Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

EKOLOGI PEMERINTAHAN
“Hubungan Pemerintah Dengan Subsistem Dibawahnya”

NAMA : MARVIN PERSULESSY

NPP : 28.1285

KELAS : D-5

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


MANAJEMEN PEMERINTAHAN
KEUANGAN DAERAH
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ekologi Pemerintahan, terdiri dari dua suku kata, yaitu Ekologi dan
Pemerintahan. Ekologi adalah bagian dari Biologi murni, yang merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari proses keterkaitan hubungan, baik
yang bersifat organisme maupun anorganisme dengan lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Sedangkan Pemerintahan berarti suatu
aktifitas, proses, dan institusi yang terbentuk atas dasar kesepakatan
Warga Negara yang merupakan pencerminan dari harapan, kebutuhan
dan keinginan Warga Negara untuk mewujudkan kehidupan secara tertib,
nyaman dan sejahtera atau lebih sederhananya Pemerintahan merupakan
suatu bentuk dinamis atau kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah (Budi
supryanto,2010).
Dengan melihat definisi kedua kata tadi maka Ekologi
Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia,
lembaga pemerintahan dan lingkungan alam maupun sosial, antara
manusia yang mempunyai sifat-sifat tertentu (komunitas) dan saling
menyesuaikan antara manusia dengan lingkungan sebagai bagian dari
sistem penyelenggaraan pemerintahan dari suatu negara. Secara garis
besar menurut Sadu Wasistiono (2013) Ekologi Pemerintahan merupakan
suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan pemerintahan dalam arti
sempit, yaitu hubungan dari kegiatan yang dilakukan hanya oleh badan
Eksekutif. Hubungan pemerintahan dalam arti luas, yaitu hubungan dari
kegiatan yang dilakukan oleh badan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.
Hubungan pemerintah dengan masyarakat dan interaksi pemerintah
dengan lingkungan alam yang tujuan akhir dari segala aktifitas tersebut
adalah untuk mewujudkan suatu kesejahteraan bagi rakyat.
Sadu Wasistiono dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ekologi
Pemerintahan yang diterbitkan oleh IPDN Press pada tahun 2013
menjelaskan suatu pemerintahan terbentuk merupakan wujud dari usaha
warga negara untuk mengatur kehidupan mereka dan pemerintahan ada
karena adanya suatu kekuasaan dan kewenangan. Dan kekuasaan
(kemampuan untuk mengatur orang lain) serta kewenangan (kekuasaan
yang mendapat legalitas) itu didapatkan dari rakyat yang merupakan
pemilik kedaulatan dari suatu negara. Sebagai pemilik kedaulatan,
tentunya tidak mungkin mereka semua yang mengatur bersama-sama
suatu penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, mereka menyerahkan
kewenangan dan kekusaan untuk mengatur suatu negara kepada
segelintir orang yang mereka percayai dan mempunyai kemampuan
dalam bidang itu.
Akan tetapi, apa yang terjadi di lapangan pemerintah masih belum
bisa mewujudkan atau menciptakan suatu kesejahteraan. Dalam
implementasinya, pemerintah belum bisa untuk mewadahi segala aspirasi
rakyat. Mereka masih bekerja untuk kepentingan sesaat dan hanya
bekerja memperkaya diri mereka sendiri. Pemerintah masih memposisikan
sebagai seorang politikus yang bekerja dalam sudut pandang politik.
Mereka masih bekerja sebagai seorang pemerintah yang mempunyai
kekuasaan dan kewenangan untuk memerintah dan rakyat tak lebih dari
sekedar objek untuk mereka perintah dan mereka paksa untuk melayani
dan menghormati mereka.
Sebenarnya dan seharusnya pemerintah menyadari bahwa
kekuasaan dan kewenangan yang mereka miliki adalah pemberian dari
rakyat sehingga kekuasaan dan kewenangan itu harus digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rakyat. Pada hakikatnya, rakyat membayar orang-
orang dalam pemerintahan untuk bekerja melayani mereka selayaknya
seorang budak bekerja pada Tuannya, melayani apapun yang menjadi
kebutuhan masyarakat. Ini lah konsekuensi dari seorang Pemerintah,
seorang Pegawai Negeri Sipil dan semua yang secara jelas dan nyata
dibayar oleh uang rakyat.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat


dirumuskan masalah yaitu apa saja faktor ekologi yang mempengaruhi
penyelengaraan pemerintahan nasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 EKOLOGI
Definisi ekologi menurut Otto Spemarwoto dalam Sadu Wasistiono
(2013:11) “ilmu tentang hubungan timbal balik mahkluk hidup dengan
lingkungan hidupnya disebut ekologi. Oleh karena itu permasalahan
lingkungan hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi”. Ernst
Haeckel seperti yang dikutip Esbjorn-Hargens dalam Sadu Wasistiono
(2013:10) mengatakan “by ecology we mean the body of knowledge
concerning the economy of nature—the investigation of the total relations
of the animal both to its inorganic and to its organic environment; including
above all, its friendly and inimical relations with those animals and plants
with which it comes directly or indirectly into contact-in a word ecology is
the study of all those complex interrelations referred to by Darwin as the
conditions of the struggle for existence”.
Berdasarkan pejelasan di atas dapat diperoleh pemahaman bahwa
ekologi adalah bengunan yang memberi perhatian pada sifat dasar
ekonomi yang menyangkut penyelidikan keseluruhan hubunggan antara
“binatang” dengan lingkungan organik dan anorganiknya, termasuk
hubungan yang erat antara binatang-binantang dengan tumbuhan yang
berkaitan secara langsung maupun tidak langsung di dalam sebuah dunia.
Ekologi yang dimaksudkan di atas adalah pengertian secara biologiyang
selama ini dimengerti oleh para peneliti. Sedangkan pengertian
daripemerintahan adalah sebuah organisme hidup yang lahir, mati,
berkembangdan dapat mati serta dapat dibentuk (Sadu Wasistiono,
2013:12). Sehingga saya mempersempit dari pengertian-pengertian diatas
bahwa ekologi adalah suatu hal yang dapat membuat suatu keterkaitan
atau berhubungan antara satu dengan yang lainnya dimana dalam
konteks pemerintahan itu sendiri dapat dikatakan bahwa hubungan antara
pemerintah dengan lingkungannya baik internal amupun eksternalnya.
2.2 PEMERINTAHAN

Ndraha (2003:7) mendefinisikan ilmu pemerintahan sebagai “ilmu


pemerintahan sebagai ilmu yang mempelajari begaimana memenuhi dan
melindungi kebutuhan dan tuntutan tiap orang akan jasa publik dan
layanan civil, dalam hubungan pemerintahan, (sehingga dapat diterima)
pada saat dibutuhkan oleh yang bersangkutan”. Wasistiono (2013:13)
mendefinisikan ilmu pemerintahan sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan antara lembaga tertinggi dan tinggi negara dengan
masyarakatnya dalam rangka menjalankan kewenangan untuk melayani
publik. Menurut C.F. Stong dalam Ndraha (2003:8) menjelaskan
pemerintahan dalam arti luas sebagai aktivitas badan-badan publik yang
terdiri dari kegiatan-kegiatan eksekutif, legislatif dan yuridis dalam upaya
mencapai tujuan sebuah negara. Dalam arti yang sempit, beliau
mengungkapkan bahwa pemerintahan merupakan segala bentuk kegiatan
badan publik dan hanya terdiri dari badan eksekutif.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 LINGKUNGAN INTERNAL


3.1.1 Visi dan Misi Organisasi
Setiap organisasi bisnis maupun pemerintah perlu memiliki visi
jangka panjang (long-term vision), vidi jangka menengah (mid-term vision)
dan visi jangka pendek (short-term vizion). Di sektor pemerintah, visi
jangka panjang tertuang dalam rencana pembangunan jangka penjang
dengan dimensi waktunya disepakati oleh para elit bangsa dan dituangkan
dalam peraturan perundang – undangan.
Visi dan misi organisasi dalam ekologi pemerintahan dipengaruhi
oleh dimensi waktu, dimenrsi ruang, dan konteks. Maksudnya visi dan misi
organisasi pemerintah dibuat untuk kurun waktu tertentu dan apabila
sudah tercapai akan ditinggalkan, utnuk kemudian dibaut visi – misi baru
yang lebih menantang. Berkaitan dengan itu ada singkatan SMART yang
digunakan untuk menggambarkan visi dan misi yang baik, yakni specific,
measurable, achievable, realistic dan timely (Sadu Wasitiono, 2013:58).
1. Dimensi waktu. Salah satu ciri visi dan misi yang baik adalah
terikat pada waktu. Dapat dinyatakan secara eksplisit maupun
secara implisit. Visi dan misi organisasi yang telah tercapai
akan ditinggalkan dan digantikan dengan visi dan misi yang
baru yang lebih menantang.
2. Dimensi Ruang. Dimensi ini menggambarkan bahwa visi dan
misi organisasi pemerintah berlaku untuk wilayah administratif
tertentu. Misalkan ada visi dan misi organisasi pemerintah
nasional dan adapula visi dan misi organisasi pemerintah
subnasional. Dimana visi dan misi organisasi dalam ruang yang
lebih besar harus menjadi rujukan bagi organisasi dibawahnya
(disebut pendekan atas kebawah top down approach).
Sedangkan Dimana visi dan misi organisasi dalam ruang yang
lebih rendah menjadi bahan pertimbangan bagi organisasi yang
lebih tinggi (disebut pendekatan bawah ke atas bottom up
approach).
3. Dimensi Konteks. Dalam dimensi ini sebuah visi dan misi
organisasi dibedakan baik dalam konteks perencanaan
pembangunan,konteks keunggulan wilayah, dalam visi dan misi
pemerintahan,pencalonan kepala daerah maupun kepala
daerah yang sudah terpilih dan lain sebagainya.

3.1.2 Budaya Organisasi


Sadu Wasistiono (2013:64) mengemukakan budaya organisasi
adalah faktor yang menentukan karakteristik suatu organisasi. Kajian
budaya organisasi memiliki nilai signifikan dalam meneliti kinerja sebuah
organisasi. Kajian budaya organisasi menunjukkan bagaimana suatu
budaya berkembang di dalam organisasi, terinternalisasi di dalam perilaku
para anggota organisasi, dan memiliki hubungan dengan kinerja
keseluruhan organisasi termaksud. Budaya organisasi satu dengan
organisasi lain relatif berbeda, bergantung pada karakteristik organisasi
perusahaan. Dalam hal ini, organisasi profit memiliki perbedaan budaya
dengan organisasi non profit atau, organisasi pemerintah berbeda
budayanya dengan organisasi swasta.

3.1.3 Pemerintahan Bayangan


Dalam setiap organisasi formal akan selalu diikuti adanya
organisasi informal. Posisi pemerintahan bayangan dalam ekologi
pemerintahan ditempatkan pada faktor internal ataupn faktor
eksternal,tergantung komposisi dan peran yang dimainkan oleh
pemerintah bayangan tersebut. Apabila komposisinya diisi oleh orang-
orang dalam pemerintahan resmi yang mencari jalan terobosan yang
cenderung melanggar aturan, maka pemerintah bayangan ini
dikelompokkan kedala faktor internal. Sebaliknya jika komposisi dan
perannya diisi oleh orang luar maka dapat dikategorikan sebagi faktor
eksternal .
Pemerintah bayangan sering sekali dikaitkan dengan jarigan mafia
karena punya tujuan yang sama yakni mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya, dengan modal sekecil-kecilnya tanpa terjerat oleh
hukum.Pemerintah bayangan inilah yang menentukan siapa yang
direkomendasikan menjadi meneteri dan perusahaan manakah yang akan
menggarap proyek raksasa. Dalam kebijakan pengelolaan anggaran
negara, dalam hal untuk menambah anggaran suatu kegiatan,
kementerian/lembaga tingkat nasional harus berbicara dengan komisi-
komisi di DPR-RI,bukan dengan Ketua BAPPENAS atau Menteri
Keuangan, padahal pada saat yang sama DPR-RI mempunyai fungsi
pengawasan,termasuk pengawasan penggunaan APBN. Bagaimana
mungkin mengawasi dengan baik apabila “wasit ikut dalam permainan”.

3.1.4 Hubungan Pemerintah Dengan Subsistemnya


Dilihat secara hierarkis sistem pemerintahan Indonesia terdiri dari
(Sadu Wasistiono, 2013:80) :
1. Suprasistem (pemerintahan nasional), pemerintah nasional dalam
arti luas, yang terdiri dari lembaga tinggi negara dan lembaga
negara lainnya.
2. Sistem (pemerintah provinsi)
3. Subsistem (pemerintah kabupaten / kota)
4. Sub-subsistem(pemerintahan desa).
Hubungan pemerintahan nasional dengan pemerintahan subasional
tergantung pada tiga hal (Sadu Wasistiono,2013:80)
1. Bentuk negara;
2. Sistem politik;
3. Sistem pemerintahannya.
3.2 LINGKUNGAN EKSTERNAL
3.2.1 Ideologi dan Politik
Dalam awal terbentuknya pemerintahan , faktor yang terpenting
adalah adanya ideologi dan politik , karena kedua hal tersebut yang akan
menentukan bentuk negara,sistem politik,serta hubungan antara negara
dan pemerintah dengan rakyatnya. Salah satu contoh pentingnya Ideologi
suatu bangsa adalah bubarnya Uni Soviet sebagai pertanda kalahnya
ideologi sosisalisme. Selain itu untuk memperkuat posisi menghadapi
persaingan diberbagai bidang, negara-negara di Eropa Barat membentuk
Uni Eropa. Munculnya kekuatan ekonomi baru yakni China juga
menunjukkan eksistensi perkembangan ideologi yang sangat pesat. China
menganut politik jalan tengah dengan mengawinkan antara sosialisme
dan kapitalisme liberal dalam bentuk ideologi martket sosialism,diikuti
dengan sistem ekonomi socialist market economy yang cebderung
menggunakan sistem pemerintahan yang sentralistik. Apabila bangsa
Indonesia meninggalkan Pancasila sebagai ideologi berbangasa dan
bernegara, niscaya akan ada upaya dari berbagai pihak unutk
menggantikannya dengan idelogi lain, baik kapitalisme maupun Islam
sebagai ideologi serta antara negara barat dengan China. Hal tersebut
akan membuat Indonesia menjadi medan pertempuran ideologi, yang
apabila tdak diantisipasi secara cerdas tidak menutup kemungkinan
Indonesia akan menjadi Timut Tengah jilid kedua (Sadu Wasistiono,
2013:92).

3.2.2 Ekonomi
Sadu Wasistiono (2013:104) Pada sistem pemerintahan yang
berideologi sosialisme, kegiatan ekonomi bangsa dikendalikan oleh
pemerintah. Pada sektor swasta relatif terbatas. Birokrasi negara
memegang peran penting dalam mengatur jalannya ekonomi bangsa.
Model ini memiliki keunggulan apabila dikendalikan oleh pimpinan
pemerintahan yang jujur dan memiliki integritas jika sebaliknya akan
menyebabkan pemerintahan yang otoriter dan berpotensi besar untuk
korupsi.

3.2.3 Sosial dan Budaya


Sistem pemerintahan daerah a dan sistem pemerintahan daerah b
sedikit banyak memiliki budaya pemerintahan yang berbeda. Mulai dari
cara berpakaian,cara berbahasa,maupun cara menjalankan
pemerintahan. Pandangan Nasabitt dalam menghadapi era globalisasi
langkah strategis yang perlu dilakukan adalah dengan membangkitkan
kekuata budaya lokal untuk dapat berkiprah dikancah global. Faktor sosial
dan budaya perlu diperhatikan oleh para aktor penyelenggara
pemerintahan. Sebab pabila salah memahami kondisi sosial budaya
masyarakat dimana mereka bekerja melayani publik,justru akan timbul
masalah (Sadu Wasistiono, 2013:111).

