhan
digabungkan sama ikan lain malah bisa dimakan”, imbuhnya.

Anjloknya penjualan ikan louhan di 2005 membuat Mang Eep sedikit


putus asa. Pernah suatu hari, dia berpikir untuk beralih profesi dan
meninggalkan pekerjaannya. Eep sempat hampir putus asa main louhan
karena peminatnya enggak ada. “Cuma akhirnya saya ganti strategi
wah mesti ikannya yang bagus-bagus ini, cari ikan yang kualitasnya ya
enak dilihat. Kalau louhan yang penting dari tampilannya, bukan harga
mahal atau enggaknya. Ya semoga saja harganya enggak merosot
terus", tambahnya.
(Dikutip dari kompasiana.com tanggal 15 Agustus 2020 dengan per-
baikan bahasa dan tata tulis)

3. Artikel (Populer)
Artikel populer merupakan bentuk karangan istimewa yang jauh
berbeda dengan feature (Soeseno, 1993:101). Feature berisi fakta, peristiwa,
dan proses, sedangkan artikel berisi pendapat dan sikap atau pendirian sub-
jektif mengenai masalah yang sedang dibahas (Soeseno, 1993:101).
Artikel populer terdiri atas beberapa jenis, opini dan resensi. Opini
berisi pendapat penulis. Opini tidak mempunyai struktur tertentu; langsung
saja berisi tubuh yang mengemukakan apa masalah yang menjadi pokok ba-
hasan, diikuti langsung pula bagaimana pendapat penulis mengenai masalah
yang dibahas. Karangan opini biasanya pendek, biasanya hanya satu kolom.
Contohnya sebagai berikut.
11

Tri-Pusat Pendidikan Milenial


Ki Prof. Dr. Cahyono Agus

Wabah Covid-19 mengakibatkan bencana kemanusiaan dan kehidupan


yang meluas dan tragis. Pemerintah Indonesia juga menerapkan pem-
batasan sosial berskala besar (PSBB) pada berbagai daerah zona merah
pandemi. Kegiatan bisnis, pendidikan, ibadah, pertunjukan, seni, per-
jalanan, dan olah raga ditangguhkan dan dikerjakan dari rumah (Work
from Home/WfH).

Kehidupan virtual masyarakat 5.0 berbasis teknologi informasi modern


online jarak jauh dipaksa dapat diterapkan saat ini juga. Program
sekolah dari rumah (School from Home/ SfH) juga harus dilaksanakan
seluruh insan pendidikan dari berbagai jenjang di seluruh daerah.
Rumah menjadi pusat peradaban baru saat pandemi Covid-19 dan ma-
syarakat 5.0 yang berbasis teknologi tinggi. Untuk belajar, bekerja dan
beribadah di rumah.

Sangat Terbatas
Konsep Pendidikan 4.0, sebagaimana mengikuti perkembangan
teknologi inovasi 4.0 harus memanfaatkan teknologi canggih. Pen-
didikan dicirikan dengan penggunaan kecerdasan buatan, data terpadu,
jarak jauh, mobile, games, cocok untuk generasi milenial, emas,
futuristik. Namun demikian, hal itu menjadikan impersonal, egosentris,
kurang interaktif, kurang berbudaya, kehilangan empati, kehilangan
nilai sosial kemanusiaan. Namun demikian, fasilitas, infrastruktur, in-
trastruktur, suprastruktur teknologi, maupun jaringan pendukung da-
lam pelaksanaan SfH di Indonesia masih sangat terbatas.

Di kota besar saja masih kurang baik, apalagi di daerah-daerah terpencil


yang sama sekali belum terjangkau. Program SfH jelas sulit diterapkan
secara saksama dan sungguh-sungguh. Pendidikan mestinya bukan ha-
nya tanggung jawab sekolah semata. Ki Hadjar Dewantara (KHD) me-
nerapkan “Tri Pusat Pendidikan” di sekolah, keluarga, dan masyarakat
sekaligus.

Pendidikan formal, nonformal, dan informal perlu dilakukan sepanjang


hayat dan di mana pun secara sinergis dan seimbang. Konsep interna-
sional terkini, Education of Sustainable Development (ESD),
12

dan Sustainable Development Goals (SDGs) sebenarnya telah terciri-


kan dalam ajaran KHD. KHD mengembangkan pendidikan nasional
berbasis budaya lokal sendiri dengan proses akulturasi seni permainan
(Freibel), pancaindera & kemerdekaan (Montessori), wirama (Stiener),
seni musik & tari (Dalcroze) dan seni & alam lingkunan (Tagore).

