Anda di halaman 1dari 28

Haematology Booklet

Peran Pemeriksaan Hematologi


dalam Tatalaksana Penyakit

www.sysmex.co.id
Sysmex Haematology Solution

XN-450 XN-350 XN-330

pocH-100i
XP-100
XN-550

XN-3000 + DI-60 XN-2000 XN-1000


XN-1500

Anemia Defisiensi Besi 1

Talasemia 5

Daftar Isi Demam Berdarah Dengue 9

Malaria 15

COVID-19 19
Anemia
Defisiensi Besi

1
Pendahuluan
Anemia defisiensi besi merupakan kondisi di mana tubuh kekurangan zat besi yang dibu-
tuhkan untuk proses hematopoiesis sehingga tubuh mengalami penurunan jumlah sel
darah merah dan hemoglobin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mengangkut
oksigen keseluruh jaringan.1

Anemia defisiensi besi dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu2 :

Kekurangan zat besi


Deplesi besi Anemia defisiensi besi
eritropoiesis

- Cadangan zat besi - -


menurun ada - Ketersediaan zat besi untuk eritro-
- Ketersediaan zat besi - Ketersediaan zat besi poiesis terganggu, sudah tampak
untuk eritropoiesis untuk eritropoiesis ter- gejala klinis anemia
belum terganggu ganggu -
- Belum menunjukkan hasil perubahan morfologi sel darah merah
klinis anemia pada peme-
eriksaan di Laboratorium

Epidemiologi dan Kondisi di Indonesia

Kasus anemia banyak ditemukan pada remaja perempuan di Indonesia, dengan prevalensi
mencapai 48.9% menurut Riskesdas 2018, meningkat 11.8% bila dibandingkan dengan
Riskesdas 2013.3 Masalah gizi mikronutrien menjadi penyebab anemia yang sebagian besar
diakibatkan oleh kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi).4 Kondisi tersebut harus men-
jadi perhatian bersama bahwa kesehatan remaja sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan, terutama dalam upaya mencetak kualitas generasi penerus
bangsa di masa depan.3

Prevalensi anemia pada ibu hamil diketahui mencapai 50.5%. Lebih lanjut, anemia dan
kurang energi kronis (KEK) menjadi penyebab utama pendarahan dan akan berdampak
pada janin yang berada dalam kandungan serta dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah
(BBLR) kurang dari 2,5 Kg atau panjang badan kurang dari 48 cm.3,5

2
Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan6:
1. Anamnesis untuk mencari faktor predisposisi dan etiologi.
2. Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan adanya gejala pucat menahun tanpa
disertai adanya hepatomegali dan splenomegali.

3. Pemeriksaan darah rutin, seperti: hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, dan


pemeriksaan indeks eritrosit: juga retikulosit, saturasi morfologi darah tepi, dan
pemeriksaan status besi, meliputi: serum besi, total iron-binding capacity (TIBC),
transferin, free erythrocyte protoporphyrin (FEP), dan serum ferritin.

Pada anemia defisiensi besi nilai indeks eritrosit seperti mean corpuscular volume
(MCV) dan mean corpuscular hemoglobin (MCH) akan menurun, sedangkan mean
corpuscular hemoglobin concentration (MCHC) dapat menurun pada keadaan berat,
sedangkan red blood cell distribution width (RDW) akan meningkat. Pada gambaran
morfologi darah tepi dapat ditemukan sel mikrositik hipokrom dan sel pensil.

Apabila kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah nilai normal berikut, maka
menunjukkan indikasi anemia7:

Hemoglobin Hematokrit
Klasifikasi
(g/l) (mmol/l) (l/l)
Umur 6 - 59 bulan 110 6.83 0.33
Umur 5 - 11 tahun 115 7.13 0.34
Umur 12 - 14 tahun 120 7.45 0.36
Umur > 15 tahun dan wanita dak hamil 120 7.45 0.36
Umur > 15 dan wanita hamil 110 6.83 0.33
Umur > 15 dan laki-laki 130 8.07 0.39

3
Pemeriksaan Hematologi Sysmex dan Makna Klinis

Pemeriksaan darah rutin menjadi pilihan dokter sebagai pemeriksaan penunjang


dalam menegakkan diagnosis anemia. Pemeriksaan darah rutin dengan parameter
hematologi yang lengkap dapat dilakukan dengan alat hematologi otomatis Sysmex
dan telah tersedia di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Sysmex XP-100

Sysmex pocH-100i

Pada anemia defisiensi besi, parameter hematologi


berikut biasanya menunjukkan nilai yang tidak normal :

1. Eritrosit, Hemoglobin akan menurun.


2. Hematokrit akan menurun.
3. Indeks eritrosit MCV, MCH akan menurun, MCHC
akan menurun pada keadaan berat.
4. RDW-SD/ RDW-CV akan meningkat.
Parameter RDW-SD/ RDW-CV dan MCV dapat mem-
bantu dalam menetapkan kriteria untuk penapisan
anemia defisiensi besi dan beta talasemia.

Referensi
1. Lembar S, Then Z, Kurniawan W, Bororing SR. Hematologi. Jakarta: WIMI; 2011
2. Kartamihardja E. Anemia defisiensi besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Wijaya Kusuma. 2012;2(3)
3. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Pesan untuk remaja putri Indonesia: cantik itu sehat, bukan kurus. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 22 Nov 2018 [Dikutip pada 04 Mei 2020]. Tersedia pada: https://www.kemkes.go.id/arti
cle/view/18112300003/pesan-untuk-remaja-putri-indonesia-cantik-itu-sehat-bukan-kurus.html.
4. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Kenali Masalah Gizi yang Ancam Remaja Indonesia. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 15 Mei 2018 [Dikutip pada 04 Mei 2020]. Tersedia pada: https://www.kemkes.go.id/arti
cle/view/18051600005/kenali-masalah-gizi-yang-ancam-remaja-indonesia.html.
5. Anggraini DD, Purnomo W, Trijanto B. Interaksi ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan pengaruhnya terhadap kepatuhan ibu
hamil mengonsumsi tablet besi (Fe) dan anemia di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. 2018;21(2):82-89
6. Amalia A, Tjiptaningrum A. Diagnosis dan tatalaksana anemia defisiensi besi. Majority. 2016;5:166.
7. World health Organization. 2001. Iron Deficiency Anaemia Assessment, Prevention, and Control
A guide for programme managers. www.who.int/nutrition/publications/en/ida_assessment_prevention_control.pdf
4
Talasemia

5
Pendahuluan
Talasemia merupakan penyakit keturunan akibat kelainan sel darah merah yang banyak ditemu-
kan di Indonesia. Angka pembawa sifat talasemia-β berkisar 3-5%, bahkan di beberapa daerah
mendekati angka 10%.1,2 Setiap tahun ± 2.500 bayi lahir dengan talasemia mayor dan butuh
transfusi darah secara rutin seumur hidup.2

Berdasarkan klasifikasi klinis, talasemia dapat dibagi menjadi 1:


1. Talasemia mayor, yang memerlukan transfusi darah secara rutin
seumur hidup.
2. Talasemia intermedia, yang memerlukan transfusi darah, tetapi
tidak rutin.
3. Talasemia minor atau pembawa sifat, yang secara klinis tampak
sehat sama dengan orang normal, tidak bergejala dan tidak
butuh transfusi darah.

Epidemiologi dan Kondisi di Indonesia

6
Diagnosis Talasemia
Alur diagnosis talasemia6:

Alat hematologi

Level 1

Alat elektroforesis
hemoglobin

Level 2

Level 3 Alat sekuensing DNA

Pemeriksaan talasemia di fasilitas kesehatan6:

Puskesmas - Level dasar


Skrining anemia mikrositik hipokrom
Pemeriksaan darah rutin (Hb, MCV, MCH,
MCHC, RDW, morfologi darah tepi)
RS Kabupaten/ Kota - Level satu
Skrining anemia mikrositik hipokrom
Pemeriksaan darah rutin (Hb, MCV, MCH,
MCHC, RDW, morfologi darah tepi),
RS Provinsi - Level dua
Skrining anemia mikrositik hipokrom dan talasemia
Pemeriksaan darah rutin (Hb, MCV, MCH, MCHC, RDW,
morfologi darah tepi), ferritin, dan Hb typing
RS Rujukan Nasional/ Lab. Rujukan Nasional -
Level tiga/ level empat
Skrining anemia mikrositik hipokrom, talasemia,
dan diagnosis prenatal analisa DNA
Pemeriksaan darah rutin, morfologi darah tepi, 7
ferritin Hb typing, dan analisa DNA
Pemeriksaan Hematologi Sysmex dan Makna Klinis
Deteksi dini merupakan pilihan terbaik dalam menekan kasus talasemia.
Penapisan dini dapat dilakukan pada1:

1. Keluarga penyandang talasemia 3. Pasangan yang akan menikah


2. Masyarakat dan siswa sekolah 4. Ibu hamil (diagnosis pranatal)

Alat hematologi 3-part DIFF, Sysmex pocH-100i dan


XP-Series dapat digunakan untuk melakukan
penapisan dini talasemia di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP). Parameter Hb, MCV, Sysmex XP-100

MCH, MCHC, dan RDW yang dilaporkan oleh alat


dapat digunakan untuk membedakan kondisi
pasien anemia karena defisiensi zat besi atau
dugaan talasemia.1,6

Sysmex pocH-100i

Alat hematology 6-part DIFF, Sysmex XN-L


Series dan XN-Series selain dapat melaporkan
XN-450 XN-350
XN-550 parameter Hb, MCV, MCH, MCHC, RDW, juga
dapat melaporkan parameter IRF, %MicroR,
%Hypo-He, Delta-He yang dapat digunakan
untuk membedakan anemia defisiensi besi
XN-3000 + DI-60
dengan talasemia. Selain itu parameter Ret-He
XN-2000
juga dapat digunakan untuk memantau dan
XN-1500
mengetahui profil zat besi pasien talasemia
sebelum melakukan transfusi darah.7

Referensi
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/1/2018 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Thalasemia
2. Harvina S, Husna CA. Karakteristik pasien thalasemia mayor di BLUD RSUD Cut Meutia Aceh Utara tahun 2018. Averrous.
2018;4(2):1
3. Hematology Oncology Working Group. Data jumlah pasien thalasemia di Indonesia. Dipresentasikan pada: Seminar Orientasi
Penguatan Kapasitas SDM Petugas Kesehatan di Puskesmas dalam Mengatasi Kasus Thalasemia; 2019 Nov 05; Jakarta, Indonesia.
4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Beban biaya katastropik di Indonesia. Dipresentasikan pada: Seminar Strategi Pencegahan
dan Pengendalian Thalasemia di Indonesia; 2018 Des 19; Bekasi, Indonesia.
5. Aulia. Pengendalian penyakit thalasemia. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 05 Mei 2017 [Dikutip pada 14 Mei 2020]. Tersedia pada: http://p2ptm.kemkes.go.id/kegia
tan-p2ptm/subdit-penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/pengendalian-penyakit-thalassemia.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pencegahan Talasemia. Dipresentasikan pada: Konvensi Health Technology
Assesment Indonesia; 2010 Juni 16; Jakarta, Indonesia.
7. Schoorl M, Linssen J, Villanueva MM, NoGuera JA, Martinez PH, Bartels PC. Efficacy of advanced discriminating algorithms for
screening on iron-deficiency anemia and β-thalassemia trait: a multicenter evaluation. Am J Clin Pathol. 2012;138(2):300-4.
8. Torino AB, Gilberti MD, Costa ED, Lima GA, Grotto HZ. Evaluation of erythrocyte and reticulocyte parameters as indicative of 8
iron deficiency in patients with anemia of chronic disease. Revista Brasileira de Hematologia e Hemoterapia. 2015
Apr;37(2):77-81.
Dengue

9
Pendahuluan
Dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari nyamuk Aedes
aegypti.1 Penyakit dengue dibagi menjadi demam dengue, demam berdarah dengue (DBD)
apabila terjadi kebocoran plasma, dan dengue shock syndrome (DSS) yang dapat menyebabkan
kematian.

Manifestasi dan perjalanan penyakit dengue adalah3:

1. Fase demam (umumnya hari ke 1-3)


Ciri-ciri: demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, bercak merah pada kulit (petechiae),
penurunan jumlah leukosit, peningkatan jumlah limfosit relatif, dan hasil pemeriksaan NS1
positif.

2. Fase kritis (umumnya hari ke 3-7, berlangsung 24-48 jam)


Ciri-ciri: demam mulai turun, jumlah trombosit menurun, kadar hematokrit meningkat.

3. Fase penyembuhan (berlangsung 48-72 jam sejak fase kritis dimulai)


Ciri-ciri: sudah tidak demam, nafsu makan kembali normal, jumlah trombosit meningkat,
kadar hematokrit dapat stabil atau menurun.

Epidemiologi dan Kondisi di Indonesia

Tahun 2019, kasus DBD 40.525 kasus dengan angka kematian 354 jiwa4 dan per 15 Maret 2020,
kasus DBD 25.693 kasus dengan angka kematian 164 jiwa.5

10
Diagnosis Dengue

Diagnosis dengue dan karakteristik sampel3:


Lama
Sampel klinis Metode diagnosis
pemeriksaan

Mosquito cell
Isolasi virus 1 minggu/ lebih

Deteksi asam
PCR 1-2 hari
nukleat
Serum fase akut
Deteksi virus dan
(demam hari 1-5) 15 Menit
komponennya NS1
dan

1 hari

Imunohistokimia 2-5 hari

Paired sera (serum Serokonversi IgM ELISA 1-2 hari


fase akut dari atau IgG HIA
demam hari 1-5 dan
serum kedua 15-21 Tes netralisasi Minimum 7 hari
hari setelahnya)

Respons serologi
ELISA 1-2 hari
Deteksi IgM
Serum setelah (baru terinfeksi)
Tes cepat 15 Menit
demam hari ke-5

IgG ELISA
Deteksi IgG 1-2 hari
HIA

ELISA = enzyme-linked immunosorbent assay; IgG = immunoglobulin G; IgM = immunoglobulin M; IHA = indirect hae-
NS1 = non-structural protein 1

11

11
Diagnosis Dengue
Pada kasus DBD, profil hematologi menunjukkan trombositopenia (≤ 100.000 sel/mm3) dan
hemokonsentrasi yang ditandai dengan nilai hematokrit ≥ 20%. WHO mengklasifikasikan
infeksi dengue dan tingkat keparahan DBD atau juga disebut dengue hemorrhagic fever (DHF)
sebagai berikut6:

DD/DBD Derajat Tanda dan Gejala Pemeriksaan laboratorium

Demam disertai dengan dua gejala


berikut:
Leukopenia (WBC ≤5.000 sel/mm3)
• Sakit kepala
Trombositopenia (PLT <150.000
• Nyeri retro-orbital
sel/mm3)
DD • Mialgia
Kenaikan hematokrit (HCT 5% -
• Artralgia/ nyeri tulang
10%)
• Ruam
• Manifestasi hemoragik

Demam dan manifestasi hemoragik Trombositopenia (PLT <100.000


DBD I (tes tourniquet sel/mm3)
Kenaikan hematokrit (HCT ≥20%)

Trombositopenia (PLT <100.000


DBD II sel/mm3)
han spontan
Kenaikan hematokrit (HCT ≥20%)

Trombositopenia (PLT <100.000


galan sirkulasi (denyut nadi lemah,
DBD* III sel/mm3)
tekanan nadi menyempit (≤20
Kenaikan hematokrit (HCT ≥20%)
mmHg), hipotensi, dan gelisah

Trombositopenia (PLT <100.000


DBD* IV rat dengan tekanan darah dan sel/mm3)
Kenaikan hematokrit (HCT ≥20%)

*DBD III and IV adalah DSS.


DD = demam dengue, DBD = demam berdarah dengue, DSS = dengue shock syndrome
WBC = White blood cell/leukosit, PLT = platelet/trombosit, HCT = hematokrit

12
Pemeriksaan Hematologi Sysmex dan Makna Klinis

XP-100/ XP-300

Sysmex XP-Series memiliki parameter pemeriksaan trom-


bosit yang lengkap, yaitu:
- Platelet (PLT) dan
- Indeks trombosit (PDW, P-LCR, MPV, PCT*)

trombopoiesis, dimana peningkatan nilainya dapat

dan juga menandakan prognosis yang baik pada pasien


dengan kondisi trombositopenia.
(*PCT hanya tersedia di XP-Series)

Sysmex XP-Series Sysmex pocH-100i

Perbandingan kelainan hematologi dasar antara pasien demam dengue (DD), demam berda-
rah dengue (DBD), dan dengue shock syndrome (DSS) adalah sebagai berikut7:

Parameter COVID-19 Demam dengue DBD / DSS

Hemoglobin (HGB) Normal / ↓ Normal ↑↑

Hematokrit (HCT) Normal / ↓ ↑ (±10%) ↑↑ (±20%)

Awal demam: normal/ + neutrofilia


Leukosit (WBC) Normal / ↓ Normal → menurun
Leukopenia (≤ 5.000/mm3)
↓ (absolut dan persen- ↑ ↑
Limfosit (LYMPH)
tase) ↑ ↑
Rasio Neutrofil / Limfosit
↑ (cut-off 3.13-6.2) ↓ ↓↓ (Neutrofil < Limfosit)
(NLR/NLCR)

Rasio Platelet / Limfosit ↑ (cut off 180 → pre-


↓ ↓
(PLR) diktor derajat keparahan
↓ (ringan 100.000 -
Platelet (PLT) Normal / ↓ ringan ↓↓ (<100.000/mm3)
150.000/mm3)

13
Pemeriksaan Hematologi Sysmex dan Makna Klinis

Alat hematologi 6-part DIFF, Sysmex, XN-Series dan XN-L Series memiliki parameter tambahan
yang bermanfaat dalam tata laksana pasien DBD, antara lain:
Immature Platelet Fraction (IPF)12
140 16
14
IPF dapat menjadi salah satu indikator awal dari perbaikan
120
100
12 jumlah trombosit dan bisa memprediksi outcome pasien
80
10
8
Menurut penelitian Dadu et al. (2019) nilai IPF >10% yang tidak
60 6 disertai pendarahan aktif dapat memprediksi peningkatan
40 4
20 2 jumlah trombosit dalam 2 hari. Besar penurunan persentase IPF
0 0 sebanding dengan besar peningkatan jumlah trombosit.8
1 2 3 4 5 6 Platelet
Menurut Amrutha et al. (2019) nilai IPF >8% dapat memprediksi
IPF

peningkatan jumlah trombosit dalam 2 hari.9


High Fluorescent Lymphocyte Count (HFLC)*
HFLC merupakan research parameter yang dapat dianalisis pada mode pemeriksaan CBC+DIFF
dan berpotensi menjadi pemeriksaan pendukung uji saring DBD yang diperiksa bersamaan
dengan pemeriksaan hematologi rutin dan hitung jenis.
Menurut penelitian Raharjo et al. (2019) nilai normal HFLC pada alat Sysmex XN-Series adalah
0.0 – 1.4% dan jika terdapat infeksi virus dengue, maka HFLC akan meningkat hingga melebihi
2%.10 * Research Use Only (RUO)

Referensi
1. Khurram, M., Qayyum, W. et al. Dengue hemorragic fever: Comparison of patients with primary and secondary infections. https://
doi.org/10.1016/j.jiph.2014.05.005
2. Guzman, M., Halstead, S., Artsob, H. et al. Dengue: a continuing global threat. Nat Rev Microbiol 8, S7–S16 (2010). https://
doi.org/10.1038/nrmicro2460
3. World Health Organization. 2012. Handbook for clinical management of dengue. [Dikutip pada 8 Juli 2020]. Tersedia pada:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/76887/9789241504713_eng.pdf?sequence=1&isAllowed=y
4. Tarmizi SN. Pengendalian infeksi dengue pada masa COVID-19. Dipresentasikan pada: ADINKES Video Conference #9 - Penanga
nan Demam Berdarah pada Situasi Pandemi COVID-19; 2020 Mei 05; Jakarta, Indonesia.
5. Kosasih AS. Optimalisasi pemeriksaan hematologi dalam manajemen DBD dan Covid-19.. Dipresentasikan pada: ADINKES Video
Conference #9 - Penanganan Demam Berdarah pada Situasi Pandemi COVID-19; 2020 Mei 05; Jakarta, Indonesia.
6. World Health Organization. 2011. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic
fever. [Dikutip pada 8 Juli 2020]. Tersedia pada: https://apps.who.int/iris/bitstream/han
dle/10665/204894/B4751.pdf?sequence=1&isAllowed=y
7. Aryati. Implementasi Laboratorium untuk COVID-19 dan DBD. Dipresentasikan pada: ADINKES Video Conference #9 - Penanga
nan Demam Berdarah pada Situasi Pandemi COVID-19; 2020 Mei 05; Jakarta, Indonesia.
8. Dadu T, Sehgal K, Joshi M, Khodaiji S. Evaluation of the immature platelet fraction as an indicator of platelet recovery in dengue
patients. Int J Lab Hematol. 2014 Oct;36(5):499-504.
9. Amrutha BS, Adarsh E, SreeKrishna Y, Apoorva Naidu SN. Immature platelet fraction in children infected with dengue fever. Int J
Contemp Pediatrics. 2019 Jan;6(1):5.
10.. Raharjo B, Hadi S. High Fluorescent Lymphocyte Count Examination in Dengue Hemorrhagic Patients with Sysmex XN-1000
Hematology Analyzer. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 2019 Apr 13;25(2):207-10.
11. Dadu, Tina & Sehgal, Kunal & Joshi, M. & Khodaiji, Shanaz. (2013). Evaluation of the immature platelet fraction as an indicator of
platelet recovery in dengue patients. International Journal of Laboratory Hematology. 36. 10.1111/ijlh.12177. 14
Malaria

15
Pendahuluan
Malaria merupakan infeksi pada sel darah merah yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari
genus Plasmodium. Infeksi Malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina yang
memiliki plasmodium di dalamnya.1

Terdapat lima jenis spesies Plasmodium yang menginfeksi manusia1:


1. P. falciparum
2. P. vivax
3. P. ovale
4. P. malariae
5. P. knowlesi

Penderita malaria biasanya mengeluhkan demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala, nyeri
otot atau pegal-pegal, mual, muntah, dan diare. Pada kondisi tertentu P. falciparum dapat menga-
kibatkan gejala fatal kerusakan otak dimana parasit ini dapat tinggal di lumen pembuluh darah
pada otak dan bisa mengakibatkan kejang dan bahkan kerusakan otak permanen khususnya
pada anak-anak.6,7

Pola demam malaria2:

Spesies Waktu antar demam Nama demam


P. malariae 72 jam Demam kuartana
P. vivax dan P. ovale 48 jam Demam tersiana
P. knowlesi 24 jam -
P. falciparum Bervariasi 24 atau 48 jam Demam tersiana maligna

Siklus penularan nyamuk malaria 3:


1. Nyamuk yang tidak terinfeksi, menghisap darah penderita malaria.
2. Nyamuk tersebut menggigit orang lain dan menularkan parasit malaria.
3. Setelah parasit memasuki tubuh manusia, kemudian masuk ke hati. Beberapa jenis parasit
dapat mengalami fase dormansi pada hati.
4. Ketika parasit berkembang dewasa, mereka meninggalkan hati dan menginfeksi sel darah
merah dan menyebabkan timbulnya gejala klinis.

16
Epidemiologi dan Kondisi di Indonesia

Indonesia menargetkan eliminasi malaria di seluruh Indonesia pada tahun 2030.


Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, hingga akhir 20174:
Terdapat 261.671 kasus malaria, 100 di antaranya meninggal dunia.
72% penduduk tinggal di tempat yang bebas malaria.
28% penduduk tinggal di wilayah endemis malaria, baik rendah, sedang, maupun tinggi.

Diagnosis Malaria
Pemeriksaan fisik 2:
Suhu tubuh ≥ 37.5 °C
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Sklera ikterik
Pembesaran limpa (splenomegali)
Pembesaran hati (hepatomegali)
Pemeriksaan laboratorium 2:

Sediaan apus darah tepi


Profil Hematologi
- Trombositopenia
- Anemia (hemoglobin rendah)
- RDW (red cell distribution width) meningkat
- MCV meningkat
- Leukopenia: limfopenia, neutropenia
Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (rapid diagnostic test)

17
Pemeriksaan Hematologi Sysmex dan Makna Klinis
Alat hematologi otomatis Sysmex (3-part DIFF dan 6-part DIFF) dapat melaporkan parameter
yang dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk diagnosis malaria dan monitoring
pasien malaria, seperti: trombosit, hemoglobin, RDW, MCV, leukosit, limfosit, dan neutrofil.

Advanced Clinical Parameters dari Alat Hematologi Sysmex 6-Part DIFF :


Alat hematologi Sysmex 6-part DIFF menggunakan teknologi flowsitometri fluoresensi dapat
memberikan gambaran infeksi parasit malaria dengan melihat scattergram pada alat. P.
falciparum dan P. vivax dapat dideteksi menggunakan channel retikulosit atau channel WDF
(diferensial leukosit). P. falciparum menyebabkan perubahan pola pada scattergram RET
sedangkan P. vivax menyebabkan perubahan pola pada scattergram WDF.5

Pola scattergram RET pada kondisi normal (Gambar kiri8 dan tengah9)
dan pasien terinfeksi P. falciparum (Gambar kanan5).

Pola scattergram WDF pada kondisi normal (Gambar kiri8 dan tengah9)
dan pasien terinfeksi P. vivax (Gambar kanan5).

Referensi
1. World Health Organization. 2015. Guidelines for the Treatment of Malaria. [Dikutip pada 6 Juli 2020]. Tersedia pada: https://ww
w.who.int/malaria/publications/atoz/9789241549127/en/
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria.
3. Mayo Clinic Staff. Malaria. Mayo Clinic. 13 Desember 2018. [Dikutip pada 6 Juli 2020]. Tersedia pada: https://www.mayoclinic.org/dis
eases-conditions/malaria/symptoms-causes/syc-20351184
4. Anwar F. Yuk Kenali 6 Gejala Malaria dan Cara Mengobatinya. Detik Health. 13 Mei 2019. [Dikutip pada 6 Juli 2020]. Tersedia pada:
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4547119/yuk-kenali-6-gejala-malaria-dan-cara-mengobatinya
5. Sysmex. Malaria - the Global Burden. Sysmex Europe. Desember 2015. [Dikutip pada 6 Juli 2020]. Tersedia pada: https://www.sys
mex-europe.com/fileadmin/media/f100/SEED/SYSME_15717_SEED_Haematology_Malaria_EN_RZ_view.pdf
6. Schiess, N., Villabona-Rueda, A., Cottier, K.E. et al. Pathophysiology and neurologic sequelae of cerebral malaria. Malar J 19, 266
(2020). https://doi.org/10.1186/s12936-020-03336-z
7. Riggle, B.A, Miller, L.H, Pierce, S. K. Desperately Seeking Therapies for Cerebral Malaria (2020). https://doi.org/10.4049/jimmu
nol.1900829
8. https://www.sysmex.ch/ch-fr/academie/centre-dexpertise/scientific-kalender/messtechnologien-und-scattergramme.html
9. Campuzano-Zuluaga, German & Hanscheid, Thomas & Grobusch, Martin. (2010). Automated haematology analysis to diagnose 18
malaria. Malaria journal. 9. 346. 10.1186/1475-2875-9-346. Tersedia pada: https://www.researchgate.net/publication/49646020_Auto
mated_haematology_analysis_to_diagnose_malaria
COVID-19

19
Pendahuluan

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan
sampai berat. Ada dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru
yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dina-
makan SARS-CoV-2.1

20
Diagnosis COVID-19

Panduan alur manajemen kesehatan masyarakat pada COVID-191:

Suspek:

Keterangan: ISPA = infeksi saluran nafas atas; RT-PCR = reverse-transcriptase polymerase chain
reaction; ARDS = acute respiratory distress syndrome;

21
Diagnosis COVID-19
Panduan alur manajemen kesehatan masyarakat pada COVID-191:
Skrining COVID-19
RT-PCR digunakan untuk skrining dan diagnosis. Namun, pada kondisi dengan keterbatasan
pemeriksaan RT-PCR, rapid test dapat digunakan untuk skrining pada populasi spesifik dan situasi
khusus, seperti pada perjalanan domestik. Rapid test tidak digunakan untuk diagnosis COVID-19.
WHO merekomendasikan rapid test untuk tujuan penelitian epidemiologi dan penggunaan rapid
test mengikuti perkembangan teknologi terkini dan rekomendasi WHO.

Diagnosis COVID-19
RT-PCR merupakan baku emas untuk menegakkan diagnosis COVID-19. Seseorang dinyatakan
konfirmasi COVID-19 jika hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR positif.

Monitoring dan pemeriksaan penunjang COVID-191,4,5:

22
Pemeriksaan Hematologi Sysmex dan Makna Klinis
Pemeriksaan hematologi dapat digunakan sebagai parameter penunjang untuk uji saring dan
pemantauan pasien pada COVID-19 dengan kriteria sebagai berikut:

Cara mengkalkulasi NLR (neutrophil to lymphocyte ration) secara manual8:

Nilai cut-off NLR bisa berbeda pada pasien dengan kelainan hematologis dan pasien HIV
(human immunodeficiency virus). Sehingga perlu hati-hati dalam menginterpretasikan nilai dari
NLR. Selain itu, kondisi-kondisi berikut bisa menyebabkan nilai NLR meningkat yaitu6,7,8:
Syok sepsis dan kardiogenik
Keganasan (kanker payudara, kolon dan kanker lainnya)
Pankreatitis
Emboli paru
Pasien yang menggunakan obat steroid

Peran Parameter High Fluorescent Lymphocyte Count (HFLC)* dalam Pemantauan Pasien
COVID-19

High Fluorescent Lymphocyte Count (HFLC) merupa-


kan parameter riset yang terdapat pada channel
HFL
DIFF (hitung jenis) pada alat hematologi Sysmex
6-part DIFF.

Apa yang ditangkap sebagai HFLC9?


Mono
IG Limfosit B yang teraktivasi sebagai Antibody Synthe-
Lymph
tizing / Secreting Cells (ASCs) ditangkap dalam HFLC.
Limfosit B teraktivasi karena adanya antigen virus
Neutr
sehingga dapat digunakan sebagai indikator respon
Eos
imunologi terhadap infeksi virus.

23
* Research Use Only (RUO)
HFLC berpotensi sebagai parameter pendukung dalam pemantauan kondisi pasien COVID-19
dan sudah terdapat contoh penggunaannya pada beberapa negara termasuk Indonesia.

Jumlah
Peneli Negara Tipe Publikasi
Sampel

Bri sh Journal of Haema-


1. Wang Z, et al10 Cina Peneli an 87
tology

Kesimpulan:
Pasien COVID-19 mengalami penurunan ALC dan peningkatan HFLC.

Persentasi pada Sysmex


Scien fic Webinar:
2. Khodaiji S11 India Peneli an 200
Beyond Rou ne CBC in
Infec on Management

Kesimpulan:
Pada pasien COVID-19 nilai HFLC dan IG% meningkat secara signifikan disertai dengan para-
meter NE-SSC dan NE-FSC yang menurun signifikan.

Persentasi pada Webinar


Sysmex dengan
3. Raharjo B, et
Indonesia Studi kasus PDS PatKLIn: Penerapan 6
al12
Hematologi dalam
Tatalaksana COVID-19

Kesimpulan:
HFLC dapat menentukan prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan NLR karena dak
terpengaruh oleh komorbiditas dengan penyakit kronis lain, kehamilan ataupun penggunaan
steroid sehingga dapat lebih akurat dalam menentukan prognosis pasien COVID-19.

Referensi
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Coronavirus Disease (COVID-19)
Revisi ke-5. Jakarta: Direktorat P2P; 2020.
2. Markus L. Challenges and Recommendation of Laboratory Testing for COVID-19 Management. Dipresentasikan pada: Webinar
DPW PATELKI DKI Jakarta - Laboratories on the Front Lines: Battling COVID-19; 2020 Mei 05; Jakarta, Indonesia.
3. Firmansyah R. Update 20 Juni: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Bertambah 1.226. 20 Jun 2020 [Dikutip pada 20 Juni 2020].
Tersedia pada: https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-13572269/up date-20-juni-kasus-posi
tif-covid-19-di-indonesia-bertambah-1226.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia. 2020. Usulan panduan pemeriksaan
laboratorium COVID-19 [Dikutip pada 20 Juni 2020]. Tersedia pada: https://www.pdspatklin.or.id/assets/files/pdspat
klin_2020_04_30_19_21_04.pdf.
5. Aryati. Strategi dan Peran DSPK dalam Kolaborasi Interdisiplin pada Pengelolaan Pasien COVID-19. Dipresentasikan pada: Sysmex
Webinar Series COVID-19 - Sesi 1; 2020 April 28; Jakarta, Indonesia.
6. Faria SS, Fernandes PC Jr, Silva MJB, Lima VC, Fontes W, Freitas-Junior R, et al. The neutrophil-to-lymphocyte ratio: a narrative
review. ecancermedicalscience. 2016;10(702):1–12.
7. Liu X, Shen Y, Wang H, Ge Q, Fei A, Pan S. Prognostic Significance of Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio in Patients with Sepsis: A
Prospective Observational Study. Mediators of Inflammation. 2016;2016:1–8.
8. Kosasih AS. Optimalisasi pemeriksaan hematologi dalam manajemen DBD dan Covid-19.. Dipresentasikan pada: ADINKES Video
Conference #9 - Penanganan Demam Berdarah pada Situasi Pandemi COVID-19; 2020 Mei 05; Jakarta, Indonesia.
9. Linssen J, Jennissen V, Hildmann J, Reisinger E, Schindler J, et al. Identification and quantification of high-fluorescence-stained
lymphocytes as antibody synthesizing/secreting cells using the automated routine hematology analyzer XE2100. Clinical Cytome
try Society. 2007;72B: 157–166.
10. Wang Z, He Y, Shu H, Wang P, Xing H, Zeng X, et al. High�fluorescent lymphocytes are increased in patients with COVID�19. British
Journal of Haematology. 2020.
11. Khodaiji S. Beyond routine CBC in infection management. Dipresentasikan pada: Sysmex India Webinar Series; 2020 Mei 22;
India.
24
12. Raharjo B. Studi kasus penerapan high fluorescent lymphocyte count (HFLC) pada COVID-19. Dipresentasikan pada:
Sysmex Webinar Series COVID-19; 2020 Mei 05; Indonesia.
18
PT Sysmex Indonesia
Cyber 2 Tower, 5th Floor, Unit E, Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 No.13, Jakarta Selatan 12950, Indonesia
Telp. +6221 30026688, 2902 1266 Fax. +6221-3002 6699
www.sysmex.co.id

Anda mungkin juga menyukai