3.2.4 Agama
Sadu Wasistiono (2013:114), bangsa Indonesia yang dikenal
religius, faktor agam memegang pern penting dalam kehidupan
masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
pada sistem pemerintahan. Ada agama yang memeluk agamanya sangat
taat, bahkan mengarah ke sikap fanatisme sempit, adapula yang moderat,
adapula yang sangat longgar. Ada agamatertentu yang memberi warna
sangat kental pada tata kelola pemerintahan, adapula yang sekedar
formalitas.

3.2.5 Pertahanan dan Keamanan


Salah satu fungsi utama pemerintah negara adalah menjaga
kedaulatan bangsa terhadap serangan musuh dari luar dan menjaga
keamanan. Maka dari itu memang sudah seharusnya secara mutlak
urusan pertahanan dan keamanan dikuasai oleh pemerintah pusat.
Pembentukan daerah otonom baru, pemilihan Ibukota pusat
pemerintahan, ataupun pengembangan wilayah perbatasan negara
memperhitungkan aspek pertahanan. Dan dalam mewujudkan hal
tersebut dibutuhkan sebuah mekanisme koordinasi yang tertampung
dalam Forum Komunikasi Pimpinan Daerah(Forkompida) yang
menggambar pentingnya faktor pertahanan dalam proses pemerintahan
(Sadu Wasistiono, 2013:116).

3.2.6 Teknologi Informatika dan Komunikasi


Sadu Wasistiono (2013:118) mengatakan revolusi teknologi informatika
dan komunikasi telah mendorong lahirnya pemerintahan yang terbuka
dengan ciri utama penggunaan teknologi informatika dan komunikasi
untuk menjalankan sebagian kegiatan pemerintahan, sehingga terbangun
e-goverment (e-govt). Obama berpandangan bahwa dengan paradigma
pemerintahan yang terbuka akan memperkuat demokrasi,mendorong
efisiensi, dan efektivitas pemerintahan.

3.3 LINGKUNGAN FISIK


3.3.1 Letak Geografis
Indonesa merupakan negara kepulauan terbesar didunia. Sebagai
negara kepulauan terbesar Indonesia memiliki kekuatan maupun
kelemahan yang berbeda dengan negara daratan, sehingga perlu dikelola
dengan cara-cara yang spesifik. Karakteristik geografis Indonesia
memang berbeda dengan negara daratan pada umumnya, maka perlu
para peneyelenggara pemerintahannya perlu memahami dalam
menjalankan tata kelolanya. Selama ini bangsa Indonesia lupa
memelihara beranda depan rumah, sehingga terbengkalai dan mudah
dimasuki orang lain.
Dilihat dari letak geografisnya, Indonesia berada pada posisi yang
sangat strategis yaitu berada di antara dua benua (Asia dan Australia)
serta berada dipersimpangan lalu lintas laut skala internasional antara
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letak yang strategis tersebut
seharusnya menjadi peluang bagi bangsa Indonesia menjadi sebuah
negara terkemuka di dunia. Apalagi menurut Son Daiamar dalam Sadu
Wasistiono (2013:128) 90% perdagangan internasional diangkut melalui
laut. Dan dari jmlah tersebut, 40% nya diangkut melewati wilayah
Indonesia. Banyak paradoks yang terjadi akibat salah urus negara karena
sebagian penyelenggara negaranya masih merupakan bagian dari “rent-
seeking government”. Sakah satu paradoks yang muncul adalah
Indonesia menjadi pengimpor beras padahal merupakan negara agraris
dengan penduduk nomor ke – 4 dunia serta memiliki lahan yang luas dan
subur (1.904.569 km2 atau peringkat ke 15 di dunia). Padahal dulu
Indonesia pernah mengalami masa swasembada pangan, karena
pemerintahanya berpihak pada petani. Kalau sekarang pemerintah hanya
berpihak pada pedagang dan pengusaha yang hanya mencari untung.
Paradoks lainnya adalah Indonesia sebagai negara kepulauan
(archipelago state) terbesar di dunia memiliki pantai nomor 2 terpanjajng
di dunia masih menjadi pengimpor garam dan ikan asin. Padahal pada
zaman Hindia Belanda, negeri nusantara pernah menjadi pengekspor
garam terbesar di dunia (Sadu Wasistiono, 2013:129).

3.3.2 Bentuk dan Kondisi Geografis


Sadu Wasistiono (2013:132) mengatakan pola penerapan
kebijakan di Indonesia adalah dengan “one-fit for all” yang serba seragam.
Padahal melihat bentuk negara Indonesia, tentunya pengelolaan wilayah
daerah pedalaman maupun kepulauan berbeda dengan mengelola daerah
perkotaan dataupun daratan. Hal ini terjadi karena para penyelenggara
negara kurang paham mngenai ekologi pemerintahan, karena dengan
ekologi yang berbeda maka diperlukan pola dan model pemeritahan yang
berbeda pula. Tuntutan dari tujuh provinsi kepulauan yang menghendaki
adanya unddng – undang khusus daerah kepulauan merupakan hal yang
wajar, kerana mengelola daerah kepulauan memang lebih mahak
dibandingakan dengan mengelola dearah daerah daratan.
3.4 Lingkungan Nonfisik
Lingkungan non fisik berupa filosofi, norma, tata nilai yang secara
nyata memberi warna dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam
konteks kehidupan berbangsa, bernegara, berpemerintahan, sudah ada
filosofi yang disepakati bersama yakni Pancasila. Indonesia dihuni ole
banyak sekali suku bangsa dengan kebudayaan msing-masing.
Bersatunya suku bangsa yang bervariasi tersebut tidak lepas dari jasa
Kerajaan Majapahit yang dalam masa kejayaannya menaklukkan
kerajaan-kerajaan kecil melalu cara persuasif. Model pendekatan ini juga
diteruskan oleh Soekarno, sehingga dia dapat diterima oleh seluruh rakyat
Indonesia sampai ke pelosok negeri (Sadu Wasistiono, 2013:137-138).
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Faktor internal dan eksternal ekologi pemerintahan sangat besar
dampaknya terhadap keberangsungan sistem pemerintahan Indonesia.
Faktor internal berupa visi mis, budaya organisasi, pemerintahan
bayangan, dan hubungan dengan subsistem dan sub-subsistem lainnya.
Beberapa faktor internal diatas mempengaruhi sistem pemerintahan dari
dalam organissi pemerintahan. Untuk faktor internal, penanaman nilai-nlai
bagi anggota organisasi sangat perlu. Nilai-nilai dasar seerti prinsip harus
dipertegas. Karena pada umumnya faktor internal ini banyak
mempengaruhi anggota organisasi pemerintahan sehingga tujuan
bersama organisasi sulit untuk tercapai.
Faktor eksternal ekologi pemerintahan terdiri dari ideologi dan
politik, ekonomi, sosial budaya, agama, pertahanan dan keamanan,
teknologi informatika dan komunikasi. Berbagai faktor tersebut harus
saling membenahi agar sistem keseluruhan berjalan dengan baik, karena
secara tidak langsung faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi juga
satu sala lain, bukan hanya mempengaruhi sistem pemerintahan.
Pemerintah sebagai pemegang kontrol harus mampu menjaga stabilitas
pemerintahan dengan baik agar mampu mengontrol sektor lain agar tdak
melenceng dari tujuan negara.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pemerintahan merupakakn suatu organisasi dan sebuah sistem yang tidak
terlepas dari pengaruh lingkungan, baik itu yang beresal dari dalam
organisasi (internal) maupun dari luar organisasi itu (eksternal).
Lingkungan tersebut juga dapat dikelompokan menjadi lingkungan fisik
dan lingkungan nonfisik
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Wasistiono, Sadu. 2013. Pengantar Ekologi Pemerintahan Edisi


Revisi. Jatinangor: IPDN Press.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid


1. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Supryanto, Budi. 2010. Ilmu Ekologi Pemerintahan. Surabaya: CV


Media Brilian.

B. SUMBER LAIN

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/9-pengertian-
pemerintahan-menurut-para-ahli-lengkap.html

https://www.academia.edu/11202264/ekologi_pemerintahan

http://irfanlanggo.blogspot.co.id/2011/09/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none_5388.html

Anda mungkin juga menyukai