KHD mendirikan Perguruan Tamansiswa 3 Juli 1922, dinobatkan seba-


gai Bapak Pendidikan Nasional dan hari lahirnya diperingati sebagai
hardiknas. KHD mengembangkan sistem momong, omong, dan nge-
mong berdasarkan pola asah, asih, dan asuh. Kita perlu mengadopsi
kembali konsep ”Trisakti Jiwa” dengan mendidik cipta, rasa, dan karsa
dengan wiraga, wirama, dan wirasa.

Mendidik manusia seutuhnya agar mempunyai karakter unggul, etika,


akhlak mulia dan tanggung jawab individu, serta menghormati hak-hak
orang lain, alam dan diversitas. Mempunyai wawasan yang cerdas,
luas, mendalam dan futuristik untuk berkontribusi nyata pada pemba-
ngunan seutuhnya pada masa sekarang dan mendatang.

Setiap anak mempunyai bakat, kelebihan, dan keunggulan diri spesifik


sendiri, berbeda antaranak dan relatif tidak sama. Menyamaratakan
proses pendidikan dogmatis, matematis, hafalan, dan ujian negara
membuat anak semakin stress, tertekan dan ketakutan.

Falsafah Jawa
Ajaran KHD tercermin dalam konsep Ikigai dari Jepang dan falsafah
Jawa untuk menjadi jalma kang utama. Bahwa pendidikan harus mena-
jamkan potensi anak didik sesuai kodrat alam, kehendak jiwa, bakat,
hobi, talenta, dan merdeka.

Selanjutnya, bisa berkarya di masyarakat sesuai dengan peran dan


fungsinya. “Taman pengetahuan milenial 4.0” bagi anak-anak generasi
milenial maupun Z pada era pandemi dan masa mendatang tampaknya
menjadi media yang sesuai. Belajar, bekerja, dan beribadah secara ber-
sama pada Tri Pusat Pendidikan terpadu secara sinergis dan harmonis.

Restorasi sistem pendidikan milenial harus berakar kuat pada budaya


luhur bangsa sendiri guna mempersiapkan peradaban baru Indonesia
Emas. Juga harus berani mengembangkan konsep out of the box, within
the system. (Dikutip dari harian Kedaulatn Rakyat, 13 Mei 2020)
13

Resensi buku berarti pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan terhadap


buku (yang) baru (terbit). Tujuan resensi buku adalah untuk (a) memperkenal-
kan atau memasyarakatkan buku baru kepada pembaca, (b) memberikan gam-
baran umum tentang isi buku baru, (c) menunjukkan bobot atau nilai (keung-
gulan dan kelemahan) isi dan bahasa buku baru, dan (d) memberikan komen-
tar, kritik, atau koreksi ringan terhadap buku baru.
Paparan dalam resensi buku meliputi bidang atau jenis buku, isi ringkas
buku, dan komentar atau koreksi buku yang diresensi. Pemaparan bidang dan
jenis buku dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang
bidang atau jenis buku yang diresensi: buku fiksi atau nonfiksi, buku pelajaran
atau esai, dan buku atau non. Pemaparan isi ringkas buku menyangkut
gambaran umum isi buku sesuai dengan urutan persoalan yang dikemukakan
dalam buku yang diresensi. Penyampaian komentar atau kritik dimaksudkan
untuk menunjukkan layak tidaknya buku yang diresensi dibaca oleh khalayak.
Resensi buku disusun dengan melewati tiga tahap. Tahap pertama ada-
lah mempersiapkan (misalnya membeli) buku yang akan diresensi. Buku yang
diresensi adalah buku yang relatif baru. Tahap kedua adalah membaca buku
yang akan diresensi secara cermat dan hati-hati sambil menandai bagian-
bagian penting yang dapat dijadikan bahan ringkasan atau komentar. Tahap
ketiga adalah menulis resensi dengan memperhatikan urutan persoalan yang
dipaparkan dalam buku yang diresensi.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan resensi buku adalah bahasa
yang populer, yaitu bahasa yang dikenal oleh masyarakat luas. Berikut disaji-
kan sebuah contoh resensi buku.

KRITIK SASTRA DIMULAI DARI MANA?

