Anda di halaman 1dari 1

Anemia, Bukan Hanya Sekedar Defisiensi Besi

Profesor Bramantono selaku pemateri C-Peptide 2019 menyatakan bahwa, “Saat ini dokter yang
memadukan antara high-tech dan high-touch sangatlah langka. Kebanyakan mereka hanya unggul dalam
satu bagian saja.” Oleh karena itu, beliau berharap dokter-dokter generasi selanjutnya lebih memikirkan
akan hal ini.

Pada symposium ini, beliau memaparkan bagaimana cara membaca flow-cytometry dengan baik
dan benar. HGB, HCT dan RBC yang turun menandakan morfologi dan patofisiologi darah yang abnormal.
Setelah itu, dilanjutkanlah dengan mengamati MCV, MCH, WBC, neutrofil, monosit, limfosit dan LUC-nya.
Apakah normal atau cenderung menurun. Setelah itu, kadar platelet juga diamati di akhir penilaian.

Sahli merupakan metode tradisional untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah
seseorang. Metode terbaru menggunakan FCM (flow-cytometry). Seseorang dikatakan anemia apabila
HGB, HCT dan RBC menurun. Setelah itu, untuk menentukan jenis anemia, diamatilah MCV dan MCH-
nya. Apabila rendah maka termasuk hipokromik mikrositik, apabila normal maka termasuk normokromik
normositik, dan apabila tinggi maka termasuk hiperkromik makrositik.

Selain itu, bisa dilihat pula berdasarkan SI nya. Apabila SI rendah, namun TIBC tinggi, saturasi
<16 % dan kadar ferritinnya rendah maka termasuk anemia defisiensi besi. Apabila inclusion body-nya
positif, profil besi normal, HB Barts / HBH pada HPLC merupakan thallasemia alfa. Sedangkan, apabila
profil besi normal, HbA2 / HbE pada HPLC merupakan thallasemia beta.

Pada anemia hipokromik mikrositik seperti anemia defisiensi besi, sering terjadi pada pasien
dengan perdarahan kronis, seperti : hemoroid dan kanker usus besar pada pria, dan menometroragia
(myoma uteri) pada wanita. Sedangkan pada thallasemia, gold standar yang dipakai yakni analisis DNA.

Pada anemia normokromik normositer; HGB, HCT dan RBC rendah namun MCV dan MCH yang
diamati akan normal. Apabila retikulosit rendah, kemungkinan terjadi anemia karena kegagalan sumsum
tulang (ACD, anemia aplastik, leukemia/kanker) sedangkan apabila retikulositnya tinggi kemungkinan
terjadi anemia hemolitik (AIHA) atau perdarahan akut.

Pada anemia makrositer, penyakit yang mungkin terjadi ialah : MDS (BMA, IMT), paska
kemoterapi, defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12. Anemia yang banyak dijumpai di masyarakat
yakni anemia kekurangan besi (AKB), anemia akibat penyakit kronis (ACD), anemia hemolitik autoimun
(AIHA), hemoglobinopati dan thallasemia.

Pendekatan diagnosis anemia berdasarkan morfologi atau pendekatan empirik dengan panel
anemia yang terdiri dari DL, HDT, Bilirubin direk indirek, retikulosit, profil besi, HPLC dan tes Coomb’s.

Anda mungkin juga menyukai