Judul buku : Kritik Sastra Sebuah Pengantar


Pengarang : Andre Hardjana
Penerbit : PT Gramedia, Jakarta 1981
Tebal : 91 halaman
Peresensi : Tri Mastoyo

Bagaimanapun juga kritik sastra memegang peranan penting


dalam kesusasteraan. Kritik sastra itu tidak hanya memiliki arti penting
bagi keilmuan sastra dan perkembangan kesusasteraan, tetapi juga ber-
guna bagi masyarakat (publik atau penikmat). Namun, dalam ketiga hal
itu, tugas utama kritik sastra merupakan mediator antara jagat sastra
dan masyarakat penikmat.
14

Sekalipun diakui bahwa munculnya kritik sastra lebih lambat dari-


pada karya sastra, karya sastra diciptakan jauh sebelum orang memikir-
kan apa hakikat sastra dan apa nilai dan makna sastra. Kritik sastra baru
dimulai sesudah orang bertanya apa dan di mana nilai dan makna karya
sastra yang dihadapinya. Karena untuk kepentingan itulah, dibutuhkan
kritik sastra. Buku karya Andre Hardjana inilah yang secara panjang
lebar membahas apa dan bagaimana kritik sastra itu mengejawantahkan
diri.
Sejak awal ditekankan bahwa buku ini merupakan pengantar ten-
tang sejumlah persoalan dalam kritik sastra, ialah mengetengahkan
paparan-paparan sederhana tentang persoalan yang sebenarnya rumit.
Karena itu, masalah yang dibicarakan dalam buku ini pun lebih seder-
hana pula. Namun, sampai batas manakah kesederhanaan itu? Penu-
lisnya berusaha menjelaskan apa yang dimaksud kritik sastra, perannya
dalam perkembangan kultur, dan aspek-aspek yang penting diperhati-
kan dalam pengkajian sastra. Dalam buku ini diperkenalkan pula masa-
lah metode-metode kritik sastra bagi para pemula.
Apakah kritik sastra itu? Bagaimanakah menjadi kritikus yang
baik? Pertanyaan inilah yang menggelitik untuk ingin secepatnya perlu
membaca buku ini. Rupa-rupanya pandangan Andre Hardjana berbeda
dengan para ahli sastra yang lain seperti HB Jassin atau Saleh Saad,
misalnya. Andre Hardjana berpendapat bahwa kritik sastra adalah hasil
usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya
sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan
dalam bentuk tertulis (hal. xi). Dikatakannya pula bahwa kritik sastra
adalah suatu penyelidikan yang langsung berurusan dengan karya sas-
tra. Di samping bernilai atau tidaknya suatu karya sastra, penyelidikan
itu menjernihkan pula segala macam persoalan yang meliputi karya
sastra itu dengan memberikan penafsiran dan uraian (hal. 37).
Ihwal bagaimana menjadi kritikus yang baik, penulis buku ini me-
ngatakan bahwa di samping ketajaman, kejujuran, dan keluasan daya
pikir, seorang kritikus harus tidak buta tentang teori dan sejarah sastra
yang sudah ada. Seorang kritikus yang baik adalah kritikus yang tidak
bertindak sembarangan, tetapi mengindahkan prinsip-prinsip sastra dan
mengindahkan latar belakang yang bisa mempengaruhi jalannya seja-
rah sastra.
Apakah masyarakat sastra? Apa sajakah aspek-aspek kritik sastra?
Apa dan bagaimana pengkajian karya sastra dengan menerapkan me-
tode explication de texte, psikologi, dan sosiologi kritik sastra? Rasa-
nya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu dapat ditemukan dalam
15

buku ini. Di samping itu, buku ini juga membicarakan sejumlah masa-
lah, seperti asal mula dan sejarah kritik sastra, poetika, dan bidang-
bidang kritik sastra.
Buku ini bermanfaat bagi mereka yang ingin menjadi dedengkot di
bidang kritik sastra. Minimal, buku ini dapat berfungsi sebagai penam-
bah khazanah pengetahuan karena di dalamnya juga ditampilkan masa-
lah-masalah baru yang belum dipaparkan di dalam buku-buku kritik
sastra Indonesia yang mendahuluinya.
(Dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, 24 Maret 1983)

DAFTAR RUJUKAN
Dalman. (2015). Penulisan Populer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Effendi, S. 1992. “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karangan
Ilmiah Populer” dalam Majalah Bahasa dan Sastra Tahun IX, No. 2,
hlm. 1-19.
Sarwono, Jonathan. (2010). Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Yogyakarta:
Andi.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah Populer: Kiat Menulis Non-
fiksi untuk Majalah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suhadi. 2001. Memenangkan Lomba Mengarang. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai